Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun oleh:
Shifa Amalia (6523600021)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Disusun oleh:
Shifa Amalia (6523600021)

Diperiksa dan disetujui oleh:


Dosen Pembimbing Asisten Dosen

Nadya Shafira S., ST., MT. Tia Martanti


NIPY. 30161841998 NPM.
6520600063

Laporan praktikum ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan mata
kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.

Mengetahui,
Kepala Laboratorium

M. Yusuf, ST., MT.


NIPY. 24762061967
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
pelaksanaan praktikum tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Laporan ini disusun berdasarkan pengalaman dan ilmu yang
kami peroleh selama melaksankan praktikum. Laporan praktikum yang telah kami
tulis ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas dari kampus dan sebagai bahan
pertanggung jawaban atas kegiatan praktikum

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa
adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam praktikum maupun dalam menyusun laporan ini, antara
lain:

1. Bapak Okky Hendra H.,S.T.,M.T. selaku Kaprodi Teknik Sipil


2. Bapak M. Yusuf S.T. M.T selaku Kepala Laboratorim Teknik Sipil.
3. Ibu Nadya Shafira S.MT. selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum
Teknologi Bahan Konstruksi.
4. Asisten Dosen yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
praktikum dan pengembangan laporan.
5. Teman-teman yang selalu mendukung saya dalam pembuatan laporan ini.

Demikian laporan Praktikum yang kami buat, apabila ada kekurangan dan
salah penulisan saya mohon kritikan dan sarannya agar laporan ini dapat menjadi
lebih baik lagi.

Tegal,

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gelas Ukur....................................................................................
Gambar 3.2 Kompor.........................................................................................15
Gambar 3.3 Timbangan Dengan Ketelitian 1gr................................................15
Gambar 3.4 Makok atau Cawan.......................................................................16
Gambar 3.5 Tabung Gas...................................................................................16
Gambar 3.6 Spatula..........................................................................................17
Gambar 3.7 Wajan............................................................................................17
Gambar 3.8 Air.................................................................................................17
Gambar 3.9 Sikat/Kuas.....................................................................................18
Gambar 3.10 Mesin sieve shaker......................................................................18
Gambar 3.11 Satu Seat Agregat Halus..............................................................19
Gambar 3.12 Satu Seat Agregat Kasar.............................................................19
Gambar 3.13 Mesin Los Angeless.....................................................................20
Gambar 3.14 Saringan No 12...........................................................................20
Gambar 3.15 Bola-Bola Dari Baja....................................................................21
Gambar 3.16 Kerucut Abrams..........................................................................21
Gambar 3.17 Cungkir.......................................................................................21
Gambar 3.18 Loyang........................................................................................22
Gambar 3.19 Mesin pengaduk beton (Concrete Mixer)...................................22
Gambar 3.20 Tongkat pemadat.........................................................................22
Gambar 3.21 Cetakan Silinder..........................................................................23
Gambar 3.22 Goni basah atau bak perendam...................................................23
Gambar 3.23 Mesin Compression Machine......................................................24
Gambar 3.24 Pasir............................................................................................24
Gambar 3.25 Kerikil.........................................................................................25
Gambar 3.26 Semen..........................................................................................25
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata kuliah Teknologi Bahan Kontruksi merupakan mata kuliah yang
mempelajari tentang sifat fisik, mekanik dan kimia dari suatu material atau
bahan bangunan. Pada semester satu ini, kami mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Pancasakti Tegal melakukan tugas praktikum laboratorium dan
hasil praktikum tersebut dibuat dalam bentuk laporan praktikum.
Pentingnya teknologi bahan konstruksi sebagai landasan utama
pembangunan infrastruktur mendorong perlunya pemahaman mendalam
terkait sifat-sifat material yang digunakan dalam konstruksi. Laporan
praktikum teknologi bahan konstruksi menjadi sarana untuk menjelajahi
proses dan pengujian yang berkaitan dengan persiapan dan produksi material
konstruksi yang berkualitas.
Pada tahap awal, pengujian kadar lumpur dan kadar air pada bahan
tanah dasar menjadi esensial. Evaluasi terhadap tanah ini perlu dilakukan
untuk memahami kemampuannya dalam mendukung struktur, serta untuk
memastikan kandungan air yang optimal dalam proses konstruksi.
Pentingnya distribusi ukuran partikel dalam agregat halus dan kasar
menjadi fokus berikutnya. Pengujian gradasi agregat membantu
mengoptimalkan proporsi dan karakteristik fisik agregat, yang merupakan
unsur kunci dalam menciptakan campuran beton yang sesuai standar.
Aspek ketahanan agregat kasar terhadap keausan menjadi fokus
penting, terutama karena agregat memainkan peran utama dalam menentukan
kekuatan beton. Pengujian keausan agregat kasar menjadi indikator keandalan
material tersebut dalam kondisi beban dinamis.
Langkah selanjutnya melibatkan proses pembuatan beton yang
melibatkan pencampuran bahan-bahan utama seperti semen, air, dan agregat.
Proporsi yang tepat dan metode pencampuran yang baik menjadi kunci dalam
menciptakan beton dengan kualitas yang diinginkan.
Pengujian kuat tekan beton merupakan tahap akhir yang sangat
krusial. Kuat tekan beton menjadi parameter utama untuk menilai
kemampuan struktural material konstruksi, sehingga memastikan
keberhasilan proyek konstruksi secara keseluruhan.
Dengan menyelidiki setiap tahapan ini secara rinci, laporan praktikum
ini memberikan pemahaman yang holistik tentang proses teknologi bahan
konstruksi, mulai dari karakteristik tanah hingga hasil akhir beton yang
penting dalam membangun infrastruktur yang kokoh dan berkelanjutan

B. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan bagian terpenting dalam laporan. Batasan
masalah lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, penulis membatasi
penelitian yang ada pada judul laporan ;
1. Pengujian kadar lumpur agregat halus
2. Pengujian kadar air agregat halus
3. Pengujian gradasi agregat halus
4. Pengujian gradasi agregat kasar
5. Pengujian keausan agregat kasar
6. Pembuatan beton
7. Pengujian kuat tekan beton
8. Praktikum dilakukan di Laboratoriun Teknik Sipil Universitas Pancasakti
Tegal
9. Praktikun dilaksanakan pada bulan September-Desember 2023

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana metode pengujian kadar lumpur agregat halus?
2. Bagaimana metode pengujian kadar air agregat halus?
3. Bagaimana metode pengujian gradasi agregat halus?
4. Bagaimana metode pengujian gradasi agregat kasar?
5. Bagaimana metode pengujian keausan agregat kasar?
6. Bagaimana metode pembuatan beton?
7. Bagaimana metode pengujian kuat tekan beton?

D. Maksud dan Tujuan


Praktikum ini bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada
mahasiswa agar kedepannya dapat menggunakan,menguasai dan memiliki
pengetahuan tentang pengujian kadar lumpur halus ,kadar air agregat
halus,gradasi agregat halus ,gradasi agregat kasar,keausan agregat
kasar.pembuatan beton secara baik dan benar sesuai dengan tahapan yang
telah diajarkan pada praktikum oleh asisten dosen.
Adapun tujuan dalam penulisan laporan ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui metode pengujian kadar lumpur agregat halus
2. Untuk mengetahui metode pengujian kadar air agregat halus
3. Untuk mengetahui metode pengujian gradasi agregat halus
4. Untuk mengetahui metode pengujian gradasi agregat kasar
5. Untuk mengetahui metode pengujian keausan agregat kasar
6. Untuk mengetahui metode pembuatan beton
7. Untuk mengetahui metode pengujian kuat tekan beton

E. Manfaat
Berikut merupakan manfaat penulisan laporan ini antara lain:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat memberikan pengetahuan tentang cara pengujian kekuatan
dan sifat sifat tanah yang harus di ketahui mahasiswa untuk memahami
seberapa kuat beton tersebut.
2. Bagi Dosen
Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja dosen dalam upaya
memperbaiki kualitas proses dan hasil praktikum.
3. Bagi Akademis
Penelitian keaktifan dan kreativitas mahasiswa dan mahasiswi dalam
memperoleh informasi serta untuk meningkatkan kesediaan program
studi.
4. Bagi Laboratorium
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu langkah untuk
mengevaluasi kembali pelaksanaan kegiatan praktikum di laboratorium
Universitas Pancasakti Tegal yang bersumber dari hasil praktikum
pengujian kadar lumpur agregat halus, pengujian kadar air agregat halus,
pengujian gradasi agregat halus, pengujian gradasi agregat kasar,
pengujian keausan agregat kasar, pembuatan beton, dan pengujian kuat
tekan beton. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
praktikum di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Pancasakti Tegal
dengan adanya pelaksanaan kegiatan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


