ABSTRAK
Analisis data keruangan secara cepat untuk kepentingan pembangunan wilayah salah satunya dapat ditepuh dengan memanfaatkan
Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG sebagai alat mempunyai keunggulan dalam memadukan datakeruangan baik yang berupa
data grafis raster, grafis vektor maupun atribut untuk memperoleh suatu sistem informasi baru yang berbasis geografis.
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan data dan informasi secara cepat untuk berbagai kepentingan seperti pembangunan dan penelitian dapat dilakukan
dengan banyak cara, salah satunya dapat ditempuh dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG sebagai suatu alat
mempunyai keunggulan dalam memadukan data dan analisis data keruangan baik yang berbentuk data grafis raster, data grafis
vektor maupun atribut untuk memperoleh suatu informasi baru yang berbasis geografis.
SIG dalam operasionalnya mempunyai fungsi sebagai berikut : 1). Untuk perolehan dan pemrosesan awal suatu data. 2).
Pengelolaan, penyimpanan dan pengambilan ulang data. 3). Manipulasi dan analisis. 4).Luaran (Cetak Peta, Data Base).
Sehubungan dengan keunggulan SIG dalam hal informasi baru sebagai hasil analisis data maka penulis mengaplikasikannya untuk
menghitung besarnya koefisien aliran suatu daerah aliran sungai. Model pendekatan yang dipakai dengan memanfaatkan metode
Cook.
Menurut Cook (dalam Gunawan, 1992) faktor karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menghasilkan besarnya aliran
permukaan adalah:
Infiltrasi.
Vegetasi Penutup
Koefisien aliran dapat didefinisikan sebagai nisbah antara aliran dan curah hujan pada selang waktu tertentu dan pada kondisi fisik
DAS tertentu. Untuk mengukur besarnya koefisien aliran dapat dilakukan dengan dua cara:
Dihitung dari debit aliran tahunan, debit aliran sesaat dan laju aliran (Suyono, 1984).
Besarnya aliran berbanding lurus dengan Koefisien Aliran (C), berbanding lurus terhadap Intensitas hujan (I) dan Luas DAS (A). Pada
metode rasional dirumuskan sebagai Q = C.I.A dimana C (Koefisien Aliran), Q= Debit Aliran, I=Intensitas dan A= Luas DAS.
Perhitungan koefisien aliran yang diperoleh dari debit tidak akan dibicarakan dalam tulisan ini akan tetapi memanfaatkan pendekatan
metode Cook. Faktor karakteristik DAS dalam metode Cook merupakan data yang berbasis geografis, oleh karena itu untuk
memadukan keempat jenis data tersebut dapat dilakukan dengan SIG. Berdasarkan uraian tadi maka penulis mengaplikasikan SIG
tersebut untuk menghitung besarnya koefisien aliran DAS Progo Hulu di atas Adiprana.
Koefisien aliran mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai indikator aliran permukaan dalam DAS dan dapat dipakai
sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi aliran dalam kaitannya dengan pengelolaan DAS. Sebagai indikator aliran permukaan
biasanya dipakai dalam menentukan debit puncak suatu banjir, sedangkan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi pengelolaan DAS,
koefisien aliran dipakai sebagai salah satu indikator pengaruh Pengelolaan DAS terhadap penurunan besarnya aliran permukaan.
1.1. TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menghitung besarnya koefisien aliran DAS Progo hulu di atas Adiprana
1.2. METODOLOGI
Untuk menunjang berhasilnya penulisan ini diperlukan beberapa tahap sebagai berikut:
A. Langkah-langkah Penelitian
Studi Pustaka. Pada tahap ini langkah yang ditempuh adalah melakukan studi pustaka untuk mendukung penelitian.
Tahap Perolehan/Pengumpulan Data. Data yang diperlukan dalam penulisan ini terdiri dari Peta Topografi, Peta
Penggunaan, Peta Jenis Tanah, Peta Geomorfologi masing-masing dengan Skala 1:100.000
Inputing Data. Pada tahap ini data yang didigitasi adalah data Kontur, Alur Sungai, Penggunaan Lahan, Jenis Tanah, dan Peta
Geomorfologi DAS Progo Hulu di Atas Adiprana.
Perhitungan. Pada tahap ini dilakukan perhitungan dengan memanfaatkan rumus yang ada.
Analisis Data. Pada tahap ini dilakukan analisis data baik melalui tabel, kalkulasi peta raster hasil digitasi dengan
mempergunakan ILWIS
Penulisan. Ini merupakan tahap akhir dari penelitian. Alat yang digunakan dalam penulisan antara lain: Software ILWIS versi
1.4, LVIEW, Paintbrush dan WinWord versi 6. Komputer yang digunakan adalah PC DX2/66 AT, RAM 16 MB, HDD 1,2 G, Printer
HP DeskJet 560 C.
