BAHAN STRUKTUR
NAMA KELOMPOK 01 :
Nataniel Tungga Rinding 110015002
Stepanus Dowansiba 110015011
Victor Frisa 110015020
Tri Ria Rezeki 110016139
Marcelino M. Manuhutu 110016015
PRAKTIKUM
BAHAN STRUKTUR
KELOMPOK 01 :
Nataniel Tungga Rinding 110015002
Stepanus Dowansiba 110015011
Victor Frisa 110015020
Tri Ria Rezeki 110016139
Marcelino M. Manuhutu 110016015
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya, penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan
Struktur ini dengan lancer dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari dosen dan rekan –
rekan lainnya Laporan Praktikum Bahan Struktur ini tidak dapat terselesaikan dengan
baik, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Ibu Lilis Zulaicha S.T.,M.T. selaku Dosen Penanggung Jawab Praktikum
Bahan Struktur.
2. Rudy Ermawan Sumpeno selaku Asisten Dosen Praktikum Bahan Struktur
3. Rekan – rekan semua yang membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Struktur
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan Laporan Praktikum Bahan Struktur, oleh karena itu penyusun
dengan kerendahan hati dan penuh keikhlasan, bersedia menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan penyusun berharap semoga
Laporan Praktikum Bahan Struktur bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum dasar yang dilakukan di Labotarium Struktur dan Bahan mempunyai
tujuan antara lain sebagai berikut :
1. Diharapkan agar mahasiswa dapat mengenal alat dan bahan yang digunakan
dalam sampel pengujian beton
2. Diharapkan agar mahasiswa dapat mempelajari secara langsung bagaimana
menguji bahan dan membuat beton dengan perencanaan (mix design) yang
telah direncanakan.
3. Diharapkan agar mahasiswa dapat mengenal sifat mekanik bahan, elemen
maupun sifat sistem struktur. Dengan percobaan ini mahasiswa dapat
mengenal sifat – sifat bahan termasuk pengetahuan mengenai agregat,
perancangan dan percobaan pembuatan campuran beton dengan kekuatan
tekan tertentu.
4. Diharapkan agar mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pengujian beton
dengan benar, serta dapat menentukan kekuatan tekan beton dan menghitung
kekuatan tekan beton
DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir agregat
dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan untuk
menentukan berat jenis agregat halus (pasir).
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan atau isi suatu contoh agregat halus
dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No. 4).
2. Berat satuan : perbandingan antara berat agregat dan volume pasir termasuk pori –
pori antara butirannya
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 - 3,8
b. Kadar lumpur maksimum 5 %
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3 %, tidak melebihi warna larutan
pembanding
Alat :
a. Bejana berbentuk silinder
b. Tongkat tusuk
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
d. Sendok dan pisau aduk
e. Alat bantu lain
Percobaan
No. Keterangan Satuan
1
Data tempat A -
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 250 gram
2 Diameter 9,96 cm
3 Tinggi 14,470 cm
Kondisi gembur ( Shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1315 gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 1755 gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1315 gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 1890 gram
HITUNGAN :
Jika : W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat halus ( gram )
Maka berat satuan / isi agregat halus, dihitung sebagai berikut :
Berat air (A) = (W2 - W1) = Volume air (cm3 ) = Volume bejana (cm3 )
Berat agregat halus (B) = (W3 - W1)
Percobaan
No. Keterangan Satuan
1
Data tempat A
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 250 Gram
2 Diameter 9,96 Cm
3 Tinggi 14,470 Cm
4 Volume 1127,397 Cm3
Hasil Uji
Kondisi gembur ( Shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1315 Gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 1755 Gram
3 A = Berat (W2-W1) 1065 Gram
4 B = Berat Agregat Halus (W3 – W1) 1505 Gram
5 Berat satuan isi agregat halus (B/A) 1,413 Gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1315 Gram
2 Berat bejana penuh agregat halus ( W3 ) 1890 Gram
3 A = Berat (W2-W1) 1065 Gram
4 B = Berat Agregat Halus (W3 – W1) 1640 Gram
5 Berat satuan isi agregat halus (B/A) 1,539 Gram
KESIMPULAN :
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat berat satuan / isi agregat halus rata –
rata adalah sebagai berikut :
- Kondisi gembur (sholved) = 1,413
- Kondisi dipadatkan (rodded) = 1,539
Dari percobaan ini menunjukan bahwa berat satuan / isi agregat halus dalam kondisi
dipadatkan (rodded) lebih besar dibandingkan dengan berat satuan / isi agregat pada
kondisi gembur (sholved). Pemadatan ini dilakukan dengan metode ditumbuk sebanyak
25 kali, sehingga agregat memadat menutupi rongga – rongga yang kosong pada
wadah.
ANALISIS :
Pada kondisi dipadatkan (rodded), rongga – rongga yang kosong terisi oleh agregat
karena adanya proses pemadatan dengan metode penumbukan sebanyak 25 kali. Hal
ini membuat berat satuan agregat halus akan berbeda dengan kondisi sebelum
dipadatkan, dalam artian beratnya akan bertambah. Sedangkan pada kondisi gembur
DASAR TEORI :
Berat isi atau berat satuan agregat adalah rasio antara berat satuan butir agregat
dengan isi / volume agregat. Pemeriksaan berat satuan agregat dimaksudkan untuk
menentukan berat jenis agregat kasar serta mengetahui kemampuannya dalam
menyerap air.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa berat satuan suatu contoh agregat kasar
dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari bantuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 4,75 mm (No. 4) sampai 40 mm (No. 1,5 inci).
2. Berat satuan / berat isi : perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori
– pori antara butirannya.
Langkah Kerja :
1. Timbang berat bejana kosong
2. Timbang berat bejana penuh berisi air
3. Tuangkan air keluar dari bejana, dan bejana dilap dengan kain sampai kering
4. Isikan agregat kasar ke dalam bejana hingga tinggi agregat kira – kira 5 cm dari
bibir atas bejana bejana
5. Ratakan agregat dengan menggunakan tongkat atau penggaris hingga
permukaannya rata dengan bibir atas bejana
6. Timbang bejana penuh agregat
7. Hitunglah berat satuan atau isi agregat kasar
Langkah Kerja :
1. Timbang berat bejana kosong
2. Timbang bejana penuh air
3. Tuangkan air dari bejana dan laplah bejana dengan kain hingga kering
4. Isikan agregat kasar ke dalam bejana dengan tiga lapisan / langkah :
a. Isi bejana dengan agregat kasar kira – kira 1/3 bagian, lalu tusuk – tusuk 25
kali dan ratakan permukaannya
b. Tambahkan agregat kasar ke dalam bejana sampai setinggi kira – kira 2/3
bagian, tusuk – tusuk 25 kali lalu ratakan permukaannya
c. Tambahkan agregat kasar hingga bejana penuh dan tusuk – tusuk 25 kali
5. Tambahkan agregat kasar sampai setinggi kira-kira 5 cm di atas bibir bejana, lalu
ratakan dengan tongkat atau penggaris
6. Timbanglah bejana penuh berisi agregat kasar tadi
7. Hitunglah berat isinya
HITUNGAN :
Jika :W1 = berat bejana kosong ( gram )
W2 = berat bejana penuh air ( gram )
W3 = berat bejana penuh agregat kasar ( gram )
Maka berat satuan isi agregat kasar dihitung sebagai berikut :
Berat air = ( W2 - W1) = Volume air (𝑐𝑚3 ) = Volume agregat (𝑐𝑚3 )
Berat agregat halus = ( W3 - W1 )
Berat agregat kasar
Jadi berat satuan/ isi agregat kasar = Volume agregat kasar
W3−W1
= W2−W1
Percobaan
No. Keterangan Satuan
1
Data tempat A
1 Berat bejana kosong ( W1 ) 320 Gram
2 Diameter 10,59 Cm
3 Tinggi 14875 Cm
4 Volume 1310,203 Cm3
Hasil Uji
Kondisi gembur ( Shoveled )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1525 Gram
2 Berat bejana penuh agregat kasar ( W3 ) 1875 Gram
3 A = Berat (W2-W1) 1205 Gram
4 B = Berat Agregat kasar (W3-W1) 1555 Gram
5 Berat satuan isi agregat kasar (B/A) 1,290 Gram
Kondisi dipadatkan ( Rodded )
1 Berat bejana berisi penuh air ( W2 ) 1525 Gram
2 Berat bejana penuh agregat kasar ( W3 ) 1985 Gram
3 A = Berat (W2-W1) 1205 Gram
4 B = Berat Agregat kasar (W3-W1) 1665 Gram
5 Berat satuan isi agregat kasar (B/A) 1,381 Gram
KESIMPULAN :
Dari percobaan yang dilakukan didapat berat satuan / isi agregat kasar rata – rata
adalah sebagai berikut :
- Kondisi gembur (sholved) = 1,290
- Kondisi dipadatkan (rodded) = 1,381
Dari percobaan ini menunjukan bahwa berat satuan / isi agregat kasar dalam
kondisi dipadatkan (rodded) lebih besar dibandingkan dengan berat satuan / isi agregat
pada kondisi gembur (sholved). Pemadatan ini dilakukan dengan metode ditumbuk
sebanyak 25 kali, sehingga agregat memadat menutupi hampir keseluruhan rongga –
rongga yang kosong pada wadah.
ANALISIS :
Pada kondisi dipadatkan (rodded), rongga – rongga yang kosong terisi oleh agregat
karena adanya proses pemadatan dengan metode penumbukan sebanyak 25 kali. Hal
ini membuat berat satuan agregat kasar akan berbeda dengan kondisi sebelum
dipadatkan, dalam artian beratnya akan bertambah. Sedangkan pada kondisi gembur
(sholved), tidak terjadi proses pemadatan yang artinya rongga-rongga yang kosong
DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan agregat
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan
kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).
MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu contoh
agregat halus, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari satuan volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai – nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering (𝑆𝑑 ) : perbandingan antara berat dari satuan volume
agregat (termasuk rongga yang impermeable dan permeable di dalam butir
partikel, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung
dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur tertentu.
b. Berat jenis curah jenuh kering permukaan (𝑆𝑠 ) : perbandingan antara berat dari
satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat di dalam rongga akibat
perendaman selama (24+4) jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran
partikel) pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling
bebas gelembung dalam volume yang sama pada pada suatu temperatur
tertentu.
c. Berat jenis semu/apparent (𝑆𝑎 ) : perbandingan antara berat dari satuan volume
suatu bagian agregat yang impermiabel pada suatu temperatur tertentu terhadap
berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada
pada suatu temperatur tertentu.
ALAT :
1. Timbangan : Timbangan harus memenuhi ketelitian sesuai dengan persyaratan
2. Piknometer : Botol gelas untuk benda uji agar dengan mudah dimasukkan volume
agregat halus secara berulang
3. Desikator
4. Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memilki kapasitas yang sesuai,
dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai temperatur
(100+5) ℃
5. Termometer : Alat pengukur temperatur dengan rentang temperatur yang sesuai
dan ketelitian pembaca 1 ℃
6. Alat bantu lain:
a. Alat pemanas untuk mengeluarkan gelembung.
b. Saringan No.4 dengan ukuran 4,75 mm.
c. Talam, dan lain – lain .
PELAKSANAAN :
1. Isi piknometer dengan air sampai line terakhir dan ditimbang (B)
2. Kemudian keluarkan air dari piknometer dan dibersihkan luar dalam
3. Siapkan pasir SSD sebanyak 500 gram (S)
4. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur, jangan sampai tumpah
5. Setelah itu masukkan air sampai line terakhir
6. Goyang-goyangkan sampai udara nampak keluar
7. Tambahkan air kembali sampai line akhir dan ditimbang (C)
8. Keluarkan air dari tabung ukur
9. Keluarkan pasir dari tabung ukur dan keringkan selama 24 jam
10. Timbang pasir kering oven (A)
HITUNGAN :
Keterangan : W1 = berat piknometer ( gram )
W2 = berat piknometer berisi agregat halus ( gram )
W3 = berat piknometer berisi agregat halus dan air ( gram )
W4 = berat piknometer berisi air ( gram )
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
Keterangan :
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
S = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan (gram)
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat piknometer yang berisi air (gram)
C = Berat piknometer dengan benda uji dan air sampai batas pembacaan (gram)
d. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw), dengan cara :
S−A
Penyerapan air = x100%
A
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
S = Berat benda uji kondisi SSD / jenuh kering permukaan (gram)
KESIMPULAN :
Dari hasil pengujian diatas dihasilkan berat jenis kering curah kering (Sd) rata – rata
2,097, berat jenis curah jenuh kering (Ss) rata – rata 2,473, berat jenis semu (Sa) rata –
rata 3,512, dan penyerapan (Sw) rata – rata 18,055 %. Berat jenis agregat halus 2,4 –
2,9 gram dan nilai penyerapan 5%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa berat
jenis agregat halus tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, dan penyerapan air
agregat halus tidak memenuhi syarat, karena yang disyaratkan 5% dan dari data didapat
18,055 %.
ANALISIS :
Bera jenis agregat halus pada saat kering oven lebih kecil (2,097) dari berat jenis
benda uji pada saat SSD (2,473). Perubahan berat agregat halus saat diuji dalam
piknometer dengan penambahan air, menjadikan berat agregat halus bertambah karena
adanya penyerapan air sebesar 18,055 % oleh agregat halus sehingga kadar air
meningkat.
DASAR TEORI :
Berat jenis agregat adalah rasio perbandingan antara massa padat agregat dan massa
air dengan volume sama pada suhu yang sama. Penyerapan adalah kemampuan agregat
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan
kering ( SSD = Saturated Surface Dry ).
MAKSUD :
Maksud percobaan ini adalah memeriksa berat jenis dan penyerapan air suatu contoh
agregat kasar, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat kasar : kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No.1 1⁄2inci)
2. Berat jenis : perbandingan antara berat dari suatu volume dari suatu material
terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan.
Nilai-nilainya adalah tanpa dimensi.
a. Berat jenis curah kering (𝑆𝑑 ) ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat keadaan jenuh pada
suhu 25º C.
b. Berat jenis permukaan jenuh (𝑆𝑠 ) ialah perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25ºC.
c. Berat jenis semu/apparent (𝑆𝑎 ) ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan kering
pada suhu 25ºC.
3. Penyerapan air ialah perbandingan berat air yang dapat di serap quarry terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
4. Syarat mutu agregat kasar
a. Kehalusan (modulus halus butir) 6 – 7,1
b. Kadar lumpur maksimum 1 %
c. Kadar zat organik di uji dengan larutan Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %
ALAT :
1. Timbangan : Timbangan harus sesuai dengan persyaratan. Timbangan harus
dilengkapi dengan peralatan yang sesuai untuk menggantung wadah contoh benda
uji di dalam air pada bagian tengah-tengah alat penimbang.
2. Wadah contoh benda uji : Suatu keranjang kawat 3,35 mm untuk agregat dengan
ukuran nominal maksimum 37,5 mm (saringan No. 1 1⁄2inci) atau lebih kecil, dan
wadah yang lebih besar jika dibutuhkan untuk menguji ukuran maksimum agregat
yang lebih besar.
3. Tangki / tandon air : Sebuah tangki air yang kedap dimana contoh benda uji dan
wadahnya akan ditempatkan dengan benar-benar terendam ketika digantung di
bawah timbangan, dilengkapi dengan suatu saluran pengeluaran untuk menjaga
agar ketinggian air tetap.
4. Alat penggantung (kawat) : kawat untuk menggantung wadah contoh benda uji
haruslah kawat dengan ukuran praktis terkecil untuk memperkecil seluruh
kemungkinan pengaruh akibat perbedaan panjang kawat yang terendam.
5. Oven : Oven yang dapat dipergunakan harus memiliki kapasitas yang sesuai,
dilengkapi pengatur temperatur dan mampu memanaskan sampai temperatur
(110+5)℃.
6. Alat bantu lain
PELAKSANAAN :
1. Siapkan kira – kira 2000 gram agregat kasar dari contoh benda uji untuk
pemeriksaan secara duplo (dua percobaan yang terpisah).
2. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan.
3. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110+5)℃ sampai berat tetap.
Catatan : bila penyerapan dan berat harga jenis digunakan dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya digunakan pada keadaan air aslinya, maka tidak perlu
digunakan pengeringan dengan oven.
4. Dinginkan benda uji pada suhu kamar 1 – 3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (A).
5. Rendam benda uji pada suhu kamar selam 24 ± 4 jam.
6. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu.
7. Timbang benda kering- permukaan jenuh (B).
Catatan : banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir – butir berat
dan ringan; bahan semacam ini memberikan harga – harga berat jenis yang tidak tetap
walaupun pemeriksaan dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa
pemeriksaan ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata rata yang memuaskan.
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
1. Berat jenis curah kering
Lakukan perhitungan berat jenis curah kering (Sd) pada temperatur air 230C dengan
rumus sebagai berikut :
A
Berat jenis curah kering = (B−C)
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
C = Berat uji dalam air (gram)
2. Berat jenis curah (kondisi jenuh kering permukaan/SSD)
Lakukan perhitungan berat jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) pada
temperatur air 230C :
B
Berat jenis curah jenuh kering permukaan = (B−C)
Keterangan :
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
C = Berat uji dalam air (gram).
4. Penyerapan air
Perhitungan presentase penyerapan air (Sw), dengan cara :
B−A
Penyerapan air =( ) x 100 %
A
Keterangan :
A = Berat benda uji kering oven (gram)
B = Berat benda uji kondisi jenuh kering permukaan di udara (gram)
ANALISIS DATA :
KESIMPULAN :
Dari hasil perhitungan diperoleh berat jenis curah kering (Sd) rata – rata 2,184, berat
jenis curah jenuh kering permukaan (Ss) rata – rata 2,226, berat jenis semu (Sa) rata –
rata 2,278 dan penyerapannya (Sw) rata- rata 1,956 %. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa berat jenis agregat kasar 2,184 < 2,4 sehingga masuk kedalam
golongan agregat ringan, dan penyerapan air agregat kasar memenuhi syarat, yaitu
sebesar 1,956 %.
Dengan demikian berat jenis agregat kasar pada saat kering oven lebih kecil
(2,184) dari berat jenis benda uji pada saat SSD (2,226). Lain halnya dengan perubahan
berat agregat kasar saat diuji dalam piknometer dengan penambahan air, hal ini justru
menjadikan berat agregat kasar bertambah karena adanya penyerapan air sebesar 1,956
%.
DASAR TEORI :
SSD atau Saturated Surface Dry adalah keadaan pada agregat yang tidak terdapat air
pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh air sehingga tidak mengakibatkan
penambahan maupun pengurangan kadar air dalam beton.
Pemeriksaan SSD adalah untuk memperoleh pasir yang sesuai sebagai bahan
campuran adukan beton, hal ini berhubungan dengan sedikit atau banyaknya air yang
dikandung oleh pasir tersebut.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kondisi jenuh kering muka suatu contoh
agregat halus / pasir, dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : Pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
ANALISIS :
Dari kesimpulan diatas, yang menyebabkan keadaan pasir masih berbentuk kerucut
terpancung adalah benda uji yang dilakukan pada saat membuat pasir dalam kondisi
jenuh kering muka (SSD).
DASAR TEORI :
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan di dalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air) akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
MAKSUD :
Maksud percobaan adalah memeriksa kadar air suatu contoh agregat halus / pasir,
dengan pengertian istilah sebagai berikut :
Agregat halus : pasir alam sebagai disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan
oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir sebesar 4,75mm (No.4)
b. Langkah Kerja
1. Ambil dari contoh pasir yang tersedia dengan cara kuartering kira-kira
sebanyak 500 gram
2. Timbang pasir contoh dengan cawannya seberat W2 gram, buatlah secara
duplo (dua percobaan terpisah).
3. Keringkan pasir dalam oven, dengan suhu 1050C selama 24 jam atau sampai
beratnya tetap.
4. Keluarkan dari dalam oven kemudian sampel didinginkan selanjutnya
masing-masing contoh uji pasir beserta cawannya ditimbang, W3 gram.
5. Hitung pasir kadar air contoh tersebut.
b. Langkah Kerja
1. Ambil pasir contoh sebanyak kira – kira 500 gram
2. Rendam pasir tersebut dalam air bersih selama 24 jam
3. Buang air dalam ember, tempatkan pasir di atas goni dan ratakan agak tipis,
serta diangin-anginkan dalam ruangan yang terlindung dari sinar matahari
langsung
4. Jika pasir sudah dalam keadaan SSD, ambil sebagian contohnya dan
masukan ke dalam cawan dan timbanglah beratnya, W2 gram, buatlah
pengujian secara duplo
5. Keringkan pasir dengan suhu 105° C, sampai beratnya tetap
6. Timbanglah pasir tersebut dengan cawannya, andaikan beratnya W3 gram
7. Lakukanlah perhitungan kadar airnya
DATA PENGAMATAN :
HITUNGAN :
Jika : W1 = berat cawan kosong ( gram )
W2 = berat cawan dengan contoh pasir uji ( gram )
W3 = berat cawan dengan contoh pasir uji kering oven ( gram )
Maka untuk mencari kadar air pasir contoh menggunakan rumus :
Jika berat cawan kosong = W1 gram, maka :
ANALISIS DATA :
KESIMPULAN :
Kadar air pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung
dalam agregat. Semakin besar selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat
setelah kering oven maka semakin banyak pula air yang dikandung oleh agregat
tersebut dan sebaliknya. Besar kecilnya kadar air berbanding lurus dengan jumlah air
yang terkandung dalam agregat semakin besar jumlah air yang terkandung dalam
agregat maka semakin besar pula kadar air agregat itu dan sebaliknya. Dari pengujian
ini kita didapatkan nilai kadar air untuk agregat halus 3,63 %.
Syarat :
Kadar air < 5%
3,63 % < 5%
Agregat halus yang di uji dapat digunakan.
ANALISIS :
Pada percobaan 5 data yang digunakan sesuai, sehingga kadar air pada agregat halus
yang didapat memenuhi persyaratan kadar air yang ada yaitu 3,63 % dan dapat
digunakan.
DASAR TEORI :
Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat
halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran
dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) maka
volume pori akan besar, sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi maka volume
pori akan kecil. Hal ini dikarenakan butiran yang kecil akan mengisi pori di antara
butiran yang lebih besar sehingga pori – porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kemampatannya akan lebih tinggi. Agregat untuk pembuatan mortar atau beton
diinginkan suatu butiran yang mempunyai kemampatan yang tinggi.
MAKSUD:
Maksud percobaan adalah menentukan distribusi ukuran butiran suatu contoh
agregat halus dengan pengertian istilah sebagai berikut :
1. Agregat halus : pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4,75
mm (No.4).
2. Gradasi adalah : distribusi ukuran butiran agregat.
3. Syarat mutu agregat halus
a. Kehalusan (modulus halus butir) 1,5 - 3,80
b. Kadar lumpur maksimum 5%.
c. Kadar zat organik diuji dengan larutan NaOH 3%, tidak melebihi warna larutan
pembanding.
DATA PENGAMATAN :
ANALISIS DATA :
Lubang Berat Persen Persen tertinggal Persen lolos
No. Komulatif
ayakan ( mm ) tertinggal (mm) tertinggal (% ) komulatif ( % )
(% )
1 9.50 5 1,01 1,01 98,99
2 4.75 10 2,02 3,03 95,96
3 2.36 15 3,03 6,06 92,93
4 1.18 25 5,05 11,11 87,88
5 0.60 100 20,20 31,31 67,68
6 0.30 195 39,39 70,7 28,29
7 0.200 140 28,28 98,98 0,01
8 0.075 5 1,01 99,99 -1
Jumlah 495 99,99 322,19
Modulus halus butir ( mhb ) 3,222
ANALISIS :
Dari kesimpulan tersebut dapat dilihat modulus halus butir (mhb) sudah memenuhi
syarat mutu kehalusan, yang pada pemeriksaan gradasi agregat halus ini dimaksudkan
untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat halus dengan menggunakan
saringan.
DASAR TEORI :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / pembagian butir agregat
kasar dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran
dari agregat. Bila butir – butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) maka
volume pori akan besar, sebaliknya bila ukuran butir – butirnya bervariasi akan terjadi
volume pori yang kecil. Hal ini dikarenakan butiran yang kecil akan mengisi pori
diantara butiran yang lebih besar sehingga pori – porinya menjadi sedikit, dengan kata
lain kemampatannya tinggi. Agregat untuk pembuatan mortar atau beton diinginkan
suatu butiran yang memiliki kemampatan tinggi sehingga hanya membutuhkan sedikit
bahan pengikat.
MAKSUD:
Maksud percobaan adalah menentukan distribusi ukuran butiran suatu contoh
agregat kasar dengan pengertian istilah sebagai berikut:
1. Agregat kasar : Kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran antara
4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No.1 1⁄2 inci)
2. Gradasi adalah : Distribusi ukuran butiran agregat kasar.
3. Syarat mutu agregat kasar
a. Kehalusan (modulus halus butir) 6 – 7,1
b. Kadar lumpur maksimum 1 %
c. Kadar zat organik di uji dengan larutan Natrium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 12 %, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %
d. Berat jenis pasir 2,5 – 2,7
LANGKAH KERJA :
a. Ambil contoh agregat dari contoh yang tersedia, sebanyak kira – kira 1000 gram.
b. Keringkan agregat kasar dalam oven sampai beratnya tetap pada suhu 105 0C.
c. Ambil agregat dari oven dan masukkan ke dalam desikator untuk mendiginkan.
d. Ambil agregat dari dalam desikator dan timbang beratnya.
e. Susunlah ayakan berurutan dengan diameter terbesar di bagian paling atas.
f. Masukkan agregat kering oven tadi ke dalam ayakan yang paling atas.
g. Ayaklah agregat dengan mesin penggetar selama 5 menit.
h. Tuangkan berat tertahan di masing – masing ayakan hingga dalam ayakan tidak
ada agregat tertinggal. Jangan lupa beri nomor ayakan pada setiap tempat sisa
ayakan berurutan dari ayakan yang paling atas.
i. Timbang berat tertahan pada masing – masing ayakan tersebut.
j. Masukkan ke dalam tabel perhitungan yang tersedia.
k. Hitung modulus halus agregat kasar.
