Dosen:
Prof. Dr. Ing. Ir. I Gde Widiadnyana Merati DEA
Asisten:
Fadlan Akhyar Faisal, S.T
Robby Setyawan, S.T
I Nyoman Sustrisna Angga, S.T
Disusun Oleh:
Ratnaningtyas Dwi Cahyani 15015014
Johanes Deninov 15015040
i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS BESAR
Disusun oleh:
Ratnaningtyas Dwi Cahyani 15015014
Johanes Deninov 15015040
Dosen
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, dan limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
besar ini dengan baik dan tepat waktu. Tugas besar ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap materi kuliah dan sebagai pemenuhan syarat
kelulusan mata kuliah SI–4111 Rekayasa dan Perancangan Struktur.
Dalam penyusunan tugas ini, tentu banyak pihak yang telah membantu
penulis. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Widiadnyana Merati, selaku dosen mata kuliah Struktur Beton Lanjut
yang telah memberikan materi sebagai pendukung dalam penyusunan laporan
selama perkuliahan dan memberikan motivasi kepada penulis.
2. Asisten dosen yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
sehingga penyelesaian tugas ini dapat berjalan dengan lancar.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang
dapat membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan
lebih baik. Selain itu, penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam tugas
ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3 Preliminary Design Balok Kolom (Column) .......................................... 30
v
4.10 Pengecekan Eksentrisitas ....................................................................... 75
5.2.3 Desain Tulangan Lentur Kolom dengan PCA Column ................ 126
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 14 Grafik Respon Spektra Desain Gempa Makassar Kelas Situs D.. 20
vii
Gambar IV. 2 Denah Lantai Tipikal Bangunan Rencana .................................... 37
viii
DAFTAR TABEL
Tabel II. 6 Faktor Sistem Penahan Gaya Gempa Bangunan Rencana ................. 17
Tabel II. 7 Parameter Percepatan Gempa Desain Kota Makassar Kelas Situs D 17
Tabel II. 13 Data Periode dan Percepatan Respon Spektra Gempa Makassar Kelas
Situs D ................................................................................................................... 19
ix
Tabel III. 7 Penentuan Dimensi Minimum Kolom .............................................. 34
Tabel IV. 22 Syarat Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingat 5a, 5b (SNI) ............ 59
x
Tabel IV. 23 Pengecekan Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat 5a 5b Gempa
Maksimum Arah X................................................................................................ 60
Tabel V. 10 Desain Tulangan Lentur Balok Induk Bentang 8400 mm .............. 101
Tabel V. 11 Desain Tulangan Lentur Balok Induk Bentang 7200 mm .............. 102
Tabel V. 12 Desain Tulangan Lentur Balok Induk Bentang 5400 mm .............. 103
xi
Tabel V. 13 Desain Tulangan Lentur Balok Induk Bentang 3700 mm .............. 104
Tabel V. 14 Desain Tulangan Lentur Balok Anak 550/300 Bentang 8400 mm . 105
Tabel V. 15 Desain Tulangan Lentur Balok Anak 450/250 Bentang 7200 mm . 106
Tabel V. 24 Desain Tulangan Geser Ujung Zona Sendi Plastis ......................... 116
xii
Tabel V. 37 Data Pier 1 dan Pier 2 ..................................................................... 151
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Ketika terjadi gempa bumi yang ringan (gempa yang sering terjadi atau gempa
berperiode ulang 72 tahun), kinerja bangunan secara struktural harus tetap
utuh, dimana tidak ada keretakan sekalipun.
2. Ketika terjadi gempa bumi menengah (gempa desain atau gempa berperiode
ulang 500 tahun) terjadi, kinerja bangunan secara struktural boleh rusak,
namun tetap dapat diperbaiki atau tingkat kerusakan masih berada pada level
IO (Immediate Occupancy), setelah diperbaiki (direnovasi) bangunan dapat
digunakan kembali.
3. Ketika gempa kuat (gempa berperiode ulang 2500 tahun) atau MCEr
(Maximum Credible Earthquake) terjadi, kinerja bangunan secara struktural
dapat mengalami rusak, namun tidak roboh (collapse) dan bangunan harus
1
memberikan layanan Life Safety, dimana bangunan dapat memberikan waktu
keluar dari bangunan bagi manusia untuk menyelamatkan nyawa sebelum
keruntuhan atau kerusakan berat terjadi.
Selain syarat bangunan yang akan didesain harus berada pada kriteria
target kinerja bangunan tahan gempa tersebut, bangunan juga harus memiliki sifat
bangunan yang ekonomis, dimana tidak terjadi banyak pemborosan dalam desain
dimensi elemen maupun material dari bangunan. Oleh karena itu melalui Tugas
Besar SI-4111 Rekayasa dan Perancangan Struktur ini, diharapkan mahasiswa
dapat merancang suatu bangunan (yang khususnya berkompleksitas tinggi)
dengan kondisi bangunan berada pada wilayah Indonesia yang rawan gempa.
Dimana selain desain bangunan yang harus memenuhi kriteria kinerja bangunan
tahan gempa, desain rancangan bangunan juga tidak menghilangkan sifat
keekonomisan dari suatu bangunan.
1.2 Tujuan
2
1. Pra Rancang (Preliminary Design), yaitu desain awal atau estimasi jenis
material, mutu material, serta dimensi material yang akan digunakan untuk
membentuk struktur.
2. Pembebanan, yaitu proses pengaplikasian berat (beban) pada elemen struktur
sesuai dengan fungsi masing-masing elemen dan diaplikasikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku (kombinasi pembebanan, faktor pengali, dan ketentuan
lainnya).
3. Pemodelan, yaitu proses memodelisasikan struktur ke dalam software dengan
memasukan input seperti kerangka struktur yang merepresentasikan bangunan
yang didesain, jenis material dan dimensi dari elemen struktur, konfigurasi
penulangan, besar seluruh pembebanan, serta permodelan lain yang
disyaratkan dalam desain bangunan.
4. Analisis Struktur, yaitu proses menentukan efek atau respon dari beban yang
diaplikasikan pada struktur fisik dan komponen-komponen dari system
struktur yang telah didesain. Respon dari struktur ini berupa gaya-gaya yang
terjadi didalam struktur dan deformasi yang dialami.
5. Detailing Struktur, yaitu proses penentuan batasan-batasan kapasitas elemen
struktur terhadap gaya dalam maksimum akibat beban yang bekerja pada
elemen tersebut untuk menentukan detail penulangannya (untuk elemen beton
bertulang).
Metodologi yang digunakan dalam laporan ini adalah metode analisis data Commented [RDC2R1]: done
3
Gambar I. 1 Diagram Alir Tugas Besar
4
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, ruang lingkup, dan
metodologi dari penyusunan laporan Tugas Besar ini.
2. BAB II DESKRIPSI TUGAS
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi umum yang berisi deskripsi struktur
yang dirancang, kriteria desain berisi parameter-parameter yang digunakan
dalam mendesain, kombinasi beban, dan lain-lainnya, dan dasar perancangan
yang berisi ilmu rekayasa struktur dan kegempaan yang digunakan dalam
mendesain bangunan.
3. BAB III PRELIMINARY DESIGN
Bab ini menjelaskan tentang proses dan hasil pra rancang dari elemen-elemen
struktur berupa pelat, balok, kolom, dan dinding geser.
4. BAB IV ANALISIS STRUKTUR TAHAN GEMPA Commented [RS3]: Tambahkan Bab V dan Kesimpulan
nantinya
Bab ini menjelaskan tentang pengecekan struktur terhadap kriteria-kriteria Commented [RDC4R3]: done
5
BAB II
Commented [RS5]: Kalau bikin judul bisa pake shift+Enter biar
DESKRIPSI TUGAS di daftar isinya bisa bagus
Commented [RDC6R5]: done
a. Bangunan berlantai tipikal setinggi 16 lantai. Denah (skema awal) lantai dan
bangunan sebagai berikut:
Gambar II. 1 Denah Lantai Tipikal Bangunan Rencana Commented [RS7]: Jangan di Italic semua
Commented [RDC8R7]: Done yeu
6
Dengan jarak tiap bentang:
7
1. Lantai 1 – Lantai 3
31.2
Koridor 7.2
2. Lantai 4 – Lantai 5
31.2
Koridor 7.2
3. Lantai 6 – Lantai 8
31.2
Koridor 7.2
4. Lantai 9 – Lantai 10
31.2
Koridor 7.2
8
5. Lantai 11 – Lantai 16
31.2
Shear
Spesifikasi Kolom Pelat Balok
Wall
Kuat Tekan fc' (MPa) 35 30
Modulus Elastisitas E (MPa) 27805.57498 25742.9602
Berat Jenis (Beton (kg/m3) 2400
g
Bertulang) (kN/m3) 23.544
9
2.2 Kriteria Desain Commented [RS13]: Spasinya dibenerin
Commented [RDC14R13]: done
2.2.1 Acuan Desain dan Perangkat Lunak
Untuk aplikasi software komputer yang digunakan untuk mempermudah Commented [RS15]: italic
Commented [RDC16R15]: done
pekerjaan perhitungan dalam merencanakan dan merancang desain struktur
bangunan, yaitu:
1. Excel, sebagai aplikasi yang memproses perhitungan matematik. Commented [RS17]: Disebutnya Excel aja
Commented [RDC18R17]: done
2. ETABS, sebagai aplikasi digunakan untuk melakukan pemodelan struktur
secara keseluruhan untuk mendapatkan gaya dalam elemen struktural sehingga
dapat dianalisis.
3. CSI Col, sebagai aplikasi yang digunakan untuk menganalisis elemen struktur
shear wall.
4. PCA Col, sebagai aplikasi yang digunakan untuk menganalisis elemen
struktur kolom.
5. SAFE, sebagai aplikasi yang digunakan untuk melalukan detailing elemen
struktur pelat.
6. AutoCAD, sebagai aplikasi yang digunakan untuk sketsa detailing dan
penampang elemen struktur.
10
2.2.2 Beban dan Kombinasi Pembebanan
1. 1,4DL
2. 1,2DL + 1,6LL + 0,5(Lr atau R)
3. 1,2DL + 1,6(Lr atau R) + (1,0LL atau 0,5W)
4. 1,2DL + 1,0W +1,0LL + 0,5(Lr atau R)
5. (1,2 + 0,2 SDS)DL + 1,0LL ± 0,3ρEQx ± 1,0ρEQy
6. (1,2 + 0,2 SDS)DL + 1,0LL ± 1,0ρEQx ± 0,3ρEQy
7. (0.9 - 0.2 SDS)DL ± 0,3ρEQx ± 1,0ρEQy
8. (0.9 - 0.2 SDS)DL ± 1,0ρEQx ± 0,3ρEQy
9. 0,9DL + 1,0W
10. Envelope
𝑊𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = ∑ 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 × 𝑏𝑖 × ℎ𝑖 × 𝑙𝑖
𝑖=1
dengan,
𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 : Berat jenis beton (kN/mm3)
𝑁𝑏 : Jumlah balok
𝑏𝑖 : Lebar balok i (mm)
ℎ𝑖 : Tebal balok i (mm)
11
𝑙𝑖 : Panjang bentang balok i (mm)
b. Berat sendiri pelat
Penentuan berat sendiri pelat dengan pelat desain rencana merupakan pelat
uniform (polos, tanpa rongga), dengan perhitungan:
𝑁𝑠
dengan,
𝑁𝑠 : Jumlah pelat
𝑡 : Tebal pelat (mm)
𝑙𝑥 : Panjang bentang pelat i arah x (mm)
𝑙𝑦 : Panjang bentang pelat i arah y (mm)
dengan,
𝑁𝑐 : Jumlah kolom
𝑑1𝑖 : Panjang kolom i (mm)
𝑑2𝑖 : Lebar kolom i (mm)
ℎ𝑖 : Tinggi kolom i (mm)
d. Berat sendiri dinding geser
Penentuan berat sendiri dinding geser, dengan perhitungan:
𝑁𝑠𝑤
𝑊𝑆𝑊 = ∑ 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 × 𝑡𝑖 × 𝑙𝑖 × ℎ𝑖
𝑖=1
dengan,
𝑁𝑠𝑤 : Jumlah dinding geser
𝑡𝑖 : Tebal dinding geser i (mm)
𝑙𝑖 : Panjang bentang dinding geser i (mm)
ℎ𝑖 : Tinggi dinding geser i (mm)
12
2. Beban Hidup (Live Load)
Merupakan bagian dari pembebanan struktur (gravitasi) yang dapat berpindah-
pindah dan dapat muncul hanya pada waktu tertentu saja. Beban hidup yang
diaplikasikan pada bangunan rencana tergantung pada jenis fungsi ruang
bangunan rencana, yang dalam hal ini fungsinya sebagai rumah sakit,
perpustakaan, dan apartemen (rumah tinggal; hunian). Besar beban hidup
tersebut mengikuti persyaratan pada Tabel 4 SNI 1727-2013. Sebagai berikut:
13
b. Lantai 4 – Lantai 5
31.2
c. Lantai 6 – Lantai 8
31.2
d. Lantai 9 – Lantai 10
31.2
e. Lantai 11 – Lantai 16
31.2
2
1.92 kN/m 7.2
14
3. Beban SIDL (Super Imposed Dead Load)
Merupakan beban mati (gravitasi) tambahan (diluar berat struktur sendiri)
dengan besar yang konstan dan pada posisi yang sama setiap saat. Beban
SIDL yang diaplikasikan ke dalam bangunan rencana, berupa:
a. Beban Lantai
Beban lantai berupa beban gravitasi yang diaplikasikan ke seluruh pelat
sebagai akibat dari pemasangan ubin pada pelat dengan besar nilai beban
dari refrensi “Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung dan
Bangunan” yang dimofikasi, yaitu sebesar:
𝑘𝑁
𝑆𝐼𝐷𝐿𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = 2,5
𝑚2
b. Beban Dinding
Beban dinding berupa beban gravitasi yang diaplikasikan ke sepanjang
lokasi penempatan dinding rencana (di atas sepanjang balok induk atau
pemisah segmen pelat pada bangunan rencana) sebagai akibat dari
pemasangan batako sebagai dinding pemisah antar ruang, dengan besar
nilai beban dari refrensi “Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung dan Bangunan” yang dimofikasi, yaitu sebesar:
𝑘𝑁
𝑆𝐼𝐷𝐿𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 = 2,5
𝑚
15
Persayaratan lain yang diberlakukan pada pembebanan gedung rencana,
yaitu:
1. Beban angin (wind load atau W) tidak diaplikasikan dalam bangunan rencana
karena beban angin terlalu kecil jika dibandingkan dengan beban gempa yang
bekerja di wilayah Indonesia, sehingga menurut SNI akan diambil gaya yang
cukup signifikan kepada struktur, yaitu gaya gempa. Selain itu, alasan lain
karena bangunan rencana tidak didesain terlalu tinggi.
2. Pembebanan akibat atap, atap dimodelkan sebagai pelat beton tipikal.
3. Redudansi yang digunakan dalam pembebanan gempa bernilai ρ = 1,3.
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar yang digunakan
dalam bangunan rencana memiliki tipe kombinasi dinding geser dan rangka beton
bertulang khusus. Berdasarkan Tabel 9 SNI-1726-2012, berikut:
16
Tabel II. 6 Faktor Sistem Penahan Gaya Gempa Bangunan Rencana
Tabel II. 7 Parameter Percepatan Gempa Desain Kota Makassar Kelas Situs D
T0 (detik) 0.13
TS (detik) 0.648
17
Fungsi bangunan yang disyaratkan sebagai rumah sakit, apartemen, dan
perpustakaan. Pemilihan kategori risiko, berdasarkan tabel berikut:
Kategori Risiko
Rumah Sakit IV
Faktor Keutamaan Gempa, le
Rumah Sakit 1.5
18
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 SNI -1726-2012 dan nilai SDS dan SD1
dari spesifikasi wilayah gempa, berikut:
Respon spektra dari gempa Makassar pada Kelas Situs D, memiliki data
periode dan percepatan (Sa), sebagai berikut:
Tabel II. 13 Data Periode dan Percepatan Respon Spektra Gempa Makassar Kelas Situs D
19
Gambar II. 14 Grafik Respon Spektra Desain Gempa Makassar Kelas Situs D
𝑔 × 𝐼𝑒
𝑆𝐹 =
𝑅
mm
↔ g: percepatan gravitasi (9810 )
𝑠2
mm
9810 × 1,5
𝑆𝐹 = 𝑠2
7
𝑆𝐹 = 2102.14
20
Tabel II. 14 Faktor Reduksi Inersia
Faktor Reduksi Jenis Commented [RS23]: Ditambahin jenis material yang dipake
Elemen Struktur shell thin membrane atau apa soalnya setiap material punya jenis
Inersia Gross Elemen yang beda2
Kolom 0.7 Frame Commented [RDC24R23]: done
Dinding
a. Tak Retak 0.7 Shell Thick
b. Retak 0.35
Balok 0.35 Frame
Pelat 0.25 Shell Thin
21
direncanakan pada struktur yang kemudian disalurkan pada balok dan kolom
di sekitarnya.