B. Diagram Alir
Diagram alir proses perhitungan koefisien aliran dengan metode Cook dapat dilihat pada Gambar 1.
Untuk menghitung besarnya Kerapatan Aliran rumus yang digunakan adalah : Dd = L/A
Keterangan:
Dd = Kerapatan Aliran (Km/Km2).
L = Panjang Sungai (Km).
A = Luas DAS (Km2).
Untuk menghitung kemiringan lereng suatu DAS dilakukan dengan memanfaatkan filter dfdx dan dfdy. Tahap pertama dilakukan
digitasi kontur daerah penelitian, peta hasil digitasi kontur disebut sebagai peta digital lereng. Selanjutnya peta digital lereng
diproses dengan menggunakan menu spasial modeling untuk dianalisis menjadi peta kemiringan lereng. Formula yang dipakai untuk
membuat peta raster kemiringan lereng adalah:
Keterangan :
Lereng = Peta raster lereng dalam %
100 = Konstanta kemiringan lereng dalam %
kon_dx = Model medan digital yang telah difilter dfdx
kon_dy = Model medan digital yang telah difilter dfdy
20 = Ukuran piksel dalam meter
Untuk menghitung besarnya koefisien aliran maka dilakukan perhitungan dengan mamakai tabulasi yaitu dengan menjumlahkan
koefisien aliran untuk masing-masing bentuk lahan. Rumus yang digunakan adalah :
LBL
C total = ¾ ¾ x Luas DAS
JS
Keterangan:
LBL = Luas bentuk lahan
JS = Jumlah skor
Perhitungan koefisien aliran dapat dilakukan dengan melakukan overlay 4 (empat) buah peta yaitu Peta Relief, Peta Infiltrasi, Peta
Vegetasi Penutup, dan Peta Kerapatan Aliran. Hasil overlay keempat peta tersebut akan menghasilkan data tabulasi yang berisi
Kolom Luas Bentuk Lahan dan Kolom Jumlah Skor yang dipakai untuk menghitung koefisien aliran.
Kemiringan Lereng
Berdasarkan hasil proses pembuatan peta kemiringan lereng dengan memanfaatkan filter dfdx dan dfdy, maka kemiringan lereng
daerah penelitian dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu 1). Klas kemiringan antara 0-5 %, 2). Klas kemiringan lereng antara 5-10 %.
3). Klas kemiringan antara 10-30 % dan 4). Klas kemiringan > 30 %. Skor yang diberikan untuk masing-masing klas kemiringan
lereng dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan peta hasil klasifikasi kemiringan lereng daerah penelitian dapat dilihat pada Peta
Klasifikasi Kemiringan Lereng
Penggunaan Lahan
Untuk mengetahui besarnya vegetasi penutup dilakukan dengan pendekatan penggunaan lahan. Seperti diketahui jenis pengunaan
lahan di daerah penelitian terdiri dari 5 jenis yaitu Hutan, Kebun Campuran, Pemukimam, Sawah dan Tegalan. Untuk pemberian skor
terhadap kelima jenis penggunaan lahan digunakan penggolongan sebagai berikut: 1). Untuk kriteria pertama yaitu 90 % DAS
tertutup baik oleh kayuan atau sejenisnya adalah untuk penggunaan lahan hutan. 2). Untuk kriteria kedua yaitu kira-kira 50 % DAS
tertutup baik oleh pepohonan dan rerumputan adalah untuk jenis penggunaan lahan kebun campuran, sawah dan tegalan. 3). Untuk
kriteria ketiga yaitu tanaman penutup sedikit sampai sedang atau tidak ada tanaman pertanian dan penutup alam sedikit adalah
untuk jenis penggunaan lahan pemukiman. Peta penggunaan lahan daerah penelitian daat dilihat pada Peta Penggunaan Lahan DAS
Progo Hulu di Atas Adiprana.
Kerapatan Aliran
Klasifikasi kerapatan aliran dilakukan dengan mempertimbangkan besarnya rasio antara panjang sungai dengan luas DAS. Menurut
Linsley klas kerapatan aliran terdiri dari 4 yaitu 1). Klas tinggi adalah dengan nilai Dd < 1,6 Km/Km2. 2). Klas sedang dengan nilai Dd
antara 1,6 - 3,2 Km/Km2. 3). Klas Rendah dengan nilai Dd antara 3,2 - 8 Km/Km2. 4). Klas sangat rendah dengan nilai Dd > 8
Km/Km2. Peta klasifikasi kemiringan lereng dapat dilihat pada Peta Klasifikasi Kemiringan Lereng DAS Progo Hulu di Atas Adiprana.
