Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM BETON

HASIL PENGUJIAN MATERIAL

KELOMPOK 5 (AGREGAT KASAR)

DOSEN PENGAMPU:

M. NOOR ASNAN ST.MT 1129126601

DI SUSUN OLEH:

IKHSAN MURSY (2111102443029)

IKHWAN NUR RIZAL (2111102443027)


REZA (2111102443033)

HENDRI (2111102443028)
IQBAL WAHYUDI (2111102443032)

ALDI REZA BAGUS (2111102443030)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
Jl. Ir. H. Juanda no.15, sidodadi, kec. Samarinda ulu, kota samarinda, kalimantan timur
2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI DIBUAT SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BETON

DISUUSN OLEH:

IKHSAN MURSY (2111102443029)

IKHWAN NUR RIZAL (2111102443027)

REZA (2111102443033)

HENDRI (2111102443028)

IQBAL WAHYUDI (2111102443032)

ALDI REZA BAGUS (2111102443030)

MENGETAHUI:

Asisten Dosen Pengampu Dosen Pengampu

FEBRIAN, ST. M. NOOR ASNAN ST.MT


NIDN: 1129126601

Ketua Kelompok

IKHWAN NUR RIZAL


NIM: 2111102443027
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan berkah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Teknologi Beton di Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur degan baik. Pada Laporan ini kami buat untuk
menjelaskan tentang kegiatan Praktikum Teknologi Beton yang telah kami lakukan.
Kami menyadari bahwa pada Laporan Praktikum Teknologi Beton ini masih
banyak kekurangan. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
yaitu Bapak Noor Asnan, ST., MT. Dan juga kepada asisten laboratorium yang
telah membantu dan membimbing dalam Praktikum Teknologi Beton.

Samarinda, 14 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR .....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1.1. Latar Belakang .....................................................................................


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................
1.3. Tujuan ..................................................................................................
1.4. Manfaat ................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

2.1. Pengujian Konsistensi Normal Semen ..................................................


2.2. Pengujian Waktu Mengikat dan Mengeras Semen ................................
2.3. Pengujian Berat Jenis Semen ................................................................
2.4. Pengujian Berat Volume Semen ...........................................................
2.5. Pengujian Saringan/Ayakan Pasir .........................................................
2.6. Pengujian Kelembapan Pasir ................................................................
2.7. Pengujian Berat Jenis Pasir ...................................................................
2.8. Pengujian Air Resapan Pasir .................................................................
2.9. Pengujian Berat Volume Pasir ..............................................................
2.10. Pengujian Kadar Lumpur Pasir ............................................................
2.11. Pengujian Saringan/ayakan Batu Pecah ................................................
2.12. Pengujian Kelembapan Batu Pecah ......................................................
2.13. Pengujian Berat Jenis Batu Pecah ........................................................
2.14. Pengujian Air Resapan Batu Pecah ......................................................
2.15. Pengujian Berat Volume Batu Pecah ....................................................
2.16. Pengujian Kadar Lumpur Batu Pecah ...................................................
2.17. Pengujian Ketahanan Keausan dengan Mesin Los Angeles ...................
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Pengujian Konsistensi Normal Semen ..................................................


3.2. Pengujian Waktu Mengikat dan Mengeras Semen ................................
3.3. Pengujian Berat Jenis Semen ................................................................
3.4. Pengujian Berat Volume Semen ...........................................................
3.5. Pengujian Saringan/Ayakan Pasir .........................................................
3.6. Pengujian Kelembapan Pasir ................................................................
3.7. Pengujian Berat Jenis Pasir ...................................................................
3.8. Pengujian Air Resapan Pasir .................................................................
3.9. Pengujian Berat Volume Pasir ..............................................................
3.10. Pengujian Kadar Lumpur Pasir .............................................................
3.11. Pengujian Saringan/ayakan Batu Pecah .................................................
3.12. Pengujian Kelembapan Batu Pecah ........................................................
3.13. Pengujian Berat Jenis Batu Pecah ..........................................................
3.14. Pengujian Air Resapan Batu Pecah .......................................................
3.15. Pengujian Berat Volume Batu Pecah ....................................................
3.16. Pengujian Kadar Lumpur Batu Pecah ...................................................
3.17. Pengujian Ketahanan Keausan dengan Mesin Los Angeles ...................

BAB IV PENUTUP .........................................................................................

4.1.Kesimpulan .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

LAMPIRAN ....................................................................................................

LEMBAR ASISTENSI ...................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Beton adalah material konstruksi yang pada saat ini sudah sangat umum
digunakan. Saat ini berbagai bangunan sudah menggunakan material dari beton.
Pentingnya peranan konstruksi beton menuntut suatu kualitas beton yang
memadai. Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan untuk memperoleh
suatu penemuan alternatif penggunaan konstruksi beton dalam berbagai bidang
secara tepat dan efisien, sehingga akan diperoleh mutu beton yang lebih baik.
Beton merupakan unsur yang sangat penting, mengingat fungsinya sebagai
salah satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.
Keadaan ini dapat dimaklumi, karena sistem konstruksi beton mempunyai
banyak kelebihan jika dibandingkan dengan bahan lain. Keunggulan beton
sebagai bahan konstruksi antara lain mempunyai kuat tekan yang tinggi, dapat
mengikuti bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan biaya
perawatan yang relatif murah. Hal lain yang mendasari pemilihan dan
penggunaan beton sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat
efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) beton terbuat dari bahan-
bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai
keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat diperlukan dalam
pembangunan suatu konstruksi. Beton yang bermutu baik mempunyai beberapa
kelebihan diantaranya mempunyai kuat tekan tinggi, tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan, tahan aus, dan tahan
terhadap cuaca (panas, dingin, sinar matahari, hujan). Beton juga mempunyai
beberapa kelemahan, yaitu lemah terhadap kuat tarik, mengembang dan
menyusut bila terjadi perubahan suhu, sulit kedap air secara sempurna, dan
bersifat getas (Tjokrodimuljo, 1996).
1.2. Rumusan masalah
Konsep tentang perencanaan beton akan dibatasi dengan sistematika
permasalahan, antara lain :
A. Menentukan sifat sifat bahan campuran beton:
 Semen
 Argregat halus ( pasir )
 Agregat kasar ( krikil )
 Air
B. perencanaan campuran beton:
 menentukan komposisi bahan berdasarkan kekuatan rencana
beton .
 pemeriksaan kualitas adukan beton
C. pemeriksaan kekuatan hancur benda uji beton:
 pemeriksaan tegangan hancur.
 pemeriksaan standar deviasi.
 perhitungan kekuatan karakteristik beton
1.3. Tujuan
pada laporan ini ada beberapa tujuan yang hendak dicapai antara lain:
A. perencanakan komposisi beton yang menghasilkan beton dengan mutu
yang baik.
B. pembedakan dan menganalisa mutu beton
C. pengenal alat – alat rekayasa sipil
D. Sebagai dasar dan pengenalan tentang pekerjaan nyata di lapangan.
1.4. Manfaat
A. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah pengujian material
dalam campuran beton
B. Mahasiswa dapat membuat job mix design beton agar mendapatkan
nilai kuat tekan yang sudah direncanakan
C. Mahasiswa dapat mengetahui nilai kuat tekan beton yang telah dibuat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengujian Konsistensi Normal Semen


