Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk
garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta
topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi,
apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu.
Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief
kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola
posisi yang benar.Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan
informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi,
Garis kontur atau disebut dengan garis tranches, garis tinggi, atau garis tinggi
horizontal, adalah garis imajiner pada suatu wilayah atau area di atas peta yang
garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang memiliki sudut elevasi atau
ketinggian yang sama + 25 meter terhadap sudut elevasi atau ketinggian tertentu.
Garis kontur ini dapat dibuat dengan membuat suatu proyeksi garis tegak
berpotongan pada bidang datar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar pada
suatu peta. Garis kontur yang dibuat pada peta akan terkait langsung dengan skala
yang mana garis kontur ini dibuat sesuai dengan skala peta yang diinginkan.
. a. Titik-titik dalam satu garis kontur mempunyai ketinggian yang sama di atas
permukaan laut.
b. Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu sama lain, kecuali pada
terjal/curam.
landai/pedataran
2.4 Komponen Peta Topografi
1. Judul Peta
Menjelaskan isi peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping
(BAKOSURTANAL).
2. Legenda Peta
Penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta. Bagian ini
adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca
3. Skala Peta
sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam peta
4. Garis koordinat
Jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan garis
horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat
peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis.
garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Penulisanya
biasanya denga koordinat geografis, derajat, menit dan detik (Contoh : 940 15’
114,4”) biasanya disertakan “L” untuk Lintang dan “B” untuk Bujur. Koordinat
grid adalah jaring jaring koordinat lokal yang dipakai untuk acuan
pengkoordinatan dalam peta. Biasanya hanya disebutkan dengan angka saja dan
12 angka. Untuk peta w:st=”on” Indonesia ada 2 acuan pokok dalam koordinat
ini yaitu dengan dikenal dengan sistem UTM/UPS atau LCO masing masing
titik ketinggian yang sama dalam peta. Karena merupakan tanda dari ketinggian
yang sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotong tapi bisa
bersinggungan.
terakhir peta tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi
7. Deklinasi
Deklinasi yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan
Mata angin harus dicantumkan dalam peta untuk mengetahui arah utara,
apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar
erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parameter topografi
yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative,
dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu bahan
kritis. Bila dimana suatu lahan yang dapat merusak lahan secara fisik, kimia dan
pendekatan rumus “Went-Worth” yaitu pada peta topografi yang menjadi dasar
tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang
curam lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar
erosi yang terjadi. Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir
(slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi. Kemiringan lereng
terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh
derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih
semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan
lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh
tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang
semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika
lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per
panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki
pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan
kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landai (8-15%). Hal ini disebabkan
gaya berat semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari
bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
pula. Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka
aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring
sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%. Hal ini disebabkan
pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi terus menerus sehingga
dengan tanahtanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng
(Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua tempat,
hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di setiap
tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah hujan dan
tanah dan air antara lain sebagai suatu faktor yang mengendalikanerosi dan
dalam satuan derajat (0) atau (%). Untuk menetukan besar kemiringan lereng
dapat diukur melalui beberapa metode atau alat antara lain dengan metode alat tipe