Anda di halaman 1dari 6

MODUL PRAKTIKUM

INTERPRETASI DATA PENGINDERAAN JAUH UNTUK SURVEI


TANAH

Nama : Wendri Arifin


Nim : 17331089

Dosen Pengampu: Vinia Anasfisia, S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

ACARA II
INTERPRETASI CITRA UNTUK PEMETAAN KEMIRINGAN LERENG
I. TUJUAN
Tujuan Praktikum 2 :
1.Mampu mengenali karakteristik dan kelas kemiringan lereng yang
ada menurut Van Zuidam pada suatu wilayah melalui data
penginderaan jauh.
2.Mampu membuat peta kemiringan lereng secara digital.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Alat tulis.
2. Kertas HVS.
3. Aster GDEM Kabupaten Rokan Hulu.
4. Peta Rupa Bumi Indonesia.
5. Transparansi.
6. Kalkir.
7. Software ArcGiS.
III. DASAR TEORI
Kemiringan lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh perbedaan
tinggi permukaan lahan (relief) yaitu antara bidang datar tanah dengan
bidang horizontal yang dihitung dalam persen atau derajat. Semakin
miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal sehingga lapisan tanah
atas yang tererosi akan semakin banyak jika lereng permukaan tanah
menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi persatuan luas
menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak.
Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng. Kemiringan lereng
biasnya terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung
(voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak (crest)
merupakan derah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan daerah
dibawhnya, demikian pula lereng tengah yang kadang cembung atau
cekung mendapat gerusan aliran permukaan relief lebih besar dari
puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan
(Salim, 1998).
Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff.
Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor
erosi. Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi
diberbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-gaya eksogen dan endogen
yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian
titik-titik di atas permukaan bumi (Kartasapoetra, 1986).
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam
persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang
mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 %. Kecuraman
lereng 100% sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari
memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga
memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin besar,
maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan
butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang
semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari
bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin
banyak. Bentuk lereng bergantung pada proses erosi juga gerakan tanah
dan pelapukan. Leeng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam
dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif, dimana kedua
bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan kritis.
Klasifikasi kemiringan lereng juga beragam salah satunya yaitu
kemiringan menurut Arsyad (1989), diamana klasifikasi kemiringan
lereng tersebut terdiri dari.

Kemiringan Klasifikasi
(%)
0-3 Datar
3-8 Landai
8-15 Agak Miring
15-30 Miring
30-45 Agak Curam
45-65 Curam
>65 Sangat Curam
Klasifikasi kemiringan lereng menurut Van Zuidam :

IV. LANGKAH KERJA


a. Mempersiapkan alat dan bahan.
b. Membuat digitasi kemiringan lereng dengan menggunakan
software ArcGIS.
c. Add ASTERGDEM ke arcgis.
d. Tentukan hasil klasifikasi kelas kemiringan lereng tersebut.

e. Layout Peta.

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta Kemiringan Lereng Daerah Kabupaten Rokan Hulu skala 1:
750.000 pada HVS A3.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anasfisia,Vinia. 2013. Laporan Praktikum Interpretasi Citra untuk Survey
Tanah. Program Studi.
Anasfisia,Vinia. 2013. Laporan Praktikum Ilmu Tanah. Program Studi
Pengindran Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Universitas
Gadjah Mada.Yogyakarta.

Indah Sari Dewi, Nur. 2010. Ilmu Tanah. Fakultas Geografi. Uiversitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Purwohardjo, U.U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C-Pengukuran Topografi.


Jurusan Teknik Geodesi ITB. Bandung.

Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai