Anda di halaman 1dari 33

PEMANFAATAN ILMU FISIKA PADA

PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN


TERBAHARUKAN

Di Susun Oleh :
Rehan Aji Saputra ( 2 1111 0 2 4 4 3 0 4 5 )
Hendri ( 2 1111 0 2 4 4 3 0 2 8 )
Ahmad daffa maulana edy ( 2 1111 0 2 4 4 3 0 4 6 )
Aldi reza bagus ( 2 1111 0 2 4 4 3 0 3 0 )
Edwar azranedwar ( 2 1111 0 2 4 4 3 0 7 )

Doosen Pembimbing:
Isnaini Zulkarnain ST.MT
Energi Terbarukan Adalah Energi Yang Berasal Dari "Proses Alam Yang
Berkelanjutan", Seperti Tenaga Surya, Tenaga Angin, Arus Air, Proses
Biologi, Dan Panas Bumi. Untuk Mengetahui Lebih Lanjut Tentang
Penggunaan Energi Terbarukan Di Masyarakat Modern, Lihat Pengembangan
Energi Terbarukan.
A. BIOMASSA & BIOFILE
Biomassa adalah material yang berasal dari organisma hidup yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan dan
produk sampingnya seperti sampah kebun, hasil panen dan sebagainya. Tidak seperti sumber-sumber alamiah
lain seperti petroleum, batubara dan bahan bakar nuklir, biomassa adalah sumber energi terbarukan yang
berbasis pada siklus karbon.Biomassa bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung sebagai bahan
bakar. Briket arang, briket sekam padi, briket ranting dan daun kering adalah contoh bahan bakar biomassa
yang dapat digunakan secara langsung sebagai bahan bakar pemanas atau sumber tenaga Nilai Kalor Bakar
Biomassa Bervariasi Tergantung Kepada Sumbernya. Pemakaian Biomassa Dapat Memberi Kontribusi Yang
Signifikan Kepada Managemen Sampah, Ketahanan Bahan Bakar Dan Perubahan Iklim. Di Pedesaan,
Utamanya Di Negara-negara Berkembang, Biomassa Dari Kayu, Daun, Sekam Padi Dan Jerami Merupakan
Bahan Bakar Utama Untuk Pemanasan Dan Memasak. Catatan dari International Energy Agency
menunjukkan bahwa energi biomassa menyediakan 30% dari suplai energi utama.
Biofuel Merupakan Bahan Bakar Terbarukan Yang Cukup Menjanjikan. Biofuel Dapat Secara
Luas Didefinisikan Sebagai Padatan, Cairan Atau Gas Bakar Yang Mengandung Atau
Diturunkan Dari Biomassa. Definisi Yang Lebih Sempit Mendefinisikan Biofuel Sebagai Cairan
Atau Gas Yang Berfungsi Sebagai Bahan Bakar Transportasi Yang Berasal Dari Biomasssa.
Biofuel Dipandang Sebagai Bahan Bakar Alternatif Yang Penting Karena Dapat Mengurangi
Emisi Gas Dan Meningkatkan Ketahanan Energi. Penggunaan Minyak Nabati (BBN) Sebagai
Bahan Biofuel Sebenaranya Sudah Dimulai Pada Tahun 1895 Saat Dr. Rudolf Christian Karl
Diesel Mengembangkan Mesin Motor Yang Dijalankan Dengan BBN. BBN Saat Itu Adalah
Minyak Yang Didapatkan Langsung Dari Pemerasan Biji Sumber Minyak, Yang Kemudian
Disaring Dan Dikeringkan. Bahan Bakar Minyak Nabati Mentah Yang Digunakan Pada Mesin
Diesel Buatan Dr. Rudolf Christian Karl Diesel Tersebut Berasal Dari Minyak Sayur. Namun
Karena Pada Saat Itu Produksi Minyak Bumi Berlimpah Dan Murah, Maka BBN Untuk Mesin Diesel
Tersebut Secara Perlahan-lahan Diganti Dengan Minyak Solar Dari Minyak Bumi. Selain Itu BBN Yang
Didominasi Oleh Trigliserida Memiliki Viskositas Dinamik Yang Jauh Lebih Tinggi Dibandingkan
Dengan Solar. Viskositas Bahan Bakar Yang Tinggi Akan Menyulitkan Pengaliran Bahan Bakar Ke
Ruang Bakar Sehingga Dapat Menurunkan Kualitas Pembakaran Dan Daya Mesin. Oleh Karena Itu,
Untuk Penggunaan BBN Secara Langsung Mesin Diesel Harus Dimodifikasi Terlebih Dahulu, Misalnya
Dengan Penambahan Pemanas BBN Untuk Menurunkan Viskositas. Pemanas Dipasang Sebelum Sistem
Pompa Dan Injektor Bahan Bakar.
Contoh Pengaplikasian Energi Contoh Pengaplikasian Energi
Biofule biomassa
B. PANAS BUMI
Energi Panas Bumi Juga Dikenal Dengan Nama Energi Geothermal Yang Berasal Dari Bahasa Yunani. Dalam
Bahasa Yunani Kata “Geo” Memiliki Arti Bumi Dan Kata “Thermal” Memiliki Arti Panas Jadi Ketika
Digabungkan Kata Geothermal Memiliki Arti Panas Bumi. Energi Panas Bumi Sendiri Dihasilkan Dan
Disimpan Di Dalam Inti Bumi. Jika Dibandingkan Dengan Bahan Bakar Fosil, Panas Bumi Merupakan
Sumber Energi Bersih Dan Hanya Melepaskan Sedikit Gas Rumah Kaca.

Menurut Uu No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, Sumber Daya Panas Bumi Adalah Suber Energi Panas
Yang Terkandung Di Dalam Air Panas, Uap Air, Dan Batuan Bersama Mineral Ikutan Dan Gas Lainnya Yang
Secara Genetik Semuanya Tidak Dapat Dipisahkan Dalam Suatu Sistem Panas Bumi Dan Untuk
Pemanfaatannya Diperlukan Proses Penambangan Yang Dapat Dimanfaatkan Untuk Pembangkitan Tenaga
Listrik Atau Pemanfaatan Langsung Lainnya.
Salah Satu Pemanfaatan Energi Panas Bumi Adalah Untuk Menghasilkan Energi Listrik. Pemanfaatan Energi Panas Bumi
Untuk Pembangkit Listrik Secara Garis Besar Dilakukan Dengan Cara Melihat Resource Dari Panas Bumi Tersebut. Apabila
Suatu Daerah Memiliki Panas Bumi Yang Mengeluarkan Uap Air (Steam), Maka Steam Tersebut Langsung Dapat Digunakan.
Steam Tersebut Secara Langsung Diarahkan Menuju Turbin Pembangkit Listrik Untuk Menghasilkan Energi Listrik. Setelah
Selesai Steam Tersebut Diarahkan Menuju Condenser Sehingga Steam Tersebut Terkondensasi Menjadi Air. Air Ini Selanjutnya
Di Recycle Untuk Menjadi Uap Lagi Secara Alami. Namun, Bila Panas Bumi Itu Penghasil Air Panas (Hot Water), Maka Air
Panas Tersebut Harus Di Ubah Terlebih Dahulu Menjadi Uap Air (Steam). Proses Perubahan Ini Membutuhkan Peralatan Yang
Disebut Dengan Heat Exchanger, Dimana Air Panas Ini Dialirkan Menuju Heat Exchanger Sehingga Terbentuk Uap Air. Sekitar
40% cadangan energi geothermal dunia terletak di Indonesia. Diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi panas bumi
terbesar di dunia. Cadangan energi panas bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada permintaan energi
yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan geotermal
untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari energi geothermal.
Contoh Pengaplikasian Energi
panas bumi
C. AIR
Air Sudah Menjadi Salah Satu Sumber Energi Terbarukan Yang Digunakan Sejak Zaman Dulu, Walaupun
Penggunaannya Masih Terbatas Saat Itu. Contohnya Untuk Menggerakkan Penumbuk Gandum Dan
Sejenisnya. Sebagai Pembangkit Listrik, Arus Air Yang Ada Di Sungai Dapat Dimanfaatkan Menggunakan
Kincir. Nantinya, Kincir Tersebutlah Yang Akan Menggerakkan Turbin Listrik. Tidak Hanya Di Sungai, Arus
Dari Air Laut Pun Bisa Digunakan Sebagai Sumber Energi.

Dibandingkan Dengan Tenaga Angin, Menggunakan Arus Air Sebagai Pembangkit Listrik Lebih
Menguntungkan Karena Sifatnya Yang Lebih Stabil. Energi Yang Dihasilkan Pun Ramah Lingkungan Karena
Tidak Meninggalkan Limbah. Di Indonesia Sendiri Sudah Terdapat Beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) Yang Dibangun Di Bendungan-bendungan.
Saat ini, Indonesia dan banyak negara lainnya bergantung pada sumber daya alam tak terbarukan,
seperti batu bara dan minyak bumi, sebagai sumber energi. Sayangnya, sumber daya tersebut tidak
dapat diperbaharui dan bisa habis. Selain itu, penggunaannya juga dapat menghasilkan polusi dan
berpengaruh buruk terhadap perubahan iklim. Sebab itu, pelan-pelan beralih ke sumber energi baru
dan terbarukan seperti menjadi sebuah solusi.

Energi baru dan terbarukan sendri merujuk kepada energi alternatif sekaligus energi berkelanjutan
(sustainable) yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan. Indonesia memiliki berbagai sumber
energi baru yang dapat dimanfaatkan. Berikut adalah beberapa jenisnya yang dapat kita gunakan.
Contoh Pengaplikasian Energi
Air
D. ANGIN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, target bauran energi baru
dan terbarukan pada tahun 2025 paling sedikit 23% dan 31% pada tahun 2050. Target kapasitas PLT-Angin
(Pembangkit Listrik Tenaga Angin) pada tahun 2025 yakni 255 MW. Sementara hingga tahun 2020 PLT-Angin baru
terpasang sekitar 135 MW dengan perincian 75 MW di daerah Sidrap dan sebesar 60 MW di daerah Janeponto).
Dengan demikian pengembangan energi angin di Indonesia masih menjadi tantangan nasional.

Ketersediaan peta potensi energi angin yang akurat di seluruh wilayah Indonesia sangat diperlukan sebagai langkah
awal dalam identifikasi dan pemilihan lokasi proyek energi angin. Peta tersebut memberikan informasi mengenai
karakteristik angin di berbagai wilayah seperti kecepatan angin rata-rata, kecepatan maksimum dan minimum yang
dapat dikonversi menjadi peta rapat daya dan peta energi tahunan (dalam kWh/ atau W/m2 ). Informasi tersebut
sangat berguna sebagai dasar penentuan lokasi dan pemilihan teknologi turbin yang tepat.
Berdasarkan hasil pemetaan distribusi kecepatan angin, didapat kecepatan angin yang tinggi (6 - 8 m/s) di
onshore terjadi di pesisir selatan pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Maluku, dan NTT. Sementara kecepatan
angin di daerah offshore menunjukkan angka lebih dari 8 m/s terjadi di Offshore Banten, offshore
Sukabumi, offshore Kupang, offshore Pulau Wetar, dan offshore Kab Jeneponto, dan offshore Kab
Kepulauan Tanimbar. Kecepatan angin maksimum terjadi pada periode Juni, Juli, Agustus (JJA) saat terjadi
monsun Australia sedangkan minimum terjadi pada periode Maret, April, dan Maret (MAM) saat peralihan
monsun Asia ke monsun Australia. Penyediaan data potensi energi angin offshore memiliki tingkat kesulitan
yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, mulai dari kesulitan dalam membangun struktur
pondasi yang kuat, instalasi power supply, transfer data hingga pemeliharaan yang sulit jika terdapat
kerusakan. Kesulitan tersebut menyebabkan pengukuran angin offshore membutuhkan biaya jauh lebih
mahal dibandingkan di darat, padahal data pengukuran angin offshore yang beresolusi tinggi sangat berguna
untuk estimasi potensi angin yang akurat
Salah satu upaya untuk mempercepat pemanfaatan sumber daya angin, Badan Litbang ESDM melalui
P3TKEBTKE telah mengembangkan metode perhitungan potensi energi angin dengan membuat peta
potensi energi angin Indoesia resolusi 5 km di tahun 2016. Pada tahun 2020, peta tersebut perbaharui
dengan memperpanjang periode inputan model kemudian menghitung potensi energi angin onshore dan
offshore Indonesia. Selanjutnya untuk menggambarkan potensi energi angin Indonesia, hasil pemodelan
tersebut ditampilkan dalam peta distribusi kecepatan angin onshore dan offshore, peta distribusi kecepatan
angin per musim, peta distribusi rapat daya angin (Wind Power Density/WPD), dan peta distribusi produksi
energi tahunan (Annual Energy Production/AEP). Verifikasi model dilakukan terhadap data pengukuran 111
stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan 11 lokasi pengukuran Pusat Penelitian
Pengembangan Geologi dan Kelautan (P3GL-KESDM). Verifikasi dilakukan dengan menghitung bias dan
root mean square error (RMSE) antara hasil model dan data pengukuran.
Contoh Pengaplikasian Energi
Angin
E. SURYA

Indonesia Adalah Negara Tropis Yang Dilintasi Garis Khatulistiwa. Ini Membuat Indonesia Memiliki Potensi
Cahaya Matahari Yang Berlimpah Dan Bisa Dikonversi Menjadi Salah Satu Sumber Energi Terbarukan. Besar
Radiasi Cahaya Matahari Di Indonesia Rata-rata Mencapai 4,80 Kwh/M2 Per Harinya. Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Adalah Teknologi Yang Dapat Diterapkan Di Seluruh Wilayah Indonesia, Bahkan Di
Daerah Terpencil Sekalipun. Teknologi PLTS Sangat Mudah Dari Sisi Instalasi, Operasi, Dan Perawatannya.
Kendala Instalasi PLTS Ini Adalah Biaya Pemasangan Dan Biaya Komponen Yang Masih Relatif Mahal.
Bahkan, Beberapa Bahan Baku Sel Surya Masih Harus Diimpor.
Mengacu pada sumber potensi yang dimiliki Indonesia tersebut, tidak heran apabila pemerintah
menggantungkan harapannya melalui pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk
mencapai target bauran energi dan juga penurunan emisi karbon. Namun, harapan besar itu belum sejalan
dengan capaian pemanfaatan PLTS yang hanya mencapai 0,1 persen dari total potensi yang ada. Jika dilihat
dari total kapasitas pembangkit EBT yang terpasang masih didominasi oleh pembangkit listrik tenaga hidro
dengan total 6,14 GW dari total potensi 75 GW. Adapun, kapasitas terpasang pembangkit EBT terbesar
lainnya adalah panas bumi dengan total 2,13 GW dari total 23,9 GW, serta diikuti oleh pembangkit listrik
tenaga bioenergi sebesar 1,9 GW dari total 32,6 GW. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Arifin Tasrif tidak menampik bahwa pemanfaatan energi surya di dalam negeri masih sangat rendah. Arifin
Mengatakan, Salah Satu Permasalahan Yang Membuat Rendahnya Pemanfaatan PLTS Adalah Kendala
Dalam Pengadaan Lahan. Hingga Kini, Pemerintah Terus Mengkaji Jalan Keluar Guna Mengatasi
Permasalahan Itu
Dia menjelaskan, persoalan tarif listrik yang dihasilkan dari pembangkit EBT juga masih menjadi perhatian pemerintah. Salah
satunya adalah tarif listrik dari PLTS yang dinilai masih belum ekonomis. Menurut dia, persoalan itu muncul karena masalah
akuisisi lahan yang akan digunakan untuk pemanfaatan PLTS. Pasalnya, PLTS memerlukan lahan yang luas untuk dimanfaatkan
secara optimal. “Ini juga diperlukan satu aturan. Kalau dimanfaatkan untuk keberpihakan ke rakyat, maka tanah-tanahnya tidak
terlalu mahal atau ada skema-skema yang tidak beratkan production cost untuk electricity tersebut,” ucapnya. Di samping itu, perlu
peranan lintas sektor untuk mewujudkan pengembangan PLTS yang ekonomis. Dalam Rancangan Undang-Undang EBT, sejumlah
kementerian dan lembaga turut dilibatkan guna mendapatkan kebijakan yang tepat. Arifin mengatakan, peran lintas sektor
diperlukan guna menghidupkan industri dari tenaga surya agar bisa menekan biaya produksi dari tingginya harga investasi peralatan.
“Terkait sektor lain, misalnya dengan perindustrian dan keuangan, bagaimana impor komponen bisa lebih murah,” katanya. Kendati
demikian, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir telah terjadi penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 1.478 MW dengan
kenaikan rata-rata sebesar 4 persen per tahun. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE)
Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa salah satu faktor pendorong pertumbuhan pembangkit EBT bisa melalui
tenaga surya. “Benar bahwa Vietnam begitu maju dari sisi PLTS. Kami juga merencanakan ingin seperti itu dalam waktu singkat. Di
sisi lain, misalnya negara tetangga Malaysia sekarang bangun PLTS atap mirip dengan yang Kementerian ESDM sedang susun
dengan prinsip.
Contoh Pengaplikasian Energi
Surya
F. GELOMBANG LAUT

Salah Satu Potensi Laut Dan Samudra Yang Belum Banyak Diketahui Masyarakat Umum Adalah
Potensi Energi Laut Dan Samudra Untuk Menghasilkan Listrik. Negara Yang Melakukan Penelitian
Dan Pengembangan Potensi Energi Samudra Untuk Menghasilkan Listrik Adalah Inggris, Prancis Dan
Jepang.Secara Umum, Potensi Energi Samudra Yang Dapat Menghasilkan Listrik Dapat Dibagi
Kedalam 3 Jenis Potensi Energi Yaitu Energi Pasang Surut (Tidal Power), Energi Gelombang Laut
(Wave Energy) Dan Energi Panas Laut (Ocean Thermal Energy). Energi Pasang Surut Adalah Energi
Yang Dihasilkan Dari Pergerakan Air Laut Akibat Perbedaan Pasang Surut. Energi Gelombang Laut
Adalah Energi Yang Dihasilkan Dari Pergerakan Gelombang Laut Menuju Daratan Dan Sebaliknya.
Gelombang Laut Secara Ideal Dapat Dipandang Berbentuk Gelombang Yang Memiliki Ketinggian
Puncak Maksimum Dan Lembah Minimum . Pada Selang Waktu Tertentu, Ketinggian Puncak Yang
Dicapai Serangkaian Gelombang Laut Berbeda-beda, Bahkan Ketinggian Puncak Ini Berbeda-beda
Untuk Lokasi Yang Sama Jika Diukur Pada Hari Yang Berbeda. Meskipun Demikian Secara Statistik
Dapat Ditentukan Ketinggian Signifikan Gelombang Laut Pada Satu Titik Lokasi Tertentu.

