Kelompok 7
Asisten
Dewinta Kirana Pratisi
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Uji Beton dan Baja
KL 2105 – Bahan Bangunan Laut
Oleh
Kelompok 7
Albert Kristian 15516045
Ivan Setiawan 15516051
Don Revo Refaldiano 15516056
Fabian 15516060
Axel 15516063
Kelompok 7 Page i
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya laporan
pratikum bahan bangunan laut ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan
praktikum ini dibuat sebagai syarat dalam memenuhi tugas akhir mata kuliah Bahan
Bangunan Laut.
Makalah ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi khalayak umum serta
dapat membantu dalam penulisan laporan berikutnya. Penulis memohon maaf
apabila dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu,
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga pada
penulisan laporan berikutnya, penulis dapat menghasilkan laporan- laporan yang
lebih baik lagi.
Penulis
Kelompok 7 Page ii
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
DAFTAR ISI
Kelompok 7 Page iv
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page v
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page vi
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
Kelompok 7 Page ix
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB I
PENDAHULUAN
Beton dan baja merupakan salah satu bahan bangunana yang sangat penting.
Kedua bahan ini mengambil peran penting dalam suatu bangunan konstruksi.
Beton adalah suatu campuran yang tersususn dari berbagai bahan seperti
agregat, air, udara, pasir, serta semen. Dewasa ini, teknologi pembuatan beton
maupun jenis beton itu sendiri sangatlah beragam untuk menyesuaikan
kebutuhan yang kian meningkat.
Baja adalah paduan beberapa macam logam dengan besi sebagai unsur
utamanya. Dahulu kala, baja dibuat oleh pandai besi namun penggunaannya
masih terbatas. Semenjak ditemukannya metode Bassemer, baja menjadi
material yang diminati dan diproduksi massal.
Beton memiliki karakteristik umum seperti kuat tekan yang tinggi, kekakuan
yang tinggi, serta tahan api dan perubahan cuaca. Sama halnya dengan beton,
baja juga memiliki beberapa karakteristik umum seperti kuat tarik yang
tinggi, cukup elastis, lentur sehingga mamapu menahan deformasi atau
perubahan bentuk.
Kelompok 7 Page 1
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
1.2. Tujuan
Praktikum Beton
PENENTUAN PARAMETER DARI MATERIAL BETON
Kelompok 7 Page 2
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
KESIMPULAN
Praktikum Baja
PERSIAPAN BENDA UJI
PELAKSANAAN PENGUJIAN
LAPORAN
Kelompok 7 Page 3
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
dan proses hidrasi, agregat, sifat dan kuat tekan beton, dan gradasi agregat.
Pada bab tiga akan dijelaskan hasil pemeriksaan kadar air agregat,
pemeriksaan berat volume agregat halus, pemeriksaan berat volume agregat
kasar, analisis specific gravity dan penyerapan agregat halus, analisis specific
gravity dan penyerapan agregat kasar, analisis saringan agregat halus, analisis
saringan agregat kasar, pemeriksaan zat organik dalam agregat halus dan
pemeriksaan kadar lumpur dalam agregat halus. Bab empat berisi tentang
prosedur perencanaan campuran beton, perhitungan perencanaan campuran
beton serta tabel trial mix. Pada bab lima akan dijabarkan tentang perawatan
beton, uji kekuatan beton, prosedur pembuatan dan pengujian benda uji, hasil
percobaan uji tekan beton, dan analisis uji tekan beton. Pada bab enam akan
dijabarkan tujuan uji kuat tarik baja, alat dan benda uji pada uji tarik baja,
prosedur percobaan, hasil uji tarik baja, dan analisis uji tarik baja. Pada bab
tujuh akan disajikan kesimpulan penulis dari percobaan pada praktikum.
Kelompok 7 Page 4
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Semen
Pada awalnya semen merupakan hasil pencampuran batu kapur dan abu
vulkanis. Semen telah ditemukan sejak zama Kerajaan Romawi. Kemudian
semen berkembang terus sampai abad modern dan dinamai semen Portland.