4. Dinding Geser, merupakan elemen struktur yang berfungsi menahan gaya
lateral, khususnya yang disebabkan oleh gempa. Dinding geser sangat efektif
dalam menahan gaya lateral karena dinding geser memiliki kekakuan yang
sangat tinggi.
22
Tabel II. 15 Koefisien Cu
23
𝑔𝐼𝑒 𝑉𝑠
𝑆𝐹 ′ = × 0,85
𝑅 𝑉𝑑
Faktor skala baru ini akan digunakan untuk pengecekan desain elemen
pada program ETABS.
24
BAB III
Commented [RS29]: Pake Shift Enter aja. Ini contohnya nanti
PRELIMINARY DESIGN bakal beda daftar isinya
Commented [RDC30R29]: done
3.1 Preliminary Design Balok (Beam) Commented [RS31]: Pake Shift Enter aja. Ini contohnya nanti
bakal beda daftar isinya
Denah bangunan memliki peletakan kolom di setiap titik sudut denah, Commented [RDC32R31]: done
Commented [RS33]: Subbabnya jangan pake 1. Pake Subbab
sehingga antar kolom terdapat balok induk (garis yang membagi segmen). Oleh yang biasa aja
Commented [RDC34R33]:
karena bentang segmen sangat luas (luas segmen di atas 30 m2), maka desain
Commented [RDC35R33]: done
diberikan penambahan elemen balok anak yang diletakkan, sebagai berikut:
Penentuan dimensi minimum dari balok induk dan balok anak, sebagai
berikut:
a. Balok Induk
Tebal minimum (ℎ𝑚𝑖𝑛 ) dari balok induk, ditentukan dengan perhitungan:
𝑙
ℎ𝑚𝑖𝑛 =
12
Untuk lebar minimum (𝑏𝑚𝑖𝑛 ) dari balok induk, ditentukan dengan
perhitungan:
ℎ𝑚𝑖𝑛
𝑏𝑚𝑖𝑛 =
2
25
Dengan 𝑙, merupakan panjang dari bentang balok. Sehingga didapatkan
penentuan dimensi minimum untuk balok induk:
Tebal Lebar
Panjang
Minimum, Minimum,
Bentang Balok, l
h b
(mm) (mm) (mm)
East-West
a-b 8400 700 350
b-c 8400 700 350
c-d 7200 600 300
d-e 7200 600 300
North-South
e-f 8400 700 350
f-g 7200 600 300
b. Balok Anak
Tebal minimum (ℎ𝑚𝑖𝑛 ) dari balok anak, ditentukan dengan perhitungan:
𝑙
ℎ𝑚𝑖𝑛 =
16
Untuk lebar minimum (𝑏𝑚𝑖𝑛 ) dari balok anak, ditentukan dengan
perhitungan:
ℎ𝑚𝑖𝑛
𝑏𝑚𝑖𝑛 =
2
Dengan 𝑙, merupakan panjang dari bentang balok. Sehingga didapatkan
penentuan dimensi minimum untuk balok anak:
Tebal Lebar
Panjang
Minimum, Minimum,
Bentang Balok, l
h b
(mm) (mm) (mm)
East-West
a-b 8400 525 262.5
b-c 8400 525 262.5
c-d 7200 450 225
d-e 7200 450 225
26
3.2 Pelat (Slab)
a b c d 4.2 m
e f g h 4.2 m
i j k 3.6 m
l m n 3.6 m
lx (Bentang ly (Bentang
Segmen Terpanjang) Terpendek) CEK
(m) (m)
a 8.4 4.2 Pelat Dua Arah
b 8.4 4.2 Pelat Dua Arah
c 7.2 4.2 Pelat Dua Arah
d 7.2 4.2 Pelat Dua Arah
e 8.4 4.2 Pelat Dua Arah
f 8.4 4.2 Pelat Dua Arah
g 7.2 4.2 Pelat Dua Arah
h 7.2 4.2 Pelat Dua Arah
i 8.4 3.6 Pelat Dua Arah
j 7.2 3.6 Pelat Dua Arah
k 7.2 3.6 Pelat Dua Arah
l 8.4 3.6 Pelat Dua Arah
m 7.2 3.6 Pelat Dua Arah
n 7.2 3.6 Pelat Dua Arah
27
Menurut Pasal 9 SNI 2847-2013, penentuan tebal minimum untuk pelat
dua arah, sebagai berikut:
28
- Dimensi desain pelat : 200 mm × 8400 mm
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 = 2 × 0,35 × 𝐼𝑔
1
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 = 2 × 0,35 × × 700 𝑚𝑚 × (350 𝑚𝑚)3
12
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 = 7002916667 𝑚𝑚4
𝐼𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 0,25 × 𝐼𝑔
1
𝐼𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 0,25 × × 8400 𝑚𝑚 × (200 𝑚𝑚)3
12
𝐼𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 1400000000 𝑚𝑚4
4. Menentukan nilai 𝑎𝑓
Nilai 𝑎𝑓 untuk balok induk,
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘
𝛼𝑓1 =
𝐼𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
7002916667 𝑚𝑚 4
𝛼𝑓1 =
1400000000 𝑚𝑚 4
𝛼𝑓1 = 5.00
Begitu juga dengan 𝑎𝑓 untuk sisi balok anak. Didapat 𝑎𝑓 sebagai berikut
𝐼𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘
𝛼𝑓1 =
𝐼𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡
2344812750 𝑚𝑚 4
𝛼𝑓1 =
1400000000 𝑚𝑚 4
𝛼𝑓1 = 1.67
5. Menentukan nilai 𝛼𝑓𝑚
Maka 𝛼𝑓𝑚 didapat dari rata-rata 𝛼𝑓 balok induk dan anak, didapat:
𝛼𝑓𝑚 = 𝛼̅
𝛼𝑓𝑚 = 3.34
29
6. Menghitung h min untuk kasus 𝛼𝑓 > 2, menggunakan rumus:
𝑓𝑦
𝑙 × (0,8 + )
1400
ℎ𝑚𝑖𝑛 =
36 + 9 × 𝛽
Di mana 𝛽 adalah rasio bentang terpanjang dan terpendek yaitu,
𝑙𝑦 8,4 𝑚
𝛽= = =2
𝑙𝑥 4,2 𝑚
dan fy ditentukan 400 MPa.
400
8400 𝑚𝑚 × (0,8 + 1400)
ℎ𝑚𝑖𝑛 =
36 + 9 × 2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 168,9 𝑚𝑚
3.3 Preliminary Design Balok Kolom (Column) Commented [RS36]: Pake Shift Enter aja. Ini contohnya nanti
bakal beda daftar isinya
Dalam preliminary design kolom, ditentukan terlebih dahulu bahwa Commented [RDC37R36]: done
penampang kolom identik untuk setiap empat lantai dan semua tiang kolom
memiliki tipe yang sama. Jarak antar as lantai adalah 4 meter dan bangunan
memiliki 16 lantai. Preliminary design kolom menggunakan konsep:
Tipe kolom untuk semua kolom didesain sama, sehingga hanya perlu
mendesain kolom dengan tributary area terluas, yaitu kolom interior, lalu
diterapkan ke semua tiang kolom. Perhitungan penampang dimulai dari lantai
terats lalu lanjut kebawahnya. Berikut adalah langkah preliminary design kolom:
1. Menentukan beban Dead Load, SIDL lantai, SIDL dinding, SIDL dan Live
Load. Pembebanan ini diaplikasikan ke kolom secara kumulatif sesuai
30
dengan tributary area-nya. Jadi, untuk satu kolom menehan beban Dead
Load, SIDL, dan Live Load diatasnya sesuai dengan tributary area.
a. 1.4(DL + SIDL)
a. Beban dead load merupakan beban sendiri pelat, beban sendiri balok,
dan beban sendiri kolom. Penghitungannya adalah dengan volume
elemen dikalikan dengan berat jenis beton bertulang, 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 =
𝑘𝑔 𝑘𝑁
2400 𝑚3 = 23,54 𝑚3
. Lalu beban akibat plat dan akibat balok yang
8.4
7.2
31
A B C D E
1
A B C D
2
E F G
3
Gambar III. 5 Labeling Segmen Pelat Lantai Tipikal
Beban DL
Segmen Pelat
Terfaktor (kN)
A 538.27
B 481.67
C 419.29
D 427.31
E 450.34
F 370.19
G 395.11
32
Tabel III. 6 Beban Merata pada Pelat Tipikal
Beban Merata
Segmen Pelat 2
(kN/m )
A 7.63
B 6.83
C 6.93
D 7.07
E 7.45
F 7.14
G 7.62
33
Tabel III. 7 Penentuan Dimensi Minimum Kolom
Atap 430.37
1 3.40 190.00
Lantai 16 1426.53
2 14.29 340.00
lantai 15 2422.68
3 32.52 440.00
Lantai 14 3418.84
4 57.98 520.00
Lantai 13 4414.99
5 90.77 590.00
Lantai 12 5411.15
6 130.56 650.00
Lantai 11 6407.31
7 178.03 710.00
Lantai 10 7790.14
8 235.33 780.00
Lantai 9 9172.98
9 303.37 850.00
Lantai 8 10329.90
10 381.36 910.00
Lantai 7 11486.82
11 468.15 960.00
Lantai 6 12643.74
12 562.32 1000.00
Lantai 5 13800.67
13 666.15 1050.00
Lantai 4 14957.59
14 780.11 1100.00
Lantai 3 16064.72
15 902.50 1140.00
Lantai 2 17171.84
16 1033.63 1180.00
Lantai 1 18278.97
ℎ𝑤
𝑡𝑚𝑖𝑛 =
25
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑙𝑤
𝑡𝑚𝑖𝑛 =
25
34
𝑎𝑡𝑎𝑢
𝑓𝑦 𝑑𝑏
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 𝑙𝑑ℎ =
5,4√𝑓𝑐′
Dengan,
ℎ𝑤 : Tinggi antar pelat; 4 m untuk setiap lantai
𝑙𝑤 : Lebar bentang pelat; 8,4 m atau 7,2 m
𝑙𝑑ℎ : Panjang penyaluran tarik batang tulangan ulir
𝑑𝑏 : Diameter nominal batang tulangan; dengan asumsi menggunakan
tulangan D25
4000 𝑚𝑚
𝑡𝑚𝑖𝑛 = = 160 𝑚𝑚
25
𝑎𝑡𝑎𝑢
8400 𝑚𝑚 7200 𝑚𝑚
𝑡𝑚𝑖𝑛 = = 336 𝑚𝑚 ∪ 𝑡𝑚𝑖𝑛 = = 288 𝑚𝑚
25 25
𝑎𝑡𝑎𝑢
400 𝑀𝑃𝑎 × 25 𝑚𝑚
𝑡𝑚𝑖𝑛 = 𝑙𝑑ℎ = = 313.02 𝑚𝑚
5,4√35 𝑀𝑃𝑎
35
BAB IV
ANALISIS STRUKTUR TAHAN GEMPA
4.1 Pendahuluan
36
Gambar IV. 2 Denah Lantai Tipikal Bangunan Rencana
37
𝑇𝑎𝑚𝑖𝑛 = 𝐶𝑡 ℎ𝑛𝑥
𝑇𝑎𝑚𝑎𝑥 = 𝐶𝑢 𝑇𝑎𝑚𝑖𝑛
dengan,
Dari tabel tersebut, untuk nilai SD1 = 0,211, diinterpolasi dari data
dengan SD1 = 0,2 dan SD1 = 0,3, didapat nilai koefisien 𝐶𝑢 dan berdasarkan jenis
sistem struktur sistem ganda (dinding geser dan rangka beton pemikul momen),
38
maka struktur dikategorikan sebagai sistem struktur lainnya, didapat nilai 𝐶𝑡 , dan
x, sebagai berikut:
𝐶𝑢 = 1.49
𝐶𝑡 = 0,0488
𝑥 = 0,75
𝑇𝑎𝑚𝑖𝑛 = 1.10 s
𝑇𝑎𝑚𝑎𝑥 = 1.64 𝑠
39
Tabel IV. 3 Modal Participating Mass Ratio
Period
Case Mode UX UY UZ Sum UX Sum UY Sum UZ RX RY RZ Sum RX Sum RY Sum RZ
sec
Modal 1 2.486 0.00 0.69 0.00 0.00 0.69 0.00 0.33 0.00 0.00 0.33 0.00 0.00
Modal 2 2.083 0.69 0.00 0.00 0.69 0.69 0.00 0.00 0.32 0.00 0.33 0.32 0.00
Modal 3 1.708 0.00 0.00 0.00 0.70 0.69 0.00 0.00 0.00 0.68 0.33 0.32 0.68
Modal 4 0.745 0.00 0.13 0.00 0.70 0.83 0.00 0.32 0.00 0.00 0.64 0.32 0.68
Modal 5 0.634 0.13 0.00 0.00 0.83 0.83 0.00 0.00 0.32 0.00 0.64 0.65 0.68
Modal 6 0.506 0.00 0.00 0.00 0.83 0.83 0.00 0.00 0.00 0.14 0.64 0.65 0.82
Modal 7 0.359 0.00 0.06 0.00 0.83 0.89 0.00 0.09 0.00 0.00 0.73 0.65 0.82
Modal 8 0.308 0.06 0.00 0.00 0.89 0.89 0.00 0.00 0.09 0.00 0.73 0.74 0.82
Modal 9 0.237 0.00 0.00 0.00 0.89 0.89 0.00 0.00 0.00 0.06 0.73 0.74 0.89
Modal 10 0.211 0.00 0.03 0.00 0.89 0.92 0.00 0.08 0.00 0.00 0.80 0.74 0.89
Modal 11 0.184 0.03 0.00 0.00 0.92 0.92 0.00 0.00 0.08 0.00 0.80 0.81 0.89
Modal 12 0.138 0.00 0.01 0.00 0.92 0.93 0.00 0.02 0.00 0.02 0.82 0.81 0.91
Modal 13 0.137 0.00 0.02 0.00 0.92 0.94 0.00 0.03 0.00 0.01 0.85 0.81 0.92
Modal 14 0.121 0.02 0.00 0.00 0.95 0.94 0.00 0.00 0.05 0.00 0.85 0.86 0.92
Modal 15 0.098 0.00 0.02 0.00 0.95 0.96 0.00 0.04 0.00 0.00 0.89 0.86 0.92
Modal 16 0.089 0.00 0.00 0.00 0.95 0.96 0.00 0.00 0.00 0.02 0.89 0.86 0.95
Modal 17 0.088 0.01 0.00 0.00 0.96 0.96 0.00 0.00 0.04 0.00 0.89 0.90 0.95
Modal 18 0.074 0.00 0.01 0.00 0.96 0.97 0.00 0.03 0.00 0.00 0.92 0.90 0.95
Modal 19 0.067 0.01 0.00 0.00 0.97 0.97 0.00 0.00 0.03 0.00 0.92 0.92 0.95
Modal 20 0.064 0.00 0.00 0.00 0.97 0.97 0.00 0.00 0.00 0.02 0.92 0.92 0.96
Modal 21 0.059 0.00 0.01 0.00 0.97 0.98 0.00 0.02 0.00 0.00 0.94 0.92 0.96
Modal 22 0.054 0.01 0.00 0.00 0.98 0.98 0.00 0.00 0.02 0.00 0.94 0.94 0.96
Modal 23 0.048 0.00 0.00 0.00 0.98 0.98 0.00 0.01 0.00 0.00 0.95 0.94 0.97
Modal 24 0.048 0.00 0.00 0.00 0.98 0.98 0.00 0.01 0.00 0.01 0.95 0.94 0.97
Modal 25 0.044 0.01 0.00 0.00 0.98 0.98 0.00 0.00 0.01 0.00 0.95 0.96 0.97
Modal 26 0.041 0.00 0.00 0.00 0.98 0.99 0.00 0.01 0.00 0.00 0.96 0.96 0.97
Modal 27 0.039 0.00 0.00 0.00 0.98 0.99 0.00 0.00 0.00 0.01 0.97 0.96 0.98
Modal 28 0.038 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.00 0.01 0.00 0.97 0.97 0.98
Modal 29 0.036 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.01 0.00 0.00 0.97 0.97 0.98
Modal 30 0.034 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.00 0.01 0.00 0.97 0.98 0.98
Modal 31 0.032 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.01 0.00 0.00 0.98 0.98 0.98
Modal 32 0.032 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.00 0.00 0.01 0.98 0.98 0.99
Modal 33 0.03 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.00 0.00 0.01 0.00 0.98 0.98 0.99
Modal 34 0.029 0.00 0.00 0.00 0.99 1.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.99 0.98 0.99
Modal 35 0.028 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 36 0.027 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 37 0.027 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 38 0.026 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 39 0.025 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 40 0.024 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 41 0.024 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.99 0.99 0.99
Modal 42 0.022 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.01 0.00 0.00 1.00 0.99 0.99
Modal 43 0.022 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.01 0.00 1.00 1.00 0.99
Modal 44 0.021 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00
Modal 45 0.02 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00
Modal 46 0.018 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00
Modal 47 0.018 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00
Modal 48 0.016 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00 1.00
40
Reaksi gaya yang diterima struktur dalam hal ini ditinjau dari gaya yang
dihasilkan oleh gempa maksimum dari arah x dan arah y. Reaksi gaya yang
diterima oleh dinding geser dan keseluruhan sistem pemikul momen pada dasar
struktur, sebagai berikut:
Sehingga persentase dari gaya yang diterima oleh sistem dinding geser,
sebagai berikut:
GAYA Fx Fy
Fsw (kN) 1380.74 1288.33
Ftot (kN) 2155.38 2130.06
% 64.06 60.48
4.3.3 Statik-Dinamik
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝐶𝑠 𝑊
42
𝑆𝐷1
𝐶𝑠𝑚𝑎𝑥 =
𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒
0,211
𝐶𝑠𝑚𝑎𝑥 =
7
1,64 𝑠 ( )
1,5
𝐶𝑠𝑚𝑎𝑥 = 0.03
𝑆𝐷𝑠
𝐶𝑠 =
𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒
Nilai 𝐶𝑠 = 0.07 lebih besar daripada 𝐶𝑠𝑚𝑎𝑥 = 0.03, sehingga nilai 𝐶𝑠 yang
digunakan untuk perhitungan Vstatik, yaitu 𝐶𝑠𝑚𝑎𝑥 = 0.03. Perhitungan Vstatik,
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝐶𝑠 𝑊
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 0,03 × 92415.98 𝑘𝑁
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 2541.40 𝑘𝑁
0,85𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 2160.19 𝑘𝑁
43
Penskalaan gempa baru perlu dilakukan jika 85% dari nilai Vstatik lebih
besar dari nilai Vdinamik dari kedua arah x dan y yang didapt dari program
ETABS, sebagai berikut:
Hal ini menunjukkan bahwa, 85% dari nilai Vstatik lebih besar dari nilai
Vdinamik untuk kedua arah x dan y, sehingga penskalaan baru dilakukan dengan
perhitungan:
𝑔𝐼𝑒 𝑉𝑠
𝑆𝐹 ′ = × 0,85
𝑅 𝑉𝑑
𝑔𝐼𝑒
Dengan, merupakan nilai faktor skala (scale factor) sebelum
𝑅
Faktor skala baru ini akan digunakan untuk pengecekan desain elemen
pada program ETABS.
SF arah x 2127.83
SF arah y 2446.38
44
4.4 Pengecekan Ketidakberaturan Horisontal
45
Dengan mengeluarkan nilai drift dari program ETABS, contoh
perhitungan pada lantai 16 pada arah x akibat gaya gempa maksimum pada arah x,
yaitu:
Dengan cara yang sama, pengecekan untuk seluruh lantai dan masing-
masing arah x dan y, sebagai berikut:
46
Tabel IV. 12 Pengecekan Ketidakberaturan Torsi Arah Y
47
Gambar IV. 4 Pengecekan Torsi Arah Y
Bukaan atau sudut dalam pada elemen tipe pelat harus dilengkapi dengan
tulangan di tepi bukaan atau sudut dalam yang didesain untuk menyalurkan
tegangan ke dalam struktur. Untuk meminimalisasi hal tersebut, struktur harus
memenuhi persyaratan keberaturan terhadap sudut dalam, adapun syarat yang
harus dipenuhi:
48
Pengecekan ketidakberaturan terhadap sudut dalam untuk struktur
dikatakan beraturan jika rasio panjang bukaan terhadap panjang bentang struktur
untuk masing-masing arah x dan y kurang dari 15%, dengan perumusan sebagai
berikut:
𝐴𝑥 𝐴𝑦
< 0,15 ∩ < 0,15
𝐿𝑥 𝐿𝑦
𝐴𝑥 7,2 𝑚
=
𝐿𝑥 31,2 𝑚
𝐴𝑥
= 0.23 > 0,15
𝐿𝑥
𝐴𝑦 8,4 𝑚
=
𝐿𝑦 15,6 𝑚
𝐴𝑦
= 0.54 > 0,15
𝐿𝑦
49
Pengecekan ketidakberaturan terhadap sudut dalam pada bangunan
rencana memberikan hasil struktur tidak beraturan, sehingga pada pendesainan
bangunan rencana pada sudut dalam harus memiliki tulangan tepi yang menerus
ke dalam badan dinding atau diafragma dengan jarak yang cukup untuk
menyalurkan gaya dalam tulangan.
𝐴𝑣𝑜𝑖𝑑
< 0,5
𝐴𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠
𝐴𝑣𝑜𝑖𝑑
= 0.12 < 0,5
𝐴𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠
↔ 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑎𝑛 terhadap diskontinuitas diafragma Commented [RS42]: Kalau ada penulisan kayak di bawah
spasinya dihilangin aja biar lebih rapi
Commented [RDC43R42]: done
50
4.4.4 Ketidakberaturan Pergeseran Melintang terhadap Bidang
51
4.4.5 Ketidakberaturan Sistem Nonparalel
Gambar IV. 8 Keberaturan Sistem Nonpararel pada Bangunan Rencana Commented [RS47]: Tab nya hapus aja
Commented [RDC48R47]: done
Sehingga bangunan rencana beraturan terhadap sistem nonpararel. Commented [RS49]: Tambahkan rekapitulasi pengecekan
ketidakberaturan horisontal
52
4.5 Pengecekan Ketidakberaturan Vertikal
𝐾𝑖 𝐾𝑖
> 0,8 ∩ > 0,7
𝐴𝑣𝑔(𝐾𝑖+1 , 𝐾𝑖+2 , … ) 𝐴𝑣𝑔(𝐾𝑖+1 , 𝐾𝑖+2 , … )
𝐾1 3356717.44 𝑘𝑁/𝑚
=
𝐴𝑣𝑔(𝐾2 , 𝐾3 , 𝐾4) 𝐴𝑣𝑔(1392814.07 𝑘𝑁 , 979300.66 𝑘𝑁 , 792332.67 𝑘𝑁 )
𝑚 𝑚 𝑚
𝐾1
= 3.18
𝐴𝑣𝑔(𝐾2 , 𝐾3 , 𝐾4 )
53
3.18 > 0,8 ∩ 3.18 > 0,7
Tabel IV. 16 Pengecekan Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak Arah X Commented [RS50]: Isi Tabelnya buat rata tengah saja biar
enak dibaca
Dimensi Stiffness X Stiffness Y CEK 1a CEK 1b Commented [RDC51R50]: done
Story Load Case Ki/Ki+1
Kolom kN/m kN/m 80% 70%
Story16 Gempa X 167063.97 0.00
800 mm × Story15 Gempa X 319213.76 0.00 1.91 Beraturan Beraturan
800 mm Story14 Gempa X 392166.72 0.00 1.61 Beraturan Beraturan
Story13 Gempa X 424110.92 0.00 1.45 Beraturan Beraturan
Story12 Gempa X 449721.42 0.00 1.06 Beraturan Beraturan
1000 mm × Story11 Gempa X 464068.34 0.00 1.03 Beraturan Beraturan
1000 mm Story10 Gempa X 475087.39 0.00 1.04 Beraturan Beraturan
Story9 Gempa X 488663.65 0.00 1.06 Beraturan Beraturan
Story8 Gempa X 516481.25 0.00 1.06 Beraturan Beraturan
1200 mm × Story7 Gempa X 550416.74 0.00 1.07 Beraturan Beraturan
1200 mm Story6 Gempa X 599527.10 0.00 1.12 Beraturan Beraturan
Story5 Gempa X 673153.45 0.00 1.21 Beraturan Beraturan
Story4 Gempa X 792332.67 0.00 1.18 Beraturan Beraturan
1400 mm × Story3 Gempa X 979300.66 0.00 1.24 Beraturan Beraturan
1400 mm Story2 Gempa X 1392814.07 0.00 1.57 Beraturan Beraturan
Story1 Gempa X 3356717.44 0.00 3.18 Beraturan Beraturan
54
Dari seluruh hasil pengecekan menunjukkan bahwa bangunan beraturan
terhadap kekakuan tingkat lunak.
berikut:
𝑀𝑖 1 𝑀𝑖 1
> 𝑑𝑎𝑛 / 𝑎𝑡𝑎𝑢 >
𝑀𝑖+1 1,5 𝑀𝑖−1 1,5
𝑀2 832387.13 𝑘𝑔
=
𝑀3 838734.25 𝑘𝑔
𝑀2
= 0.99
𝑀3
1
0.99 >
1,5
dan
𝑀2 832387.13 𝑘𝑔
=
𝑀1 832387.13 𝑘𝑔
55
𝑀2
=1
𝑀1
1
1>
1,5
Mass X CEK
Story Diaphragm Mi/Mi+1 Mi/Mi-1
kg 150%
Story16 D1 422294.6 0.64 Berat atap tidak ditinjau
Story15 D1 654738.14 1.55 1.00 Beraturan
Story14 D1 654738.14 1.00 1.00 Beraturan
Story13 D1 654738.14 1.00 0.97 Beraturan
Story12 D1 675265.15 1.03 0.97 Beraturan
Story11 D1 699465.41 1.04 1.00 Beraturan
Story10 D1 699465.41 1.00 0.94 Beraturan
Story9 D1 745808.58 1.07 0.97 Beraturan
Story8 D1 771713.42 1.03 1.00 Beraturan
Story7 D1 772495.63 1.00 1.00 Beraturan
Story6 D1 772495.63 1.00 1.00 Beraturan
Story5 D1 772495.63 1.00 0.96 Beraturan
Story4 D1 803778.32 1.04 0.96 Beraturan
Story3 D1 838734.25 1.04 1.01 Beraturan
Story2 D1 832387.13 0.99 1.00 Beraturan
Story1 D1 832387.13 1.00 Beraturan
56
Tabel IV. 20 Syarat Ketidakberaturan Geometri Vertikal (SNI)
𝑑1𝑖 𝑑2𝑖
< 1,3 ∩ < 1,3
𝑑1𝑖+1 𝑑2𝑖+1
𝑑12 1400 𝑚𝑚
=
𝑑11 1400 𝑚𝑚
𝑑12
=1
𝑑11
1 < 1,3
dan
𝑑22 1400 𝑚𝑚
=
𝑑21 1400 𝑚𝑚
𝑑22
=1
𝑑21
1 < 1,3
57
Tabel IV. 21 Pengecekan Ketidakberaturan Geomerti Vertikal
58
Tabel IV. 22 Syarat Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingat 5a, 5b (SNI)
𝑉𝑥𝑖 𝑉𝑦𝑖
> 0,8 ∩ > 0,8
𝑉𝑥𝑖+1 𝑉𝑦𝑖+1
dan
𝑉𝑥𝑖 𝑉𝑦𝑖
> 0,65 ∩ > 0,65
𝑉𝑥𝑖+1 𝑉𝑦𝑖+1
𝑉𝑥15 631.58 𝑘𝑁
=
𝑉𝑥16 295.09 𝑘𝑁
59
𝑉𝑥15
= 2.14
𝑉𝑥16
dan
𝑉𝑦15 4.68 𝑘𝑁
=
𝑉𝑦16 3.44 𝑘𝑁
𝑉𝑦15
= 1.36
𝑉𝑦16
Tabel IV. 23 Pengecekan Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat 5a 5b Gempa Maksimum Arah X
Vi/Vi+1 CEK
Story Load Case/Combo Location VX VY
Arah X Arah Y 80% 65%
Vbottom dan Vtop Load Case Gempa X Max
Story16 Gempa X Max Bottom 295.09 3.44
Story15 Gempa X Max Bottom 631.58 4.68 2.14 1.36 Beraturan Beraturan
Story14 Gempa X Max Bottom 862.58 4.24 1.37 0.91 Beraturan Beraturan
Story13 Gempa X Max Bottom 1020.38 5.63 1.18 1.33 Beraturan Beraturan
Story12 Gempa X Max Bottom 1138.53 6.99 1.12 1.24 Beraturan Beraturan
Story11 Gempa X Max Bottom 1230.87 7.38 1.08 1.06 Beraturan Beraturan
Story10 Gempa X Max Bottom 1301.68 8.53 1.06 1.16 Beraturan Beraturan
Story9 Gempa X Max Bottom 1371.92 10.30 1.05 1.21 Beraturan Beraturan
Story8 Gempa X Max Bottom 1458.45 10.99 1.06 1.07 Beraturan Beraturan
Story7 Gempa X Max Bottom 1561.97 11.15 1.07 1.01 Beraturan Beraturan
Story6 Gempa X Max Bottom 1675.72 11.94 1.07 1.07 Beraturan Beraturan
Story5 Gempa X Max Bottom 1795.52 12.59 1.07 1.05 Beraturan Beraturan
Story4 Gempa X Max Bottom 1921.24 12.59 1.07 1.00 Beraturan Beraturan
Story3 Gempa X Max Bottom 2036.47 13.10 1.06 1.04 Beraturan Beraturan
Story2 Gempa X Max Bottom 2111.58 14.39 1.04 1.10 Beraturan Beraturan
Story1 Gempa X Max Bottom 2138.05 15.14 1.01 1.05 Beraturan Beraturan
60
Tabel IV. 24 Pengecekan Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat 5a 5b Gempa Maksimum Arah Y
Vi/Vi+1 CEK
Story Load Case/Combo Location VX VY
Arah X Arah Y 80% 65%
Vbottom dan Vtop Load Case Gempa Y Max
Story16 Gempa Y Max Bottom 3.36 313.55
Story15 Gempa Y Max Bottom 5.84 653.06 1.74 2.08 Beraturan Beraturan
Story14 Gempa Y Max Bottom 6.15 871.44 1.05 1.33 Beraturan Beraturan
Story13 Gempa Y Max Bottom 6.44 1013.95 1.05 1.16 Beraturan Beraturan
Story12 Gempa Y Max Bottom 8.15 1120.45 1.27 1.11 Beraturan Beraturan
Story11 Gempa Y Max Bottom 10.01 1204.76 1.23 1.08 Beraturan Beraturan
Story10 Gempa Y Max Bottom 10.90 1270.41 1.09 1.05 Beraturan Beraturan
Story9 Gempa Y Max Bottom 11.44 1336.65 1.05 1.05 Beraturan Beraturan
Story8 Gempa Y Max Bottom 12.33 1418.05 1.08 1.06 Beraturan Beraturan
Story7 Gempa Y Max Bottom 13.56 1514.51 1.10 1.07 Beraturan Beraturan
Story6 Gempa Y Max Bottom 14.24 1621.41 1.05 1.07 Beraturan Beraturan
Story5 Gempa Y Max Bottom 14.12 1738.17 0.99 1.07 Beraturan Beraturan
Story4 Gempa Y Max Bottom 14.16 1867.51 1.00 1.07 Beraturan Beraturan
Story3 Gempa Y Max Bottom 15.26 1991.83 1.08 1.07 Beraturan Beraturan
Story2 Gempa Y Max Bottom 16.72 2075.21 1.10 1.04 Beraturan Beraturan
Story1 Gempa Y Max Bottom 17.41 2104.69 1.04 1.01 Beraturan Beraturan
61
Tabel IV. 25 Syarat Analisis Diafragma (SNI)
𝑆
<3
𝐷𝑒
Untuk sisi struktur 31.2 m dan 15.6 m, maka untuk masing-masing nilai
sebagai S dan De:
a. Kasus 1
𝑆 31.2 m
=
𝐷𝑒 15.6 m
𝑆
=2
𝐷𝑒
2<3
0,5 < 3
62
→ 𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑓𝑟𝑎𝑔𝑚𝑎 𝑘𝑎𝑘𝑢 (𝑟𝑖𝑔𝑖𝑑)
Dari analisis tersebut, maka desain dari diafragma yaitu diafragma kaku.
𝐶𝑑 𝛿𝑥𝑒
𝛿𝑥 =
𝐼𝑒
dengan,
𝛿𝑥𝑒 : Defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan
dengan analisis elastis, dimana besarnya dirumuskan:
↔ 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐷𝑟𝑖𝑓𝑡 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝐸𝑇𝐴𝐵𝑆, 𝑑𝑎𝑛 ℎ 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖,
𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 4000 𝑚𝑚
63
Tabel IV. 26 Simpangan Ijin Maksimum Antar Lantai
Dengan, ℎ𝑠𝑥 sama untuk semua lantai, yaitu 4000 mm. Sehingga
simpangan ijin maksimum untuk semua lantai, sebagai beirkut:
𝛿max 𝑎𝑙𝑙 = 40 𝑚𝑚
𝐶𝑑 × 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐷𝑟𝑖𝑓𝑡 × ℎ
𝛿𝑥 16 =
𝐼𝑒
64
𝛿𝑥 16 = 6.776 𝑚𝑚
𝛿𝑥 16 = 9.67 𝑚𝑚
𝛿𝑥 16 = 6.78 𝑚𝑚
𝛿𝑥 16 = 9.67 𝑚𝑚
𝛿max 𝑎𝑙𝑙 = 40 𝑚𝑚
Story Drift D (mm) Simpangan Maksimum Commented [RS53]: angka buat simpangan pakai 2 angka di
Lantai CEK belakang koma aja
Gempa X Gempa Y Gempa X Gempa Y Ijin (mm)
16 0.00046 0.00066 6.78 9.67 40 OK Commented [RDC54R53]: done
15 0.00052 0.00073 7.58 10.63 40 OK
14 0.00057 0.00080 8.42 11.69 40 OK
13 0.00063 0.00086 9.21 12.67 40 OK
12 0.00066 0.00091 9.68 13.32 40 OK
11 0.00069 0.00095 10.13 13.90 40 OK
10 0.00071 0.00098 10.46 14.33 40 OK
9 0.00073 0.00100 10.71 14.64 40 OK
8 0.00073 0.00100 10.77 14.70 40 OK
7 0.00074 0.00100 10.82 14.67 40 OK
6 0.00073 0.00098 10.66 14.31 40 OK
5 0.00069 0.00092 10.16 13.51 40 OK
4 0.00063 0.00083 9.24 12.13 40 OK
3 0.00054 0.00070 7.92 10.33 40 OK
2 0.00039 0.00051 5.76 7.45 40 OK
1 0.00017 0.00021 2.42 3.05 40 OK
65
Hasil pengecekan simpangan maksimum disajikan dalam grafik, sebagai
beirkut:
Pengaruh P-delta pada geser dan momen tingkat, gaya dan momen elemen
struktur yang dihasilkan, dan simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh
pengaruh ini tidak disyaratkan untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas (𝜃)
seperti ditentukan oleh persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10:
𝑃𝑥 ∆𝐼𝑒
𝜃=
𝑉𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝐶𝑑
Dengan,
𝑃𝑥 : Beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x, dinyatakan dalam
kilo newton (kN); bila menghitung Px, faktor beban individu tidak perlu melebihi
1,0;
66
∆ : Simpangan antar lantai tingkat desain, terjadi secara serentak dengan Vx
, dinyatakan dalam milimeter (mm), perhitungannya:
𝐶𝑑 × 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐷𝑟𝑡𝑖𝑓𝑡 × ℎ
∆=
𝐼𝑒
ℎ𝑠𝑥 : Tinggi tingkat di bawah tingkat x, dalam bangunan rencana ini sebesar
4000 mm
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = ≤ 0,25
𝛽𝐶𝑑
dimana E adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat
antara tingkat x dan x -1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar
1,0.
Pengecekan dilakukan untuk seluruh lantai pada bagian atas (Top) dan
bawah (Bottom) dari setiap lantai untuk masing-masing arah drift yaitu arah x dan
y. Data gaya aksial, gaya geser, dan story drift dikeluarkan dari program ETABS.
Contoh perhitungan untuk P-Delta pada Bottom Story yang terjadi di lantai 1 pada
arah x, sebagai berikut:
𝑃𝑥 ∆𝐼𝑒
𝜃=
𝑉𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝐶𝑑
𝐶𝑑 × 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦 𝐷𝑟𝑡𝑖𝑓𝑡 × ℎ
↔∆=
𝐼𝑒
67
5,5 × 0.000462 × 4000 𝑚𝑚
↔∆=
1,5
↔ ∆ 𝑥 = 6.78 𝑚𝑚
𝜃𝑥 = 0.00810668
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = ≤ 0,25
𝛽𝐶𝑑
0,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 =
1 × 5,5
𝜃𝑚𝑎𝑥 = 0.091
𝜃𝑥 = 0.00810668
𝜃𝑚𝑎𝑥 = 0.091
68
Tabel IV. 28 Pengecekan Efek P-Delta Top Story
P Vx Vy Dx Dy
Story Story drift x Story drift y qx qy CEK
kN kN kN mm mm
16 6754.36 384.93 408.96 0.000462 0.000659 6.78 9.67 0.00811 0.00062 OK
15 13508.72 823.34 850.80 0.000517 0.000725 7.58 10.63 0.00848 0.0007 OK
14 20263.08 1123.75 1134.53 0.000574 0.000797 8.42 11.69 0.01035 0.00079 OK
13 27017.44 1329.00 1320.33 0.000628 0.000864 9.21 12.67 0.01277 0.00087 OK
12 34385.87 1483.27 1459.31 0.00066 0.000908 9.68 13.32 0.0153 0.00092 OK
11 41754.30 1604.03 1569.07 0.000691 0.000948 10.13 13.90 0.01799 0.00097 OK
10 49122.74 1696.43 1654.86 0.000713 0.000977 10.46 14.33 0.02065 0.001 OK
9 59086.54 1787.96 1741.66 0.00073 0.000998 10.71 14.64 0.02412 0.00102 OK
8 70072.01 1900.79 1847.75 0.000734 0.001002 10.77 14.70 0.02706 0.00103 OK
7 79250.18 2035.85 1973.21 0.000738 0.001 10.82 14.67 0.02873 0.00103 OK
6 88428.35 2183.99 2112.48 0.000727 0.000976 10.66 14.31 0.02944 0.00101 OK
5 97606.51 2339.68 2264.53 0.000693 0.000921 10.16 13.51 0.02891 0.00095 OK
4 107564.17 2503.13 2432.67 0.00063 0.000827 9.24 12.13 0.02707 0.00085 OK
3 117521.84 2653.37 2594.48 0.00054 0.000704 7.92 10.33 0.02392 0.00072 OK
2 127081.14 2751.57 2703.38 0.000393 0.000508 5.76 7.45 0.01815 0.00052 OK
1 136640.43 2786.25 2742.01 0.000165 0.000208 2.42 3.05 0.00809 0.00021 OK
P Vx Vy Dx Dy
Lantai Story drift x Story drift y qx qy CEK
kN kN kN mm mm
16 4841.27 384.93 408.96 0.000462 0.000659 6.78 9.67 0.00581 0.00062 OK
15 11595.63 823.34 850.80 0.000517 0.000725 7.58 10.63 0.00728 0.0007 OK
14 18349.99 1123.75 1134.53 0.000574 0.000797 8.42 11.69 0.00937 0.00079 OK
13 25104.35 1329.00 1320.33 0.000628 0.000864 9.21 12.67 0.01186 0.00087 OK
12 31808.27 1483.27 1459.31 0.00066 0.000908 9.68 13.32 0.01415 0.00092 OK
11 39176.71 1604.03 1569.07 0.000691 0.000948 10.13 13.90 0.01688 0.00097 OK
10 46545.14 1696.43 1654.86 0.000713 0.000977 10.46 14.33 0.01956 0.001 OK
9 56877.17 1787.96 1741.66 0.00073 0.000998 10.71 14.64 0.02322 0.00102 OK
8 67166.50 1900.79 1847.75 0.000734 0.001002 10.77 14.70 0.02594 0.00103 OK
7 76344.66 2035.85 1973.21 0.000738 0.001 10.82 14.67 0.02768 0.00103 OK
6 85522.83 2183.99 2112.48 0.000727 0.000976 10.66 14.31 0.02847 0.00101 OK
5 94701.00 2339.68 2264.53 0.000693 0.000921 10.16 13.51 0.02805 0.00095 OK
4 103835.93 2503.13 2432.67 0.00063 0.000827 9.24 12.13 0.02613 0.00085 OK
3 113793.60 2653.37 2594.48 0.00054 0.000704 7.92 10.33 0.02316 0.00072 OK
2 123352.90 2751.57 2703.38 0.000393 0.000508 5.76 7.45 0.01762 0.00052 OK
1 132912.20 2786.25 2742.01 0.000165 0.000208 2.42 3.05 0.00787 0.00021 OK
69
Gambar IV. 10 Grafik Pengecekan Efek P-Delta Arah X
70
geser juga menerima momen dan gaya aksial yang searah dengan sumbu rotasi.
Oleh karena elemen dinding geser yang rentan terhadap retak, maka perlu
dilakukan pengecekan untuk mengetahui kapasitas dinding geser dan perilaku
dinding geser, apakah retak (crack) atau tidak. Berikut adalah langkah pengecekan
pada dinding geser:
1. Dari software CSI ETABS, definisikan gaya yang bekerja yaitu dengan
memilih assign > shell > pier label. Setiap dinding didefinisikan dari P1
sampai Pn dimana n adalah banyaknya dinding di bangunan. Untuk tugas ini,
setiap dinding didefinisikan dengan satu Pn, yaitu P1, P2, P3, dan P4.
2. Run analysis. Lalu memilih show table > result > wall result >pier forces,
maka akan muncul tabel berupa data gaya yang bekerja disetiap dinding geser.
Gaya di setiap dinding geser dibagi lagi untuk setiap story atau lantai, pada
bagian top dan bottom. Data dalam bentuk tabel tersebut dipindahkan ke
program spreadsheet microsoft excel.
3. Menghitung luas penampang dan kekakuan inersia setiap dinding geser.
Terdapat dua kekakuan inersia setiap dinding geser, yaitu kekakuan terhadap
sumbu rotasi X dan sumbu rotasi Y. Pada koordinat sumbu lokal, rotasi
terhadap sumbu kuatnya dinamakan sumbu 2, dan terhadap sumbu lemahnya
dinamakan sumbu 3.
𝐴 =𝑏×ℎ
𝑏 × ℎ3
𝐼=
12
4. Menghitung tegangan total yang terjadi di bagian top dan bottom, lalu
melakukan pengecekan apakah tegangan total tersebut lewat atau lebih dari
tegangan izin atau tidak.
𝑀𝑦 𝑃
+ ≤ 0,62√𝑓 ′ 𝑐
𝐼 𝐴
5. Apabila tegangan yang terjadi pada dinding geser lebih besar dari tegangan
izin, maka faktor pengali (modifier) atau faktor reduksi untuk inersia dinding
geserberubah, karena dinding geser dianggap mengali retak atau crack jika hal
terebut terjadi. Untuk mengubah modifier dinding geser, memilih menu define
71
> section property > wall section > modify modifiers pada program ETABS.
Faktor modifier berubah dari 0,7 menjadi 0,35. Untuk selanjutnya, dinding
geser akan dipakai seperti keadaan tersebut, dimana kondisi retak atau crack
dengan faktor pengali 0,35.
72
d. Inersia penampang dinding geser
Inersia penampang dinding geser juga ditinjau untuk masing-masing
sumbu kuat dan sumbu lemahnya, untuk inersia sumbu kuat (I2) dan
inersia sumbu lemah (I3), untuk kondisi P1 Top dan Bottom, besar Inersia
sama karena dimensi penampang menerus:
3 𝑚 × (0,35 𝑚)3
𝐼2 = = 0,01
12
0,35 𝑚 × (3 𝑚)3
𝐼3 = = 0,79
12
e. Tegangan Total
Perhitungan tegangan total dilakukan pula untuk masing-masing sumbu
kuat dan sumbu lemah, dengan perhitungannya yang bergantung pada sifat
penampang, nilai tegangan total:
- Untuk P1 Top
0,35 𝑚
𝑀2 𝑦2 𝑃 0,52 𝑘𝑁. 𝑚 × 2 + −219,45 𝑘𝑁 = −200,59 𝑘𝑁
+ =
𝐼2 𝐴 0,01 1,05 𝑚2 𝑚2
𝑀3 𝑦3 𝑃 𝑘𝑁
+ = 1415,36 2
𝐼3 𝐴 𝑚
- Untuk P1 Bottom
3𝑚
𝑀2 𝑦2 𝑃 4,44 𝑘𝑁. 𝑚 × 2 −301,98 𝑘𝑁 𝑘𝑁
+ = + 2
= −215,18 2
𝐼2 𝐴 0,01 1,05 𝑚 𝑚
𝑀3 𝑦3 𝑃 𝑘𝑁
+ = 5496,48 2
𝐼3 𝐴 𝑚
f. Tegangan ijin
Penentuan tegangan ijin merupakan besaran yang ditentukan oleh sifat
kekuatan beton yang dipakai, dalam hal ini penggunaan beton fc’ = 35
MPa, penentuan tegangan ijin:
𝜎𝑎𝑙𝑙 = 0,62√𝑓 ′ 𝑐
73
Dari hasil pengecekan didapat:
- Untuk P1 Top
𝑀2𝑦2 𝑃 𝑘𝑁
+ = −200,59 2
𝐼2 𝐴 𝑚
𝑀3 𝑦3 𝑃 𝑘𝑁
+ = 1415,36 2
𝐼3 𝐴 𝑚
→ 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
< 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑗𝑖𝑛, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑘
- Untuk P1 Bottom
𝑀2𝑦2 𝑃 𝑘𝑁
+ = −215,18 2
𝐼2 𝐴 𝑚
𝑀3 𝑦3 𝑃 𝑘𝑁
+ = 5496,48 2
𝐼3 𝐴 𝑚
→ 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
> 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑗𝑖𝑛, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑟𝑒𝑡𝑎𝑘
Dengan cara yang sama pengecekan pada seluruh dinding geser di pada
story 1, sebagai beirkut:
74
4.10 Pengecekan Eksentrisitas
2
𝛿𝑚𝑎𝑥
𝐴𝑥 = ( )
1,2𝛿𝑎𝑣𝑔
75
Eksentrisitas desain yang digunakan untuk arah X maupun arah Y adalah
nilai gabungan eksentrisitas torsi bawaan dan eksentrisitas torsi tak terduga, yaitu
dengan persamaan berikut:
Dengan besarnya torsi bawaan arah X (eox) dan arah Y (eoy) dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
Nilai 𝑋𝐶𝐶𝑀, 𝑋𝐶𝑅, 𝑌𝐶𝐶𝑀, dan 𝑌𝐶𝑅 didapatkan dari program ETABS
pada table berikut:
Mass X Mass Y XCM YCM Cumulative X Cumulative Y XCCM YCCM XCR YCR
Story Diaphragm
kg kg m m kg kg m m m m
Story16 D1 422294.60 422294.60 17.14 8.34 422294.60 422294.60 17.14 8.34 17.61 7.99
Story15 D1 654738.14 654738.14 17.18 8.32 1077032.74 1077032.74 17.17 8.33 17.54 7.99
Story14 D1 654738.14 654738.14 17.18 8.32 1731770.88 1731770.88 17.17 8.32 17.45 7.99
Story13 D1 654738.14 654738.14 17.18 8.32 2386509.02 2386509.02 17.17 8.32 17.37 7.98
Story12 D1 675265.15 675265.15 17.18 8.31 3061774.17 3061774.17 17.17 8.32 17.29 7.98
Story11 D1 699465.41 699465.41 17.18 8.31 3761239.58 3761239.58 17.18 8.32 17.21 7.98
Story10 D1 699465.41 699465.41 17.18 8.31 4460704.99 4460704.99 17.18 8.32 17.13 7.97
Story9 D1 745808.58 745808.58 17.13 8.42 5206513.57 5206513.57 17.17 8.33 17.05 7.97
Story8 D1 771713.42 771713.42 17.13 8.41 5978226.99 5978226.99 17.16 8.34 16.98 7.96
Story7 D1 772495.63 772495.63 17.19 8.29 6750722.62 6750722.62 17.17 8.33 16.90 7.96
Story6 D1 772495.63 772495.63 17.19 8.29 7523218.26 7523218.26 17.17 8.33 16.82 7.95
Story5 D1 772495.63 772495.63 17.19 8.29 8295713.89 8295713.89 17.17 8.33 16.73 7.95
Story4 D1 803778.32 803778.32 17.19 8.28 9099492.21 9099492.21 17.17 8.32 16.65 7.94
Story3 D1 838734.25 838734.25 17.19 8.28 9938226.46 9938226.46 17.17 8.32 16.58 7.94
Story2 D1 832387.13 832387.13 17.20 8.25 10770613.59 10770613.59 17.18 8.31 16.51 7.94
Story1 D1 832387.13 832387.13 17.20 8.25 11603000.72 11603000.72 17.18 8.31 16.54 7.97
𝐿𝑥 = 31.2 𝑚
𝐿𝑦 = 15.6 𝑚
𝐴𝑥 = 𝐴𝑦 = 1
76
𝑒𝑑𝑥 = 0.47 𝑚 + 0,05 × 31.2 𝑚 × 1 = 2.03
Dengan cara yang sama maka penentuan nilai eksentrisitas desain yang
digunakan pada arah x dan y untuk semua story, didapatkan hasil, sebagai berikut:
77
BAB V
DETAILING
5.1 Balok
Dimana, besar nilai gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada
penampang balok yang akan didesain pada bangunan rencana didapatkan dari
keluaran data gaya dalam dari program ETABS, dengan besar seluruh gaya
aksialnya bernilai nol.
𝑃=0
Balok yang akan didesain pada bangunan rencana memiliki jenis
penampang dan hasil pengecekannya, sebagai berikut:
a. Balok Induk
𝑏 = 500 𝑚𝑚
ℎ = 850 𝑚𝑚
𝐴𝑔 = 𝑏 × ℎ = 500 𝑚𝑚 × 850 𝑚𝑚 = 425000 𝑚𝑚2
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 0,1 × 425000 𝑚𝑚2 × 30 𝑀𝑃𝑎
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 1275 𝑁
78
0 < 1275 𝑁
↔ 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
b. Balok Anak
- 550/300
𝑏 = 550 𝑚𝑚
ℎ = 300 𝑚𝑚
𝐴𝑔 = 𝑏 × ℎ = 550 𝑚𝑚 × 300 𝑚𝑚 = 165000 𝑚𝑚2
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 0,1 × 165000 𝑚𝑚2 × 30 𝑀𝑃𝑎
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 495 𝑁
0 < 495 𝑁
↔ 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
- 450/250
𝑏 = 450 𝑚𝑚
ℎ = 250 𝑚𝑚
𝐴𝑔 = 𝑏 × ℎ = 450 𝑚𝑚 × 250 𝑚𝑚 = 112500 𝑚𝑚 2
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 0,1 × 112500 𝑚𝑚 2 × 30 𝑀𝑃𝑎
0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = 337.5 𝑁
0 < 337.5 𝑁
↔ 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
79
𝑑 : Tinggi efektif balok, dengan perumusan:
1
𝑑 = ℎ − 𝑠 − 𝑑𝑣 − 𝑑𝑙
2
𝑠 : Tebal selimut beton, diasumsikan sebesar 40 mm
𝑑𝑣 : Diameter tulangan geser atau sengkang balok, diasumsikan sebesar 10
mm
𝑑𝑙 : Diameter tulangan utama atau longitudinal, diasumsikan sebesar 29 mm
Contoh perhitungan, untuk balok induk bentang A-B pada garis koordinat
3 (Gambar IV. 2 Denah Lantai Tipikal Bangunan Rencana) di lantai 1, sebagai
berikut:
- Jarak pusat ke pusat balok: 8400 mm
- Dimensi balok : 500 mm × 850 mm
- Dimensi kolom : 1400 mm × 1400 mm
1
𝑑 = 850 𝑚𝑚 − 40 𝑚𝑚 − 10 𝑚𝑚 − (29 𝑚𝑚) = 785.5 𝑚𝑚
2
𝑙𝑛 7000 𝑚𝑚
= = 8.9
𝑑 785.5 𝑚𝑚
8.9 > 4
80
Tabel V. 1 Persyaratan Bentang Bersih Komponen Balok Induk
81
khususnya pada saat penampang mengalami deformasi inelastik yang cukup
signifikan. Perumusannya:
𝑏
≥ 0,3
ℎ
Dengan tiga jenis dimensi balok yang didesain pada bangunan rencana,
contoh pengeceka untuk balok induk:
𝑏 500 𝑚𝑚
= = 0.59
ℎ 850 𝑚𝑚
0.59 > 0,3
↔ 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Dimensi Balok
b/h CEK
b (mm) h (mm)
500 850 0.59 OK
300 550 0.55 OK
250 450 0.56 OK
Dari seluruh hasil pengecekan menunjukkan bahwa seluruh balok
memenuhi persyaratan perbandingan panjang dan lebar balok.
82
Selain itu, desain lebar penampang balok tidak boleh lebih dari lebar
kolom ditambah jarak pada setiap sisi kolom yang tidak melebihi tiga per
empat tinggi komponen struktur lentur. Persyaratan ini terkait dengan transfer
momen akibat gempa dari elemen struktur balok ke kolom. Contoh
perhitungan dalam pengecekan ini untuk balok pada bentang AB di koordinat
3 pada Lantai 1 bangunan rencana:
𝑏 = 500 𝑚𝑚
3 3
𝑐 + 2 ( ℎ) = 1400 𝑚𝑚 + 2 ( × 850 𝑚𝑚) = 2675 𝑚𝑚
4 4
500 𝑚𝑚 < 2675 𝑚𝑚
↔ 𝐵𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔
Perhitungan yang sama diterapkan pada seluruh balok yang akan didesain,
sebagai berikut:
83
Tabel IV. 33 Persyaratan Lebar Penampang Balok Anak
84
c. Balok Anak (450 mm × 250 mm), Bentang 7200 mm
𝑏𝑤 = 500 𝑚𝑚
𝑑 = 785.5 𝑚𝑚
- Case 1
0,25√30 𝑀𝑃𝑎
𝐴𝑠min 1 = × 500 𝑚𝑚 × 785.5 𝑚𝑚 = 1344.49 𝑚𝑚2
400 𝑀𝑃𝑎
- Case 2
1,4
𝐴𝑠min 2 = × 500 𝑚𝑚 × 785.5 𝑚𝑚 = 1374.63 𝑚𝑚 2
400 𝑀𝑃𝑎
Jika tulangan utama atau longitudinal ditentukan dengan asumsi sebesar
25 mm, maka kebutuhan jumlah tulangan minimum (nf-min) untuk masing-
masing bagian atas atau bawah untuk balok, sebagai berikut:
1 1
𝐴𝑠 = 𝜋𝐷2 = 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 = 491.07 𝑚𝑚 2
4 4
𝐴𝑠−𝑚𝑖𝑛 1374.63 𝑚𝑚2
𝑛𝑓−𝑚𝑖𝑛 = = ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝐴𝑠 491.07 𝑚𝑚 2
Maka untuk desain tulangan lentur longitudinal bagi balok induk, jumlah
minimum yang diperlukan untuk masing-masing bagian atas atau bawah balok
sebanyak 3 buah tulangan.
Untuk balok lain yang didesain, dengan cara yang sama, maka jumlah
tulangan minimum yang dibtuhkan dalam desain balok bangunan rencana,
sebagai berikut:
2
Dimensi Balok As-min (mm ) nf-min (buah)
Balok d (mm)
b (mm) h (mm) Case 1 Case 2 Case 1 Case 2
Balok Induk 500 850 785.5 1344.49 1374.63 3 3
300 550 485.5 498.60 509.78 2 2
Balok Anak
250 450 385.5 329.92 337.31 1 1
85
2. Persyaratan Rasio Luas Tulangan terhadap Luas Penampang
Dalam penentuan kebutuhan tulangan lentur longitudinal bagi balok yang
sebenarnya, jumlah tulang terpasangnya, dibatasi:
𝐴𝑠
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 = = 0,025
𝑏𝑤 𝑑
3. Persyaratan Kuat Lentur Positif dan Negatif
Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar atau sama
dengan setengah kuat lentur negatifnya, dirumuskan:
+
1 −
𝑀𝑛,𝑙 ≥ 𝑀
2 𝑛,𝑙
Kuat lentur negatif dan positif di setiap penampang di sepanjang bentang
tidak boleh kurang dari seperempat kuat lentur terbesar pada bentang tersbut,
dirumuskan:
+ −
1
(𝑀𝑛,𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑛,𝑙 )𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 ≥ 𝑀𝑛−max 𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡
4
4. Persyaratan Sambungan Lewatan
86
2. Persyaratan Posisi Pemasangan Sengkang Tertutup Pertama
Sengkang tertutup pertama harus dipasang pada lokasi ≤ 50 mm dari muka
tumpuan (kolom)
- 𝑠 ≤ 6𝐷𝑚𝑖𝑛𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑖𝑛𝑎𝑙
- 𝑠 ≤ 150 𝑚𝑚
Kuat geser perlu 𝑉𝑒 untuk perencanaan geser bagi komponen struktur lentur
(balok) ditentukan dari peninjuan gaya statik pada komponen struktur antara dua
muka tumpuan, yaitu:
𝑀𝑝𝑟1 + 𝑀𝑝𝑟2 𝑊𝑢 𝑙𝑛
𝑉𝑒 = ±
𝑙𝑛 2
dengan,
87
Perencanaan geser dengan mengasumsikan bahwa baik beton maupun baja
berkonstribusi dalam menahan gaya geser rencana yang terjadi. Dimana khusus
untuk daerah kritis (sepanjang 2h dari muka kolom) tulangan transversal
(Sengkang) dirancang untuk menahan 100% kuat geser perlu, selama:
- Gaya geser akibat gempa (𝑉𝑒 ) mewakili setengah atau lebih besar dari kuat
geser perlu maksimum di sepanjang daerah tersebut.
- Gaya aksial tekan terfaktor (P) < 0,1𝐴𝑔 𝑓𝑐′
Balok didesain untuk dapat menahan kuat lentur yang bekerja sepanjang
penampang elemennya. Dalam mendesain tulangan balok untuk menahan momen
lentur, dilakukan tinjauan di daerah tumpuan dan lapangan untuk masing-masing
momen lentur arah negatif dan positifnya. Momen positif digunakan untuk
mendesain tulangan tekan dan momen negatif untuk mendesain tulangan tariknya.
Besarnya nilai momen yang diperlukan untuk tahap desain tulangan balok
didapatkan dari program ETABS.
Mu (kNm)
Dimensi Balok
Bentang Ujung Interior Kanan Tengah Bentang Ujung Interior Kiri
Balok
(mm) M
+
M
-
M
+
M
+
M
-
b (mm) h (mm)
Kiri Kanan Ka dan Ki Kanan Kiri
500 850 8400 184.98 -648.36 514.16 184.98 -648.36
Balok 500 850 7200 185.79 -416.06 233.81 185.79 -416.06
Induk 500 850 5400 408.08 -513.60 349.90 408.08 -513.60
500 850 3700 477.96 -393.63 204.39 477.96 -393.63
300 550 8400 64.58 -215.76 114.18 64.58 -215.76
Balok Anak
250 450 7200 46.08 -103.22 65.37 46.08 -103.22
88
1. Menentukan data dan asumsi data yang diperlukan
Data yang diperlukan untuk mendesain tulangan lentur balok, sebagai berikut:
- Kuat Tekan Beton, 𝑓𝑐′ = 30 𝑀𝑃𝑎
- Kuat Leleh Baja, 𝑓𝑦 = 400 𝑀𝑃𝑎
- Modulus Elastisitas Baja, 𝐸𝑠 = 200000 𝑁/𝑚
- Faktor Reduksi Kuat Lentur, 𝜑 = 0,9
- Momen Desain:
Arah
Kondisi Lokasi Mu (Nmm)
Goyangan
-
1 Ujung Interior Kanan (M ) Kanan 184984900
-
2 Ujung Interior Kiri (M ) Kiri 184984900
3 Ujung Interior Kiri (M+) Kanan -648357900
+
4 Ujung Interior Kanan (M ) Kiri -648357900
5 Tengah Bentang (Bawah) Kanan dan Kiri 514159800
6 Tengah Bentang (Atas) Kanan dan Kiri 128539950
Asumsi data:
89
b. Menentukan nilai besar luas tulangan yang diperlukan, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
𝑀𝑢
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝜑𝑓𝑦 𝑗𝑑
648357900 𝑁𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
0,9 × 400 𝑀𝑃𝑎 × 656.45 𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 2690.56 𝑚𝑚2
c. Menentukan nilai 𝑎
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑓𝑦
𝑎=
0,85𝑓𝑐′ 𝑏
2690.56 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎
𝑎=
0,85 × 30 𝑀𝑃𝑎 × 500 𝑚𝑚
𝑎 = 84.41 𝑚𝑚
d. Menentukan momen lentur nominal, 𝜑𝑀𝑛
𝑎
𝜑𝑀𝑛 = 𝜑𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
84.41 𝑚𝑚
𝜑𝑀𝑛 = 0,9 × 2690.56 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × (787.50 𝑚𝑚 − )
2
𝜑𝑀𝑛 = 721894276.69 𝑁𝑚𝑚
e. Melakukan pengecekan luas tulangan perlu, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 terhadap luas
tulangan minimum, 𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛
Besar luas tulangan minimum yang diperlukan untuk penulangan balok
desain telah ditentukan pada subab 5.1.2 Persyaratan Tulangan Lentur,
untuk balok induk eksterior, luas tulangan minimum yang disyaratkan:
𝐴𝑠min 1 = 1344.49 𝑚𝑚 2
𝐴𝑠min 2 = 1374.63 𝑚𝑚 2
Dengan hasil tulangan perlu 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 2690.56 𝑚𝑚2 , didapat:
2690.56 𝑚𝑚2 > 1344.49 𝑚𝑚2 ∩ 2690.56 𝑚𝑚2 > 1374.63 𝑚𝑚 2
↔ 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡
𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚.
f. Menentukan jumlah tulangan terpasang
Luas satu buah tulangan terpasang, dengan diameter 25 mm, sebagai
berikut:
1 1
𝐴𝑠 = 𝜋𝐷2 = 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 = 490.87 𝑚𝑚 2
4 4
90
Jumlah tulangan terpasang, n ditentukan:
𝐴𝑠𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 2690.56 𝑚𝑚2
𝑛= = = 5.48 ≈ 6 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝐴𝑠 491.07 𝑚𝑚 2
g. Menentukan spasi antar tulangan longitudinal
Tulangan longitudinal dipasang sebanyak satu lapis, dengan penentuan
jarak atau spasi antar tulangannya, yaitu:
𝑏 − 2𝑐 − 2𝐷𝑠
𝑠=
𝑛−1
500 𝑚𝑚 − 2 × 40 𝑚𝑚 − 2 × 10 𝑚𝑚
𝑠= = 80 𝑚𝑚
6−1
h. Melakukan pengecekan spasi antar tulangan terhadap spasi minimum
Spasi minimum antar tulangan yang disyaratkan sebesar 25 mm, untuk:
80 𝑚𝑚 > 25 mm
↔ 𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚,
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 80 𝑚𝑚.
i. Melakukan pengecekan penampang terhadap tension-controlled
Pengecekan daerah yang menerima efek tarik, mensyaratkan balok dalam
kondisi under-reinforced jika:
𝑎 𝑎𝑡𝑐𝑙
<
𝑑𝑡 𝑑𝑡
perhitungannya:
𝑎 23.50 𝑚𝑚
= = 0.08
𝑑𝑡 787.50 𝑚𝑚
𝑎𝑡𝑐𝑙
= 0,375𝛽1 = 0,375 × 0.84 = 0.31
𝑑𝑡
0.08 < 0.31
↔ 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 − 𝑟𝑒𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒𝑑.
j. Penentuan konfigurasi pemasangan baja tulangan
Baja tulangan terpasang yang didesain untuk daerah tumpuan di bagian
atas, yaitu tulangan baja berdiameter 25 mm sebanyak 6 buah atau 6D25.
91
Untuk desain kondisi 2, besar momen dan kondisi penampangnya identik
dengan momen desain dan penampang pada kondisi 1 sehingga, penulanggnya
juga identik, yaitu 6D25.
92
d. Menentukan momen lentur nominal, 𝜑𝑀𝑛
46.99 𝑚𝑚
𝜑𝑀𝑛 = 0,9 × 1497.86 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × (787.50 𝑚𝑚 − )
2
= 411974015.27 𝑁𝑚𝑚
e. Melakukan pengecekan luas tulangan perlu, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 terhadap luas
tulangan minimum, 𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛
Besar luas tulangan minimum yang diperlukan untuk penulangan balok
desain telah ditentukan pada subab 5.1.2 Persyaratan Tulangan Lentur,
untuk balok induk eksterior, luas tulangan minimum yang disyaratkan:
𝐴𝑠min 1 = 1344.49 𝑚𝑚 2
𝐴𝑠min 2 = 1374.63 𝑚𝑚 2
Dengan hasil tulangan perlu 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 1497.86 𝑚𝑚2 , didapat:
1497.86 𝑚𝑚2 > 1344.49 𝑚𝑚2 ∩ 1497.86 𝑚𝑚2 > 1374.63 𝑚𝑚 2
↔ 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚.
93
i. Melakukan pengecekan penampang terhadap tension-controlled
𝑎 46.99 𝑚𝑚
= = 0.06
𝑑𝑡 787.50 𝑚𝑚
𝑎𝑡𝑐𝑙
= 0,375𝛽1 = 0,375 × 0.84 = 0.31
𝑑𝑡
0.06 < 0.31
↔ 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 − 𝑟𝑒𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒𝑑.
j. Penentuan konfigurasi pemasangan baja tulangan
Baja tulangan terpasang yang didesain untuk daerah tumpuan di bagian
bawah, yaitu tulangan baja berdiameter 25 mm sebanyak 3 buah atau
3D25.
94
Sehingga pendesainan tulangan lentur untuk bagian tengah bentang bagian
bawah menggunakan momen lentur positif terbesar asli pada tengah
bentangnya. Berikut tahap pendesaianannya:
a. Menentukan nilai 𝛽, 𝑑, 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑑
- 𝛽
30 − 28
𝛽 = 0,85 − 0,05 × = 0.84
7
- Tinggi Efektif Balok, 𝑑
25 𝑚𝑚
𝑑 = 850 𝑚𝑚 − 40 𝑚𝑚 − 10 𝑚𝑚 − = 787.50 𝑚𝑚
2
- 𝑗𝑑
𝑗𝑑 = 0.85 × 787.50 𝑚𝑚 = 669.38 𝑚𝑚
b. Menentukan nilai besar luas tulangan yang diperlukan, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
514159800 𝑁𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 2133.66 𝑚𝑚 2
0,9 × 400 𝑀𝑃𝑎 × 656.45 𝑚𝑚
c. Menentukan nilai 𝑎
2133.66 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎
𝑎= = 66.94 𝑚𝑚
0,85 × 30 𝑀𝑃𝑎 × 500 𝑚𝑚
d. Menentukan momen lentur nominal, 𝜑𝑀𝑛
66.94 𝑚𝑚
𝜑𝑀𝑛 = 0,9 × 2133.66 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × (787.50 𝑚𝑚 − )
2
= 579185510.70 𝑁𝑚𝑚
e. Melakukan pengecekan luas tulangan perlu, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 terhadap luas
tulangan minimum, 𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛
Besar luas tulangan minimum yang diperlukan untuk penulangan balok
desain telah ditentukan pada subab 5.1.2 Persyaratan Tulangan Lentur,
untuk balok induk, luas tulangan minimum yang disyaratkan:
𝐴𝑠min 1 = 1344.49 𝑚𝑚 2
𝐴𝑠min 2 = 1374.63 𝑚𝑚 2
Dengan hasil tulangan perlu 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 2133.66 𝑚𝑚2, didapat:
2133.66 𝑚𝑚2 > 1344.49 𝑚𝑚2 ∩ 2133.66 𝑚𝑚2 > 1374.63 𝑚𝑚 2
↔ 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚.
95
f. Menentukan jumlah tulangan terpasang
Luas satu buah tulangan terpasang, dengan diameter 25 mm, sebagai
berikut:
𝐴𝑠 = 491.07 𝑚𝑚2
Jumlah tulangan terpasang, n ditentukan:
2133.66 𝑚𝑚2
𝑛= = 4.35 ≈ 5 𝑏𝑢𝑎ℎ
491.07 𝑚𝑚2
g. Menentukan spasi antar tulangan longitudinal
Tulangan longitudinal dipasang sebanyak satu lapis, dengan penentuan
jarak atau spasi antar tulangannya, yaitu:
500 𝑚𝑚 − 2 × 40 𝑚𝑚 − 2 × 10 𝑚𝑚
𝑠= = 100 𝑚𝑚
5−1
h. Melakukan pengecekan spasi antar tulangan terhadap spasi minimum
Spasi minimum antar tulangan yang disyaratkan sebesar 25 mm, untuk:
100 𝑚𝑚 > 25 mm
↔ 𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚,
𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 100 𝑚𝑚.
i. Melakukan pengecekan penampang terhadap tension-controlled
𝑎 66.94 𝑚𝑚
= = 0.09
𝑑𝑡 787.50 𝑚𝑚
𝑎𝑡𝑐𝑙
= 0,375𝛽1 = 0,375 × 0.84 = 0.31
𝑑𝑡
0.09 < 0.31
↔ 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 − 𝑟𝑒𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒𝑑.
j. Penentuan konfigurasi pemasangan baja tulangan
Baja tulangan terpasang yang didesain untuk daerah lapangan di bagian
bawah, yaitu tulangan baja berdiameter 25 mm sebanyak 5 buah atau
5D25. Commented [RS57]: Spasi dirapiin ya
96
maupun negatif absolut dari momen pada daerah tumpuan. Dalam hal ini,
momen desain yang digunakan:
𝜑𝑀𝑛−𝑚𝑎𝑥 = 721894276.69 𝑁𝑚𝑚
1
𝜑𝑀𝑛−𝑚𝑎𝑥 = 180473569.17 𝑁𝑚𝑚
4
𝑀𝑢−𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = 180473569.17 𝑁𝑚𝑚
Berikut tahap pendesaianannya:
a. Menentukan nilai 𝛽, 𝑑, 𝑑𝑎𝑛 𝑗𝑑
- 𝛽
30 − 28
𝛽 = 0,85 − 0,05 × = 0.84
7
- Tinggi Efektif Balok, 𝑑
25 𝑚𝑚
𝑑 = 850 𝑚𝑚 − 40 𝑚𝑚 − 10 𝑚𝑚 − = 787.50 𝑚𝑚
2
- 𝑗𝑑
𝑗𝑑 = 0.85 × 787.50 𝑚𝑚 = 669.38 𝑚𝑚
b. Menentukan nilai besar luas tulangan yang diperlukan, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
180473569.17 𝑁𝑚𝑚
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 748.93 𝑚𝑚2
0,9 × 400 𝑀𝑃𝑎 × 656.45 𝑚𝑚
c. Menentukan nilai 𝑎
748.93 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎
𝑎= = 23.50 𝑚𝑚
0,85 × 30 𝑀𝑃𝑎 × 500 𝑚𝑚
d. Menentukan momen lentur nominal, 𝜑𝑀𝑛
23.50 𝑚𝑚
𝜑𝑀𝑛 = 0,9 × 748.93 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × (787.50 𝑚𝑚 − )
2
= 209154426.86 𝑁𝑚𝑚
e. Melakukan pengecekan luas tulangan perlu, 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 terhadap luas
tulangan minimum, 𝐴𝑠𝑚𝑖𝑛
Besar luas tulangan minimum yang diperlukan untuk penulangan balok
desain telah ditentukan pada subab 5.1.2 Persyaratan Tulangan Lentur,
untuk balok induk, luas tulangan minimum yang disyaratkan:
𝐴𝑠min 1 = 1344.49 𝑚𝑚 2
𝐴𝑠min 2 = 1374.63 𝑚𝑚 2
Dengan hasil tulangan perlu 𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 748.93 𝑚𝑚 2, didapat:
97
748.93 𝑚𝑚2 < 1344.49 𝑚𝑚2 ∩ 748.93 𝑚𝑚 2 < 1374.63 𝑚𝑚2
↔ 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚.
98
Pengecekan rasio tulangan minimum dilakukan untuk setiap segmen
penampang di bagian perubahan tulangan lenturnya, yaitu bagian tumpuan dan
lapangan. Oleh karena tumpuan kanan dan kiri sama, maka perhitungan rasio
tulangan pada tumpuan cukup dilakukan sekali saja. Contoh perhitungan rasio
tulangan untuk balok induk bentang 8400 mm, sebagai berikut:
1. Tumpuan
Tulangan terpasang pada daerah tumpuan, yaitu:
1
- Tumpuan atas : 6D25, 𝐴𝑠 = 6 ( 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 ) =
4
2
2945.24 𝑚𝑚
1
- Tumpuan bawah : 4D25, 𝐴𝑠 = 4 ( 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 ) =
4
1963.50 𝑚𝑚2
Rasio tulangan perlu, sebagai berikut:
𝐴𝑠 2945.24 𝑚𝑚2 + 1963.50 𝑚𝑚2
𝜌 = = = 0.012
𝑏𝑤 𝑑 500 𝑚𝑚 × 787.50 𝑚𝑚
Besar 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang diijinkan,
↔ 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 1 = 0.025
0,85𝑓𝑐′ 600
↔ 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = 𝜌𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 = 𝛽1 ( )
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 30 𝑀𝑃𝑎 600
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = 0.84 ( )
400 𝑀𝑃𝑎 600 + 400
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = 0.032
Sehingga:
0.012 < 0.025 ∩ 0.012 < 0.032
↔ 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛
𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚.
2. Lapangan
Tulangan terpasang pada daerah lapangan, yaitu:
1
- Lapangan atas : 5D25, 𝐴𝑠 = 5 (4 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 ) =
2454.37 𝑚𝑚2
1
- Lapangan bawah : 3D25, 𝐴𝑠 = 3 ( 𝜋 × (25 𝑚𝑚)2 ) =
4
1472.62 𝑚𝑚2
99
Rasio tulangan perlu, sebagai berikut:
𝐴𝑠 2454.37 𝑚𝑚 2 + 1472.62 𝑚𝑚2
𝜌 = = = 0.01
𝑏𝑤 𝑑 500 𝑚𝑚 × 787.50 𝑚𝑚
Besar 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 yang diijinkan,
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 1 = 0.025
𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 2 = 0.032
Sehingga:
0.01 < 0.025 ∩ 0.01 < 0.032
↔ 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚.
Tahap desain tulangan lentur dan perhitungannya yang serupa juga dilakukan
pada seluruh tipe balok yang akan didesain, hasil perhitungannya sebagai berikut:
Mu (Nmm)
Dimensi Balok
Bentang Ujung Interior
Balok Momen Pakai
(mm) -
1/2φMn max
b (mm) h (mm) +
M (Nmm) (Nmm)
(Absolut) (Nmm)
500 850 8400 184984900 360947138 360947138
500 850 7200 185786400 236323846 236323846
Balok Induk
500 850 5400 408083500 289289014 408083500
500 850 3700 477958300 224015109 477958300
300 550 8400 64581800 117074901 117074901
Balok Anak
250 450 7200 46083700 56436869 56436869
100
I. Balok Induk Bentang 8400 mm
101
II. Balok Induk Bentang 7200 mm
102
III. Balok Induk Bentang 5400 mm
103
IV. Balok Induk Bentang 3700 mm
104
V. Balok Anak 550/300 Bentang 8400 mm
105
VI. Balok Anak 450/250 Bentang 7200 mm
106
Hasil pengecekan rasio tulangan pada seluruh desain balok, sebagai berikut:
Tabel V. 16 Pengecekan Rasio Tulangan Balok Tabel V. 18 Pengecekan Rasio Tulangan Balok Tabel V. 20 Pengecekan Rasio Tulangan Balok
Induk 8400 Induk 7200 Induk 5400
Balok Induk 8400 Balok Induk 7200 Balok Induk 5400 Commented [RS61]: Kalau kayak gini lebih baik dimasukan
Cek Rasio Tulangan Cek Rasio Tulangan Cek Rasio Tulangan lampiran jadi yang dimasukan laporan cukup rekapitulasinya
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang
Atas 6D25 Atas 3D25 Atas 4D25 Atas 3D25 Atas 5D25 Atas 3D25
Bawah 4D25 Bawah 5D25 Bawah 3D25 Bawah 3D25 Bawah 4D25 Bawah 3D25
As mm2 4908.74 As mm2 3926.99 As mm2 3436.12 As mm2 2945.24 As mm2 4417.86 As mm2 2945.24
ρ 0.012 ρ 0.010 ρ 0.009 ρ 0.007 ρ 0.011 ρ 0.007
ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032
Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK
Tabel V. 17 Pengecekan Rasio Tulangan Balok Tabel V. 19 Pengecekan Rasio Tulangan Balok Tabel V. 21 Pengecekan Rasio Tulangan Balok
Induk 3700 Anak 550/300 Anak 450/250
Balok Induk 3700 Balok Anak 550/300 Balok Anak 450/250
Cek Rasio Tulangan Cek Rasio Tulangan Cek Rasio Tulangan
Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang Tulangan Terpasang
Atas 4D25 Atas 3D25 Atas 3D25 Atas 2D25 Atas 2D25 Atas 2D25
Bawah 5D25 Bawah 3D25 Bawah 2D25 Bawah 2D25 Bawah 2D25 Bawah 2D25
As mm2 4417.86 As mm2 2945.24 As mm2 2454.37 As mm2 1963.50 As mm2 1963.50 As mm2 1963.50
ρ 0.011 ρ 0.007 ρ 0.017 ρ 0.013 ρ 0.020 ρ 0.020
ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032 ρb 0.032
Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK Cek ρ OK
107
B. Desain Tulangan Geser (Sengkang)
Kombinasi tegangan geser yang terjadi dan tegangan normal akbita lentur
pada elemen balok menghasilkan tegangan-tegangan utama dengan orientasi
tertentu. Orientasi ini akan menyebabkan balok memiliki pola retak miring. Retak
miring dapat melebar dengan arah bukaan tegak lurus terhadap bidang retaknya
seiring meningkatnya beban.
𝑎𝑝𝑟−1
𝑀𝑝𝑟−1 = 1,25𝐴𝑠𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
𝑀𝑝𝑟−1 = 1,25 × 2690.56 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎
105.51 𝑚𝑚
× (787.50 𝑚𝑚 − ) = 988436591.48 𝑁𝑚𝑚
2
- Kondisi 3 (Momen ujung positif)
1,25 × 1497.86 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎
𝑎𝑝𝑟−3 = = 58.74 𝑚𝑚
0,85 × 30 𝑀𝑃𝑎 × 500 𝑚𝑚
108
𝑀𝑝𝑟−3 = 1,25 × 1497.86 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎
58.74 𝑚𝑚
× (787.50 𝑚𝑚 − ) = 567786938.95 𝑁𝑚𝑚
2
2. Menentukan reaksi geser di ujung kanan dan kiri balok akibat gaya
gravitasi yang bekerja pada struktur
Pada balok induk bentang 8400 mm yang menjadi acuan desain, diketahui
triburaty area-nya, sebagai berikut:
Luas dari triburaty area yang terhitung dengan bantuan program AutoCAD,
sebagai berikut:
𝐴 = 17748002.60 𝑚𝑚2
Beban mati (Dead Load, DL) yang bekerja pelat dan diterima balok acuan:
𝑘𝑔 𝑁
𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 = 2400 = 0.000023544
𝑚3 𝑚𝑚3
𝐷𝐿𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 × 𝑏 × ℎ
109
𝑁 𝑁
𝐷𝐿𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 0.000023544 3
× 500 𝑚𝑚 × 850 𝑚𝑚 = 10
𝑚𝑚 𝑚𝑚
𝑡𝑠 𝐴
𝐷𝐿𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 ×
𝑙𝑛
𝑁 200 𝑚𝑚 × 7748002.60 𝑚𝑚2 𝑁
𝐷𝐿𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 = 0.000023544 × = 0.05
𝑚𝑚3 8400 𝑚𝑚 𝑚𝑚
Beban mati tambahan (Super Imposed Dead Load, SIDL) yang bekerja pada
balok acuan:
𝐴
𝑆𝐼𝐷𝐿 = 𝑆𝐼𝐷𝐿𝑑𝑖𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 + 𝑆𝐼𝐷𝐿𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 ×
𝑙𝑛
𝑁 𝑁 7748002.60 𝑚𝑚 2 𝑁
𝑆𝐼𝐷𝐿 = 2,5 + 2,5 2
× = 7.78
𝑚𝑚 𝑚𝑚 8400 𝑚𝑚 𝑚𝑚
Beban hidup (Live Load, LL) yang bekerja pelat dan siterima oleh balok
acuan:
𝐴
𝐿𝐿 = 𝐿𝐿𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦 ×
𝑙𝑛
𝑘𝑁
↔ 𝐿𝐿𝑠𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛: 7,18
𝑚2
𝑁 7748002.60 𝑚𝑚2 𝑁
𝐿𝐿 = 0.00718 2
× = 15.17
𝑚𝑚 8400 𝑚𝑚 𝑚𝑚
Beban gravitasi ultimate yang diterima oleh balok acuan:
𝑊𝑢 = 1,2𝐷𝐿 + 1,0𝐿𝐿
𝑁 𝑁 𝑁 𝑁
𝑊𝑢 = 1,2 × (10 + 0.05 + 7.78 ) + 1,0 × 15.17
𝑚𝑚 𝑚𝑚 𝑚𝑚 𝑚𝑚
𝑁
𝑊𝑢 = 36.58
𝑚𝑚
Reaksi gaya geser akibat beban gravitasinya:
𝑊𝑢 𝑙𝑛
𝑉𝑔 =
2
𝑁
36.58 × 8400 𝑚𝑚
𝑉𝑔 = 𝑚𝑚 = 153619.30 𝑁
2
110
𝑀𝑝𝑟−1 + 𝑀𝑝𝑟−3
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦−𝑘𝑎 =
𝑙𝑛
988436591.48 𝑁𝑚𝑚 + 567786938.95 𝑁𝑚𝑚
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦−𝑘𝑎 =
8400 𝑚𝑚
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦−𝑘𝑎 = 185264.71 𝑁
111
- Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa kurang
dari Agfc’/20.
𝑃=0
𝐴𝑔 𝑓𝑐′
= 637500 𝑁
20
185264.71 𝑁 > 169442 𝑁 ∩ 185264.71 𝑁 > 15822.70 𝑁
∩ 0 < 637500 𝑁
↔ 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟,
𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑉𝑐 = 0
b. Menentukan besarnya gaya geser yang ditahan tulangan
𝑉𝑢
𝑉𝑠 = − 𝑉𝑐
𝜑
338884 𝑁
𝑉𝑠 = − 0 = 451845.34 𝑁
0,75
c. Melakukan pengecekan gaya geser tulangan terhadap gaya gere yang
diijinkan
Berdasarkan Pasal 11 SNI 2847-2013, gaya geser maksimum yang dapat
ditahan tulangan geser:
2√𝑓𝑐 ′
𝑉𝑠−𝑚𝑎𝑥 = 𝑏𝑤 𝑑
3
2√30 𝑀𝑃𝑎
𝑉𝑠−𝑚𝑎𝑥 = × 500 𝑚𝑚 × 787.50 𝑚𝑚 = 1437771.71 𝑁
3
451845.34 𝑁 < 1437771.71 𝑁
↔ 𝑆𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
d. Menentukan spasi tulangan geser
112
Untuk tulangan geser yang direncanakan berupa tulangan geser Sengkang
dua kaki dengan diameter tulangan 100 mm, maka:
1 1
𝐴𝑣 = 2 ( 𝜋𝐷2 ) = 2 ( 𝜋 × (10 𝑚𝑚)2) = 157.14 𝑚𝑚2
4 4
𝐴𝑣 𝑓𝑦 𝑑
𝑠=
𝑉𝑠
157.14 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × 787.50 𝑚𝑚
𝑠= = 69.56 𝑚𝑚 ≈ 60 𝑚𝑚
451845.34 𝑁
e. Melakukan pengecekan spasi tulangan geser terhadap spasi tulangan geser
maksimum
𝑑
𝑠𝑚𝑎𝑥 =
2
787.50 𝑚𝑚
𝑠𝑚𝑎𝑥 = = 392.75 𝑚𝑚
2
60 𝑚𝑚 < 392.75 𝑚𝑚
↔ 𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑒𝑠𝑒𝑟
787.50 𝑚𝑚
𝑠𝑚𝑎𝑥 = = 392.75 𝑚𝑚 ≈ 350 𝑚𝑚
2
113
𝑁
𝑉𝑢𝑝 = 338884 𝑁 − 2 × 850 𝑚𝑚 × 36.58 = 276704.76 𝑁
𝑚𝑚
b. Menentukan nilai Vc dan Vs
Kontribusi Vc, pada zona sendi plastis:
√𝑓𝑐 ′
𝑉𝑐 = 𝑏 𝑑
6 𝑤
√30 𝑀𝑃𝑎
𝑉𝑐 = × 500 𝑚𝑚 × 787.50 𝑚𝑚 = 359442.93 𝑁
6
𝑉𝑢
𝑉𝑠 = − 𝑉𝑐
𝜑
276704.76 𝑁
𝑉𝑠 = − 359442.93 𝑁 = 9496.76 𝑁
0,75
c. Menentukan jarak antar sengkang
Untuk tulangan geser yang direncanakan berupa tulangan geser Sengkang dua
kaki dengan diameter tulangan 100 mm, maka:
𝐴𝑣 = 157.14 𝑚𝑚2
𝐴𝑣 𝑓𝑦 𝑑
𝑠=
𝑉𝑠
157.14 𝑚𝑚 2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × 787.50 𝑚𝑚
𝑠= = 5212.306005 𝑚𝑚
9496.76 𝑁
Jenis sengkang yang diapakai pada zona sendi plastis yaitu hoops (sengkang
tertutup) di sepanjang 2ℎ = 2 × 850 𝑚𝑚 = 1700 𝑚𝑚 dan jarak antar
sengkang yang dipakai yaitu 150 mm.
114
Dengan cara dan tahapan yang serupa, maka desain tulangan geser untuk
seluruh balok desain, didapat sebagai berikut:
115
Tabel V. 24 Desain Tulangan Geser Ujung Zona Sendi Plastis
116
Tabel V. 25 Lap Splicing Balok Desain
D. Cut-Off Points
Cut-Off Poins merupakan penentuan titik-titik lokasi dimana tulangan
dapat dipotong karena fungsi kerja sudah tidak dibutuhkan lagi pada daerah
setelah potongan. Namun, tulangan minimal sebanyak dua buah tetap harus
disediakan sepanjang bentang balok. Berikut tahapan penentuan cut-off points
dengan contoh perhitungan pada desain balok bentang 8400 mm:
a. Tulangan negatif di muka kolom kanan = kiri (tumpuan)
Jarak titik lokasi cut-off points dari muka kolom untuk tulangan negatif
pada daerah tumpuan kanan sama dengan kondisi untuk tumpuan bagian
kiri karena balok mengalami momen yang simetri.
Jumlah tulangan terpasang pada tumpuan atas maupun kiri yaitu 6D25.
Dua buah tulangan D25 akan dipasang menerus sepanjang bentang balok,
maka terdapat empat tulangan yang dipotong. Luas tulangan sisa:
1
𝐴𝑠𝑠𝑖𝑠𝑎 = 2 × 𝜋(25 𝑚𝑚)2 = 981.75 𝑚𝑚2
4
Maka momen lentur nominal rencana yang diterima oleh tulangan
longitudinal sisa, yaitu:
𝑎
𝜑𝑀𝑛 = 0.9𝐴𝑠𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
84.41 𝑚𝑚
𝜑𝑀𝑛 = 0.9 × 981.75 𝑚𝑚2 × 400 𝑀𝑃𝑎 × (787.50 𝑚𝑚 − )
2
= 263409039.70 𝑁𝑚𝑚
Penentuan lokasi pemotongan tulangan (merupakan lokasi penampang
dengan momen negatif rencana sebesar 𝜑𝑀𝑛 = 263409039.70 𝑁𝑚𝑚)
dari masing-masing muka kolom, pembebanan dan gaya dalam
diilustrasikan, sebagai berikut:
117
Gambar V. 2 Ilustrasi Cut-Off Points
1
36.58𝑥 ( 𝑥) − 338884𝑥 + (988436591.48 − 263409039.70) = 0
2
Didapatkan jarak cut-off points dari masing-masing muka kolom, yaitu
𝑥 = 2468.22 𝑚𝑚
𝑓𝑦 𝜓𝑡 𝜓𝑒
↔ 𝑙𝑑−25 = 𝑑𝑏
1,7𝜆√𝑓𝑐 ′
↔ 𝑙𝑑 = 𝑥 + 𝑑
118
↔ 𝑙𝑑 = 𝑥 + (12𝑑𝑏 )
𝑙𝑑 = 2468.22 𝑚𝑚 + 12 × 25 𝑚𝑚 = 2768.22 𝑚𝑚
𝑙𝑛
↔ 𝑙𝑑 = 𝑥 +
16
8400 𝑚𝑚
𝑙𝑑 = 2468.22 𝑚𝑚 + = 2993.22 𝑚𝑚
16
𝑙𝑑 = 3255.72 𝑚𝑚 ≈ 3260 𝑚𝑚
119
d. Tulangan negatif di tengah bentang
Tulangan negatif di tengah bentang memiliki konfigurasi 3D25, tulangan
yang disisakan sebanyak dua buah untuk dipasang menerus, sedangkan
dipotong sebanyak satu buah, panjang pemotongan tulangan negatif di
lapangan diasumsikan sama sepanjang potongan tulangan positif
lapangannya, yaitu:
𝑙𝑏− = 𝑙𝑏+ = 2480 𝑚𝑚
Balok Anak Balok Anak Commented [RS66]: Ukuran Tabel di excel disesuaikan agar
Besaran Balok Induk
550/300 450/250 tabel dapat dilihat
Bentang 8400 7200 5400 3700 8400 7200 Commented [RDC67R66]: done
Data Satuan Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
Tulangan Negatif di Muka Kolom Interior
Tulangan Terpasang
a 84.41 54.17 66.87 51.25 75.63 54.62
D mm 25 25 25 25 25 25
n buah 6 4 5 4 3 2
sisa buah 2 2 2 2 2 2
As-sisa mm2 981.75 981.75 981.75 981.75 981.75 981.75
φMn Nmm 263409039.70 268753408.69 266509448.45 269269347.46 158932222.99 127301969.95
Cut Off Points
a N/mm 18.29 13.72 12.37 11.94 13.10 18.22
b N -345010.93 -261779.70 -332241.18 -411595.93 -169530.72 -164748.47
c N 725027551.78 381856553.54 528164211.64 347762812.84 159439205.46 26495614.53
x1 mm 16456.31 17482.61 25159.29 33604.19 11918.61 8877.51
x2 mm 2409.10 1591.48 1696.92 866.70 1021.04 163.79
lmin mm 3196.60 2378.98 2484.42 1654.20 1508.54 551.29
lmin mm 2709.10 1891.48 1996.92 1166.70 1321.04 463.79
lmin mm 1396.16 1396.16 1396.16 1396.16 1396.16 1396.16
lmin mm 2934.10 2041.48 2034.42 1097.95 1546.04 613.79
ld mm 3200 2380 2490 1660 1550 1400
Tulangan Positif Lapangan
Panjang Tulangan mm 2600 3040 1020 980 5900 5000
Tulangan Positif Tumpuan
Panjang Tulangan mm 3200 2380 2490 1660 1550 1400
Tulangan Negatif Lapangan
Panjang Tulangan mm 2600 3040 1020 980 5900 5000
120
5.2 Kolom
8.10.1 Kolom harus dirancang untuk menahan gaya aksial dari beban terfaktor
pada semua lantai atau atap dan momen maksimum dari beban terfaktor pada satu
bentang lantai atau atap bersebelahan yang ditinjau. Kondisi pembebanan yang
memberikan rasio momen maksimum terhadap beban aksial harus juga ditinjau.
8.10.4 Tahanan terhadap momen pada setiap tingkat lantai atau atap harus
disediakan dengan mendistribusikan momen di antara kolom-kolom langsung di
atas dan di bawah lantai ditetapkan dalam proporsi terhadap kekakuan kolom
relatif dan kondisi kekangan. Didapat empat ukuran dimensi untuk satu tiang
kolom, yaitu Commented [RS68]: Jangan bilang preliminary design,
langsung aja hasil desain yang digunakan
Commented [RDC69R68]: done
1. 1400mm × 1400mm untuk Story 1 sampai Story 4
2. 1200mm × 1200mm untuk Story 5 sampai Story 8
3. 1000mm × 1000mm untuk Story 9 sampai Story 12
4. 800mm × 800mm untuk Story 13 sampai Story 16
Dari preliminary design, data besar gaya- gaya dalam pada kolom bisa
didapatkan dari keluaran software CSI ETABS. Langkah pengeluaran gaya dalam,
sebagai berikut:
121
2. Memunculkan jendela show table > result > frame results > column
forces.
3. Kemudian akan muncul tabel hasil gaya dalam setiap Story berupa: gaya
aksial (P), momen terhadap sumbu X (M2), momen terhadap sumbu Y
(M3), beserta station tempat gaya itu bekerja.
4. Memilih kombinasi beban yang terbesar yang terjadi pada bangunan.
Menggunakan kombinasi beban Envelope Max
5. Memilih kolom yang menerima beban aksial terbesar dan beban momen
terbesar. Maka, dipilih kolom dengan nama kolom C2 dan C8 karena
kedua kolom tersebut menerima secara berurutan menerima gaya momen
dan aksial terbesar dibanding kolom yang lain.
6. Kolom C2 dan C8 adalah kolom yang harus didesain tulangannya. Berikut
adalah tabel gaya-gaya dalam kolom C2, dan C8.
P dipilih M dipilih
Kolom 0,1AgFc Ket
Max Min Max Min
1 3730,57 -14595,00 1269,81 -1116,96 6860 kolom
2 3017,47 -13567,16 1067,63 -821,88 6860 kolom
3 2384,95 -12545,83 859,94 -665,00 6860 kolom
4 1945,97 -11479,79 781,43 -596,51 6860 kolom
5 1611,92 -10418,22 547,01 -441,55 5040 kolom
6 1361,62 -9415,94 530,68 -466,38 5040 kolom
7 1176,15 -8419,95 495,58 -419,47 5040 kolom
8 1056,58 -7430,24 538,40 -444,02 5040 kolom
9 924,51 -6214,48 481,07 -418,59 3500 kolom
10 795,79 -5101,23 512,22 -470,02 3500 kolom
11 658,44 -4327,78 348,65 -323,75 3500 kolom
12 581,07 -3558,77 396,52 -354,79 3500 kolom
13 503,05 -2791,75 265,13 -233,96 2240 kolom
14 466,08 -2063,37 351,00 -304,59 2240 balok
15 399,30 -1365,42 304,73 -260,62 2240 balok
16 211,58 -693,41 366,75 -300,19 2240 balok
122
1. Dimensi 1400 mm × 1400 mm berdasarkan gaya luar yang didapat oleh
kolom story 1, mewakili story 1 sampai 4.