Bila Waktu Yang Diperlukan Untuk Terjadi Sebuah Gelombang Laut Dihitung Dari Data Jumlah
Gelombang Laut Yang Teramati Pada Sebuah Selang Tertentu, Maka Dapat Diketahui Potensi Energi
Gelombang Laut Di Titik Lokasi Tersebut. Potensi Energi Gelombang Laut Pada Satu Titik Pengamatan
Dalam Satuan Kw Per Meter Berbanding Lurus Dengan Setengah Dari Kuadrat Ketinggian Signifikan
Dikali Waktu Yang Diperlukan Untuk Terjadi Sebuah Gelombang Laut. Berdasarkan Perhitungan Ini
Dapat Diprediksikan Berbagai Potensi Energi Dari Gelombang Laut Di Berbagai Tempat Di Dunia. Dari
Data Tersebut, Diketahui Bahwa Pantai Barat Pulau Sumatera Bagian Selatan Dan Pantai Selatan Pulau
Jawa Bagian Barat Berpotensi Memiliki Energi Gelombang Laut Sekitar 40 Kw Per M.
Kecepatan Arus Pasang-surut Di Pantai-pantai Perairan Indonesia Umumnya Kurang Dari 1,5 M Per
Detik, Kecuali Di Selat-selat Diantara Pulau-pulau Bali, Lombok, Dan Nusa Tenggara Timur,
Kecepatannya Bisa Mencapai 2,5 - 3,4 M Per Detik.