Untuk membangun infrastruktur bangunan diperlukan material yang
berkualitas, salah satunya adalah pasir. Pasir adalah material butiran yang
terdiri dari partikel batuan dan mineral yang terpecah halus yang lolos ayakan
4,8 mm dan tertinggal di atas ayakan 0,075 mm. Pasir yang digunakan harus
memenuhi syarat yang telah di tentukan di dalam PUBI (Persyaratan Umum
bahan Bangunan di Indonesia). Pasir yang dapat digunakan adalah pasir yang
memiliki kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Untuk
menentukan kualitas pasir yang bagus, diperlukan pengujian kadar lumpur
dan kotoran organis.
Standar Nasional Indonesia mengenai bahan bangunan memiliki teori
standar tersendiri untuk kualitas pasir atau agregat halus yang baik,
diantaranya:
1. Pasir terdiri dari butiran yang tajam dan keras (indeks kekarasan <2.2).
2. Pasir memiliki sifat yang kekal, bila diuji dengan Natrium Sulfat
memiliki bagian hancur maksimal 12%, sedangkan bila diuji dengan
larutan Magnesium Sulfat memiliki bagian hancur maksimal 10%.
3. Pasir tidak mengandung lumpur lebih dari 5%. Bila lebih dari 5%
lumpur, maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung terlalu banyak bahan organik.
5. Susunan besar butir pasir memiliki modulus kehalusan antara 1,5 hingga
3,8 dan terdiri dari butir yang beraneka ragam.
6. Pasir harus memiliki reaksi negatif terhadap alkali untuk beton dengan
keawetan yang tinggi.
7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus beton, kecuali
dengan petunjuk lembaga pemerintah mengenai bahan bangunan yang
diakui.
8. Agregat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus
memiliki persyaratan pasir pasangan.
Dengan memperhatikan syarat kebersihan agregat, yaitu dengan
memberikan suatu batasan jenis dan jumlah material yang tidak diinginkan
seperti tanaman, partikel lunak, lumpur. Agregat yang kotor akan memberikan
pengaruh buruk pada kinerja perkerasan, seperti berkurangnya ikatan yang
disebabkan oleh banyaknya kandungan lumpur pada agregat tersebut.

B. Pengujian Kadar Air Agregat Halus


Pemeriksaan kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air
yang terkandung dalam agregat dibandingkan dengan berat agregat dalam
keadaan kering. Nilai kadar air digunakan untuk koreksi takaran air untuk
adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan. Kadar air
agregat depengaruhi oleh besar jumlah air yang terkandung pada pori-pori
agregat, semakin besar selisih antara agregat semula dengan agregat setelah
kering omaka semakin besar kadar air agregat maka banyak pula air yang
dikandung oleh pori-pori agregat tersebut dan sebaliknya sehingga dapat
sesuai untuk campuran beton.
Dari perumusan pencarian kadar air dinyatakan bahwa kadar air
berbanding lurus berat kandungan air suatu agregat dan berbanding terbalik
terhadap berat agregat dalam kondisi semula atau kondisi kering tungku.
Sehingga makin besar nilai dari berat kandungan air agregat maka semakin
besar nilai dari kadar air. Sebaliknya, jika semakin kecil berat kandungan air
dalam agragat maka semakin kecil juga kadar air yang diperoleh. Nilai kadar
air sangat penting untuk menentukan jumlah air dalam perancangan mix
design beton. Keadaan kandungan air untuk menghitung jumlah air dalam
agregat terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Kering tungku adalah kondisi agregat benar-benar tidak berair secara
penuh akan menyerap air.
2. Kering udara adalah kondisi agregat yang butir-butir kering permukaanya
tetapi mengandung sedikit air dalam pori-pori sehingga sedikit
menghisap jumlah air.
3. Jenuh kering muka adalah kondisi agregat tidak ada air di permukaan
tidak ada air di permukaan , tetapi butir-butirnya berisi sejumlah air yang
diserap sehingga butiran agregat tidak menyerap dan menambah jumlah
air dalam campuran beton.
4. Basah adalah kondisi agregat dengan butiranya banyak mengandung air
baik dipermukaan maupun didalam butirnya. Jika dipakai dalam
campuran akan menambah air air agregat yang basah akan membuat
campuran beton lebih basah. Kadar air yang dikandung agregat dapat
mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam rancangan campuran beton
kondisi agregat harus dalam keadaan kering permukaan atau jenuh
(Saturated Surface Dry Condition atau SSD).
Prosedur pengujian dilaksanakan menurut SNI 1971:2011 tentang cara
uji kadar air total agregat dengan pengeringan, sebagai berikut :
1. Massa minimum benda uji seberat 500gram atau 0,5 kg yang ditentukan
dengan ukuran nominal maksimum agregat 4,75 mm (Saringan No. 4)
berdasarkan pada tabel 1 SNI 1971-2011.
2. Benda uji disiapkan kurang lebih 1000gram dikarenakan membuat dua
sampel dari agregat halus yang akan digunakan.
3. Timbang loyang dan catat hasil timbangannya.
4. Loyang diisi agregat halus seberat 500gram ditimbang dan dicatat hasil
timbangan massa benda uji (W1). Massa benda uji merupakan hasil dari
massa wadah + benda uji dikurangi massa wadah.
5. Benda uji dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan temperatur
110 ºC ± 5 ºC.
6. Benda uji yang telah dioven selama 24 jam dikeluarkan dari oven dan
ditunggu hingga suhu benda uji menurun sebelum ditimbang.
7. Timbang benda uji dan catat massanya (W2)
8. Hitung kadar air total agregat halus dengan rumus (P) =
(𝑊1−𝑊2)𝑊2𝑥100%
9. Kadar air total rata-rata dihitung dan dilaporkan dalam persen hingga dua
angka dibelakang tanda koma.
Oleh karena itu, kadar air agregat harus diperiksa sebelum
dipergunakan. Jika agregatnya tidak jenuh air, maka agregatkan menyerap air
cempuran beton lebih banyak sehingga kekurangan dalam pencampuran
mortal pada beton. Begitu pula dengan agregat yang terlalu basah
menyebabkan pencampuran mortal pada beton banyak mengeluarkan air.
Menentukan kandungan kadar air yang terdapat didalam agregat sangat
penting karena berpengaruh dalam pengguanaan air yang diperlukan pada
campuran beton. Kadar air berguna untuk menghitung jumlah air pada
campuran sehingga dapat mengetahui air yang dibutuhkan mengalami
penambahan atau pengurangan.

C. Pengujian Gradasi Agregat Halus


Analisis saringan agregat merupakan salah satu pengujian material.
Dari hasil pengujian ini, kita bisa menentukan apakah agregat layak
digunakan ataukah tidak. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan
gradasi/ pembagian butir agregat kasar dan agregat halus dengan
menggunakan saringan. Gradasi agregat adaah distribusi ukuran butiran dari
agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam),
maka volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan mengisi
pori diantara butiran yang lebuh besar, sehingga pori-pori nya menjadi
sedikit, dengan kata lain kemampatkannya tinggi.
Berdasarkan SNI 03-1968-1990, analisis saringan agregat ialah
penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan
kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Modulus halus butir (MHB) adalah suatu indeks yang dipakai untuk
mengukur kehalusan atau kekerasan butir-butir agregat (Abrams.1918). MHB
didefinisikan sebagai jumlah persen komulatif dari butir agregat yang
tertinggal di atas satu set ayakan (38, 19, 9.5, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15,
0.075, dan pan) kemudian nilai tersebut dibagi seratus (Ilsley.1942). Makin
besar nilai MHB suatu agregat maka semakin besar pula butir agregatnya.
Nilai MHB pada agregat kasar ialah 5-8.
Menurut standar SK SNI S-04-1989-F (Spesifikasi Bahan Bangunan
Bagian A), modulus halus butir agregat kasar antara 6.0-7,1 dan dengan
variasi butir sesuai standar gradasi. Modulus halus butir untuk agregat halus
antara 1,5-3,8 dan dengan variasi butir sesuai standar.

Tabel 2.1 Tabel Gradasi Agregat Halus

(Sumber : ASTM C-33 )

D. Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Analisis Saringan sieve shaker agregat asar bermaksud untuk
mengetahui ukuran butiran dan gradasi agregat dari yang kasar hingga yang
halus. Serta untuk keperluan desain campuran beton serta tingkat
kehalusannya yang dinyatakan dalam modulus kehalusan.2.4.1.2 Landasan
Teori Analisis saringan agregat merupakan analisa yang bertujuan
menentukan pembagian gradasi atau ukuran distribusi butiran agregat dalam
campuran beton. Analisis dilakukan terhadap agregat halus dan agregat
kasar yang akan dipakaiuntuk campuran beton. Dalam melakukan
percobaan analisis saringan agregat,diperlukan beberapa ukuran saringan
yang memenuhi standar tertentu.Tujuan memakai saringan dengan berbagai
ukuran adalah untuk menentukan ukuran agregat yang akan di pakai untuk
campuran beton. Untuk melakukan pengujian agregat kasar harus mengikuti
standar yang telah ditentukandalam SNI ASTM C136-2012 mengenai
analisis saringan agregat.
Untuk mendapatkan hasil pencampuran beton dengan jumlah yang
sesuai, maka diperlukan agregat dengan ukuran yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu gradasi agregat mempengaruhi besar rongga antar butir yang akan
menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan, dan
dilakukan pengujian analisis saringan.Agregat untuk beton adalah butiran
mineral keras yang bentuknya mendekati bulat dengan ukuran butiran antara
0,063 mm - 150,000 mm. Dalam hal ini, agregat yang digunakan adalah
agregat alami yang berupa kerikil, pasir kasar, pasir halus. Dalam campuran
beton, agregat merupakan bahan penguat (strengthen) dan pengisi (filler),
dan menempati 60% - 75% dari volume total beton. Modulus kehalusan atau
kekasaran butiran agregat yang disyaratkan untuk agregat kasaryaitu 5,50 -
8,50 dengan yang telah ditentukan dalam cara metode pengujian analisis
saringan (Sanjaya, 2015)

Tabel 2.2 Tabel Gradasi Agregat Kasar

(Sumber : ASTM C-33 )


E. Pengujian Keausan Agregat Kasar
Keausan adalah perbandingan antara berat bahan aus lolos atau lewat
saringan no. 12 (1.17mm) terhadap berat semula dalam bentuk persen.
Mesin Los Angeles bekerja dengan bebrapa bola baja dan silinder yang
berputar.
Berdasarkan SNI 03-2417-1991, karena agregat tergoolong sebagai berikut:
1) Keausan > 40% tidak baik digunakan untuk perkerasan jalan.
2) Keausan < 40% baik digunakanuntuk perkerasan jalan
Agregat akan mengalami proses lainnya seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran dan akibat
penghamparan dan pemadatan.
Setelah jalan dapat dioperasikan, agregat juga masih mengalami
proses pengausan oleh roda-roda kendaraan. Oleh karena itu, diperlukan
pengujian untuk mengetahui daya tahan terhadap keausan. Secara umum
agregat harus memiliki daya tahan yang cukup terhadap:
1. Pemecahan (rusting)
2. Penurunan mutu (degradation)
3. Penghancuran (disintegration)
Pada konstruksi pekerjaan jalan, penggunaan agregat yang tidak
memenuhi syarat keausan akan mengkibatkan terganggunya kestabilan
konstruksi perkerasan dan terganggunya pelekatan aspal terhadap agregat.
Menurut PB-0206-76, hasil pengujian bahan jalan maksimum 40%,
dilakukan dengan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm.
ASTM standart C.131 dan C.535 memakai cara pengujian gesekan dengan
mesin Los Angeles dan tertahan aus dinyatakan dengan presentasi bagian
yang lewat ayakan 2 mm tidak lebih dari 50% (SII 0087-75).
Uji keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles dapat
dilakukan dengan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm.
Keausan pada 500 putaran menurut PB-0206-76 manual pemeriksaan bahan
jalan, maksimum adalah 40%. Mesin Los Angeles merupakan salah satu
mesin untuk pengujian keausan / abrasi agregat kasar, fungsinya adalah
kemampuan agregat untuk menahan gesekan, dihitung berdasarkan
kehancuran agregat tersebut yaitu dengan cara mengayak agregat dalam
ayakan no.12 (1.70 mm). Sebelum melakukan pengujian keausan / abrasi
harus melakukan analisa ayak terlebih dahulu untuk mengetahui gradasi
agregat yang paling banyak, apakah masuk pada tipe A, B, C, atau D dan
dapat menentukan banyaknya bola baja yang akan digunakan dapat dilihat
pada Grading of Test Sample.

F. Pembuatan Beton
Beton adalah salah satu bahan material bangunan yang sangat dikenal
karena fungsinya yang dapat memperkokoh suatu bangunan. Beton yang
terbuat dari berbagai campuran material bahan bangunan seperti semen, air,
pasir halus agregat, dan additive tentunya menghasilkan suatu campuran
beton berkualitas. Setiap proyek kontruksi bangunan memiliki kebetuhan
tertentu akan bangunan yang dibangun. Komposisi beton yang disesuaikan
dengan kebutuhan pun akan berbeda pada jenis kontruksi bangunan yang
dirancang.
Dalam konstruksi, proses pengadukan beton sangat memperhatikan
kadar air yang dapat menentukan workability. Campuran beton yang terlalu
cair dapat menimbulkan mutu beton yang rendah dan proses pengeringan
yang lambat. Sedangkan, campuran beton terlalu kering dapat menimbulkan
adukan tidak merata dan sulit untuk pencetakan.
Oleh karena itu, uji slump beton adalah pengujian yang tepat untuk
mengetahui kekentalan beton agar sesuai dengan kebutuhan kontraktor
dilapangan. Slump beton adalah salah satu istilah yang sering digunakan
dalam proses pembuatan beton sesuai dengan mutunya. Sedangkan uji
slump merupakan sebuah cara untuk mengetahui, sekaligus menentukan
konsistensi atau tingkat kekakuan campuran beton segar. Pengujian slump
dapat memberikan informasi kekurangan, kelebihan maupun cukup tidaknya
air yang dipakai pada campuran beton. Proses pengujian slump beton
berdasarkan pada SNI 1972-2008 dan ICS 91.100.30.
Proses pengujian slump dapat dilakukan dengan kombinasi bahan
material untuk membuat beton mencapai sifat plastis. Tujuan dari slump
untuk mengetahui tingkat keenceran adonan beton segar yang dibuat.
Pengaruh pada keenceran ini mempunyai manfaat untuk memberikan nilai
workabilitas beton. Umumnya, kisaran nilai slump yang dipakai berkisar 8-
12 cm. Apabila nilai slump berkisar 0 cm maka nilai workabilitas beton
jelek. Nilai ini biasanya ditujukan pada beton non pasir. Nilai slump dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai fas dan bandingan lurus.
Artinya, jika nilai as kecil, maka nilai slump kecil maupun sebaliknya.

