Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Mata Kuliah Praktik Beton ini telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
Eko Supri Murtiono, S.T., M.T Eko Supri Murtiono, S.T., M.T
NIP. 1976022420060414 NIP. 1976022420060414
LEMBAR KONSULTASI
Mata Kuliah : Praktik Beton
Nama Mahasiswa :
1. Farah Hanifah (K1519027)
2. Mita Sofia (K1519045)
3. Natasya Reski (K1519049)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum serta menyusun laporan hasil
praktikum beton.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah
membantu proses praktikum dan laporan akhir, terutama ditujukan kepada:
1. Bapak Dr, Roemintoyo M.Pd. , selaku Kepala Program Studi
Pendidikan TeknikBangunan.
2. Bapak Eko Supri Murtiono, S.T., M.T selaku Dosen Pembimbing
3. Bapak Eko Supri Murtiono, S.T., M.T selaku Kepala Laboratorium
Pendidikan Teknik Bangunan.
4. Keluarga yang telah mendukung secara materil dan mental.
5. Teman-teman Pendidikan Teknik Bangunan terutama angkatan 2019.
6. Serta semua pihak yang membantu kami dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saranyang membangun masih diharapkan untuk penyempurnaan laporan praktikum akhir.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami ucapkan
terimakasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Penyusun
1. PENDAHULUAN
Pasir adalah material butiran yang terdiri dari partikel batuan dan mineral
yang terpecah halus. Ukuran pasir pasir lebih halus dari kerikil dan lebih kasar
dari lanau. Pasir juga bisa mengacu pada suatu kelas tekstur dari tanah atau jenis
tanah; yaitu, tanah yang mengandung lebih dari 85 persen partikel berukuran pasir
berdasarkan massa.
Pasir adalah salah satu bahan dasar beton yaitu sebagai agregat halus, dengan
demikian kualitas pasir akan mempengaruhi kualitas beton yang dihasilkan.
Untuk itu pasir yang akan digunakan dalam pembuatan beton harus memenuhi
syarat, salah satunya adalah bersih artinya pasir tidak mengandung lumpur lebih
dari 5% berat kering.
Lumpur adalah bagian dari pasir yang lolos saringan 0,063 mm, apabila kadar
lumpur lebih dari 5% maka pasir harus dicuci lebih dahulu sebelum digunakan
sebagai bahan adukan beton. Hal ini sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia
tahun 1971 (PBI NI-2 Tahun 1971).
Perhitungan:
𝑊1−𝑊2
Kadar Lumpur = 𝑥 100%
𝑊1
Dimana :
W1 = Berat pasir kering oven sebelum dicuci+wadah (gram)
W2 = Berat pasir kering oven setelah dicuci+wadah (gram)
𝑊1−𝑊2
Kadar lumpur = 𝑥 100%
𝑊1
387,2 − 327
= 𝑥 100%
387,2
= 12,8 %
2. Sampel 2
Massa wadah 87,1 gr
Massa wadah + massa awal pasir kering 87,1 gr + 300 gr : 387,1 gr
Massa awal pasir kering 300 gr
Massa wadah + massa pasir setelah
87,1 gr + 257,5 gr : 344,6 gr
dicuci
Massa pasir setelah dicuci 257,5 gr
Dimana :
W1 = Berat pasir kering oven sebelum dicuci+wadah (gram)
W2 = Berat pasir kering oven setelah dicuci+wadah (gram)
𝑊1−𝑊2
Kadar lumpur = 𝑥 100%
𝑊1
387,2 − 327,1
= 𝑥 100%
387,2
= 10,9 %
Kadar Lumpur Rata-Rata = (Sampel 1 + Sampel 2) /2
= (12,8 % + 10,9 %) /2
= 31 % /2
= 11,85 %
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan pemeriksaan kadar lumpur agregat halus
sebesar 11,85 %. Hasil ini tidak memenuhi standart ≤ 5% dan agregat halus tidak
bisa dan tidak layak untuk digunakan dalam campuran beton.
1. PENDAHULUAN
Gradasi adalah keseragaman diameter pasir sebagai agregat halus lebih
diperhitungan daripada agregat kasar, karena menentukan sifat pengerjaan dan
sifat kohesi campuran beton. Selain itu gradasi pasir sangat menentukan
pemakaian semen dalam pembuatan beton.
2. TUJUAN PENGUJIAN
Untuk mengetahui variasi diameter butiran pasir dari suatu sampel pasir
dengan menggunakan suatu saringan.
Komulatif Kumulatif
Diameter Massa Massa MassaL
Massa Massa
No Ayakan Tertinggal Tertinggal olos
Tertinggal Tertinggal
(mm) (gr) (%) (%)
(gr) (%)
1 9,52 0 0 0 100 0
300 100,17
= 0 % (kurang dari 1 %)
Menurut buku ajar Teknologi Beton hal.III-17 oleh Ir. Kardiyono Tjokrodimulayo,
ME, disebutkan Pada umumnya agregat halus mempunyai modulus halus butir
antara 1,5 sampai 3,8
7. KESIMPULAN
Dari percobaan pengujian gradasi pasir, maka dapat diperoleh kesimpulan
yaitu modulus kehalusan agregat halus adalah (memenuhi syarat) yang pada
umumnya agregat halus mempunyai modulus halus butir antara 1,5 sampai 3,8.
Agregat halus yang diuji termasuk daerah II (gradasi pasir sedang/agak kasar).
1. PENDAHULUAN
Mengetahui sifat-sifat bahan bangunan yang akan dipakai dalam suatu
konstruksi adalah sangat penting karena dari sifat-sifat tersebut dapat ditentukan
langkah-langkah yang tepat untuk mengerjakan bangunan tersebut. Berat jenis
merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam merencanakan
campuran adukan beton karena dengan mengetahui variable tersebut dapat
dihitung volume pasir yang diperlukan.
2. TUJUAN PENGUJIAN
1. Untuk mengetahui Bulk Specific Gravity.
2. Untuk mengetahui Berat jenis kering permukaan (SSD).
3. Untuk mengetahui Apparent Spesific Gravity.
4. Untuk mengetahui Absorbtion.
3. ALAT DAN BAHAN
➢ Alat
1. Conical Mould dan Temper (pemadat)
2. Piknometer
3. Timbangan/neraca Ghauss
4. Oven
5. Cawan
➢ Bahan
= 4,4932 %
7. KESIMPULAN
Dari percobaan pengujian specific grafity dalam pasir, maka dapat diperoleh
kesimpulan :
− Bulk specific grafity (dalam keadaan kering) : 2,408
− Bulk specific grafity SSD (dalam keadaan jenuh) : 2,516
− Apparent specific grafity (dalam keadaan basah) : 2,700
− Absorbtion (dalam keadaan meresap) : 4,4932 %
PENGUJIAN BAHAN
Praktikum Beton Lembar Kerja 1
MATERIAL BETON
Pendidikan Teknik Waktu : 2 x 170 menit
Bangunan PEMERIKSAAN Hari : Senin
FKIP Tanggal : 7 Juni 2022
UNS KADAR AIR Kel : B 3.1
AGREGAT HALUS Lokasi : Laboratorium
Semester : VI
Kampus V UNS
1. PENDAHULUAN
Dalam perhitungan rancang campuran (mix design) Kondisi Kadar air untuk
agregat harus dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry) atau kering
permukaan dari agregat tersebut, tetapi jenuh terhadap air walaupun direndam
berat tidak akan bertambah. Sehingga air yang dipakai dalam mencampur beton
(fas) tidak diserap oleh agregat, khusus untuk perekat (PC).
Kenyataan dilapangan kondisi Kadar air selalu berubah, tergantung dari
kondisi cuaca, sehingga tidak SSD lagi, untuk itu sebenarnya lebih baik
pengujian kadar air tidak hanya kondisi SSD tapi juga kadar air lapangan.
2. TUJUAN PENGUJIAN
Untuk mengetahui jumlah kadungan air dalam agregat khususnya agregat
halus dalam kondisi SSD.
Sampel 1
Berat Cawan 52,8 gr
Berat Cawan + pasir 552,8 gr
Berat pasir + Cawan sesudah dioven 528,3 gr
Berat pasir sesudah di oven 475,4 gr
500− 475,4
= 𝑥 100%
500
= 4,92 % > 1 – 3 %
Sampel 2
500− 477,7
= 𝑥 100%
500
= 4,46% > 1 – 3 %
7. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian diketahui kandungan kadar air yang terkandung dalam
pasir untuk sampel 1 sebesar 4,92%, sampel 2 sebesar 4,46%. Dengan demikian
kandungan kadar air rata-rata adalah 4,69% sehingga lebih besar dari 1-3%
dikarenakan sebelum dioven pasir sangat lembab. Sehingga, pada saat
pembuatan campuran beton, jumlah air yang ditambahkan/dibutuhkan perlu
diperhatikan.
1. PENDAHULUAN
Pasir umumnya diambil dari sungai, maka kemungkinan pasir kotor sangat
besar, misalnya bercampur dengan lumpur maupun zat organik lainnya. Pasir
sebagai agregat halus dalam adukan beton tidak boleh mengandung zat organik
terlalu banyak karena akan mengurangi kekuatan beton yang dihasilkan.
Kandungan zat organik ini dapat dilihat dari percobaan warna Abrams Harner
dengan menggunakan larutan NaOH 3% sesuai PBI NI-2. 1971. Untuk
mengetahui kadar zat organik dalam pasir berdasarkan perubahan warna dapat
dilihat pada tabel.
2. TUJUAN PENGUJIAN
Untuk mengetahui persentase kadar zat organik di dalam pasir berdasarkan
tabel perubahan warna dari Prof. Ir Rooseno.
Sampel 2
PAVING BLOK
1. PENDAHULUAN
Paving block merupakan salah satu produk dari pengolahan beton Precast.
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari
campuran semen Portland, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan
lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton itu (SNI 03-0691-1996).
Pemilihan Paving block dibandingkan produk yang lain karena
penggunaan Paving block pada konstruksi perkerasan yang dinilai ramah
lingkungan dalam membantu konservasi air tanah serta pemasangan dan
pemeliharaan yang mudah, variasi bentuk Paving block yang beragam, dan
harganya yang murah. Paving Block yang dipasarkan pada umumnya memiliki
dimensi panjang 200 – 250 mm dan lebar 100 – 112 mm, ketebalan 60 – 100
dengan bentuk persegi atau segi enam.
2. TUJUAN PENGUJIAN
Pembuatan Paving block pada praktek beton bertujuan untuk mengetahui
proses pembuatan paving dengan memperhatikan campuran bahan yang
digunakan agar menjadi campuran dengan nilai slump 0.
➢ Bahan
1 Pasir
2 Air
3 Semen
5. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Menyaring pasir dengan menggunakan saringan dan bantuan sekop.
3. Membuat adonan semen dan pasir dengan campuran perbandingan 1:5
4. Mengaduk adonan dengan perbandingan semen dan pasir sebesar 1:5 pada
mixer beton kering dengan menambahkan 2 liter air secara perlahan, perlu
diperhatikan penambahan air perlu diperhatikan agar adonan tidak terlalu
basah.
5. Mematikan mixer dan melakukan pengujian slump pada adonan.
6. Memasukkan adonan secara bertahap pada kerucut abrams, mulai dari 1/3
bagian kerucut kemudian menusuk adonan sebanyak 25 kali
7. Melakukan langkah yang sama pada tahap 2/3 kerucut dan hingga kerucut
terpenuhi oleh adonan
1. PENDAHULUAN
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari
campuran semen Portland atau bahan hidrolis sejenisnya, air dan agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu
paving beton tersebut.
Paving block dapat berwarna seperti warna aslinya atau diberi zat warna
pada komposisinya. Paving digunakan sebagai perkerasan permukaan jalan,
baik jalan untuk keperluan parker kendaraan, jalan raya, keperluan dekoratif
taman dan keperluan pelataran.
Paving block dengan kualitas baik adalah mempunyai nilai kuat tekan
tinggi (MPa) dan nilai absorbs (presentase serapan air) yang rendah.
Pembuatan paving block menggunakan pedoman mutu SNI 03-0691-1996.
Saat ini telah banyak dilakukan pembuatan paving block dengan beragam
material pembentuknya. (Suwito, Mudjanarko & Koespiadi, 2017) melakukan
penelitian dengan menggunakan campuran tanah pedel sebagai bahan
pembuatan paving dengan hasil memenuhi SNI 03-0691-1996.
Kualitas paving beton dipengaruhi oleh :
a. Kualitas agregat
b. Ketebalan dimensi paving
c. Cara pengadukan
d. Blending
A 40 35 0,090 0,103 3
B 20 17 0,130 0,149 6
a. Pengambilan contoh
1) Contoh harus terdiri dari satuan yang utuh. Pengambilan harus
dilakukan oleh pembeli atau badan yang diberi kuasa olehnya.
2) Contoh harus mencerminkan jumlah seluruh satuan dari kelompok
dan diambil secara acak.
3) Contoh diambil dari beberapa tempat didalam kelompoknya dan di
dalam semua keadaan.
b. Jumlah contoh
Untuk partai sampai 500.000 buah bata beton (paving block), dari
setiap kelompok 50.000 buah diambil contoh rata-rata 20 buah. Untuk
partai lebih dari 500.000 buah, dari setiap kelompok 100.000 buah diambil
contoh sebanyak 5 buah.
2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan Paving block.
2. Untuk memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah Praktek Beton.
3. BAHAN
Paving block dengan bentuk balok.
2. Kuat tekan
Tabel 1.3 Perhitungan Kuat Tekan Paving
LUAS BIDANG KUAT TEKAN
PAVING
(mm2) (MPa)
Paving 1 20000 8,217
38,336065
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = = 9,58401625 𝑀𝑃𝑎
4
8. KESIMPULAN
Hasil dari uji kuat tekan yang telah kami kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa nilai kuat tekan rata-rata bata beton (paving block) adalah
9,58401625 𝑀𝑃𝑎. Termasuk dalam beton mutu D dan dapat digunakan untuk
taman dan penggunaan lain.
PERTUKANGAN
Praktikum Beton Lembar Kerja 5
BETON
Pendidikan Teknik Waktu : 07.30-16.00
bangunan
PEMBUATAN Hari : Kamis-Jumat
FKIP UNS FOOTPLAT Tgl : 06-08 Juni 2022
Kel : B3.1
Semester VI Lokasi : Lab. PTB
1. PENDAHULUAN
Konstruksi beton bertulang merupakan struktur komposit atau gabungan
yang terdiri dari beton dan besi tulangan. Beton berperan sebagai penahan
beban tekan, sedangkan tulangan berperan sebagai penahan beban tarik dan
beban puntir. Dalam pembuatan tulangan diperlukan ketelitian dalam
menentukan ukuran, karena sangat berpengaruh terhadap kekuatan dan
keawetan dari beton bertulang tersebut. Selain itu sangat perlu diperhitungkan
panjang tekukan, sudut tekukan, selimut beton dan lainnya.
2. TUJUAN PEKERJAAN
Pembuatan footplat dengan ukuran 500 mm x 500 mm x 10 mm, diameter
tulangan 8 mm, dan begel 6 mm, dan tebal selimut beton sebesar 25 mm.
3. ALAT DAN BAHAN
➢ Alat :
a. Barcutter (alat pemotong besi)
b. Catut
c. Paku
d. Palu
e. Penggaris siku
f. Meteran/Penggaris
5. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan Tulangan Pelat
a) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b) Memotong besi tulangan dengan panjang yang sudah dihitung dan
disesuaikan dengan gambar kerja.
- Tulangan untuk Kolom
i. Diameter 6 (Sengkang) = 250 cm = 2,50 m
Panjang sisi tulangan sengkang = 15 – (2 x tebal selimut beton)
= 15 – (2 x 2,5)
= 10 cm
= (Panjang sisi sengkang x 4) + (2 x panjang hook)
= (10 x 4) + (2 x panjang hook)
= (10 x 4) + (2 x 5)
= 40 + 10
= 50 cm
Pemasangan tulangan sengkang dipasang sejarak 15 cm, karena
tinggi kolom footplat 80 cm maka terdapat 5 buah sengkang, Jadi
kebutuhan tulangan sengkang = 5 x 50 cm = 250 cm = 2,5 m.
= 80 + (15 x 1) + (5 x 1)
= 100 cm
(DIAMETER 6 & 8)
JUML
PANJANG
TEBAL PANJANG AH TOTAL
SISI
NO TULANGAN TULANGAN TEKUKAN TUL PANJAN
TULANGAN
(cm) (cm) ANG- G (cm)
(cm)
AN
Tapak A
1 50 X 2 = 100 10 X 2 = 20 5 x 2 = 10 6 780
Tapak B
2 50 X 2 = 100 8,4 x 2 = 16,8 5 x 2 = 10 6 756
4 10 10 x 1 = 10 5 x 2 = 10 5 250
Begel