Arus Pasang-surut Terkuat Yang Tercatat Di Indonesia Adalah Di Selat Antara Pulau Taliabu Dan Pulau
Mangole Di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, Dengan Kecepatan 5,0 M Per Detik. Berbeda
Dengan Energi Gelombang Laut Yang Hanya Terjadi Pada Kolom Air Di Lapisan Permukaan Saja, Arus
Laut Bisa Terjadi Pada Lapisan Yang Lebih Dalam. Kelebihan Karakter Fisik Ini Memberikan Peluang
Yang Lebih Optimal Dalam Pemanfaatan Konversi Energi Listrik.
Pada Dasarnya, Arus Laut Merupakan Gerakan Horizontal Massa Air Laut, Sehingga Arus Laut
Memiliki Energi Kinetik Yang Dapat Digunakan Sebagai Tenaga Penggerak Rotor Atau Turbin
Pembangkit Listrik. Secara Global Laut Mempunyai Sumber Energi Yang Sangat Besar Yaitu
Mencapai 2,8 X 1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain Itu, Arus Laut Ini Juga Menarik Untuk
Dikembangkan Sebagai Pembangkit Listrik Karena Sifatnya Yang Relatif Stabil Dan Dapat
Diprediksi Karakteristiknya.
Contoh Pengaplikasian Energi
gelombang laut
G. PASANG SURUT LAUT
Energi Pasang Surut Atau Tidal Energy Merupakan Sumber Energi Terbarukan Yang Mengubah Energi
Yang Terbentuk Dari Pergerakan Naik Turunnya Pasang Surut Air Laut Menjadi Energi Atau Listrik Yang
Dapat Digunakan. Energi Pasang Surut Didapatkan Dengan Menggunakan Berbagai Teknologi Seperti
Tidal Barrages, Tidal Fences, Dan Tidal Turbines. Tidal barrages atau bendungan pasang surut adalah
teknologi dengan prinsip yang berkerja seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dimana harus
terdapat bendungan (barrage). Tidal barrages terdiri dari tiga bagian utama, pertama adalah bendungan
(barrage) yang berfungsi untuk menahan atau menjebak air, kedua adalah pintu air yang berfungsi untuk
mengarahkan air masuk ke bagian ketiga, dan ketiga yaitu turbin dan generator. Tidal barrages bekerja
saat air laut mulai pasang lalu mengisi bendungan dan saat air laut surut membuka pintu air. Dengan
perbedaan kedua arah, air yang bergerak akan menghasilkan gaya untuk memutar bilah turbin untuk
menghasilkan energi listrik.
Tidal Fences Adalah Bentuk Lain Dari Tidal Stream Technology Dengan Prinsip Seperti Turbin
Angin Atau Pembangkit Listrik Tenaga Angin Yang Berada Di Bawah Permukaan Air Dan Biasanya
Dibangun Antara Pulau — Pulau Kecil Atau Antara Daratan Dan Pulau — Pulau Yang Memiliki Arus
Deras. Tidal Fences Digunakan Di Daerah Yang Berarus Sehingga Turbin Akan Berputar Dan
Menghasilkan Energi Listrik.
Tidal Turbines Adalah Teknologi Yang Menggunakan Turbin Individu Yang Diletakkan Di Tempat
Dengan Pasang Surut Yang Kuat. Tidal Turbines Menangkap Dan Mengonversi Energi Kinetik Pada
Air Laut Akibat Pasang Surut, Sama Dengan Bagaimana Turbin Angin Menangkap Energi Angin. Air
Memiliki Densitas 830 Kali Lebih Besar Dari Udara Atau Angin Sehingga Mampu Menghasilkan
Listrik Pada Kecepatan Yang Lebih Rendah Dari Turbin Angin. Saat Pasang Surut Bergerak, Air Laut
Mendorong Turbin Dan Mengubah Turbin Menjadi Generator Sehingga Menghasilkan Energi Listrik.
Energi Pasang Surut Memiliki Potensi Sebagai Energi Terbarukan Yang Besar. Energi Tersebut
Lebih Dapat Diandalkan Daripada Energi Terbarukan Yang Lainnya Dikarenakan Lebih
Efisien Dan Memiliki Masa Hidup Yang Lebih Lama. Sifat Tidak Dapat Diprediksi Dari
Sumber Energi Lainnya, Seperti Angin Dan Surya, Menjadi Salah Satu Kelemahan Utama
Yang Menghambat Perkembangan Energi Terbarukan, Termasuk Energi Pasang Surut Yang
Dapat Berubah — Ubah Secara Alami
Contoh Pengaplikasian Energi
pasang surut laut
H. PANAS LAUT
Energi Panas Laut Merupakan Bagian Dari Energi Baru Terbarukan Yang Bersumber Dari Perbedaan
Temperatur Air Laut Yang Mudah Ditemukan Pada Perairan Laut Tropis. ... Wilayah Itu Dipilih Karena
Memiliki Perbedaan Temperatur Laut Lebih Dari 20 Derajat Pada Kedalaman Laut 500 Sampai 1.000
Meter Dengan Permukaan 10 Meter Pemerintah Indonesia Berupaya Memanen Energi Baru Terbarukan
Untuk Mengurangi Produksi Emisi Gas Rumah Kaca, Salah Satunya Dengan Memanfaatkan Energi
Panas Laut Atau Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC). Energi Panas Laut Merupakan Bagian Dari
Energi Baru Terbarukan Yang Bersumber Dari Perbedaan Temperatur Air Laut Yang Mudah Ditemukan
Pada Perairan Laut Tropis. Pada 2019, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi Kelautan Badan
Litbang ESDM Bersama Saga University Asal Jepang Merencanakan Pembangunan Proyek Percobaan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Laut Dengan Kapasitas Lima Megawatt Di Perairan Utara Bali.
Wilayah itu dipilih karena memiliki perbedaan temperatur laut lebih dari 20 derajat pada
kedalaman laut 500 sampai 1.000 meter dengan permukaan 10 meter.

Berdasarkan hasil penelitian, kondisi lingkungan tersebut dapat menggerakkan pembangkit


listrik untuk menghasilkan energi dari konversi panas laut yang menghasilkan uap bertekanan
tinggi untuk memutar turbin.

Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya mengatakan
saat ini pengembangan energi laut di Indonesia masih dalam tahap penelitian dan
pengembangan, salah satunya studi kelayakan tentang teknologi arus laut di Selat Alas, Selat
Sape, dan Selat Pantar.
Contoh Pengaplikasian Energi
panas laut
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai