Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PUBLIKASI

ANALISIS STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN FLY


ASH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DENGAN ALAT
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
(Studi Kasus: Ruas Jalan Sunan Geseng, Grabag, Magelang)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelenggarakan


Pendidikan strata 1 (S1) Sarjana Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tidar

Disusun oleh:
IKHTISANI SAPUTRI
NPM: 1410503056

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
TAHUN 2018
ANALISIS STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNKAN FLY
ASH TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH DENGAN ALAT
DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)
(Studi Kasus: Ruas Jalan Sunan Geseng, Grabag, Maglang)

Ikhisani Saputri, Woro Partini Maryunani, Dwi Sat Agus Yuwana


Fakultas Teknik Universitas Tidar

INTISARI

Tanah dasar merupakan bagian yang sangat penting karena tanah dasar akan
mendukung beban lalu lintas atau beban konstruksi diatasnya. Jalan Sunan Geseng,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang mengalami kerusakan jalan yang disebabkan
adanya tanah lempung sehingga kurang baiknya daya dukung tanah tersebut. Salah satu
metode perbaikan tanah adalah stabilisasi.
Kajian penelitiasn ini tentang stabilisasi tanah lempung menggunakan bahan
tambah fly ash terhadap daya dukung tanah dengan menggunakan metode DCP (Dynamic
Cone Penetrometer). Dengan menerapkan suatu sampel pengujian dengan variasi kadar
bahan tambah dan membandingkan antar sampel. Berdasarkan pendekatan ini maka
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanis
tanah sehingga meningkatkan daya dukung tanah untuk menerima beban konstruksi
bangunan di atasnya
Hasil penelitian menunjukkan jenis mineral tanah lempung yang terkandung
termasuk ke dalam mineral kaolinit. Kadar air tanah rata-rata sebesar 37,22%, dengan
penambahan variasi fly ash sebesar 0%, 10%, 20%, dan 30% memperoleh kadar air yang
semakin mengecil. Semakin besar campuran fly ash semakin kecil kadar air. Penambahan
fly ash terhadap nilai daya dukung tanah menunjukkan bahwa semakin besar varian fly ash
yang terkandung semakin besar pula daya dukung tanah yang dihasilkan.

Kata kunci: Stabilisasi, DCP, Kadar Air.