Infiltrasi
Cook menggolongkan kemampuan infiltrasi DAS menjadi 4 klas yakni: 1). Klas I (infiltrasi tinggi) misalnya pasir. Skor yang diberikan
untuk klas satu adalah 5, dengan pertimbangan bahwa sifat pasir mempunyai kontribusi yang kecil terhadap aliran. 2). Klas II
(infiltrasi sedang), misalnya tanah lempung dengan infiltrasi setipe prairi. Skor yang diberikan untuk klas II ini adalah 10, dengan
pertimbangan bahwa yang termasuk klas ini mempunyai kontribusi sedang terhadap aliran. 3). Klas III (infiltrasi lambat), misalnya
tanah liat/tanah dengan kaasitas infiltrasi rendah. Skor yang diberikan untuk klas ini adalah 15, dengan pertimbangan bahwa
kontribusi tanah jenis ini cukup besar terhadap aliran. 4). Klas Sangat Lambat, misalnya tanah tipis dan kapsitas infiltrasi diabaikan.
Skor yang diberikan untuk klas ini adalah 20, dengan pertimbangan bahwa kontribusi tanah jenis ini sangat besar terhadap aliran.
Klasifikasi infiltrasi daerah penelitian hanya terdiri atas 3 klas yaitu klas infiltrasi tinggi, sedang dan rendah (lihat Tabel 4) sedangkan
peta klasifikasi infiltrasi dapat dilihat ada Peta Klasifikasi Infiltrasi DAS Progo Hulu di Atas Adiprana.
Untuk menganalisis besarnya koefisin aliran diperoleh dengan melakukan overlay empat buah peta yaitu Peta Kemiringan Lereng (4
klas), Peta Penggunaan lahan (3 klas), Peta Kerapatan Aliran (3 klas) dan Peta Klasifikasi Infiltrasi (3 klas).
Berdasarkan hasil overlay keempat buah peta diperoleh sebanyak 16 buah bentuk lahan dengan luas masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 6. Total koefisien aliran DAS Progo Hulu adalah 51,547 %.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien aliran dengan memanfaatkan GIS maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Hasil analisis dan klasifikasi dapat ditampilkan dalam peta dan tabel perhitungan.
Faktor dominan yang mempunyai kontribusi besar dalam perhitungan koefisien aliran adalah pada range skor antara 40 sampai
65, dengan ciri fisik berupa daerah dengan klasifikasi infiltrasi rendah sampai sedang, kerapatan aliran sedang, daerah dengan
penggunaan lahan pemukiman dan sawah, serta dengan kemiringan lereng antara 0 -10%.
Nilai koefisien aliran sebesar 51,547% berarti 51,547% dari tebal hujan yang jatuh kedalam DAS akan berubah menjadi aliran
(runoff).
DAFTAR PUSTAKA
Dulbahri. : "Garis-Garis Besar Uraian Sistem Informasi Geografis", Bahan Kursus Sistem Informasi Geografis Untuk Penanganan
data Keruangan, Fakultas Geografi-PUSPICS. Yogyakarta, 1993.
Gunawan, T.: "Penerapan Teknik Pengindraan Jauh Untuk menduga Debit Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS
", Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB Bogor, 1991.
Projo, D: "Pengolahan Citra Digital dengan ILWIS Versi 1.2.", Bahan Kursus Sistem Informasi Geografis Untuk Penanganan data
Keruangan. Fakultas Geografi-PUSPICS, Yogyakarta, 1993.
Sarwono, H. : "Ilmu Tanah". PT. Mediyatama sarana Perkasa, Jakarta, 1987
Suharyadi. "Tutorial Sistem Informasi Geografis ILWIS Versi 1.4.", Bahan Kursus Sistem Informasi Geografis Untuk Penanganan
data Keruangan, Fakultas Geografi-PUSPICS. Yogyakarta, 1995.
Suyono.: "Pemantauan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ditinjau Dari Segi Hidrologi", Seminar Hidrologi Fakultas Geografi UGM 14-
15 Desember 1984
Lampiran
Tabel 2. KLASIFIKASI KEMIRINGAN LERENG SUB DAS PROGO HULU DI ATAS ADIPRANA
Tabel 3. KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN SUB DAS PROGO HULU DI ATAS ADIPRANA
Tabel 4. KLASIFIKASI KERAPATAN ALIRAN SUB DAS PROGO HULU DI ATAS ADIPRANA
Tabel 5. KLASIFIKASI INFILTRASI TANAH SUB DAS PROGO HULU DI ATAS ADIPRANA