Anda di halaman 1dari 11

ACARA IV

IDENTIFIKASI PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG (HASIL


PENGUKURAN DI LAPANGAN DAN PENGOLAHAN DEM PADA
SOFTWARE ArcGIS 10.4)

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menghitung hasil pengukuran panjang dan kemiringan
lereng di lapangan dan pengolahan dem pada softwere arcgis 10.4
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi panjang dan kemiringan lereng
terhadap erosi yang terjadi

II. ALAT DAN BAHAN


Pengukuran di Lapangan
Alat
a. Abney level
b. Meteran
c. Yalon
d. Alat tulis
e. Kompas Geologi
f. Kertas Milimeter Blok
Panjang dan Kemiringan Lereng menggunakan ArcGIS
Alat
a. Laptop
b. Software Arcgis 10.4
Bahan
a. Peta DEM pada kawasan Batu
b. Peta persebaran tanah pada wilayah Batu

III. DASAR TEORI


Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor
erosi. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi
diberbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-gaya eksogen dan endogen
yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik di
atas permukaan bumi (Kartasapoetra, 1985).
Lereng mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman
dan panjang lereng. Lahan dengan kemiringan kereng yang sangat curam
(>45) memiliki pengaruh gaya berat yang lebih besar di banding kemiringan
lereng yang curam (30-45%) agak curam (15-30%) dan landai (8-15%). Hal
ini disebabkan gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya
permukaan tanah dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan
persyaratan mutlak terjadinya proses pengikisan (detachment), pengangkutan
(transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya
berat dalam memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng
semakin besar pula. Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih
dari 8%, maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan
kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng. Berdasarkan hal
tersebut, diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada
lereng 30-45%. Hal ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-
45%) terjadi erosi terus menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal,
kandungan bahan organik rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta
porositas tanah yang rendah dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar
yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan
banyaknya air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi
pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut (Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama
disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah
yang berbeda di setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim
terutama oleh curah hujan dan temperatur. Mengetahui besar kemiringan
lereng adalah penting untuk perencanaan dan pelaksanaan berbgai kebutuhan
pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air antara lain
sebagai suatu faktor yang mengendalikanerosi dan menentukan kelas
kemampuan lahan. Besar kemiringan lereng yang dinyatakan dalam satuan
derajat (0) atau (%). Untuk menetukan besar kemiringan lereng dapat diukur
melalui beberapa metode atau alat seperti abney level dan clinometer (Saleh,
2010).
Cara untuk menentukan besar lereng menggunakan abney level
merupakan cara yang manual. Terdapat cara yang lebih cepat untuk
menentukan besar kemiringan lereng yaitu dengan menggunakan DEM dan
pengolahan datanya menggunakan software. DTM/DEM adalah suatu set
pengukuran ketinggian dari titik-titik yang tersebar di permukaan tanah.
Digunakan untuk analisis topografi daerah terpilih (Taufik, 2008).
Menurut Taufik (2008), DEM digunakan dalam berbagai apllikasi baik
secara langsung dalam bentuk visualisasi model permukaan tanah maupun
dengan diolah terlebih dahulu sehingga menjadi produk lain. Informasi dasar
yang diberikan DEM dan digunakan dalam pengolahan adalah koordinat titik-
titik pada permukaan tanah. Informasi lain yang dapat diturunkan dari DEM
adalah :

Jarak pada relief atau bentuk permukaan tanah


Luas permukaan suatu area
Volume galian dan timbunan
Slope dan Aspect
Kontur
Profil

IV. LANGKAH KERJA


1. Penentuan Besar Kemiringan Lereng Menggunakan Abney Level
a. Mendatangi lokasi titik yang telah ditentukan
b. Menentukan titik pertama dengan menaruh patok berupa yalon
c. Menentukan arah utara mata angin menggunakan kompas geologi
d. Membuat segmen 1 hingga segmen ke 5 menggunakan yallon. Yalon
satu dan yalon yang lain memiliki jarak 5m dan pembuatan segmen
harus segaris atau lurus menuju arah utara yang telah ditentukan
menggunakan kompas geologi
e. Menghitung besar kemiringan lereng setiap segmen menggunakan
abney level
f. Mencatat hasil besar kemiringan lereng dengan sampel 5 segmen pada
titik yang telah ditentukan
2. Pengolahan DEM pada ArcGIS 10.4
a. Add data DEM ASTER.

b. Membuat dan menampilkan garis kontur dengan cara klik ArcToolbox


> Spatial Analyst Tool > Surface > Contour.

c. Kemudian add data kembali peta tanah wilayah Batu yang telah di
intersect

d. Setelah itu dissolve peta batu dengan memilih peta sesuai kajian kita.
e. Setelah itu kembali ke ArcToolbox > Spatial Analyst Tool > Extraction
> Extract by Mask.

f. Pemotongan dengan clip melalui Analyst tool > extract > clip (Lakukan
clip untuk kota Batu jika DEM yang ditranformasi masih daerah yang
luas).

g. Interpolate line > menarik garis dari 1 kontor ke kontur yang lain sesuai
keinginan > klik profile graph.

h. Menghitung kemiringan dan panjang lereng.


V. HASIL

1. Pengukuran di lapangan
a. Gambar penampang melintang (terlampir)
b. Pembacaan abney level segmen 1 = 37
c. Pembacaan abney level segmen 2 = 34
d. Pembacaan abney level segmen 3 = 36
e. Pembacaan abney level segmen 4 = 35
f. Pembacaan abney level segmen 5 = 37
g. Panjang lereng keseluruhan adalah 25 meter dan setiap segmen
memiliki jarak 5m
h. Rata rata kemiringan lereng adalah 35,8 dan 49,72%

2. Pengolahan DEM dengan ArcGIS


a. Profile Graph Title

b. Perhitungan kemiringan lereng


Satuan derajat (o)
tan () = depan/samping
= 250 m/400 m
= 0,625
= 32o
Satuan persen (%)
% = depan/samping * 100%
= 250 m/400 m * 100%
= 0,625 * 100%
= 62,5%
c. Perhitungan kemiringan lereng
sin = depan/miring
sin 32 o = 250 m / miring
miring = 250 m / sin 32 o
miring = 250 m / 0,53
miring = 471,7 m
Jadi panjang lerengnya adalah 471,7 meter.

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan membahas tentang pengukuran besar
kemiringan dan panjang lereng berlokasi pada Desa Brau, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemiringan
lereng dan panjang lereng adalah metode manual dengan menggunakan
profilling dan menggunakan aplikasi Arcgis. Dengan menggunkan dua
metode tersebut kita dapat membandingkan hasil yang diperoleh.
Dari hasil pengukuran di lapangan dan pengolahan data DEM ASTER
di ArcGIS, menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana pada perhitungan
dilapangan didapat hasil rata-rata kemiringan lereng sebesar 35,8 atau
49,72%. Sedangkan pada pengolahan data DEM ASTER di ArcGIS
menunjukkan hasil rata-rata kemiringan lereng sebesar 32 atau 62,5% .
Menurut Wiradisastra (1999) kemiringan lereng tergolong Sangat curam jika
nilainya >45%, sehingga lereng pada wilayah Desa Brau, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu termasuk dalam kategori kemiringan kereng yang sangat
curam.
Lereng yang sangat curam tidak selalu memiliki tingkat erosi yang
tinggi. Banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti curah hujan,
tutupan lahan dan sifat fisik tanah yang ada di area tersebut. Pada wilayah
Desa Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu memiliki tutupan lahan yang masi
cukup lebat dengan semak belukar dan hutan pinus. Dengan demikian
vegetasi mampu mengikat tanah dan menahan tanah yang tererosi sehingga
di lereng yang sangat curam, erosi yang terjadi tidak terlalu besar
dibandingkan dengan lereng yang sangat curam akan tetapi tidak memiliki
vegetasi. Selain itu di sektor perkebunannya pun masyarakat sekitar sudah
menggunakan prinsip tersering sehingga tanaman yang ditanam tidak
mengikuti arah kemiringan lereng sehingga mengurangi laju erosi.

VII. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tingkat kemiringan lereng dan
panjang lereng dapat ditentukan dengan pengukuran langsung di lapangan
yaitu dengan profilling dan dapat menggunakan software ArcGIS dengan data
DEM ASTER. Dari hasil praktikum dengan menggunakan profilling
(pengukuran langsung) dan menggunakan ArcGIS didapat hasil bahwa pada
wilayah kajian di Desa Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu memiliki
kemiringan lereng sebesar 49,72% dan 62,5% dan tergolong lereng sangat
curam. Desa Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada wilayah kajian yang
kita teliti, merupakan wilayah yang memiliki lereng yang sangat curam, akan
tetapi terdapat tutupan lahan berupa vegetasi. Vegetasi meliputi hutan pinus
dan ilalang dan rumput yang rapat sehingga laju erosi dapat diminimalisir.
VIII. DAFTAR RUJUKAN
Kartasapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Taufik. 2008. DEM (DIGITAL ELEVATION MODEL). Bandung: Institut
Teknologi Bandung
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap.Bogor:
Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
IX. LAMPIRAN

a. Kenampakan wilayah kajian Desa Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu


LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI LAHAN

ACARA IV

IDENTIFIKASI PANJANG DAN KEMIRINGAN LERENG (HASIL


PENGUKURAN DI LAPANGAN DAN PENGOLAHAN DEM PADA
SOFTWARE ARCGIS 10.4)

Dosen Pengampu: Dr. Didik Taryana, M.Si

Nama : Diorahma Indra M.

NIM : 160722614626

Offering/Thn : G/2016

Asisten : Hetty Rahmawati S.

PROGRAM STUDI GEOGRAFI

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2017

Anda mungkin juga menyukai