1
A. Pendahuluan atas adalah:
Tanah dasar merupakan bagian yang 1. Bagaimana mengetahui perubahan
sangat penting karena tanah dasar akan karakteristik tanah lempung setelah di
mendukung beban lalu lintas atau beban stabilisasi dengan fly ash.
konstruksi di atasnya. Jika tanah dasar yang 2. Apakah fly ash dapat meningkatkan daya
ada berupa tanah lempung yang mempunyai dukung tanah.
daya dukung rendah, maka konstruksi yang
ada sering mengalami kerusakan yang b. Tujuan penelitian
diakibatkan oleh kondisi tanah. Salah satu Tujuan penelitian ini adalah sebagai
penyebabnya yaitu kembang susut yang tinggi berikut:
dan kurang baiknya kemampuan daya dukung 1. Mengetahui jenis mineral lempung, sifat
tanah tersebut. Penyelesaian yang dilakukan dan aktivitasnya.
selama ini adalah perbaikan pada lapis atas 2. Mengetahui dengan penambahan fly ash
jalan, namun tidak menyelesaikan masalah dapat menambah nilai CBR.
yang terjadi karena ketidakstabilan jalan 3. Dengam penambahan fly ash dapat
tersebut diperkirakan bukan terjadi pada memperbaiki sifat tanah.
struktur atas jalan tetapi pada tanah dasarnya 4. Mengetahui nilai kepadatan tanah kering
(Prima, dkk., 2014). maksimum optimum sebelum dan
Jenis tanah tidak dapat secara langsung sesudah penambahan fly ash.
digunakan sebagai material konstruksi dan
memiliki sifat yang menguntungkan bagi c. Batasan masalah
konstruksi. Seperti halnya tanah lempung Batasan masalah dari penelitian ini agar
yang merupakan tanah kohesif, mempunyai lebih terarah dan tidak menimbulkan persepsi,
kuat geser rendah, mudah mampat, mudah meliputi:
kembang susut serta memiliki daya dukung 1. Tanah lempung yang digunakan berasal
yang rendah. Oleh karena itu, dilakukan dai ruas Jalan Sunan Geseng, Grabag,
perbaikan terhadap sifat-sifat teknis tanah Kabupaten Magelang.
lempung, sehingga dapat dihasilkan material 2. Fly ash berasal dari limbah hasil
tanah lempung yang memiliki sifat teknis pembakaran batu bara PLTU Tanjung Jati
yang lebih baik. Salah satu metode perbaikan B Jepara dengan fly ash Kelas F.
tanah adalah stabilisasi. 3. Fly ash ditinjau menjadi empat prosentase
Lokasi penelitian dilakukan di Ruas Jalan 0%, 10%, 20% dan 30%.
Sunan Geseng Kecamatan Grabag Grabag, 4. Menggunakan alat DCP (Dynamic Cone
Kabupaten Magelang dikarenakan ruas jalan Penetrometer).
ini mengalami kerusakan jalan akibat tanah 5. Karakteristik tanah yang diukur: batas
lempung pada ruas jalan tersebut, sehingga cair (LL), batas plastis (PL), indeks
kurang baiknya kemampuan daya dukung plastis (IP) dan batas susut (SL),
tanah tersebut. Lokasi penelitian berada di kepadatan tanah (ɤd).
tengah-tengah area persawahan memiliki 6. Klasifikasi tanah menggunakan sistem
kandungan tanah lempung sehingga tanah Unifield Soil Classification System.
dasarnya perlu distabilisasi.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka B. Landasan Teori
dipandang perlu dilakukan kajian tentang Perencanaan suatu jalan maka faktor yang
stabilisasi tanah lempung menggunakan penting untuk diketahui adalah tanah dasarnya,
bahan tambah fly ash terhadap daya dukung daya dukung tanah dasar (DDT) merupakan
tanah dengan menggunakan metode DCP data patokan dalam perencanaan, dimana untuk
(Dynamic Cone Penetrometer). Dengan mengetahui tentang keadaan tanah dasarnya
menerapkan suatu sampel pengujian dengan kita juga dapat mengetahui kekuatan serta
variasi kadar bahan tambah dan mahal murahnya biaya konstruksi jalan itu
membandingkan antar sampel. Berdasarkan sendiri (Wong, 2013).
pendekatan ini maka diharapkan dapat Menurut Bowless (1986), tanah adalah
digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki akumulasi partikel mineral yang tidak
sifat-sifat fisik dan mekanis tanah sehingga mempunyai ikatan antara partikel yang
meningkatkan daya dukung tanah untuk terbentuk karena pelapukan batuan. Yang
menerima beban konstruksi bangunan di memperlemah ikatan tersebut adalah pengaruh
atasnya. karbonat atau oksida atau pengaruh kandungan
organik.
a. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang didapat a. Klasifikasi tanah
berdasarkan penjelasan lata r belakang di Sistem penelitian kali ini menggunakan
2
sistem klasifikasi kesatuan tanah (unifield soil 4. Stabilisasi dengan pemadatan.
classification system). Sistem ini pada
awalnya diperkenalkan oleh Cassagrande e. Pengujian indeks properti
(1942) untuk dipergunakan pada pekerjaan 1. Pengujian berat jenis spesifik
pembuatan lapangan terbang yang Pengujian ini dilakukan dengan persamaan
dilaksanakan oleh The Army Corps of (SNI 1964:2008):
Engineers. Sitem klasifikasi berdasarkan W -W
G = , atau
hasil-hasil percobaan laboratorium yang W -W -(W -W )
Koefisien suhu t°C
paling banyak dipakai secara meluas adalah G 27,5°C = xG
Koefisien suhu 27,5°C
sistem klasifikasi kesatuan tanah. Percobaan 2. Pengujian kadar air
laboratorium yang dipakai adalah analisis Pengujian kadar air menggunakan
ukuran butir dan batas-batas Atterberg. persamaan (SNI 1964:2008):
Semua tanah diberi dua huruf penunjuk W -W
w= x 100 %
berdasarkan hasil-hasil percobaan ini. Sistem W -W
ini mengelompokkan tanah ke dalam dua 3. Pengujian atterberg limit
kelompok besar, yaitu: 1) Batas cair, menggunakan persamaan
1. Tanah bebutir kasar (coarse grained (ASTM D 423-66):
� 0.121
soil). LL = w.
25
2. Tanah berbutir halus (fine gained soil) 2) Batas plastis, sesuai dengan (ASTM D
424-74) dan menetukan indeks plastisitas
b. Tanah lempung menggunakan persamaan:
Tanah lempung merupakan hasil proses IP = Batas cair-Batas plastis
pelapukan mineral batuan induknya, yang 3) Batas susut, menggunakan persamaan:
salah satu penyebabnya adalah air yang Vo 1
mengandung asam atau alkali, oksigen, dan SL= -
Wo G
karbondioksida. Susunan tanah lempung 4. Pengujian CBR menggunakan DCP
terdiri dari mineral: kaolinite, illinite, DCP adalah alat yang digunakan untuk
montmorillonite, plagioklas, dan lain-lain. mengukur daya dukung tanah di tempat. Daya
Mineral-mineral pada tanah lempung dukung tanah tersebut diperhitungkan
umumnya memiliki sifat-sifat: berdasarkan pengolahan atas hasil tes DCP
1. Hidrasi yang dilakukan dengan cara mengukur berapa
2. Aktivitas dalam (mm) ujung konus masuk kedalam tanah
3. Flokulasi dan dispersi dasar tersebut setelah mendapat tumbukan palu
4. Pengaruh zat cair geser pada landasan batang utamanya.
5. Hubungan nilai DCP ke CBR
c. Fly Ash (Abu Batu Bara) Hubungan DCP dan CBR digambarkan pada
Fly ash adalah bahan dari sisa pembakaran persamaan berikut dengan konus 60o:
batu bara yang tidak terpakai. Material ini
mempunyai kadar semen yang tinggi dan
mempunyai sifat pozzolanik, yaitu dapat Keterangan:
bereaksi dengan kapur bebas yang dilepaskan DCP = Nilai penetrasi DCP (mm/pukulan)
semen saat proses hidrasi dan membentuk
senyawa yang bersifat mengikat pada f. Pembuatan benda uji
temperatur normal dengan adanya air Pembuatan benda uji asli dengan
(Hirmawan, 2000). Pada penelitian ini mencampur tanah asli yaitu tanah lempung
menggunakan fly ash kelas F sesuai dengan yang berasal dari ruas Jalan Geseng Grabag
hasil laboratorium yang dilakukan oleh Kabupaten Magelang, dengan penambahan fly
Sucofindo Surabaya untuk PLTU Tanjung ash sebagai bahan additive, dan prosentase
Jati B Jepara. penambahan additive pada penelitian ini
sebesar 0%, 10%, 20% dan 30%, ditunjukkan
d. Stabilisasi tanah dasar pada Tabel 1.
Tujuan perbaikan tanah tersebut adalah untuk Tabel 1 Jumlah Benda Uji
mendapatkan tanah dasar yang stabil pada
semua kondisi. Proses stabilisasi tanah asli ini
meliputi, antara lain:
1. Penggantian tanah asli yaitu dengan
mengganti tanah dengan tanah yang baik
atau sesuai spesifikasi (mekanis).
2. Perbaikan gradasi butiran.
3. Stabilisasi dengan bahan kimia.
3
C. Metodologi Penelitian
Bagan alir penelitian:

Tabel hubungan nilai kadar air dan DCP


(mm/tumbukan) dapat ditunjukkan ke dalam
grafik pada Gambar 2

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian

D. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan Penelitian dilakukan di Ruas
Jalan Sunan Geseng Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang, Laboratorium Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gambar 2 Hubungan Nilai Kadar Air dan
Tidar Magelang, Laboratorium Geologi DCP
Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan Berdasarkan gambar 2 secara jelas dapat
Laboratorium Mekanika Tanah Departemen diketahui bahwa semakin besar nilai kadar air
Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas semakin besar nilai DCP, dikarenakan semakin
Gadjah Mada. banyak air yang terkandung di dalam pori-pori
Hasil penelitian merupakan data-data yang tanah sehingga jarak partikel tanah satu dengan
diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri lainnya semakin besar hal ini mengakibatkan
dari: ketika konus diberi tekanan akan mudah masuk
1. Hasil pengujian jenis tanah. ke dalam tanah sehingga nilai DCP yang
Dari hasil pengujian XRD di Laboratorium dihasilkan semakin besar. Selain hubungan
Geologi Universitas Gadjah Mada kadar air dan DCP terdapat hubugan nilai batas
menyimpulkan dalam pengujian mineral cair dan DCP yang ditunjukkan pada Tabel 3.
tanah dengan metode air dried, ethylen Tabel 2 Hubungan Nilai LL dan DCP
glycol, dan HCl 6N memunculkan mineral
kaolinit sebesar 56,49% yaitu mineral hasil
pelapukan plagioklas, mineral plagioklas
sebesar 29,83% merupakan mineral yang
mengandung unsur kalsium atau natrium
sedangkan mineral hornblend sebesar 13,68%
merupakan mineral dari kelompok mineral
silikat atau aluminosilikat. Sehingga tanah di
Ruas Jalan Sunan Geseng Grabag merupakan Tabel 2 hubungan nilai batas cair dan DCP
tanah lempung kaolinit. (mm/tumbukan) dapat ditunjukkan ke dalam
2. Hasil pengujian kadar air tanah (3 titik grafik pada Gambar 3
stasioning).
Kadar air tanah asli di Ruas Jalan Sunan
Geseng Grabag Magelang sebesar 37,22%.
Setelah penambahan fly ash 0%, 10%, 20%
dan 30% menghasilkan kadar air sebesar
36,99%, 34,75%, 31,15% dan 21,30%.
Semakin banyak variasi fly ash menghasilkan
kadar air yang terjadi semakin kecil seirng
penambahan fly ash kadar air menurun.
Hubungan nilai kadar air dan DCP
ditunjukkan pada Tabel 1 Gambar 3 Hubungan Nilai LL dan DCP
Tabel 1 Hasil Hubungan Nilai Kadar Air dan Hubungan antara kadar air dengan nilai
DCP (mm/tumbukan) DCP cenderung berbanding lurus. Semakin
keras suatu tanah, nilai DCP akan semakin

4
kecil dikarenakan penetrasi yang masuk ke dapat mengubah volume. Sesuai Tabel 2.7
dalam tanah tidak terlalu besar. Dikarenakan, maka batas susut yang terjadi pada tanah uji
tanah memiliki kemampuan untuk mengalirkan memiliki tingkat pengembangan yang rendah
air pada pori-porinya. Jika terkena air pori-pori karena memiliki prosentase SL lebih dari 15 %
tanah akan memisah sehingga apabila tanah dan perubahan volume tanah kurang dari 10%.
diberikan tekanan pada konus DCP 3. Hasil pemadatan tanah.
menghasilkan penetrasi yang lebih dalam. Hal Pengujian ini menunjukkan perbandingan
ini membuktikan kadar air pada sampel tanah antara nilai kerapatan kering maksimum
mempengaruhi kepadatan tanah tersebut. (gr/cm3) dan kadar air optimum yang didapat
1. Pengujian berat jenis tanah. dari kurva pemadatan (standard proctor)
Berdasarkan hasil pengujian berat jenis tanah di sesuai hubungan kadar air dan ɤd. Setiap
Ruas Jalan Sunan Geseng, Grabag, Magelang sampel tanah yang distabilisasi dengan
memiliki berat jenis tanah sebesar 2,088 gr/cm3, berbagai presentase bahan stabilisasi fly ash
sedangkan berat jenis tanah dengan fly ash 10% yaitu 0%, 10%, 20% dan 30%. Pengaruh bahan
sebesar 2,129 gr/cm3, berat jenis tanah dengan fly stabilisasi fly ash terhadap pemadatan
ash 20% sebesar 2,264 gr/cm3, dan berat jenis ditunjukkan pada Tabel 4.
tanah dengan fly ash 30% sebesar 2,402 gr/cm3.
2. Hasil pengukuran batas-batas atterberg (batas
cair, batas plastis, batas susut).
Pengujian batas atterberg bertujuan untuk
mengetahui sifat fisk tanah dengan adanya
penambahan bahan stabilisasi fly ash. Berikut
merupakan hasil sifat fisik yang meliputi batas-
batas atterberg dari rata-rata sampel pengujian
batas cair, batas plastis dan indeks plastisitas Tabel 4 Pengaruh Stabilisasi Fly Ash
tanah pada Ruas Jalan Sunan Geseng Grabag Terhadap Pemadatan
Magelang yang telah distabilisasi dengan fly ash Berdasarkan data dari Tabel 4 dapat
ditunjukkan pada Tabel 5 dirubah ke dalam grafik sebagaimana
Gambar 3 Hasil Pengujian Batas Atterberg ditunjukkan pada Gambar 5

Tabel 3 dapat ditunjukkan ke dalam grafik pada


Gambar 4. Gambar 5 Grafik Hubungan Kadar Air dan
ɤd Tanah Asli
Hasil pengujian diperoleh grafik hubungan
kadar air (w) dan padat kering (ɤd) sehingga
dari grafik tersebut didapat nilai kadar air
optimum sebesar 36,99% dan padat kering
maksimum tanah asli 1,23 gram/cm3.
hubungan kadar air dan ɤd sebagai berikut:
Gambar 4 Hubungan LL, PL, IP dengan Variasi Berdasarkan data dari Tabel 4 dapat
Fly Ash dirubah ke dalam grafik sebagaimana
Tanah dengan batas cair < 50% merupakan ditunjukkan pada Gambar 6.
tanah plastis rendah sedangkan tanah dengan
batas cair > 50% merupakan tanah plastis tinggi.
Dari keempat varian memiliki batas cair kurang
dari 50% sehingga termasuk jenis tanah dengan
kadar plastisitas rendah. Pada pengujian batas
plastis menghasilkan kadar air cukup tinggi
sehingga nilai indeks plastisitas yang diraih
memiliki nilai potensi pengembangan kurang
dari 15. memiliki arti nilai potensial
pengembangan tanah tersebut rendah.
Nilai batas susut semakin kecil maka tanah Gambar 6 Grafik Hubungan Kadar Air dan ɤd
akan lebih mudah mengalami perubahan volume Tanah Asli + Fly Ash 10%
dan semakin sedikit air yang dibutuhkan untuk
5
Hasil pengujian diperoleh grafik hubungan Hasil pengujian DCP dan CBR
kadar air (w) dan padat kering (ɤd) sehingga dari pada sampel tanah menghasilkan
grafik tersebut didapat nilai kadar air optimum persamaan korelasi yang ditunjukkan
sebesar 34,75% dan padat kering maksimum ke dalam grafik pada Gambar 4.9
tanah asli 1,236 gram/cm3.
untuk grafik korelasi DCP dan CBR
Berdasarkan data dari Tabel 4 dapat dirubah
ke dalam grafik sebagaimana ditunjukkan pada (skala biasa).
Gambar 7.

Gambar 9 Grafik Hubungan DCP


dan CBR (Skala Biasa)
Gambar 7 Grafik Hubungan Kadar Air dan ɤd
Tanah Asli + Fly Ash 20% Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan
Hasil pengujian diperoleh grafik bahwa nilai semakin besar nilai DCP
hubungan kadar air (w) dan padat kering (ɤd) menghasilkan nilai CBR yang semakin
sehingga dari grafik tersebut didapat nilai rendah. Berdasarkan data dari Tabel 5
kadar air optimum sebesar 31,15% dan padat dapat dirubah ke dalam grafik
kering maksimum tanah asli 1,33 gram/cm3. sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
Berdasarkan data dari Tabel 4 dapat dirubah 10.
ke dalam grafik sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 8.

Gambar 10 Grafik Hubungan DCP dan


CBR (Skala Log)
Gambar 8 Grafik Hubungan Kadar Air dan ɤd Berdasarkan Gambar 4.12
Tanah Asli + Fly Ash 30% menunjukkan bahwa nilai semakin besar
Hasil pengujian diperoleh grafik nilai DCP menghasilkan nilai CBR yang
hubungan kadar air (w) dan padat kering semakin rendah. Pada grafik di atas
(ɤd) sehingga dari grafik tersebut didapat diperoleh persamaan regresi polynomial
nilai kadar air optimum sebesar 21,50% pada setiap variasi stabilisasi dengan fly
dan padat kering maksimum tanah asli ash:
1,369 gram/cm3. 1) Pada kondisi tanah asli dapat didekati
4. Hubungan DCP dan CBR dengan persamaan hubungan DCP dan
Untuk mengetahui seberapa jauh CBR sebagai berikut:
pengaruh yang ditimbulkan akibat bahan
stabilisasi fly ash dengan presentase 0%, R² = 0,9696
10%, 20% dan 30%. Hasil pengujian DCP 2) Pada kondisi tanah asli + fly ash 10%
dan CBR ditunjukkan pada Tabel 5 dapat didekati dengan persamaan
Tabel 5 Hasil Pengujian DCP dan CBR hubungan DCP dan CBR sebagai
berikut:

R² = 0,9959
3) Pada kondisi tanah asli + fly ash 20%
dapat didekati dengan persamaan

6
hubungan DCP dan CBR sebagai berikut: Bowless, E. Joseph, 1986, Sifat-Sifat Dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah),
Jakarta.
R² = 0,9973 Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman
4) Pada kondisi tanah asli + fly ash 30% Bahan Konstruksi Bangunan dan
dapat didekati dengan persamaan Rekayasa Teknik Sipil; Cara Uji CBR
hubungan DCP dan CBR sebagai dengan Dynamic Cone Penetrometer.
berikut: Hirmawan, Agus dan David Surya Darma,
2000, Penggunaan Fly Ash Dan
Viscocrete Pada Self Compacting
R² = 0,9959 Concrete, Universitas Kristen Petra.
Tabel 5 memberikan kesimpulan bahwa Prima, Aprisya Dwi, dkk., 2014, Stabilisasi
semakin besar varian fly ash yang terkandung Tanah Lempung Menggunakan
semakin besar pula daya dukung tanah yang Limbah Cangkang Kerang Ditinjau
dihasilkan. Sehingga hipotesis diterima Dari Nilai CBR, Politeknik Negeri
bahwa varian fly ash berpengaruh signifikan Sriwijaya, Palembang.
terhadap besarnya nilai daya dukung tanah. SNI 1964:2008 Cara Uji Berat Jenis Tanah.
Secara teoritis tanah lempung memiliki nilai Wong, Irwan Lie Keng, 2013, Studi
pengembangan potensial tanah yang tinggi Perbandingan Perkerasan Jalan
tergantung dari faktor yang mempengaruhi Lentur Metode Bina Marga Dan
tanah. Akan tetapi pada hasil penelitian kali ini AASHTO Dengan Menggunakan Uji
daya dukung tanah asli lapangan sudah Dynamic Cone Penetration (Ruas
memenuhi syarat CBR minimum sebesar 5%. Jalan Bungku-Funuasingko
Hasil pengujian jenis mineral tanah Kabupaten Morowali, UNS,
menunjukkan tanah lempung yang berada di Surakarta.
tanah Ruas Jalan Sunan Geseng Grabag
Magelang termasuk ke dalam lempung kaolinit
yang secara sifat fisik tidak mempunyai
aktivitas pengembangan tanah yang besar atau
aktivitasnya digolongkan tidak aktif. Artinya
kerusakan jalan yang terjadi di Ruas Jalan
Sunan Geseng Grabag Magelang tidak
dipengaruhi oleh daya dukung tanah dasar di
lokasi tersebut, akan tetapi ada faktor lain yang
mempengaruhi kerusakan jalan yang terjadi.
Faktor lain inilah yang dapat menjadikan bahan
penelitian selanjutnya.

E. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan, maka Penyusun dapat
memberikan kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
1. Jenis mineral lempung yang terkandung
dalam Ruas Jalan Sunan Geseng Grabag
Magelang adalah mineral Kaolinit.
2. Penambahan fly ash menambah nilai CBR.
3. Penambahan fly ash dapat memperbaiki
sifat tanah.
4. Nilai kepadatan tanah maksimum sebelum
dan sesudah penambahan fly ash
mengalami perubahan dengan naiknya nilai
kepadatan tanah maksimum.

F. DAFTAR PUSTAKA

ASTM D 424-74, Standard Test Method for


Plastic Limit and Plasticity Index of Soil.

7
8

Anda mungkin juga menyukai