DATA PENGAMATAN :
Lubang Berat
No.
ayakan ( mm ) tertinggal (gram )
1 75 0
2 50 0
3 57.5 0
4 30 0
5 25 0
6 19 315
7 12 575
8 9.5 95
9 4.75 10
10 Pan 5
Jumlah 1000
ANALISIS DATA :
Persen
Lubang Berat Persen Persen lolos
tertinggal
No.
Tertinggal komulatif
ayakan (mm) tertinggal ( % ) komulatif ( % )
( gram ) (%)
1 75 0 0 0 100
2 50 0 0 0 100
3 37.5 0 0 0 100
4 30 0 0 0 100
5 25 0 0 0 100
6 19 315 31,5 31,5 68,5
7 12 575 57,5 89 11
8 9.5 95 9,5 98,5 1,5
9 4.75 10 1,00 99,5 0,5
10 Pan 5 0,5 100 0
Jumlah 1000 100.000 418,5 0
Modulus halus butir ( mhb ) 418,5 / 100 = 4,185
KESIMPULAN :
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut
memiliki modulus kehalusan agregat kasar sebesar 4,185. Berdasarkan percobaan di
atas dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang dipakai sebagai sampel tidak sesuai
dengan syarat yang telah ditentukan oleh SII 0052-80 dengan nilai modulus halus butir
agregat kasar sebesar 6,0 – 7,1.
SLUMP TEST :
Slump test bertujuan untuk menunjukkan workability atau istilah bakunya (seberapa
lecak / encer / muddy) suatu adukan beton. Test tersebut harus selalu dilakukan dengan
hati-hati. Test yang kurang memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat
memberikan hasil yang tidak tepat.
SAMPLING :
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya
dari truk beton atau truk ready – mix. Pengambilan sampel ini harus sesegera mungkin
dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil di lokasi
(akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu di tempat beton dituangkan dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam dua cara :
1. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter kubik
beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu sebanyak 0.2
meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut boleh dipakai. Jika
tidak, tentu saja dikembalikan.
2. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam
truk.
SLUMP TEST :
Tujuannya adalah memastikan bahwa campuran beton tersebut tidak terlalu encer
dan tidak terlalu keras/kental. Slump yang diukur harus berada dalam range atau dalam
batas toleransi dari yang ditargetkan.
ALAT :
1. Slump cone / kerucut terpancung ukuran standar (diameter atas 100 mm, diameter
bawah 200 mm dan tinggi 300 mm)
2. Sekup kecil
3. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm)
4. Penggaris/mister/ruler
BAHAN :
Dari hasil hitungan mix design yang terlampir, diperoleh bahan dan kuat tekan beton
yang direncanakan sebagai berikut :
1. Air sebanyak = 1,312 liter
2. Semen sebanyak = 3,124 kg
3. Pasir sebanyak = 3,64 kg
4. Split sebanyak = 5,456 kg
5. Mutu beton disyaratkan (f’c) = 30 Mpa
6. Mutu beton rencana (f’c + margin) = 42 Mpa
LANGKAH KERJA :
1. Bersihkan cone / kerucut.
2. Basahi permukaannya dengan air dan ditempatkan di papan slump.
3. Papan slump harus bersih, stabil / tidak mudah bergeser, tidak berdebu, tidak miring
dan tidak menyerap air
4. Ambil sampel beton segar dari tempat adukan
5. Berdiri pada pijakan (kuping) yang ada pada cone. Isi sepertiga bagian dari cone
dengan sampel. Padatkan dengan cara rodding, yaitu menusuk – nusuk beton
sebanyak 25 kali. Lakukan dari bagian terluar hingga ke bagian tengah.
6. Isi lagi hingga mencapai 2/3 bagian cone. Lakukan rodding 25 kali, tapi hanya
sampai ke bagian atas lapisan pertama bukan ke dasar cone.
7. Isi hingga penuh, lakukan lagi rodding 25 kali hingga ke bagian atas lapisan kedua.
8. Ratakan bagian atas beton yang “meluap” dengan menggunakan batang besi.
Bersihkan papan slump di sekitar cone. Tekan pegangan cone ke bawah, dan
lepaskan pijakan.
9. Diamkan bahan yang sudah ditumbuk didalam cone selama 1 menit.
10. Angkat pelan – pelan cone tersebut jangan sampai sampel bergerak / bergeser.
11. Balikkan cone, tempatkan di samping sampel dan letakkan batang besi di atas cone
yang terbalik tersebut.
12. Ukur slump di beberapa titik, dan catat dan laporkan harga rata – ratanya.
13. Jika sampelnya gagal atau berada di luar toleransi, maka harus diambil sampel lain,
kemudian dilakukan slump test lagi. Jika masih gagal juga, maka beton tersebut
boleh ditolak.
Keadaan ini disebabkan terlalu banyak air / basah sehingga campuran dalam
cetakan runtuh sempurna, bisa juga karena merupakan campuran yang
workabilitynya tinggi yang diperuntukkan untuk lokasi pengecoran tertentu
sehingga memudahkan pemadatan,
Gambar 2 : Shear
Pada keadaan ini bagian atas sebagian bertahan dan sebagian runtuh sehingga
berbentuk miring, mungkin terjadi karena adukan belum rata tercampur.
Gambar 3 : True
Merupakan bentuk slump yang benar dan ideal. Jika pada saat uji slump
bentuk yang dihasilkan adalah collapse atau shear, maka tidak perlu membuat
campuran baru terburu-buru. Cukup ambil sample beton segar yang baru dan
mengulang pengujian.
KESIMPULAN :
Bentuk slump yang didapatkan yakni True. Pada keadaan ini merupakan bentuk
slump yang sempurna dan ideal. Dari hasil percobaan nilai slump sesuai dengan
perencanaan. Nilai slump yang didapat yaitu 9 memenuhi nilai slump dari mix design.
Nilai slump yang disyaratkan yaitu antara 7 sampai 12.
ANALISIS :
Dari hasil percobaan nilai slump sesuai dengan perencanaan dan yang disyaratkan,
sehingga mendapatkan bentuk slump yang ideal dan sempurna.
DASAR TEORI :
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian ini untuk menentukan
kuat tekan (compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk silinder dn
kubus yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium maupun di
lapangan. Kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu.
MAKSUD / TUJUAN :
Tes Uji Tekan ini bertujuan untuk mengetahui berapa kekuatan yang bisa dicapai
beton tersebut. Test Uji Tekan ini tentu saja dilakukan pada saat beton sudah mengeras.
Test tersebut harus selalu dilakukan dengan hati – hati . Test yang kurang
memperhatikan prosedur yang baik dan benar dapat memberikan hasil yang tidak tepat.
SAMPLING
Langkah pertama adalah mengambil sampel atau contoh dari batch beton, misalnya
dari truk beton atau truck readu – mix . Pengambilan sampel ini harus sesegera
mungkin dilakukan begitu truk sudah sampai di lokasi proyek. Jadi, sampel diambil di
lokasi (akan lebih baik lagi jika lokasi pengambilan yaitu tempat beton dituang dari
ujung pipa mobil concrete pump), bukan di Batching Plant, yaitu tempat dimana truk
ready – mix mengambil dan mencampur bahan baku beton.
Sampel dapat diambil dalam du acara :
i. Untuk persetujuan boleh dipakai atau tidak, sampel diambil setelah 0,2 meter
kubik beton sudah dituang (dicor) terlebih dahulu. Jadi, beton dituang dulu
sebanyak 0,2 meter kubik, kemudian diambil sampel. Jika oke, beton tersebut
boleh dipakai. Jika tidak, tentu saja dikembalikan.
ii. Untuk pengecekan rutin : sampel diambil dari tiap tiga bagian muatan beton dalam
truk.
ALAT :
1. Cetakan silinder (diameter 100 mm x 200 mm, atau diameter 150 x 300 mm)
2. Sekup kecil
3. Batang besi silinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm, salah satu ujungnya
dibulatkan)
4. Pelat baja sebagai dudukan
BAHAN :
Adukan beton untuk benda uji yaitu di dapat dari perhitungan mix design beton.
Perbandingan campuran yang digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Air sebanyak = 1,312 liter
2. Semen sebanyak = 3,124 kg
3. Pasir sebanyak = 3,64 kg
4. Split sebanyak = 5,546 kg
5. Mutu beton disyaratkan (f’c) = 30 Mpa
6. Mutu beton rencana (f’c + Margin) = 42 Mpa
LANGKAH KERJA :
Persiapan Pengujian :
1. Siapkan formulir data pengujian kuat tekan beton
2. Ambil benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam
(curing), kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab
3. Tentukan berat dan ukuran benda uji
4. Lapisi (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar belerang,
dengan cara : lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (melting pot) yang
dinding dalamnya telah diberi lapisan tipis gemuk, kemudian letakkan benda uji
tegak lurus cetakkan pelapis sampai mortar belakang cair menjadi keras; dengan
cara yang sama dilakukan pelapisan pada permukaan lainnya
5. Benda uji siap untuk diperiksa
Pengujian :
Pelaksanaan pengujian kuat tekan beton adalah sebagai berikut :
1. Nyalakan / hidupkan mesin tekan beton
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
3. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg / cm2 per detik
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur, dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
5. Gambar / skets pecahnya benda uji dan catatlah keadaan benda uji
HITUNGAN :
Nilai kuat tekan beton dihitung dengan rumus berikut :
𝑃
f’c = 𝐴
keterangan :
P = Beban maksimum ( N )
A = Luas penampang bidang tekan (mm2 )
KESIMPULAN :
Dari hasil praktikum diperoleh nilai kuat tekan beton selama 7 hari adalah 21,088
Mpa. Hasil tersebut sudah masuk pada mutu beton yang disyaratkan yaitu 0,65 x 30
Mpa = 19,5 Mpa.
(A) (B)
Gambar (A) : kondisi beton setelah diuji, dan
Gambar (B) : kuat tekan beton yang direncanakan
DASAR TEORI
Semua bahan yang padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk benda uji, suhu,
kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan antara
beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian utama dari
studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu, akan terapi biasanya hasil
pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda walaupun bahan yang
digunakan sama. Oleh karena itu bentuk benda uji dibuatkan suatu standar yang
sedemikian rupa sehingga kurva tegangan – regangan yang diperoleh juga merupakan
kurva yang standar pula.
Tujuan :
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan
parameter lainnya. Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian
mutu baja.
Pengelolaan Contoh :
Pengelolaan contoh disyaratkan, sebagai berikut :
1) Setiap contoh diberi label yang jelas, sehingga identitas contoh dapat diketahui.
2) Label contoh meliputi:
a. Nomor contoh
b. Jenis dan grade baja beton
c. Dimensi contoh
d. Asal pabrik
3) Petugas / teknisi yang mengambil contoh.
4) Tanggal pengambilan contoh.
Peralatan :
Peralatan untuk pengujian kuat tarik baja beton terdiri dari :
1. Mesin uji tarik, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Mempunyai kecepatan tarik yang merata dan dapat diatur sedemikian rupa
sehingga besarnya penambahan tegangan tidak melebihi 10 Mpa untuk setiap
detik.
- Pembacaan gaya, dapat dilakukan dengan ketelitian 10% dari gaya tarik
maksimum.
2. Alat pengukur geser.
3. Peralatan pembuat benda uji, yaitu:
- Alat pemotong baja
- Alat penggores benda uji
- Mesin bubut
Cara Uji :
Proses pengujian dilakukan sebagai berikut:
1. Buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan dimensi yang sesuai dengan
ketentuan.
2. Setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda.
3. Setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh serta
dimensinya.
4. Pasang benda uji dengan cara menjepit bagian h dari benda uji pada alat penjepit
mesin tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji.
5. Tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 Mpa / detik sampai benda
uji putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi setiap
penambahan 10 MPa
6. Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks, bila
benda uji merupakan baja lunak.
7. Buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjangan
8. Ukur diamter bagian benda uji yang putus (Du) dan panjang setelah putus (lu).
HITUNGAN :
1. Kekuatan tarik 𝒇𝒔
Pmaks
f𝐬 =
Aso
2. Prosentasi perpanjangan s
L u − Lo
S=
Lo
3. Kontraksi
Aso − Asu
=
Aso
Kekuatan Tarik
Diameter Luas Panjang dp 10 E maks
( mm2 ) Kontraksi
( dalam ( S dalam
No. Do Du Aso Asu Putus Lo lu
%) %)
N
( mm ) ( mm ) ( mm^2 ) ( mm^2 ) Mpa ( mm ) ( mm )
(ton)
1 1,05 1,05 0,866 0,866 1,5 1732,299 6,05 6,05 0 0,00
DASAR TEORI :
Dalam agregat terdapat berat isi dan berat satuan yang merupakan rasio antara berat
satuan butir agregat dengan isi / volume agregat. Untuk mendapakan nilai berat jenis
agregat halus (pasir) maka dilakukan pemeriksaan berat jenis satuan. Berat volume
agregat dapat ditinjau dengan dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat
volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan
berat volume air, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat
dalam keadaan padat dengan volume air.
TUJUAN :
Percobaan pemeriksaan kadar lumpur bertujuan untuk menentukan presentase kadar
lumpur yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan lumpur tidak lebih dari 5 %
merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk
pembuatan beton.
Bahan :
a. Pasir
b. Air bersih
Alat :
a. Gelas ukur
b. Alat pengaduk
Pelaksanaan :
1. Contoh benda uji dimasukan ke dalam gelas ukur.
2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur.
3. Gelas ukur dikocok untuk mencuci pasir dari lumpur.
4. Letakkan gelas ukur ditempat yang datar selama 24 jam sampai lumpur
mengendap
5. Ukur tinggi pasir (V1) dan ukur tinggi lumpur (V2).
ANALISIS DATA :
KESIMPULAN :
Dari percobaan kadar lumpur dengan metode endapan nilai persentase tidak boleh
melebihi 5 % dari yang disyaratkan. Dan nilai kadar lumpur yang di dapat dari hasil
percobaan ini melebihi nilai ketentuan yang telah disyaratkan yaitu 5,2 %, sehingga
tidak memenuhi dan tidak dapat digunakan.
ANALISIS :
Dari kesimpulan yang di dapat dalam percobaan kadar lumpur dengan
menggunakan metode endapan, persentase tidak memenuhi atau melebihi dengan yang
disyaratkan. Penyebab terjadinya kelebihan persentase bisa dikarenakan jenis pasir
yang tidak bagus. Untuk mengatasinya bisa digunakan metode yang berbeda dan bisa
menggunakan cara pengurngan persentase.
- https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi-agregat-halus.html
- https://lauwtjunnji.weebly.com/gradasi-agregat-kasar.html
- Buku Panduan Bahan Struktur (TSS403T)
- Buku Pedoman Pekerjaan Beton