G. Pengujian Kuat Tekan Beton


Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk dapat menerima gaya per satuan luas
(Tri Mulyono, 2004). Nilai kekuatan beton diketahui dengan melakukan
pengujian kuat tekan terhadap benda uji silinder ataupun kubus pada umur
28 hari yang dibebani dengan gaya tekan sampai mencapai beban
maksimum. Beban maksimum didapat dari pengujian dengan menggunakan
alat compression testing machine.
Pengujian yang paling umum dilakukan untuk beton yang sudah
mengeras adalah uji kuat tekan, hal ini bisa jadi karena pengujian ini mudah
untuk dilaksanakan karakteristik beton yang diinginkan berhubungan erat
dengan kuat tekannya dan yang paling utama adalah karena kuat tekan
menjadi faktor penting dalam desain struktur. (Neville, 2002).
Dalam SK SNI M - 14 -1989 - E dijelaskan pengertian kuat tekan
beton yakni besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan. Selanjutnya, Mulyono (2006) mengemukakan bahwa kuat tekan
beton mengidentifikasikan mutu sebuah struktur di mana semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, maka semakin tinggi pula mutu
beton yang dihasilkan.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Waktu dan Tempat


1. Waktu
a. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Hari/tanggal : Jumat, 29 – September - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal
b. Pengujian Kadar Air Agregat Halus
Hari/tanggal : Jumat, 6 – Oktober - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal
c. Pengujian Gradasi Agregat Halus
Hari/tanggal : Jumat, 6 – Oktober - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal
d. Pengujian Gradasi Agregat Kasar
Hari/tanggal : Jumat, 27 – Oktober - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal
e. Pengujian Keausan Agregat Kasar
Hari/tanggal : Jumat, 20 – Oktober - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal

f. Pembuatan Beton
Hari/tanggal : Jumat, 24 – November - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal
g. Pengujian Kuat Tekan Beton
Hari/tanggal : Jumat, 08 – Desember - 2023
Waktu : 13.00 s.d selesai
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas
Pancasakti Tegal

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada saat uji praktikum diantarannya sebagai berikut:
a. Gelas Ukur
Gelas ukur, yaitu silinder gelas berskala untuk mengukur volume
larutan atau zat cair dengan tepat.

Gambar 3.1 Gelas Ukur


(Sumber: Pribadi)
b. Timbangan
Timbangan digital merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
berat atau massa suatu benda atau zat, dengan penggunaan yang lebih mudah.
Gambar 3.2 Timbangan
(Sumber: Pribadi)
c. Cawan

Cawan merupakan alat yang digunakan untuk menampung agregat.

Gambar 3.3 Cawan


(Sumber: Pribadi)
d. Tongkat Pemadat
Tongkat pemadat adalah untuk memadatkan adukan beton, tongkat
pemadat harus merupakan batang baja yang lurus,penampang lingkaran
dengan diameter 16 mm dan panjang sekitar 600 mm,pada ujung batang
berbentuk bola berdiameter 16 mm.

Gambar 3.4 Tongkat Pemadat


(Sumber: Pribadi)
e. Mesin Los Angeles
Mesin los angeles merupakan mesin pengujiaan keausan/abrasi
agregat kasar yang fungsinya adalah kemampuan agregat untuk menahan
gesekan.

Gambar 3.5 Mesin Los Angeles


(Sumber: Pribadi)
f. Mesin Sieve Shaker
Sieve shaker berfungsi untuk menggetarkan alat saringan agar aregat
halus dan agregat kasar dapat terpisahkan sesuai dengan ukurannya.

Gambar 3.6 Mesin Sieve Shaker


(Sumber: Pribadi)
g. Saringan
Saringan digunakan untuk menyaring agregat kasar setelah
dilakukan pengujian di dalam mesin los angeles
Gambar 3.7 Saringan
(Sumber: Pribadi)
h. Sikat/kuas
Sikat/kuas berfungsi untuk membersikan sisa-sisa yang tertinggal di
saringan sieve shaker.

Gambar 3.9 Kuas


(Sumber : Pribadi)
i. Kerucut Abrams
Kerucut abrams digunakan untuk menguji slump pada saat kondisi
beton segar.

Gambar 3.8 Kerucut Abramas


(Sumber: Pribadi)
j. Cungkir
Cungkir digunakan untuk mengambil adukan kedalam cetakan
beton

Gambar 3.9 Cungkir


(Sumber: Google)
k. Mesin Pengaduk Beton (concrete mixer)
Mesin pengaduk beton digunakan untuk mencampur semua bahan
campuran beton.mesin ini dapat berupa statis semi-mobile maupun full
mobile(mixer truc)

Gambar 3.10 Mesin Pengaduk Beton


(Sumber: Pribadi)
l. Loyang
Loyang tempat menuang beton adalah loyang yang terbuat dari plat
besi yang digunakan untuk menuang beton.

Gambar 3.11 Loyang


(Sumber: Pribadi)
m. Kompor atau Pemanas
Alat yang digunakan untuk mengeringkan agregat.

Gambar 3.12 Kompor


(Sumber: Pribadi)
n. Wajan
Alat untuk menampung agregat yang akan dikerikan.

Gambar 3.13 Wajan


(Sumber: Pribadi)
o. Stopwatch
Stopwatch adalah suatu alat ukur waktu yang digunakan untuk
menghitung waktu pada saat pengocokan pasir dalam tabung

Gambar 3.14 Stopwacth


(Sumber: Pribadi)
p. Timbangan
Timbangan berfungsi untuk mengukur berat atau massa bahan
percobaan.

Gambar 3.15 Timbangan


(Sumber: Pribadi)
q. Cetakan Silinder
Cetakan silinder digunakan dalam mencetak beton

Gambar 3.16 Cetakan Silinder


(Sumber: Pribadi)
r. Bola-Bola Baja
Bola baja berfungsi untuk alat bantu dalam proses pengujian keausan
agregat.

Gambar 3.17 Bola-bola Baja


(Sumber: Google)
s. Goni basah atau bak perendam
Tempat yang digunakan untuk untuk merendam beton.

Gambar 3.22 Goni Basah atau Bak Perendam


(Sumber : Pribadi)

t. Mesin Compression Machine


Mesin kompresi adalah mesin yang dapat digunakan untuk
memadatkan tanah atau material konstruksi lainnya guna
meningkatkan kepadatan dan kekuatan structural.

Gambar 3.23 Mesin Compression Machine


(Sumber: Pribadi)

2. Bahan
Bahan yang digunakan ketika uji praktikum diantarannya sebagai
berikut:
a. Pasir / Agregat Halus
Pasir adalah material konstruksi yang berwujud butiran. Butiran di
pasir, umumnya berukuran antara 0,0625 – 2 mm.
Gambar 3.18 Pasir
(Sumber: Pribadi)
b. Air
Air berfungsi untuk membersihkan agregat halus dari lumpur dan
kotoran lainnya

Gambar 3.19 Air


(Sumber: Pribadi)
c. Karet
Karet ini digunakan untuk mengikat plastik pada tabung ukur

Gambar 3.19 Karet


(Sumber: Pribadi)
d. Semen
Semen Portland adalah jenis semen yang paling umum yang
digunakan secara umum di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar,
plester dan adukan non spesialisasi

Gambar 3.20 Semen


(Sumber: Pribadi)
e. Agregat Kasar
Agregat adalah bahan material yang butirannya lebih besar dari 5 mm
atau yang semua butirannya tertahan diayakan 4,75 mm.

G
ambar 3.22 Agregat Kasar
(Sumber: Pribadi)

C. Tahapan Pengujian
1. Tahapan Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pemeriksaan kadar lumpur.

b. Bersihkan gelas ukur, lalu masukkan bahan uji agregat halus sebanyak
450gram kedalam gelas ukur.
Gambar 3.23 Memasukkan Agregat Halus
(Sumber: Pribadi)
c. Tambahkan air kedalam gelas ukur sebanyak 680 ml guna melarutkan
lumpur.

Gambar 3.24 Menambahkan Air


(Sumber: Pribadi)
d. Tutup lubang gelas ukur menggunakan plastik, kemudian gelas dikocok
untuk mencuci pasir dari lumpur.

Gambar 3.25 Menutup Gelas Ukur


(Sumber: Pribadi)
e. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap selama 24
jam
.
Gambar 3.26 Sebelum Mengendap
(Sumber: Pribadi)

Gambar 3.27 Sesudah Mengendap


(Sumber: Pribadi)

2. Tahapan Pengujian Kadar Air Agregat Halus


a. Ambil pasir kering dan letakkan pada wadah, pasir ditimbang (tidak
termasuk berat wadah) seberat 500gram x 2 sample.

Gambar 3.27 Mengambil Agregat Halus


(Sumber: Pribadi)
Gambar 3.28 Menimbang Pasir
(Sumber: Pribadi
b. Sample pasir atau agregat yang telah ditimbang dicuci dengan air
sebanyak 50 kali pencucian sampai bersih, lalu air dibuang

Gambar 3.29 Mencuci Pasir


(Sumber: Pribadi)
c. Sample yang sudah di cuci di taruh ke wajan dan dikeringkan dengan
kompor. Setelah kering, agregat dipindah ke wadah.

Gambar 3.30 Mengeringkan Pasir


(Sumber: Pribadi)
d. Kedua sample yang telah dikeringkan dengan kompor selanjutnya
ditimbang kembali untuk mengetahui kadar airnya.
Gambar 3.31 Hasil Sample 1
(Sumber: Pribadi)

Gambar 3.32 Hasil Sample 2


(Sumber: Pribadi)

3. Tahapan Pengujian Gradasi Agregat Halus


a. Ambil sample agregat halus dan ditimbang seberat 500 gr (tidak
termasuk berat wadah)

Gambar 3.33 Mengambil Agregat Halus


(Sumber: Pribadi)
Gambar 3.33 Menimbang Pasir
(Sumber: Pribadi)
b. Susun set saringan yang dibutuhkan untuk menghitung gradasi agregat
halus sesuai urutan yang ditentukan. Setelahnya dimasukkan sample
kedalam set saringan.

Gambar 3.34 Menyusun Saringan


(Sumber: Pribadi)
c. Saringan ditutup dan di pasang pada mesin sieve shaker untuk
selanjutnya di shake dan dipisah antar urutan agregat pada saringan.
Pengguncangan oleh mesin sieve shaker dilakukan selama 15 menit.

Gambar 3.35 Pengguncangan


(Sumber: Pribadi)
d. Lalu setelah pengguncangan selesai, set saringan di pisah satu persatu
dan sample agregat yang tertahan di masing masing saringan di timbang.
4. Tahapan Pengujian Gradasi Agregat Kasar
a. Ambil sample agregat kasar dan ditimbang seberat 500 gr (tidak
termasuk berat wadah)

Gambar 3.36 Menimbang Agregat


(Sumber: Pribadi)

b. Cuci sampel sampai bersih

Gambar 3.37 Mencuci Agregat


(Sumber: Pribadi)
c. Kemudian setelah dicuci, keringkan agregat kasar dengan menggunakan
kompor

Gambar 3.38 Mengeringkan Agregat


(Sumber: Pribadi)
d. Sample yang sudah kering dimasukkan ke dalam set saringan yang telah
disusun, kemudian agregat digradasi dengan mesin sieve shaker

Gambar 3.39 Penggradasian


(Sumber: Pribadi)
e. Selanjutnya adalah timbang hasil penggradasian agregat yang tertahan di
tiap saringan, agregat ditimbang satu persatu dan didapatkan hasil
sebagai berikut

No. Ukuran Hasil penimbangan


Saringan
1. 1 1/2 -
2. 1”
-

3. ¾”

4. ½”
5. 3/8”

6. No. 4

7. No. 8

5. Pengujian Keausan Agregat Kasar


a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Ambil sample agregat dengan saringan A: 11/2” dan B: ½”. Agregat yang
tertahan di setiap saringan diambil dan ditimbang sampai dengan berat
2500gram.

Gambar 3.40 Agregat Saringan½”


(Sumber: Pribadi)
c. Setelah ditimbang, kedua agregat dicampur dan dibagi dua rata, sampai
masing masing sample memiliki berat 2500gram x 2 sample (gabungan A
dan B), cuci sample sampai bersih

Gambar 3. 42 Mencuci Agregat


(Sumber: Pribadi)
d. Kemudian sample dikeringkan menggunakan kompor

Gambar 3.43 Mengeringkan Agregat


(Sumber: Pribadi)
e. Setelah kering sample dimasukkan ke mesin Los Angeles, masukan juga
bola baja ke mesin

Gambar 3.44 Memasukkan Sempel ke Mesin Los Angeles


(Sumber: Pribadi)
f. Mesin ditutup dan di putar sebanyak 500 kali putaran

Gambar 3.45 Menutup Mesin Los Angeles


(Sumber: Pribadi)
g. Setelah mesin mati, mesin dibuka dan hasil abrasi dituangkan ke loyang

Gambar 3.46 Menuangkan ke Loyang


(Sumber: Pribadi)
h. Selanjutnya, pisahkan agregat menggunakan saringan No. 12

Gambar 3.47 Menyaring Agregat


(Sumber: Pribadi)
i. Cuci agregat sampai bersih, kemudian agregat dikeringkan kembali
dengan kompor
Gambar 3.48 Mengeringkan Kembali
(Sumber: Pribadi)
j. Timbang sample dan hitung keausannya

Gambar 3.49 Hasil Keausan Sample 1


(Sumber: Pribadi)

Gambar 3.50 Hasil Keausan Sample 2


(Sumber: Pribadi)

6. Tahapan Pembuatan Beton


a. Siapkan bahan dengan perbandingan volume yang sudah ditentukan,
yaitu semen (4,04kg), agregat halus (7,68kg), air (2,12liter), agregat
kasar ½ (6,02kg), agregat kasar 2/3 (6,02kg)
Gambar 3.51 Mengambil Material
(Sumber: Pribadi)
b. Masukan bahan kedalam mesin pengaduk secara berurutan yaitu, air,
agregat kasar, agregat halus, dan semen

Gambar 3.52 Memasukkan Bahan


(Sumber: Pribadi)

c. Aduk campuran bahan tersebut hingga homogen, kemudian tuang adonan


ke Loyang.

Gambar 3.53 Menuangkan Adonan ke Loyang


(Sumber: Pribadi)
d. Masukkan adonan beton kedalam kerucut Abrams dengan melalui 3
tahap lapisan, yang setiap tahapnya dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan.
Gambar 3.54 Memadatkan Beton
(Sumber: Pribadi)
e. Ratakan bidang atas kerucut dan biarkan selama 30 detik. Kemudian
angkat kerucut perlahan lahan

Gambar 3.55 Mengangkat Kerucut


(Sumber: Pribadi)
f. Ukur penurunan puncak kerucut

Gambar 3.56 Mengukur Penurunan


(Sumber: Pribadi)
g. Setelah diukur, masukkan adonan ke dalam cetakan silinder, padatkan
adonan dengan tongkat pemadat
Gambar 3.57 Memadatkan Beton
(Sumber: Pribadi)
h. Ratakan bidang atas cetakan silinder, kemudian beton didiamkan hingga
kering

Gambar 3.58 Meratakan Adonan Beton


(Sumber: Pribadi)

Gambar 3.59 Beton Sebelum Kering


(Sumber: Pribadi)
i. Setelah kering, lepas beton dari cetakan silinder, lalu rendam beton di air
yang bersih
Gambar 3.59 Merendam Beton
(Sumber: Pribadi)

7. Pengujian Kuat Tekan Beton


a. Beton yang telah kering dan berumur 14 hari diukur tinggi dan
diameternya

Gambar 3.61 Beton


(Sumber: Pribadi)
b. Hitung juga berat beton.

Gambar 3.6 Hitungan Berat Beton


(Sumber: Pribadi)
c. Setelah diukur, beton dimasukkan ke dalam compression machine.
Gambar 3.6 Memasukkan Beton ke compression machine
(Sumber: Pribadi)
d. Mesin dinyalakan dan beton diuji kuat tekannya

Gambar 3.6 Hasil Tekan Beton


(Sumber: Pribadi)

D. Analisa Data
1. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
a. Sebelum di diamkan 1x24 jam :
1) Sample agregat : 350cm
2) Air: ±200cm
b. Setelah di diamkan 1x24 jam:
1) Tinggi Pasir + Lumpur: 400cm
2) Tinggi Pasir: 350cm
3) Tinggi Lumpur: 400 cm – 350 cm = 50cm
c. Menghitung Kadar Lumpur (%):

(H1 – H2)/H1 * 100%

= (400cm – 350cm)/400cm * 100%

= 50/400 * 100%

= 12,5%

Tabel 3.1 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus


Hasil Pengujian
No. Uraian Sampel 1 Sampel 2
cm cm
1 Tinggi Pasir + Lumpur (H1) 400
2 Tinggi Pasir (H2) 350
3 Kadar Lumpur (H1-H2)/H1*100% 12,5%
Rata-rata Kadar Lumpur (%)
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 06 - Oktober - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.3 Hasil Analisa Pengujian Kadar Lumpur

Hasil Pengujian
N Uraian Sample 1 Sample 2
O cm cm
1. Tinggi Pasir + Lumpur (H1) 400 -
2. Tinggi Pasir (H2) 350 -
3. Kadar Lumpur (H1-H2)/H1*100% 12,5% -
Rata-rata Kadar Lumpur -
2. Pengujian Kadar Air Agregat Halus
a. Berat awal agregat
1) Sample 1: 500gram
2) Sample 2: 500gram
b. Berat setelah proses pemasakan:
1) Sample 1: 468,6gram
2) Sample 2: 466,3gram
c. Menghitung kadar air
(W1-W2)/W2*100%
1) Sample 1:
(500gr – 468,6gr)/468,6gr*100%
= 6,7%
2) Sample 2:
(500gr – 466,3gr)/466,3gr*100%
=7,2%
d. Rata-rata kadar air (%)
= 6,7% * 7,2%
= 6,95%

Tabel 3.2 Hasil Kadar Air Agregat Halus

Hasil pengujian
No. Uraian Sample 1 Sample 2
gram gram
1 Berat Awal (W1) 500 500
2 Berat Kering (W2) 468,6 466,3
3 Kadar Air (W1-W2)/W2*100% 6,7 7,2
Rata-rata Kadar Air (%) 6,95%
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 29 - November - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.4 Hasil Analisa Pengujian Kadar Air


Hasil pengujian
NO Uraian Sample 1 Sample 2
gram gram
1. Berat Awal (W1) 500 500
2. Berat Kering (W2) 468,6 466,3
3. Kadar Air (W1-W2)/W2*100% 6,7 7,2

Rata-rata Kadar Air (%) 14,9%

3. Pengujian Gradasi Agregat Halus


a. Berat tertahan Kumulatif :

Wtertahan kumulatif = Wtertahan pada saringan tertentu + Wtertahan pada saringan


lebih halus

1) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
2) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
3) Wtertahan kumulatif = 0+ 107,7 = 107,7
4) Wtertahan kumulatif = 107,7 + 61= 168,7
5) Wtertahan kumulatif = 168,7 + 121,4 = 290,1
6) Wtertahan kumulatif = 290,1+ 112,4 = 402,5
7) Wtertahan kumulatif = 402,5 + 28,9 = 431,4
8) Wtertahan kumulatif = 431,4+ 68,6 = 500

b. %Tertahan :

% Tertahan =

( ) x 1 00 %

Berat total−Berat tertahan kumulatif
Berat total

( ) x 1 00 % = 100%

500−0
1) =
500

2) = (
500 )

500−0
x 1 00 % = 100%

3) = ( ) x 100 % = 78,46%

500−107 ,7
500

4) = ( ) x 1 00 % = 66,26%

500−168 , 7
500

5) = ( ) x 1 00 % = 41,98%

500−290 ,1
500

6) = ( ) x 100 % = 19,5%

500−402 ,5
500
( ) x 1 00 % = 13,72%

500−431 , 4
7) =
500

8) = (
500 )

500−500
x 100 % = 0%

c. %Lolos :
%Lolos =100% − %Tertahan
1) = 100% - 0% = 100%
2) = 100% - 0% = 100%
3) = 100% - 78,46% = 21,54%
4) = 100% - 66,26% = 33,74%
5) = 100% - 41,98% = 58,02%
6) = 100% - 19,5% = 80,5%
7) = 100% - 13,72% = 86,28%
8) = 100% - 100% = 0%

Tabel 3.4 Hasil Akhir Gradasi Agregat Kasar

Ukuran Berat Kumulatif Rata- Batas


Saringan Tertahan Berat % % Lolos rata Gradiasi
Masing- Tertahan Tertahan %
masing (gr) lolos
Saringan
(gr)
ASTM mm A B A B A B A B
3/8” 9,5 0 - 0 - 100 - 0 - - -
#4 4,75 0 - 0 - 100 - 0 - - -
#8 2,36 107,7 - 107,7 - 78,4 - 21,54 - - -
6
#16 1,18 61.0 - 168,7 - 66,2 - 33,74 - - -
6
#30 0,6 121,4 - 290,1 - 41,9 - 58,02 - - -
8
#50 0,3 112,4 - 402,5 - 19,5 - 80,5 - - -
#100 0,15 28,9 - 431,4 - 13,7 - 86,28 - - -
2
Pan 68,6 - 500,7 - 0 - 0 - - -
Berat Seluruh Sample= 500 gram
Catatan : Tidak terdapat rata-rata karena sample yang dihitung hanya satu
(500 gr).

FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 29 - November - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.4 Hasil Akhir Gradasi Agregat Halus

Ukuran Berat Kumulatif Rata- Batas


Saringan Tertahan Berat % % Lolos rata Gradiasi
Masing- Tertahan Tertahan %
masing (gr) lolos
Saringan
(gr)
ASTM mm A B A B A B A B
3/8” 9,5 0 - 0 - 100 - 0 - - -
#4 4,75 0 - 0 - 100 - 0 - - -
#8 2,36 107,7 - 107,7 - 78,4 - 21,54 - - -
6
#16 1,18 61.0 - 168,7 - 66,2 - 33,74 - - -
6
#30 0,6 121,4 - 290,1 - 41,9 - 58,02 - - -
8
#50 0,3 112,4 - 402,5 -
19,5 - 80,5 - - -
#100 0,15 28,9 - 431,4 -
13,7 - 86,28 - - -
2
Pan 68,6 - 500,7 - 0 - 0 - - -
Berat Seluruh Sample= 500 gram
Catatan : Tidak terdapat rata-rata karena sample yang dihitung hanya satu
(500 gr).

4. Pengujian Gradasi Agregat Kasar


a. berat awal agregat kasar = 500,7 gram
b. Setelah di Shake menggunakan mesin sieve shaker =
Ukuran Saringan ASTM 11/2 (38,1 mm). Berat tertahan = 0 gram
Ukuran Saringan ASTM 1” (25,4 mm). Berat tertahan = 0 gram
Ukuran SaringanB ASTM 3/4” (19,0 mm). Berat tertahan = 128,2 gram
Ukuran Saringan ASTM ½” (12,7 mm). Berat tertahan = 200,2 gram
Ukuran Saringan ASTM 3/8” (9,5 mm). Berat tertahan = 106,5 gram
Ukuran Saringan ASTM No.4 (4,75 mm). Berat tertahan = 56,0 gram
Ukuran Saringan ASTM No.8 (2,36 mm). Berat tertahan = 2,3 gram
c. Menghitung % tertahan =
Wtertahan kumulatif = Wtertahan pada saringan tertentu + Wtertahan pada saringan lebih halus

1) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
2) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
3) Wtertahan kumulatif = 0+ 128,2 = 128,2
4) Wtertahan kumulatif = 128,2+ 200,2= 328,4
5) Wtertahan kumulatif = 328,4 + 106,5 = 434,9
6) Wtertahan kumulatif = 434,9+ 56,0 = 490,9
7) Wtertahan kumulatif = 490,9 + 2,3 = 493,2
8) Wtertahan kumulatif = 493,2+ 7,5 = 500,7

d. Menghitung % lolos =

( ) x 1 00 %

Berat total−Berat tertahan kumulatif
% Tertahan =
Berat total

( ) x 100 % = 100%

500 ,7−0
1) =
500 ,7

2) = (
500 ,7 )

500 ,7−0
x 100 % = 100%

3) = ( ) x 1 00 % = 74,3%

500 ,7−128 , 2
500 , 7

4) = ( ) x 1 00 % = 34,4%

500 ,7−328 , 4
500 , 7

5) = ( ) x 1 00 % = 13,1%

500 ,7−434 , 9
500 , 7

6) = ( ) x 1 00 % = 1,9%

500 ,7−490 , 9
500 ,7

7) = ( ) x 100 % = 1,4%

500 ,7−493 ,2
500 ,7

8) = ( ) x 1 00 % = 0%

500 ,7−500 , 7
500 ,7

e. Menghitung Rata-rata % lolos

%Lolos =100% − %Tertahan


1) = 100% - 0% = 100%
2) = 100% - 0% = 100%
3) = 100% - 74,3% = 25,7%
4) = 100% - 34,4% = 65,6%
5) = 100% - 13,1% = 86,9%
6) = 100% - 1,9% = 98,2%
7) = 100% - 1,4% = 98,6%
8) = 100% - 100% = 0%
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 27 - Oktober - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.3 Hasil Akhir Gradasi Agregat Kasar

Ukuran Kumulatif Rata- Batas Gradiasi


Saringan Berat % % Lolos rata
Tertahan Tertahan %
(gr) lolos
ASTM mm A A B A B A B
11/2 38,1 0 0 - 100 - 0 - - -
1” 25,4 0 0 - 100 - 0 - - -
3
/4” 19,0 128,2 128, - 74,3 - 25,7 - - -
2
½” 12,7 200,2 328, - 34,4 - 65,6 - - -
4
3/8” 9,5 106,5 434, - 13,1 - 86,9 - - -
9
No.4 4,75 56,0 490, - 1,9 - 98,1 - - -
9
No.8 2,36 2,3 493, - 1,4 - 98,6 - - -
2
Pan 7,5 500, - 0 - 100 - - -
7
Berat Seluruh Sampel = 500,7 gram
Catatan : Tidak terdapat rata-rata karena sample yang dihitung hanya satu
(500 gr).

5. Pengujian Keausan Agregat Kasar


a. Berat awal bahan uji :
1) Sampel 1 = 5000 gram
2) Sampel 2 = 5000 gram
b. Berat benda uji setelah diabrasi menggunakan mesin Los Angeles dan di
saring menggunakan saringan No.12 =
1) Sampel 1: 3693gram
2) Sampel 2: 2345gram
c. Menghitung nilai abrasi benda uji =
1) Sampel 1
w 1−w 2
= x 100%
w1
5000−3693
= x 100%
5000
= 26,14 %
2) Sampel 2
w 1−w 2
= x 100%
w1
5000−2345
= x 100%
5000
= 53,1 %
d. Menghitung rata – rata abrasi % =
Sampel 1+ Sampel 2
=
2
26 ,14 +53 , 1
=
2
= 39,62 %
Tabel 3.4 Hasil Akhir Keausan Agregat Kasar

Gradasi No. Sampel


Lolos/Tembus Tertahan I II
37,5 mm (1 ½”) 25 mm (1”) 2500 2500
25 mm (1”) 19 mm (3/4”)
19 mm (3/4”) 12,5 mm (1/2”)
12,5 mm (1/2”) 9,5 mm (3/8”) 2500 2500
9,5 mm (3/8”) 4,75 mm (no.4)
4,75 mm (no.4) 2,36 mm (no.8)
Jumlah berat uji semula W1 5000 5000
(gram)
Berat benda uji tertahan W2 3693 2345
ayakan No.12, setelah
abrasi (gram)
Nilai abrasi benda uji (W1 – W2)/ W1 x 26,14% 53,1%
(%) 100%
Rata-rata abrasi (%) 39,62%
Tabel 3.4 Hasil Akhir Keausan Agregat Kasar
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 20 - September - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.4 Hasil Akhir Keausan Agregat Kasar

Gradasi No. Sampel


Lolos/Tembus Tertahan I II
37,5 mm (1 ½”) 25 mm (1”) 2500 2500
25 mm (1”) 19 mm (3/4”)
19 mm (3/4”) 12,5 mm (1/2”)
12,5 mm (1/2”) 9,5 mm (3/8”) 2500 2500
9,5 mm (3/8”) 4,75 mm (no.4)
4,75 mm (no.4) 2,36 mm (no.8)
Jumlah berat uji semula W1 5000 5000
(gram)
Berat benda uji tertahan W2 3693 2345
ayakan No.12, setelah
abrasi (gram)
Nilai abrasi benda uji (W1 – W2)/ W1 x 26,14% 53,1%
(%) 100%
Rata-rata abrasi (%) 39,62%
6. Pembuatan Beton
Semen = 4,04 Kg
Agregat Halus = 7,68 Kg
Air = 2,12 Liter
Agregat Kasar 1/2 = 6,02 Kg
Agregat Kasar 2/3 = 6,02 Kg
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 1 (satu)
3 Diuji tanggal : 24 - November - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.5 Hasil Akhir Pembuatan Beton

Berat Masing-masing
Bahan
Bahan (Kg/Liter)
Semen 4,04 Kg
Agregat Halus 7,68 Kg
Air 2,12 Liter
Agregat Kasar 1/2 6,02 Kg
Agregat Kasar 2/3 6,02 Kg
a. Pengujian Kuat Tekan Beton
Kuat tekan 14 hari = 150 Kg/Cm2
Kuat tekan 28 hari = 87 Kg/Cm2
FORMULIR PENGUJIAN

UJI MARSHALL
1 No. Formulir : ……/LAB-TS/FT/UPS/……/2023
2 Kelompok : 2 (dua)
3 Diuji tanggal : 08 - Desember - 2023
4 Metode Uji/SNI :

Tabel 3.9 Hasil Analisa Pengujian Kuat Tekan Beton

Kuat Tekan Kuat Tekan


Beban
14 Hari 28 Hari Presenrase %
Maksimum (Kg)
(Kg/Cm2) (Kg/Cm2)
15.296 150 87 35
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Berdasarkan data hasil pengujian kadar lumpur pada agregat, dapat
disimpulkan bahwa sebelum didiamkan selama 24 jam, tinggi total pasir
dan lumpur adalah 270 mm, dengan tinggi pasir saja mencapai 250 mm.
Setelah didiamkan selama 24 jam, terjadi pemisahan antara pasir dan
lumpur, di mana tinggi total pasir dan lumpur menjadi 270 mm sementara
tinggi pasir berkurang menjadi 250 mm.
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada Sample 1, tinggi pasir dan lumpur
sebelum dan setelah diamkan memiliki perbedaan sebesar 20 mm,
dengan kadar lumpur sebesar 7,4%. Namun, untuk Sample 2, data belum
tersedia. Oleh karena itu, rata-rata kadar lumpur dari kedua sample tidak
dapat dihitung.
2. Pengujian Kadar Air Agregat Halus
Berdasarkan hasil pengujian kadar air Agregat halus dapat
disimpulkan, total awal agregat halus 500gram akan dimasak dengan
kompor setelah itu cuci agregat halus sebanyak 50 kali sampai kadar
lumpur hilang dari agregat. Setelah itu, dimasak lagi hingga agregat kering
dan ditimbang lagi. Hasil timbangan Sampel 1 menunjukan 468,6 gram
dan sampel 2 466,3 gram. Sehingga dapat dihasilkan kadar air (W1-
W2)/W2*100% dengan hasil sampel 1 (6,7gram) dan sampel 2 (7,2
gram). Maka rata rata kadar yang didapat dari kedua sampel tersebut
adalah 6,95%. Hasil dari kadar air yang diujikan tidak memenuhi SNI
1971-2011 karena
3. Pengujian Gradasi Agregat Halus
Berdasarkan hasil uji gradasi agerat halus yang telah diujikan
disimpulkan, berat awal agregat halus 500gram lalu Susun set saringan
yang dibutuhkan untuk menghitung gradasi agregat halus sesuai urutan
yang ditentukan. Setelahnya dimasukkan sample kedalam set saringan.
kemudian digradasi dengan mesin sieve shaker, hasil pengradasian
agregat yang tertahan di tiap saringan yaitu

Berat tertahan Kumulatif :

Wtertahan kumulatif = Wtertahan pada saringan tertentu + Wtertahan pada saringan


lebih halus

9) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
10)Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
11)Wtertahan kumulatif = 0+ 107,7 = 107,7
12)Wtertahan kumulatif = 107,7 + 61= 168,7
13)Wtertahan kumulatif = 168,7 + 121,4 = 290,1
14)Wtertahan kumulatif = 290,1+ 112,4 = 402,5
15)Wtertahan kumulatif = 402,5 + 28,9 = 431,4
16)Wtertahan kumulatif = 431,4+ 68,6 = 500

d. %Tertahan :

% Tertahan =

( ) x 1 00 %

Berat total−Berat tertahan kumulatif
Berat total

( ) x 1 00 % = 100%

500−0
9) =
500

10) = (
500 )