A. Alat dan bahan
 Pesawat Vicat 1 set (Alat Vicat, jarum Ø 10 mm, cincin konik)
Timbangan (ketelitian 0,1 gram). Alat pengaduk/mixer
Stopwatch/arloji Gelas ukur Sendok perata, kaos tangan
plastik/karet. Semen (3 x 300 gram) dan air
B. Langkah kerja
Siapkan alat dan bahan. Timbang semen = 300 gram dan air 81 gram
(f.a.s = 0,27) Masukkan air ke mangkok pengaduk---tambahkan semen-
--biarkan 30 detik. Aduk selama 30 detik---hentikan selama 15 detik.
Aduk selama 60 detik---ambil pasta semen---buat bola2---lempar2 (6x)
Masukkan pasta ke cincin konik---ratakan---pasang jarum vicat Ø 10
mm---jatuhkan jarum setelah 30 detik---catat penurunan jarum. Ulangi
langkah 2-6 dengan f.a.s dirubah sampai penurunan jarum memenuhi
syarat yaitu 10 mm ± 1 mm
2.2. Pengujian Waktu Mengikat dan Mengeras Semen
A. Alat dan bahan
 Meja leleh( Flow Table )
 Cincin Konik
 Mesin Pengaduk
 Timbangan Digital
 Stopwatch
 Spatula
 Mistar baja
 Saringan no. 40
 Cawan
 Jangka sorong (penggaris sigma)
 Sarung tangan
 Plat Kaca
 Alat Vicat dan cincin konik
 Semen Portland 650 gram
 Air suling
 Vaselin
B. Langkah Kerja
Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan Mengayak
Semen Portland dengan saringan No.40 dan timbang sebanyak 650 gram
Memasukkan air suling ke dalam tromol pengaduk sebanyak jumlah air
yang di pakai untuk mencapai konsistensi normal 31,5 %. Memasukkan
Semen Portland sebanyak 650 gram ke dalam tromol yang telah berisi
air suling dan diamkan selama 30 detik (waktu dihitung dengan
menggunakan stopwatch).Menjalankan mesin pengaduk dengan
kecepatan 140 ± 5 rpm selama 1 menit. Menghentikan mesin pengaduk
selama ± 15 detik, bersihkan dinding tromol dari pasta yang menempel.
Menjalankan kembali mesin pengaduk dengan kecepatan 285 ± 10 rpm
selama 1 menit. menghentikan mesin pengaduk dan lepaskan tromol
dari mesin pengaduk. Mengambil pasta semen sekepalan tangan dan
bentuk menyerupai bola. Melemparkan bola- bola pasta semen dari satu
tangan ke tangan lain dengan jarak ±15 cm sebanyak 6 kali lemparan.
Mengukur diameter dalam pada bagian bawah cincin konik.
Memasukkan pasta yang telah berbentuk bola ke dalam cincin konik.
Meratakan pasta pada cincin dengan spatula dan bersihkan pasta yang
menempel pada dinding cincin konik. Meletakkan cincin konik yang
berisi pasta semen di atas flow table dengan posisi harus berada pada
daerah tengah dari flow table Mengangkat cincin konik dari pasta,
kemudian putar alat pemutar pada flowtable hingga terjadi
sentakan/ketukan pada flow table sebanyak 25 kali selama 15 detik. 16.
Mengukur diameter hasil lelehan pasta dengan menggunakan mistar
baja (d1,d2,d3 dan d4) Kemudian hitung konsistensi normal Setelah dari
konsistensi normal, memasukkan pasta kedalam cincin konik yabg telah
di olesi vaseline sehingga cincin konik terisi penuh dengan pasta semen
dan meratakan kelebihan pasta dengan spatula yang digerakkan dalam
posisi miring pada permukaan cincin konik, hingga permukaan pasta
rata dengan tinggi cincin konik. Meletakkan plat kaca yang telah di olesi
vaseline pada lubang besar dan kelebihan pasta pada lubang kecil
diratakan dan dilicinkan dengan spatula. Meletakkan cincin konik yang
berisi pasta didalam ruang yang lembab selama 30 menit tanpa terjadi
kerusakan. Meletakkan cincin konik yang berisi pasta semen dibawah
alat vicat diameter 1 mm dan sentuhkan jarum dengan permukaan pasta
selama 15 detik. Menjatuhkan jarum setiap 15 menit sekali. Percobaan
dilakukan berulang-ulang hingga tidak tejadi penurunan jarum vicat. 22.
Jarak penurunan jarum antara sebelum dan berikutnya minimal 5 mm
dan jarak jarum dari tepi cincin konik minimal 1 cm.
2.3. Pengujian Berat Jenis Semen
A. Peralatan
 Timbangan dengan ketelitian 0,01 % dari berat contoh, yang
mempunyai kapasitas maksimum sebesar 311 gram

 Botol Le Chatelier

 Bak air

 Termometer
 Spatula

 Corong

 Sarung tangan karet

B. Langkah kerja
 Pekerjaan persiapan peralatan dan tempat
 Bersihkan botol Le chatelier dengan mengelap sampai kering,
kemudian isi botol
 dengan kerosin atau naptha sampai skala antara 0 dan 1.
 Keringkan bagian dalam botol di atas permukaan cairan dengan
menggunakan
 Masukkan es batu ke dalam air, aduk hingga larut. Buat suhu air
kurang dari 24OC.
 Masukan botol ke dalam bak air sebagai usaha menjaga suhu
yang konstan untuk menghindarkan perbedaan suhu dalam botol
dan air yang lebih besar dari 0,2 ° C. Jaga jangan sampai air
masuk ke dalam botol. Buat ketinggian air rendaman sama
dengan tinggi kerosin dalam botol. Jika menggunakan satu
termometer, lap dahulu termometer hingga kering, masukkan
termometer ke dalam botol, ukur suhu cairan dalam botol, atau
jika menggunakan dua termometer, masukkan secara bersamaan
ke dalam air dan botol. Biarkan keadaan ini hingga suhu air dan
cairan dalam botol sebesar 25OC. Jika dalam proses ini suhu air
lebih dari 25OC, angkat botol dari air, ulangi langkah 4 dan 5.
 Setelah suhu air sama dengan suhu dalam botol, angkat botol dan
letakkan pada tempat yang datar. Buat posisi mata dan cairan
dalam botol sejajar, segera baca skala pada botol
 Catat volume cairan kerosin dalam botol (V 1).
 Bersihkan timbangan dengan kuas dan lap, buat timbangan pada
posisi nol, timbang wadah (W1)
 Masukan 64 gram semen kedalam wadah dan timbang berat
wadah + semen (W2). Dimana berat W2 = W1+ 64 gram (berat
semen)
 Keringkan dinding dalam botol di atas permukaan cairan dengan
kertas tisu. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam
botol, harus diusahakan seluruh benda uji masuk ke dealam
cairan, dan hindarkan adanya massa semen yang menempel di
dinding dalam botol di atas permukaan cairan.
 Setelah seluruh benda uji dimasukkan, goyangkan perlahan-
lahan botol itu selama kurang lebih 30 menit, sehingga seluruh
gelembung udara dalam benda uji ke luar.
 Ulangi langkah 4. 5 dan 6.
 Catat volume cairan kerosin dalam botol (V 2)
 Hitung Berat Jenis semen
 Pekerjaan Penyelesaian:
 Kocok botol yang berisi semen dan kerosin hingga tidak
ada semen yang menempel di dalam botol.Buang isi
botol, isi kembali botol dengan kerosin ulangi mengocok
dan menguras botol hingga botol bersih.
 Kembalikan semua peralatan ke tempat yang sudah
ditentukan.
 Bersihkan ruangan yang digunakan dari kotoran akibat
pekerjaan yang dilakukan.
2.4. Pengujian Berat Volume Semen
A. Peralatan
 Timbangan
Timbangan dengan ketelitian 45 g atau 0.3% dari berat benda
uji, atau lebih besarberdasarkan rentang yang digunakan.
Rentang yang digunakan berdasarkan timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang wadah ukur kosong sampai wadah
ukur yang telah terisi beton sekitar 2600 kg/m 3.
 Batang penusuk
Batang penusuk terbuat dari baja yang lurus dengan diameter 16
mm dan panjang 600 mm, dengan bagian ujungnya dibulatkan
setengah bola dengan diameter 16 mm.
 Penggetar internal
Penggetar internal harus memiliki permukaan yang halus dan
rapat pada bagian penggetarnya serta digerakkan dengan motor
listrik. Frekuensi getaran harus 7000 getaran per menit atau
lebih. Diameter terluar dari bagian penggetar tidak kurang dari
19 mm dan tidak lebih dari 38 mm. Panjang bagian penggetar
tidak kurang dari 600 mm.
 Wadah ukur
Wadah ukur berbentuk silinder, dapat terbuat dari baja atau
logam lain Kapasitas minimum dari wadah silinder harus sesuai
dengan persyaratan yang tercantum dalam tabel 1 yang
berdasarkan pada ukuran agregat dalam beton yang akan diuji.
Semua wadah ukur, kecuali wadah ukur pada pengukur kadar
udara (air meter) yang digunakan pada pengujian TEST
METHOD C 138, harus sesuai dengan persyaratan TEST
METHOD C 29/C 29M. Wadah ukur yang digunakan pada
pengukur kadar udara (air meter) harus sesuai dengan
persyaratan TEST METHOD C 231, dan harus dikalibrasi untuk
volumenya sebagaimana dijelaskan pada TEST METHOD C
29/C 29M. Permukaan atas dari wadah ukur pada pengukur
kadar udara (air meter) harus mulus dan rata dalam batas 0.3 mm
B. Menghitung volume produksi campuran adalah sebagai berikut :

M
𝑦=
D
Dengan :
D : adalah berat isi beton, kg/m 3
M : adalah berat total material dalam campuran, kg
Y : adalah volume produksi campuran, m
2.5. Pengujian Saringan /Ayakan Pasir
A. Peralatan
 Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2% dari berat benda
uji
 oven dilengkapi dengan suhu untuk pemanasan sampai 110 +/-
5°C
 Alat pemisah contoh (sample splitter)
 Mesin penggetar saringan
 Talam-talam, kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
 Seperangkat saringan dengan ukuran
B. Prosedur pengujian
 Bersihkan agregat yang akan diuji (benda uji) kemudian
keringkan dalam oven dengan suhu 110 +/-5°C sampai beratnya
tetap
 Bersihkan juga masing-masing saringan yang akan digunakan,
lalu ditimbang berat dari masing-masing saringan tersebut (W1)
 Kemudian susun saringan dimulai dari saringan yang paling
besar, lalu curahkan benda uji pada perangkat saringan tersebut
dan diguncang dengan mesin selama 15 menit
 Setelah diguncang, masing-masing saringan ditimbang kembali
(W2) dan akan diperoleh berat benda uji yang tertahan pada
masing-masing saringan.
Berat benda uji yang tertahan W3= W2 – W1 Persentase berat
benda uji yang tertahan, W3/W x 100% Persentase berat yang
lolos = 100% – % berat tertahan Modulus kehalusan =( ∑% berat
tertahan saringan no 4 s/d no 100) / 100.
2.6. Pengujian Kelembapan Pasir
A. Peralatan
 Timbangan
 Loyang
 Cawan
 Sendok pasir
 Oven
 Krikil
 Pasir
B. Langkah kerja
 Menimbang tempat pasir yang akan di gunakan.
 Menimbang pasir (kondisi asli) sebanyak 500 gram.
 Masukan pasir ke dalam oven selama 24 jam dengan temperatur
110° lebih kurang 5° C.
 Menimbang kembali pasir tersebut dalam keadaan dingin.
 Menghitung kelembaban pasir dengan rumus.
2.7. Pengujian Berat Jenis Pasir
A. Peralatan dan bahan
 Timbangan
 Labu ukur volume 1000 ml.
 Ayakan / test sieve dengan nomor 4,75 mm.
 Desikator.
 Oven.
 Corong yang berguna untuk memasukkan pasir dan air kedalam
labu ukur.
 Air
 Pasir dalam kondisi jenuh kering muka / SSD.
B. Cara Pengujian Berat Jenis Pasir
 Ayak pasir menggunakan ayakan / test sieve dengan nomor 4,75
mm. Pada proses pengayakan tersebut terdapat kerikil atau
batuan kecil yang masih tertinggal diatas ayakan, yang nantinya
akan kita pisahkan.
 Masukkan air ke dalam labu ukur 1000 ml dengan menggunakan
corong sampai tanda batas. Namun sebelum kita memasukkan
air, pastikan terlebih dahulu bahwa permukaan bawah tempat
kita menaruh labu ukur terebut bersih dan tidak ada gangguan,
misalkan ada kerikil atau pasir untuk mengantisipasi apabila
pada saat memasukkan air, labu ukur bisa pecah, karena labu
ukur tersebut sangat rawan sekali untuk pecah. Tutup labu ukur
yang sudah terisi air dengan penutupnya.
 Timbang labu ukur yang sudah terisi dengan air sampai tanda
batas dengan menggunakan timbangan (Hasilnya kita beri tanda
C).
 Timbang pasir SSD, Pada pengujian berat jenis pasir, berat pasir
yang kita butuhkan adalah 500 gram pasir SSD (Hasilnya kita
beri tanda B). Langkah-langkah untuk menimbang pasir tersebut
adalah :
 Siapkan cawan kosong
 Letakkan cawan kosong tersebut ke dalam timbangan
kemudian tekan tombol TARE sehingga timbangan
menunjukkan angka 0.00 gram.
 Timbang pasir SSD ke dalam cawan kosong tersebut
sebanyak 500 gram.
 Keluarkan kurang lebih setengah dari air yang berada di dalam
labu ukur tersebut, kemudian masukkan pasir SSD 500 gram
tadi kedalam tabung labu ukur menggunakan corong.
 Setelah semua pasir sudah masuk ke dalam gelas labu ukur,
selanjutnya kita akan menghilangkan gelembung udara yang
berada di dalam labu ukur dengan cara menggoyang-goyangkan
labu ukur. Ketika menggoyang-goyangkan labu ukur, pastikan
labu ukur dalam kondisi tidak tertutup karena jika ditutup maka
udara tidak bisa keluar sehingga nanti udaranya tidak akan bisa
hilang.
 Jika gelembung sudah terlihat hilang, langkah selanjutnya
adalah kita akan menambahkan kembali air sampai garis tanda
batas.
 Setelah kita isi air sampai dengan garis tanda batas, di sini
terlihat ada gelembung-gelembung udara yang masih tersisa.
Cara menghilangkannya anda sebagai berikut :
 Siapkan cawan kosong
 Masukkan labu ukur yang sudah berisi pasir dan air
kedalam cawan kosong tersebut.
 Isikan air ke dalam labu ukur sampai penuh sehingga
terlihat gelembung-gelembung yang berada di tengah
labu ukur sini sudah hilang semua / sudah terbuang ke
bawah.

 Keluarkan labu ukur dari cawan kosong tadi, karena permukaan


luarnya basah, maka lap terlebih dahulu sampai dia kering
sehingga beratnya tidak terganggu pada saat penimbangan.
 Timbang labu ukur tersebut. Karena pada saat awal menimbang
labu ukur + air tanpa pasir kita menggunakan tutup labu ukur,
maka ketika kita menimbang labu ukur + air + pasir kita juga
menggunakan tutup labu ukur.
 Catat berat dari labu ukur + air + pasir tersebut (Hasilnya beri
tanda A)
 Kemudian setelah kita menimbangnya, keluarkan air dan pasir
tersebut dari labu ukur ke cawan kosong. langkahnya adalah kita
mengocoknya terlebih dahulu agar semua bisa keluar.
 Berikut ini adalah campuran pasir dan air dari labu ukur tadi,
dimana kondisinya masih terlihat keruh. Jadi kita harus
menunggunya atau mendiamkannya sampai airnya bening dan
lumpur-lumpur yang terkandung dalam air mengendap.
 Setelah itu kita tunggu beberapa saat, air dari campuran pasir
dan air tadi sudah terlihat bening karena lumpur yang
terkandung dalam air sudah mengendap ke bawah
 Tuang air dalam wadah, namun jangan dihabiskan dan sisakan
sedikit.
 Masukkan pasir tadi kedalam oven pada suhu 105° celcius
kurang lebih 24 jam.
 Jika sudah 24 jam, keluarkan sampel pasir kita tadi dari dalam
oven. Pastikan menggunakan sarung tangan anti panas untuk
mengamankan tangan kita karena oven tersebut dalam kondisi
panas.
 Tunggu sampai sampel pasir yang ada di dalam memiliki suhu
yang sama dengan suhu ruangan.
 Setelah kita diamkan beberapa saat, kita akan mengeluarkan
sampel pasir tadi dari dalam desikator. Wadah tersebut jika kita
pegang sudah tidak panas karena suhunya sudah hampir sama
dengan suhu ruangan dan itu menandakan bahwa uap-uap panas
yang ada di dalam pasir sudah hilang sehingga tidak akan
mengganggu berat kering dari pasar.
 Timbang pasir yang sudah kering tungku ini menggunakan
timbangan (Hasilnya beri tanda D).
2.8. Pengujian Air Resapan Pasir
A. Alat dan Bahan
 Timbangan Analitis

 Oven

 Pasir Kondisi SSD


 Cawan

 Cetakan Pasir SSD Serta Pemukul

 Pasir Kering Dan Basah ( Asli )


B. Langkah kerja
 Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
 Ukur cawan ke neraca digital, kemudian di nolkan kembali
 Membuat pasir SSD ( Saturated Surface Dry ) dengan cara:
 Mencampurkan pasir kering dengan pasir dalam kondisi
asli di lapangan hingga terasa lembab.
 Mengecek tingkat SSD ( Saturated Surface Dry ) dengan
alat cetakan.
 Menambahkan pasir ke dalam alat setiap 1/3 bagian
dirojok 8 kali hingga penuh
 Angkat cetakan perlahan
 Apabila sisa pasir yang tercetak melaiknkan yang tidak
runtuh memiliki tinggi 2/3 bagian dari cetakannya maka
pasir tersebut sudah bias disebut pasir SSD (Saturated
Surface Dry).
 Ambil sebagian serta timbang pasir SSD yang sudah dibuat
seberat 500 gram dengan cawan menggunakan neraca digital.
 Setelah menimbang masukkan kedalam oven selama 24 jam
dengan temperature 110° ± 5°.
 Setelah 24 jam atau sehari ambil kembali kerikil di dalam oven
lalu timbang dan catat.
 Buat 2 sampel praktikum kembali dan ikuti sesuai prosedur di
atas.
2.9. Pengujian Berat Volume Pasir
A. Peralatan yang digunakan
 Timbangan dengan ketelitian 0.1 % berat contoh
 Talam dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan
contoh agregat
 Tongkat pemadat berdiameter 15 mm, panjang 60 cm dengan
ujungnya bulat terbuat dari baja tahan karat
 Mistar perata
 Sekop
 Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang berkapasitas sebagai berikut:

B. Prosedur kerja
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah sesuai, keringkan dengan oven pada suhu 110 +/- 5° C
sampai berat menjadi tetap sehingga dapat digunakan sebagai benda uji.
 Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisah
butiran dari ketinggian 5 cm di atas wadah dengan menggunakan
sekop atau sendok semen sampai penuh
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
perata
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
 Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1)
Berat iji agregat ukuran butiran maksimum 38.1 mm (1.5″) dengan cara
penusukan.
 timbang dan catatlah berat wadah (W1)
 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
 setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan
sebanyak 25 kali secara merata
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
perata
 TImbang dan catat berat wadah beserta dengan benda uji (W2)
 Hitung berat benda uji (W3=W2-W1)
Berat isi agregat γ = W3 / V (kg/m3)
dimana V = isi wadah (m3)
Wadah sebelum digunakan harus dikalibrasi dengan cara:
 Isilah wadah dengan air sampai penuh
 Timbang dan catatlah berat wadah beserta air
 Hitung berat air = berat wadah+air – berat wadah
 Timbang dan catatlah berat wadah serta benda uji
2.10. Pengujian Kadar Lumpur Pasir
A. Peralatan dan bahan yang di gunakan
 Gelas ukur 1000 ml gelas ukur laboratorium untuk pengujian
kadar lumpur air pasir.
 Timbangan digital.
 Pasir lolos ayakan 0,063 mm sebanyak 230 ml
 NaOH (Natrium Hidroksida), bisa dibeli di toko bahan kimia
 Air mineral
B. Langkah kerja
 Masukkan pasir sebanyak 230 ml ke dalam gelas ukur
 Lalu masukkan lagi air sebanyak 70 ml kedalam gelas ukurnya
 Dan baru dimasukkan NaOH (Natrium Hidroksida) sebanyak 30
ml ke dalam gelas ukur tersebut.
 Lalu tutup gelas ukur tersebut dan dikocok-kocok hingga NaOH
(Natrium Hidroksida) tersebut larut di dalam air
 Diamkan hingga 1 jam untuk melihat hasilnya
 Jika kita menguji sampel pasir lebih dari satu, lakukan dengan
cara sama seperti langkah 1-7
 cara pengujian pemeriksaan mutu kadar lumpur pasir bagus dan
tidak bagus baik dan tidak baik:
 Warna air yang naik ke permukaan tidak berwarna coklat
lumpur
 Pasir yang paling baik di antara beberapa sampel tersebut
adalah yang warna airnya paling bening
Jika didapat volume endapan lumpur 20 cc maka kandungan
lumpur yaitu 20 / 10 = 2% Angka 10 diatas artinya 10 cc endapan
lumpur ekivalen (~) dengan 1 % lumpur. Berdasarkan PUBI
1982 Pasal 11 bahwa kandungan lumpur dalam pasir yang lewat
ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5 % (Kadar Lumpur). Dengan
melakukan tes kadar lumpur secara sederhana, dapat diketahui
pasir yang layak atau tidak layak untuk bahan campuran beton.
Apabila ternyata hasilnya masih lebih dari ambang batas, maka
dapat dilakukan modifikasi dengan mengurangi persentase kadar
lumpur lewat pencucian pasir ataupun metoda lainnya.
2.11. Pengujian Saringan/ayakan Batu Pecah
A. Peralatan
 Timbangan digital, digunakan untuk menentukan berat benda
uji.
 Seperangkat saringan agregat kasar digunakan untuk
memisahkan butiran agregat mulai dari yang paling kasar sampai
yang paling halus.
 Oven dilengkapi dengan pengatur suhu untuk pemanasan sampai
(110±5)℃, digunakan untuk mengeringkan agregat.
 Mesin penggetar saringan (sieve shaker), digunakan untuk
memisahkan antara butiran yang paling kasar hingga yang paling
halus.
 Cawan, digunakan sebagai wadah dari sampel.
 Kuas dan sikat kuningan, digunakan untuk membersihkan
wadah dan saringan.
B. Langkah kerja
 Masukkan benda uji agregat kasar yang beratnya 5000 gram.
 Isikan air kedalam wadah hingga benda uji terendam.
 Bersihkan agregat yang akan diuji dengan cara dicuci hingga air
cucian jernih. Jangan ada benda uji yang hilang atau berkurang.
 Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110±5)℃ selama
24 jam, sampai berat contoh tetap (W).
 Setelah 24 jam, keluarkan benda uji dari oven dan tunggu hingga
benda uji dingin, timbang benda uji dan catatlah berat benda uji
agregat tersebut.
 Susunan saringan dimulai dengan saringan paling besar dari atas
ke bawah. Kemudian benda uji dicurahkan pada seperangkat
saringan.
 Untuk benda uji agregat kasar, seperangkat saringan diguncang
dengan tangan. Saringlah tiap dua saringan agar lebih mudah,
dari saringan paling besar hingga paling kecil.
 Timbang dan catatlah masing-masing agregat yang tertahan
pada masing-masing saringan (W3). Jangan sampai ada agregat
yang tertinggal, gunakan sikat kuningan untuk membantu
membersihkan saringan.
2.12. Pengujian Kelembapan Batu Pecah
Kelembapan adalah rasio berat air di dalam pori-pori pasir terhadap butiran
air. Bisa juga disebut sebagai tingkat kebasahan kerikil Metode pengujian ini
juga dapat menentukan persentase kelembaban dan kemempuan agregat
dalam penguapan dan pengeringan. Air yang terkandung dalam agregat yang
bersifat kimiawi tersebut tidak mempunyai kemampuan dalam penguapan
dan tidak termasuk dalam penguapan dan tidak termasuk dalam persentase
kelembaban yang ditentukan dalam tes ini. Kandungan air dalam agregat
menurut ASTM C556 :
1. Kering mutlak = 0% 2.
2. Kering udara = 0% - 1% 3.
3. Jenuh kering muka (permukaan kering) = 1% – 3% 4.
4. Basah = >3%
A. Peralatan
 Timbangan
 Alat penggetar listrik
 Ayakan ASTM disusun berurutan dari atas ke bawah dengan ukuran
Nomor ayakan 1 12” 34” 38” 316” Pan
B. Langkah kerja
Masukkan batu pecah dalam ayakan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas dan digetarkan dengan mesin penggetar selama 10
menit.batu pecah yang tertinggal pada masing-masing ayakan ditimbang.
Perlu diperiksa berat batu pecah keseluruhan adalah 36 kg.
2.13. Pengujian Berat Jenis Batu Pecah
Batu split / batu pecah / batu belah adalah material bangunan yang diperoleh
dengan cara membelah / memecah batu yang berukuran besar menjadi ukuran
kecil, menggunakan mesin penghancur (crusher).
 alat pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar terhadap
air yaitu keranjang kawat kapasitas 5 kg, timbangan kapasitas 5 kg,
tempat air dengan bentuk dan ukuran yang sesuai untuk pemeriksaan
yang dilengkapi pipa sehingga permukaan tetap rata, oven, dan
saringan.
2.14. Pengujian Air Resapan Batu Pecah.
A. Peralatan Dan Bahan.
 Timbangan.
 Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
 Batu pecah dalam keadaan SSD.
B. Prosedur Pengujian
 Timbang batu pecah keadaan SSD sebanyak 3000 gram.
 Oven batu pecah selama 24 jam.
 Keluarkan batu pecah, tunggu dingin kemudian timbang beratnya.
 Berat batu pecah SSD 3000 gr 3000 gr Berat batu pecah oven A 2945
gr Kadar air resapan 1,868 Kadar Air Resapan = 3000 − A A x 100
= 3000 −2945 2945 x 100 = 1,868
2.15. Pengujian Berat Volume Batu Pecah
Berat volume agregat merupakan rasio antara berat agregat dengan volume
agregat. Berat volume agregat diperlukan dalam perhitungan bahan adukan
beton ( mix design ) apabila bahan ditakar dengan ukuran volume. Berat
volume atau berat isi agregat ditinjau dari 2 keadaan, yaitu berat isi gembur
dan berat isi padat.
A. Peralatan
 Timbangan digital, digunakan untuk menentukan berat benda uji.
 Talam dengan kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
 Tongkat pemadat diameter 15 mm dan panjang 60 cm, yang
ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat.
 Mistar perata untuk meratakan permukaan benda uji.
 Sekop untuk memasukkan benda uji.
 Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat
pemegang.
 Kompor untuk mengeringkan benda uji agregat
B. Langkah kerja.
 Masukkan benda uji agregat kasar dan halus ke dalam talam yang
berbeda
 sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah. Kemudian
keringkan
 hingga agregat mencapai berat tetap untuk dijadikan sebagai
benda uji.
 Berat isi benda uji agregat dengan cara berat isi lepas:
 Timbang dan catat berat wadah baja yang digunakan.
 Masukkan agregat kedalam wadah baja menggunakan
sekop hingga
 penuh dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir agregat.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan
mistar perata.
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Hitung berat benda uji (W3) dengan cara W3 = W2 – W1
 Berat isi agregat dengan cara penumbukan atau berat isi padat:
 Timbang dan catat berat wadah baja yang digunakan (W1).
 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama
tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
dengan cara ditumbuk sebanyak 25 kali secara merata.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar
perata.
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Hitung berat benda uji (W3) dengan cara W3 = W2 – W1
2.16. Pengujian Kadar Lumpur Batu Pecah
 Timbang masing-masing pasir / batu split tersebut. Penimbangan
sebaiknya dilakukan secara komulatif, yaitu dari butir pasir / batu split
yang kasar dahulu , kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang
lebih halus sampai semua pasir tertimbang. Catat berat pasir / batu
split setiap penimbangan. Pada langkah ini harus dilakukan dengan
hati-hati agar tidak ada butir pasir / batu split yang hilang.
 Modulus kehalusan pasir / batu split = jumlah % tertinggal komulatif
pada tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya
berbanding 2 kali lipat dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15
mm.
2.17. Pengujian Ketahanan Keausan dengan Mesin Los Angeles
Uji keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles dapat dilakukan
dengan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm. Keausan pada
500 putaran menurut PB-0206-76 manual pemeriksaan bahan jalan,
maksimum adalah 40%.
A. Peralatan.
 Mesin Los Angeles

 Saringan Mulai Ukuran 37,5 Mm ( 1 ½” ) Sampai 2,36 Mm


 Bola-Bola Baja

 Oven

 Wadah.
B. Langkah Pengujian
 Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam
pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles setelah
ditimbang sesuai dengan tabel ukuran fraksi diatas.
 Mencuci agregat hingga bersih dan oven selama 24 jam, setelah
dioven dinginkan agar suhunya sama dengan suhu ruangan.
 Memasukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles dengan bola
baja yang sesuai pada tabel ukuran fraksi diatas.
 Menyalakan mesin, mesin akan berputar dengan kecepatan 30
sampai 33 rpm untuk 500 putaran.
 Setelah putaran selesai sampel dikeluarkan kemudian melakukan
penyaringan awal dengan saringan berdiameter lebih dari 1,7 mm
(No.12). Saring bagian sampel yang lebih halus dengan saringan
1,7 mm (No.12). Butiran yang tertahan / lebih besar dari 1,7 mm
(No.12) dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan oven suhu
(110 ± 5)°C sampai berat tetap lalu ditimbang.

Anda mungkin juga menyukai