Semen Portland merupakan salah jenis semen hidrolik. Semen hidrolik adalah
semen yang akan mengeras jika bereaksi dengan air serta memiliki
kemampuan mengikat.
Kelompok 7 Page 5
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Air yang digunakan dalam pembuatan beton hendaknya air baku. Air baku
berarti air tersebut tidak berwarna, berbbau, tidak memiliki kandungan
mineral dan organic yang dapat mengganggu proses pembuatan beton.
Proses hidrasi adalah reaksi yang terjadi saat semen dicampur dengan air.
Pada proses ini terjadi reaksi kimia antara mineral semen dengan air yang
produknya membuat semen memiliki kemampuan mengikat.
Untuk C2S:
2 C2S + 4 H → C3S2H3 + Ca(OH)2
Kelompok 7 Page 6
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Panas hidrasi adalah panas yang timbul akibat proses hidrasi. Panas ini dapat
menyebabkan keretakan thermal.
2.3. Agregat
Agregat yang digunakan pada penbuatan beton umumnya terdiri dari dua
jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus. Secara umum perbedaan agregat
kasar dan halus dibedakan dari ukuran partikelnya. Berdasarkan ASTM,
agregat kasar adalah agregat yang memilki ukuran partikel > 4,75 mm.
Ukuran agregat memengaruhi kuat tekan beton dimana gradasi agregat
tersebut haruslah menerus sehingga perlekatan yang terbentuk baik.
Secara umum sifat – sifat beton basah ditentukan oleh beberapa parameter :
• Workabilitas, kemudahan suatu adukan ditempatkan pada cetakannya.
• Konsistensi, ukuran kekenyalan suatu beton
• Slump, perbedaan ketinggian adukan beton
• Segregasi, pemisahan komponen beton yang heterogen
• Bleeding, naiknya air ke campuran beton yang baru dicor.
Kuat tekan beton adalah ukuran seberapa besar beton mampu menahan beban.
Kuat tekan beton menjadi acuan utama ndalam pembuatan beton. Secara
umum, kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
perbandingan air seemn, tipe semen, admixtures, agregat, kelembaban salaam
curing, temperature curing, serta umur beton.
Kelompok 7 Page 7
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Dua faktor utama yang memengaruhi kuat tekan beton adalah perbandingan
air semen atau w/c ratio serta tingkat kepadatan atau kekompakaan beton.
Dimana semakin rendah w/c ratio, semakin tinggi kuat tekan beton.
Kelompok 7 Page 8
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB III
PEMERIKSAAN PARAMETER MATERIAL PENYUSUN BETON
Alat
• Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
• Oven dengan suhu yang dapat diatur hingga (110±5) oC.
• Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat
pengeringan benda uji.
Benda Uji
Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm
adalah 0,5 kg.
Kelompok 7 Page 9
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.1.5 Analisis
Kelompok 7 Page 10
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Alat
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.
3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya
bulat, terbuat dari baja tahan karat.
4. Mistar perata.
5. Sekop.
6. Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang
sesuai dengan tabel berikut.
Benda Uji
Agregat halus.
Kelompok 7 Page 11
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.2.5 Analisis
Kelompok 7 Page 12
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Benda Uji
Agregat kasar.
Kelompok 7 Page 13
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.3.5 Analisis
Berdasarkan data yang didapat dari percobaan, diketahui berat agregat
yang menempati suatu wadah lebih berat ketika dalam kondisi padat.
Kondisi padat ini didapat setelah memerlakukan benda dengan cara
menumbuknya sebanyak 25 kali dengan selama pemasukan agregat ke
wadah. Penumbukan yang dilakukan ini menyebabkan celah antar
Kelompok 7 Page 14
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
agregat menjadi lebih kecil sehingga agregat yang berada dalam wadah
lebih padat dibanding dalam keadaan gembur yang tidak dilakukan
perlakuan sama sekali.
Benda Uji
Agregat halus dengan berat 1000 gram dan diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau perempatan.
Kelompok 7 Page 15
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.4.5 Analisis
Kelompok 7 Page 16
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Benda Uji
Agregat kasar dengan dengan berat 11 L dalam keadaan kering muka
(SSD = Surface Saturated Dry) yang diperoleh dari bahan yang diproses
melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat yang lolos
saringan nomor 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji.
Kelompok 7 Page 17
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.5.5 Analisis
Berdasarkan data hasil percobaan, diketahui kondisi SSD dan kering
dari agregat kasar. Dari kondisi ini kita bisa menentukan daya serap dari
agregat kasar yang akhirnya memengaruhi kebutuhan air yang
dibutuhkan ketika design beton.
Kelompok 7 Page 18
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara
perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum
diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
Kelompok 7 Page 19
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.6.5 Analisis
Dapat dilihat pada kurva bahwa sebagian besar kurva persentase lolos
kumulatif berada pada SPEC ASTM C33-90 yang berarti agregat halus
tergradasi dengan baik.
Kelompok 7 Page 20
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara
perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum
diameter agregat halus yang digunakan pada tabel perangkat saringan.
Kelompok 7 Page 21
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
60
Lolos Kumulatif
40
ASTM C33
20 ASTM C33
0
1 10 100
Ukuran Saringan (mm)
3.7.5 Analisis
Berdasarkan kurva gradasi diatas, dapat dilihat bahwa kurva persentase
lolos kumulatif berada diluar SPEC ASTM C33-90, yang berarti bahwa
agregat kasar tidak bergradasi baik.
Benda Uji
Contoh pasir dengan volume sebanyak 115 mL atau satu per tiga
volume botol.
Kelompok 7 Page 22
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3.8.5 Analisis
Berdasarkan hasil percobaan, diketahui agregat halus dikategorikan
memiliki warna indikator organik 4. Sehingga agregat halus tidak ideal
untuk digunakan dalam material beton. Kondisi ini pun bisa karena
kesalahan dalam percobaan, seperti masih adanya kandungan organik
yang tersisa pada botol uji.
Kelompok 7 Page 23
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Benda Uji
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut
biasa.
Volume Lumpur = 10 ml
= 7,905 %
3.9.5 Analisis
Berdasarkan data hasil percobaan, agregat halus memiliki kadar lumpur
7,905% dan dikategorikan kurang layak untuk menjadi materi penyusun
beton, karena agregat halus sebaiknya memiliki kandungan lumpur
kurang dari 5%.
Kelompok 7 Page 24
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB IV
RANCANGAN CAMPURAN BETON
Rancangan campuran beton dibawah ini didasarkan dari ACI 211. Pada
pembuatan beton, komposisinya bergantung pada kuat beton yang diinginkan,
lokasi pembuatan, dan jenis bangunan. Dibawah ini merupakan langkah-
langkah dalam perencaan kadar campuran beton:
Kelompok 7 Page 25
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 26
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Jika kadar semen lebih besar atau lebih kecil dari 325 kg/m3, maka berat
jenis beton dikoreksi menjadi sebagai berikut:
𝑊𝑠 − 325 𝑘𝑔⁄
𝑋′ = 𝑋 + ∗9 ( 𝑚3 )
60
Dimana X’ adalah berat jenis beton koreksi, X adalah berat jenis beton
mula-mula dan Ws adalah kadar semen.
Sedangkan jika berat air yang ada lebih besar/kecil dari berat air yang
dibutuhkan untuk menghasilkan slump 75-100 mm, maka harga berat
jenis beton dikoreksi menjadi sebagai berikut:
𝑊𝑠 − 𝑊𝑎 𝑘𝑔⁄
𝑋′ = 𝑋 + ∗9 ( 𝑚3 )
6
Dimana X’ adalah berat jenis beton koreksi, X adalah berat jenis beton
mula-mula, Ws adalah kadar semen, dan Wa adalah kadar air.
Jika berat jenis agregat kasar lebih besar/kecil dari 2.7, maka berat jenis
beton dikoreksi menjadi sebagai berikut:
𝛾𝑎𝑔 − 2.7 𝑘𝑔⁄
𝑋′ = 𝑋 + ∗ 59 ( 𝑚3 )
0.1
Dimana X’ adalah berat jenis beton koreksi, X adalah berat jenis beton
mula-mula, dan 𝛾𝑎𝑔 adalah kadar agreggat kasar
Kelompok 7 Page 27
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Selain menggunakan tabel 4.7, estimasi awal berat jenis beton juga
dapat diperoleh melalui persamaan:
𝛾𝑎
𝑋 = 10𝛾𝑎 (100 − 𝐴) + 𝐶 (1 − ) − 𝑊(𝛾𝑎 − 1)
𝛾
Dimana:
𝛾𝑎 : Bulk specific grafity (SSD) rata-rata dari kombinasi kedua agregat
A : Kandungan udara (%)
C : Kandungan semen (kg/m3)
𝛾 : Berat jenis semen
W : Kandungan air (kg/m3)
Kelompok 7 Page 28
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Dimana:
Kag.kasar SSD : Kadar agregat kasar (kg)
Kaghalus SSD : Kadar agregat halus (kg)
Ak : Penyerapan air kondisi SSD agregat kasar
Mk : Kadar air kondisi SSD agregat kasar
Ah : Penyerapan air kondisi SSD agregat halus
Mh : Kadar air kondisi SSD agregat halus
Setelah itu massa air, agregat kasar dan agregat halus dapat diketahui
yaitu:
kagregat halus = kh + kkoreksi ag. halus
kagregat kasar = kk + kkoreksi ag. kasar
kair = kair awal + kkoreksi air dari ag. kasar + kkoreksi air dari ag. halus
Kelompok 7 Page 29
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 30
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 31
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 32
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Massa semen
115
𝑚𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = 𝑘 𝑣
100 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
115
𝑚𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 = (303,8)(0,0318) = 11,11 𝑘𝑔
100
Kelompok 7 Page 33
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tabel 4.1 Nilai slump yang disarankan untuk berbagai jenis konstruksi
Jenis Konstruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding Pondasi, 75 25
footing, dinding basemen
Dinding dan Balok 100 25
Kolom 100 25
Perkerasan dan lantai 75 25
Beton dalam jumlah yang 50 25
besar (seperti dam)
Kelompok 7 Page 34
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tabel 4.4 Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump
dan ukuran maksimum agregat
Jenis Beton Slump Air (kg/m3)
(mm) 10 mm 12,5 mm 20 mm 25 mm 40 mm 50 mm 75 mm
Tanpa 25 – 50 205 200 185 180 160 155 140
Penambahan 75 – 100 225 215 200 190 175 170 155
Udara
150 – 175 240 230 210 200 185 175 170
Udara yang 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3
tersekap
(%)
Dengan 25 – 50 180 175 165 160 150 140 135
Penambahan 75 – 100 200 190 180 175 160 155 150
Udara
150 – 175 215 205 190 180 170 165 160
Udara yang 8 7 6 5 4,5 4 3,5
disarankan
(%)
Tabel 4.5 Volume agregat kasar persatuan volume beton untuk beton
dengan slump 75-100mm
Ukuran Volume Agregat Kasar (Dry Rodded) per satuan
Maksimum volume beton untuk berbagai nilai modulus kehalusan
Agregat Kasar pasir
(mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
10 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
20 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
40 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
150 0,87 0,85 0,83 0,81
Kelompok 7 Page 35
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 36
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tabel 4.11 Komposisi jumlah air dan berat unsur untuk perencanaan lapangan
No Parameter Nilai/satuan
26 Kadar air agregat kasar (mk) 6,95 %
27 Absorbsi air agregat kasar (ak) 6,84 %
28 Kadar air agregat halus (mh) 10,92 %
29 Absorbsi air agregat halus (ah) 5,49 %
30 Tambahan air adukan dari agregat kasar -0,9855 kg
31 Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan -2,355 kg
32 Tambahan air adukan dari agregat halus -40,15 kg
33 Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan -101,178 kg
Kelompok 7 Page 37
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
No Parameter Nilai/satuan
42 Sisa air campuran - kg
43 Penambahan air selama pengadukan 1,5 kg
44 Jumlah air sesungguhnya yang digunakan 6,2339 kg
45 Nilai slump hasil pengukuran 9 cm
46 Berat isi beton basah waktu pelaksanaan 12,28 kg
Kelompok 7 Page 38
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB V
UJI TEKAN BETON
Beton yang berkualitas baik dapat diperoleh melalui beberapa proses yang
harus di ikuti. Salah satunya adalah melalui curing yang optimal-curing
adalah proses perawatan beton yang baru dikeluarkan dari cetakan untuk
mendapatkan hasil beton yang terbaik. Curing terdiri dari pengaturan
temperatur dan kelembapan untuk meningkatkan proses hidrasi semen yang
akan meningkatkan kualitas beton.
Kelompok 7 Page 39
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Setelah beton mengeras, biasanya beton akan selalu terbilas dengan air,
maupun dengan di bilas, di rendam ataupun di siram. Untuk
mengoptimalkan proses ini, beton juga dapat ditutup dengan pasir,
tanah, atau jerami basah.
5.2.1 Tujuan
• Menentukan kuat tekan beton yang berbentuk silinder pada hari ke-7,
hari ke-14, dan hari ke-28
• Menentukan hubungan antara umur beton saat diuji dan kuat tekan
Alat:
1. Beksiting
2. Molen
3. Vibrator
4. Timbangan
5. Universal Testing Machine
Bahan:
1. Air
2. Semen
3. Agregat Kasar
4. Agregat Halus
Kelompok 7 Page 40
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
1. Ambil agregat kasar dan halus sesuai dengan berat yang sudah
diperhitungkan.
2. Timbang agregat kasar dan halus
3. Ambil semen sesuai dengan berat yang sudah diperhitungkan
4. Timbang semen
5. Ambil air sesuai dengan volume yang dibutuhkan
6. Masukkan semua bahan di atas dengan air diurutan terahkir
7. Lakukan uji slump, lalu ukur slump
8. Masukkan campuran beton ke dalam cetakan silinder, saat menuangkan
campuran beton ke dalam cetakan, gunakan vibrator untuk
menghilangkan pori-pori udara yang ada dalam campuran beton
9. Lepaskan beton dari cetakan setelah 1 hari
10. Lakukan curing (rendam beton dalam air) selama 7-28 hari
11. Keluarkan beton 24 jam sebelum uji tekan, dan lakukan capping
12. Uji tekan beton
Diameter silinder = 15 cm
Radius silinder = 7.5 cm
Luas penampang silinder = 𝜋𝑟 2 = 176,625 𝑐𝑚2
Kelompok 7 Page 41
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
5.5. Analisis
20
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Umur Beton (hari)
Apabila dibuat grafik antara umur beton (hari) dengan kuat tekan (MPa), kami
bisa dapatkan persamaan y = 9.6823e0.0271x dimana y adalah ketua tekan beton
dan x adalah umur beton. Hasil percobaan kami membuat grafik seperti di
atas.
Kelompok 7 Page 42
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Faktor yang dapat mempengaruhi nilai kuat tekan beton adalah kesalahan
mengukur berat komposisi beton. Mungkin proses curing yang kurang baik
juga dapat menjelaskan nilai kuat tekan beton yang kurang baik itu.
Kelompok 7 Page 43
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB VI
UJI TARIK BAJA
6.1. Tujuan
Kelompok 7 Page 44
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
3. Memasang benda uji ke mesin UTM serta alat ukur, pasang benda uji ke
tempat yang telah disediakan serta harus benar berhimpit dengan sumbu
alat penjepit dan posisikan kertas grafik pada alat ukur dengan presisi
4. Melaksanakan pengujian, tarik benda uji dengan pertambahan beban yang
konstan sampai putus, amati pula perilaku benda uji selama pengujian serta
catat kurva yang diberikan oleh alat ukur serta ukur kembali panjang akhir
dan diameter di penampang pada daerah putus
Kelompok 7 Page 45
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 46
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Regangan
700
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
-0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Regangan
Grafik 6.2 Hasil Uji Tarik Kedua Baja Polos 8 mm
Kelompok 7 Page 47
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02
Regangan
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,05 0,1 0,15
Regangan
Kelompok 7 Page 48
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Regangan
Tegangan vs Regangan
700
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
Regangan
Kelompok 7 Page 49
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Tegangan vs Regangan
600
500
Tegangan (MPa)
400
300
200
100
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
Regangan
Kelompok 7 Page 50
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 51
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Grafik Tegangan-Regangan
Baja Ø12 mm dengan Strain Gauge
450
400 y = 19326x + 0,6872
Tegangan (N/mm2)
350
300
250
200
150
100
50
0
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025
Regangan (mm/mm)
Kelompok 7 Page 52
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜎)
𝐸=
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜀)
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜎)
𝑡𝑎𝑛𝜃 =
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝜀)
Kelompok 7 Page 53
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
6.5. Analisis
Masing-masing parameter sifat-sifat mekanik pada sampel memiliki hasil
yang bermacam-macam, namun memiliki hasil dalam kisaran (persebaran)
data yang sama. Pada parameter pertama, tegangan leleh, hasil data tersebar
pada kisaran 340-370 MPa dengan rata-rata 354,850 MPa, pada parameter
kedua, tegangan tarik, hasil data tersebar pada kisaran 520-540 MPa dengan
rata-rata 539,52 MPa. Untuk parameter perubahan panjang (%el) berkisar
pada 8% hingga 11% dengan rata-rata 9%, sedangkan untuk perubahan luas
penampang (%RA) beriksar pada 0,3% hingga 0,5% dengan rata-rata 0,463%
dan parameter modulus elastisitas berkisar pada 15000-45000 MPa dengan
rata-rata 25769 MPa.
Kelompok 7 Page 54
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
BAB VII
KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan
Pada pengujian uji tekan beton, dilakukan percobaan uji tekan pada 7, 14, dan
28 hari. Pada pengujian hari ke 28, kuat tekan beton adalah 20.69 MPa. Kuat
tekan beton yang ditentukan pada awal percobaan adalah 20,75 MPa yang
berarti kuat tekan beton sesuai dengan target yang diinginkan. Hal ini
dikarenakan bahwa pada saat awal pengujian kuat tekan beton yang ingin
dibuat ditambah 1,64 standar deviasi menjadi 24,85 sehingga menjadi lebih
konservatif. Selain itu juga terdapat penyesuaian berupa penambahan air pada
saat pembuatan campuran beton karena nilai slump yang belum sesuai dengan
rencana slump awal.
Selain melakukan uji tekan beton, dilakukan juga uji tarik baja. Masing-
masing parameter sifat pada sampel memiliki hasil yang beragam, tetapi
persebaran data masih sama. Tegangan leleh benda uji tersebar diantara 340-
370 MPa dengan rata-rata 354,85 MPa. Sedangkan tegangan tarik benda uji
tersebar pada kisaran 520-540 MPa dengan rata-rata 539,52 MPa. Selain itu,
Kelompok 7 Page 55
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
Kelompok 7 Page 56
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
LAMPIRAN
Kelompok 7 Page 57
Laporan Praktikum Bahan Bangunan Laut
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 7 Page 58