500−0
x 1 00 % = 100%

11) = ( ) x 100 % = 78,46%



500−107 ,7
500

12) = ( ) x 1 00 % = 66,26%

500−168 , 7
500

13) = ( ) x 1 00 % = 41,98%

500−290 ,1
500
( ) x 100 % = 19,5%

500−402 ,5
14) =
500

15) = ( ) x 1 00 % = 13,72%

500−431 , 4
500

16) = (
500 )

500−500
x 100 % = 0%

e. %Lolos :
%Lolos =100% − %Tertahan
9) = 100% - 0% = 100%
10) = 100% - 0% = 100%
11) = 100% - 78,46% = 21,54%
12) = 100% - 66,26% = 33,74%
13) = 100% - 41,98% = 58,02%
14) = 100% - 19,5% = 80,5%
15) = 100% - 13,72% = 86,28%
16) = 100% - 100% = 0%

4. Pengujian Gradasi Agregat Kasar


Kesimpulan pengujian gradasi agregat kasar, berat awal agregat
kasar sudah ditimbang sebesar 500 gram cuci dan keringkan
menggunakan kompor lalu dimasukan kedalam set saringan yang telah
disusun kemudian digradasi dengan mesin sieve shaker, hasil
pengradasian agregat yang tertahan di tiap saringan yaitu
berat awal agregat kasar = 500,7 gram

Setelah di Shake menggunakan mesin sieve shaker =


Ukuran Saringan ASTM 11/2 (38,1 mm). Berat tertahan = 0 gram
Ukuran Saringan ASTM 1” (25,4 mm). Berat tertahan = 0 gram
Ukuran SaringanB ASTM 3/4” (19,0 mm). Berat tertahan = 128,2 gram
Ukuran Saringan ASTM ½” (12,7 mm). Berat tertahan = 200,2 gram
Ukuran Saringan ASTM 3/8” (9,5 mm). Berat tertahan = 106,5 gram
Ukuran Saringan ASTM No.4 (4,75 mm). Berat tertahan = 56,0 gram
Ukuran Saringan ASTM No.8 (2,36 mm). Berat tertahan = 2,3 gram
f. Menghitung % tertahan =
Wtertahan kumulatif = Wtertahan pada saringan tertentu + Wtertahan pada saringan lebih halus

9) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
10) Wtertahan kumulatif = 0 + 0 = 0
11) Wtertahan kumulatif = 0+ 128,2 = 128,2
12) Wtertahan kumulatif = 128,2+ 200,2= 328,4
13) Wtertahan kumulatif = 328,4 + 106,5 = 434,9
14) Wtertahan kumulatif = 434,9+ 56,0 = 490,9
15) Wtertahan kumulatif = 490,9 + 2,3 = 493,2
16) Wtertahan kumulatif = 493,2+ 7,5 = 500,7

g. Menghitung % lolos =

( ) x 1 00 %

Berat total−Berat tertahan kumulatif
% Tertahan =
Berat total

( ) x 100 % = 100%

500 ,7−0
9) =
500 ,7

10) = (
500 ,7 )

500 ,7−0
x 100 % = 100%

11) = ( ) x 1 00 % = 74,3%

500 ,7−128 , 2
500 , 7

12) = ( ) x 1 00 % = 34,4%

500 ,7−328 , 4
500 , 7

13) = ( ) x 1 00 % = 13,1%

500 ,7−434 , 9
500 , 7

14) = ( ) x 1 00 % = 1,9%

500 ,7−490 , 9
500 ,7

15) = ( ) x 100 % = 1,4%



500 ,7−493 ,2
500 ,7
( ) x 1 00 % = 0%

500 ,7−500 , 7
16) =
500 ,7

h. Menghitung Rata-rata % lolos

%Lolos =100% − %Tertahan


9) = 100% - 0% = 100%
10) = 100% - 0% = 100%
11) = 100% - 74,3% = 25,7%
12) = 100% - 34,4% = 65,6%
13) = 100% - 13,1% = 86,9%
14) = 100% - 1,9% = 98,2%
15) = 100% - 1,4% = 98,6%
16) = 100% - 100% = 0%

5. Pengujian Keausan Agregat Kasar


Kesimpulan dari pengujian keausan agregat kasar adalah.
menggunakan 2 sample dengan saringan A 1/2 dan saringan B ½, masing
masing 5000 gram, lalu agregat gabungan 2 sample tersebut dan cuci
sample sampai bersih. Kemudian di keringkan menggunakan kompor lalu
di masukkan ke mesin los angeles dengan bola baja total 11 bola ke
mesin dan diputar sebanyak 500 putaran setelah selesai, pisahkan agregat
menggunakan saringan no 12 dan cuci dan dikeringkan kembali lalu
ditimbang sample nya. Hasil keausan sample ke 1 3693gram dan sample
ke 2 2345,3 gram.

6. Pembuatan Beton
Kesimpulan hasil uji dari pembuatan beton adalah, menggunakan
semen (4,04kg), agregat halus (7,68kg), air (2,12liter), agregat kasar ½
(6,02kg), agregat kasar 2/3 (6,02kg). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan mesin pengaduk dengan berurutan yaitu air, agregat kasar,
agregat halus ,dan semen dengan bertahap hingga tercampur, lalu tuang
kedalam loyang dan masukan kedalam kerucut abrams melalui 3 tahap
lapisan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan dan
ratakan.biarkan selama 30 detik lalu angkat dan ukur penurunan puncak
kerucut setelahnya masukan kedalam cetakan silinder dan padatkan
kembali menggunakan tongkat pemadat dan didiamkan hingga
kering,setelah kering direndam beton di air yang bersih.

7. Pengujian Kuat Tekan Beton


Disimpulkan dari pengujian tekan beton adalah. Beton yang telah
di keringkan selama 14 hari di ukur tinggi,diameter dan beratnya beton
dimasukan kedalam compression machine, kuat tekan beton umur 14 hari
sebesar 150kg/cm2, dan beton yang berumur 28 hari kuat tekannya
sebesar 87kg/cm2.

B. Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diujikan selama pengujian.
Maka diberikan saran sebagai beirikut.
1. Dalam pengujian selanjutnya bisa melakukan pengujian menggunakan
alat yang lain.
2. Pada pengujian selanjutnya perlu di lakukan dengan mencoba
persentase bahan uji untuk mendapatkan kualitas beton yang baik dan
sesuai dengan target penggunaan.
3. Proses pengadukan dan perataan pada adonan semen pembuat beton
perlu di perhatikan lagi agar melakukan dengan benar.
4. Pada pengujian kali ini masih ada sampel yang belum memenuhi
Gradasi SNI. Maka diperlukan pengukuran gradasi yang tepat untuk
menghasilkan yang baik pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

A. Lampiran Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus

Lampiran 1. Memasukkan Agregat Halus

Lampiran 2. Menambah Air

Lampiran 3. Menutup Gelas Ukur


B. Lampiran Pengujian Kadar Air Agregat Halus

Lampiran 1. Mengambil Agregat Halus

Lampiran 2. Mencuci Agregat Halus

Lampiran 3. Mengeringkan Agregat Halus


C. Lampiran Pengujian Gradasi Agregat Halus

Lampiran 1. Mengambil Agregat Halus

Lampiran 2. Menyusun Saringan

Lampiran 3. Mengambil Agregat Halus


D. Lampiran Pengujian Gradasi Agregat Kasar

Lampiran 1. Mencuci Agregat Kasar

Lampiran 2. Mengeringkan Agregat Kasar

Lampiran 3. Penggradasian Agregat


E. Lampiran Pengujian Keausan Agregat Kasar

Lampiran 3.Mengeringkan Agregat

Lampiran 2. Memasukkan Sempel ke Mesin Los Angeles

Lampiran 3. Menyaring Agregat


F. Lampiran Pembuatan Beton

Lampiran 1. Mengambil Bahan Beton

Lampiran 2. Memasukkan Bahan Beton

Lampiran 3. Memadatkan Adonan Beton


G. Lampiran Pengujian Kuat Tekan Beton

Lampiran 1. Beton Setelah Kering

Lampiran 2. Menimbang Beton

Lampiran 3. Memasukkan Beton ke compression machine

Anda mungkin juga menyukai