2. Dimensi 1200 mm × 1200 mm berdasarkan gaya luar yang didapat oleh
kolom story 5, mewakili story 5 sampai 8.
3. Dimensi 1000 mm × 1000 mm berdasarkan gaya luar yang didapat oleh
kolom story 9, mewakili story 9 sampai 12.
4. Dimensi 800 mm × 800 mm berdasarkan gaya luar yang didapat oleh
kolom story 13 untuk beban aksial dan kolom story 16 untuk beban
momen, mewakili story 13 sampai 16.
21.6.1 Persyaratan dari subpasal ini berlaku untuk komponen struktur rangka
momen khusus yang membentuk bagian sistem penahan gaya gempa dan yang
menahan gaya tekan aksial terfaktor Pu akibat sebarang kombinasi beban yang
melebihi 0,1Agfc’. Komponen struktur rangka ini harus juga memenuhi kondisi-
kondisi dari 21.6.1.1 dan 21.6.1.2.
21.6.1.1 Dimensi penampang terpendek, diukur pada garis lurus yang melalui
pusat geometri, tidak boleh kurang dari 300 mm.
= 6860𝑘𝑁
123
0,1 𝑓𝑐 𝐴𝑔 = 0,1 × 35000 𝑘𝑃𝑎 × 1,22𝑚2
= 5040𝑘𝑁
= 3500k𝑁
4. Dimensi 800mm x 800mm berdasarkan gaya luar yang didapat oleh kolom
story 13.
= 2240𝑘𝑁
Berdasarkan syarat 21.6.1.1 dan 21.6.1.2 diatas, maka periksa tiap dimensi
kolom:
1. Dimensi 1400 mm x 1400 mm lolos syarat karena kedua sisi lebih besar
dari 300 mm dan perbandingan sisi-sisinya adalah 1, lebih besar dari 0,4.
2. Dimensi 1200 mm x 1200 mm lolos syarat karena kedua sisi lebih besar
dari 300 mm dan perbandingan sisi-sisinya adalah 1, lebih besar dari 0,4.
3. Dimensi 1000 mm x 1000 mm lolos syarat karena kedua sisi lebih besar
dari 300 mm dan perbandingan sisi-sisinya adalah 1, lebih besar dari 0,4.
4. Dimensi 800 mm x 800 mm lolos syarat karena kedua sisi lebih besar dari
300 mm dan perbandingan sisi-sisinya adalah 1, lebih besar dari 0,4.
Syarat- syarat lain yang harus dipenuhi berdasarkan SNI 2847 tahun 2013 adalah
sebagai berikut
124
21.6.3.1 Luas tulangan memanjang, Ast, tidak boleh kurang dari 0,01Ag atau
lebih dari 0,06Ag.
21.6.3.2 Pada kolom dengan sengkang tertutup bulat, jumlah batang tulangan
longitudinal minimum harus 6.
𝑘𝑙
≤ 22
𝑟
• Selimut beton untuk kolom pasal 7.7.1 poin c : Beton yang tidak berhubungan
dengan cuaca atau berhubungan dengan tanah untuk balok dan kolom,
tulangan utama, pengikat, sengkang, dan spiral, batas selimut beton tidak
boleh kurang dari 40mm.
• Kekuatan lentur minimum kolom pasal 21.6.2.2 : Kekuatan lentur kolom
harus memenuhi Persamaan berikut ini
Dimana:
125
5.2.3 Desain Tulangan Lentur Kolom dengan PCA Column
Setelah mengetahui syarat- syarat dari SNI 2847 tahun 2013 mengenai
desain tulangan kolom, maka desain tulangan bisa dilakukan. Desain tulangan
kolom menggunakan software PCA Column, yaitu software khusus mendesain
dan menganalisis jumlah tulangan lentur pada kolom. Berikut adalah langkah dan
contoh pengerjaan untuk dimensi kolom 1400mmx1400mm.
1. Buka software PCA Column dan mulai project baru, File > New
2. Masukan data umum, klik input > general information. Masukan data labels
sesuai dengan project yang diinginkan. Pilih unit metric, design code ACI
318-02, run X- Axis, dan run option adalah design. Untuk slenderness,
ceterlebih dahulu menurut SNI pasal 10.10.1
126
3. Masukan properti material, klik input > material properties. Masukan data
properti baja dan beton. Baja memiliki yield strength 400 MPa, dan Beton
memiliki yield strength 35 MPa.
4. Masukan geometri penampang kolom, klik input > section > rectangular.
Masukan ukuran lebar dan tinggi penampang kolom. Untuk story 1 sampai
story 4 masukan ukuran 1400mm.
5. Definisikan penulangan, klik input > Reinforcement > all sides equal. Jumlah
tulangan minimum berdasarkan SNI 2847 tahun 2013 pasal 21.6.3.2 tulangan
minimum harus 6, maka dipilih tulangan 8 karena harus kelipatan 4. Ukuran
bar dipilih antara size #6 (D10) sampaisize #10 (D32). Tebal selimut bersih
dipilih 40 mm dari lapisan terluar ke tulangan transversal, berdasarkan SN
2847 pasal 7.7.1 poin (c).
127
6. Definisikan beban, klik input > loads > factored. Masukan beban hasil
perhitungan software CSI ETabs. Beban yang dipilih adalah beban yang
diterima kolom C8 story 1. Masukan juga beban tarik maksimum yang
diterima kolom, untuk mengecek daerah tarik kolom apakah masih masuk
dalam diagram interaksi atau tidak. Gunakan tanda minus untuk menandakan
bahwa input gaya berupa gaya tarik.
7. Eksekusi untuk mendapatkan hasil, klik tombol ‘F5’. Hasil yang didapatkan
adalah sebagai di bawah.
8. Cek hasil penulangan oleh software, berdasarkan SNI 2847 pasal 21.6.3.1.
Untuk perhitungan dimensi kolom 1400mmx1400mm, penulangan 24
tulangan ukuran #10 memenuhi syarat.
128
Berikut adalah gambar konfigurasi dan kesimpulan analisisnya
129
2. Dimensi 1000mm × 1000mm
130
5.2.5 Pengecekan Kapasitas Lentur Kolom
Kapasitas kolom dicek menurut SNI 2847 Pasal 21.6.2. Dari perhitungan
dengan aplikasi PCA Column dan analisis balok pada kolom, didapat kesimpulan
sebagai berikut
Balok φMn Mp
L=8,4 m 790,227 1317,045
L=7,2 m 472,648 787,746
131
kapasitas saat keadaan kolom terkena beban aksial. Maka masukan beban
setiap lantai seperti berikut.
132
Dapat dilihat bahwa hasil perhitungan software pca-column memberikan
hasil berbeda dari kebutuhan awal. Maka, untuk kolom dimensi 1000mm
beri 16 tulangan D32 (#10). Juga syarat SNI pasal 21.6.2 terpenuhi.
c. Kolom 1200x1200, diagram interaksi dengan rasio tulangan 1,14% adalah
sebagai berikut.
133
Dilihat bahwa semua beban, khususnya titik 3 dengan momen kapasitas
balok, didalam diagram interaksi. Hal ini menandakan kolom tidak gagal
(leleh) saat sendi plastis balok terjadi. Juga syarat SNI pasal 21.6.2
terpenuhi.
Kesimpulannya adalah
Berikut adalah syarat yang harus dipenuhi, berdasarkan SNI 2847 pasal
21.6.4 mengenai tulangan transversal dipasang sepanjang panjang Lo dari setiap
muka joint dan pada kedua sisi sebarang penampang dimana pelelehan lentur
sepertinya terjadi sebagai akibat dari perpindahan lateral inelastis rangka. Panjang
Lo tidak boleh kurang dari yang terbesar dari (a), (b), dan (c):
a. Tinggi komponen struktur pada muka joint atau pada penampang dimana
pelelehan
(a) lentur sepertinya terjadi;
(b) Seperenam bentang bersih komponen struktur; dan
134
(c) 450 mm.
21.6.4.4 poin (b): Luas penampang total tulangan sengkang persegi, Ash,
tidak boleh kurang dari yang disyaratkan oleh Pers. (21-4) dan (21-5)
135
sengkang kaki 4 dan 5 kaki, dimensi 1200mm menggunakan sengkang kaki 6, dan
1400mm menggunakan sengkang kaki 7. Maka, data didapat sebagai berikut:
Maka, dari spasi maksimal untuk sepanjang lo, ditentukan spasi desain
atau spasi pakai. Untuk desain, Ash minimal didapat dari rumus yang ada di SNI
2847 pasal 21.6.4.4, lalu gunakan luas tulangan transversal (Ash) pakai atau
desain, dengan spasi desain sebagai berikut:
Jadi, untuk sengkang kolom, gunakan tulangan D16. Juga, sengkang kaki
4 untuk dimensi kolom 800mm, sengkang kaki 5 untuk kolom 1000mm, sengkang
kaki 6 untuk kolom 1200mm dan sengkang kaki 7 untuk kolom 1400mm. Spasi
antar sengkang untuk daerah sepanjang 850mm bagian atas join dan bawah join
adalah 130mm untuk dimensi kolom 800mm, 130mm untuk dimensi kolom
1000mm, dan 130mm untuk dimensi kolom 1200mm dan 1400mm.
5.3 Joint
Joint merupakan titik pertemuan antara balok dan kolom. Daerah ini perlu
dilakukan detailing dengan baik dan benar untuk menghindari terjadinya lokasi
pembentukan sendi plastis di daerah joint. Pembentukan sendi plastis di daerah
joint dapat sangat berbahaya terutama apabila terjadi sebelum kegagalan balok
maupun kolom yang dapat menyebabkan bangunan dapat collapse. Oleh karena
itu dalam bangunan rencana ini, pendesaianan detailing joint dilakukan sebagai
berikut:
136
1. Pengecekan Dimensi Kolom
Dalam persyaratan bangunan beton bertulang untuk penggunaan beton
normal, diameter tulangan lentur balok harus dibatasi sehingga dimensi
tumpuan (kolom) pararel terhadap tulangan sekurang-kurangnya 20db.
Sehingga dimensi penampang tiap sisi kolom dibatasi untuk tidak melebihi
20db. Untuk diameter tulangan lentur terkecil balok yang digunakan sebesar
25 mm dan dimensi kolom terkecil 800 mm × 800 mm. Sehingga
pengecekannya:
db min (mm) 25
20db min (mm) 500
Dimensi Kolom Min. (mm) 800
Cek Dimensi OK
2 Spasi Pakai
Dimensi Kolom Ash (mm ) (mm)
Kolom 800/800 1061.86 120
Kolom 1000/1000 1061.86 100
Kolom 1200/1200 1327.32 110
Kolom 1400/1400 1592.79 110
137
Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm. Sehingga:
𝑚𝑚 2
𝐴𝑠ℎ𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑚𝑖𝑛 = 4.42 × 150𝑚𝑚 = 663.66 𝑚𝑚 2
𝑚𝑚
Jika pemasangan confinement pada joint digunakan baja tulangan berdiameter
16 mm, maka:
𝜋
𝐴𝑠 = (16 𝑚𝑚)2 × = 201.14 𝑚𝑚2
4
Sehingga, untuk pemasangan confinement pada joint di lantai 13-16
dibutuhkan:
𝐴𝑠ℎ𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑚𝑖𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑘𝑖 =
𝐴𝑠
663.66 𝑚𝑚2
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑘𝑖 = ≈ 4 𝑘𝑎𝑘𝑖
201.14 𝑚𝑚2
Sehingga kebutuhan tulangan confinement pakainya:
𝐴𝑠ℎ𝑗𝑜𝑖𝑛𝑡−𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = 4 × 201.14 𝑚𝑚2 = 804.57 𝑚𝑚2
Sehingga kebutuhan tulangan confinement pada joint di lantai 13 sampai 16
pada bangunan rencana yaitu tulangan D16 sebanyak 4 kaki.
138
buah balok induk (pada daerah interior) yang berdimensi 850 mm × 500 mm,
sebagai berikut:
Pada joint tersebut terdapat empat balok yang ditinjau, oleh karena kolom
persegi dan balok yang mengapit kolom terebut sama untuk arah x maupun
arah y, maka contoh perhitungannya:
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 = 1431111.11 𝑁
a. Balok 1
Konfigurasi Penulangan : 6D25
𝐴𝑠 = 2945.24 𝑚𝑚 2
Dari perhitungan detailing balok sebelumnya diketahui:
𝑀𝑝𝑟−𝑇𝑂𝑃 = 988436591.48 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑝𝑟−𝐵𝑂𝑇𝑇𝑂𝑀 = 619253164.33 𝑁𝑚𝑚
Gaya tarik (T) dan gaya tekan (C) yang terjadi:
𝑇1 = 1,25 × 2945.24 𝑚𝑚2 × 420 𝑀𝑃𝑎 = 1472621.56 𝑁
𝐶1 = 𝑇1 = 1472621.56 𝑁
b. Balok 2
Konfigurasi Penulangan : 4D25
𝐴𝑠 = 1963.50 𝑚𝑚 2
Dari perhitungan detailing balok sebelumnya diketahui:
139
𝑀𝑝𝑟−𝑇𝑂𝑃 = 650609962.24 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑝𝑟−𝐵𝑂𝑇𝑇𝑂𝑀 = 522733163.45 𝑁𝑚𝑚
Gaya tarik (T) dan gaya tekan (C) yang terjadi:
𝑇2 = 1,25 × 1963.50 𝑚𝑚2 × 420 𝑀𝑃𝑎 = 981747.70 𝑁
𝐶2 = 𝑇2 = 981747.70 𝑁
𝑉𝑢 = |𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 − 𝑇1 − 𝐶2 |
Dengan 𝐴𝑗 merupakan luas efektif joint yang dihitung dengan perhitungan pada
joint tinjauan, sebagai berikut:
𝐴𝑗 = 𝑏𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 × 𝑑𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
Geser yang terjadi pada joint dibandingkan terhadap kapasitas geser pada joint:
Perhitungan geser pada joint yang ditinjuau pada bangunan rencana, sebagai
berikut:
140
Tabel V. 31 Pengecekan Geser Balok Induk 8400 - Kolom 1400/1400 (Lokasi Interior)
Tabel V. 32 Pengecekan Geser Balok Induk 8400 - Kolom 1200/1200 (Lokasi Interior)
MprBalok MprBalok
619253164.33 522733163.45
BOTTOM (Nmm) BOTTOM (Nmm)
Me 803844877.90 Me 586671562.84
Gaya Tarik, Gaya Tarik,
1472621.56 981747.70
T1 (N) T3 (N)
Gaya Tekan, Gaya Tekan,
1472621.56 981747.70
C1 (N) C3 (N)
BALOK 2 BALOK 4
2 2
As (mm ) 2945.24 As (mm ) 1963.50
MprBalok TOP MprBalok TOP
988436591.48 650609962.24
(Nmm) (Nmm)
MprBalok MprBalok
619253164.33 522733163.45
(Nmm)
BOTTOM (Nmm)
BOTTOM
Me 803844877.90 Me 586671562.84
Gaya Tarik, Gaya Tarik,
1472621.56 981747.70
T2 (N) T4 (N)
Gaya Tekan, Gaya Tekan,
1472621.56 981747.70
C2 (N) C4 (N)
Vsway (N) 1965079.37
Vu (N) 489289.90
ϕ Vn (N) 4525801.03
CEK OK
141
5.4 Pelat
142
b. Pelat didesain dengan menggunakan metode Finite Element Based dengan
penentuan tulangan pada arah x dan arah y dengan masing-masing tulangan
atas dan bawah yang didesain, sebagai berikut:
- Tulangan Atas Arah X
Dipasang tulangan D13 sejarak 100 mm, tampak masih terdapat daerah
yang merah pada ujung pelat dekat kolom, ditoleransi karena pada daerah
tersebut rawan terjadinya punching shear, sehingga perlu penulangan yang
lebih detail.
- Tulangan Bawah Arah X
Dipasang tulangan D13 sejarak 150 mm dan pelat menunjukkan hasil yang
aman untuk penulangan tersebut.
143
- Tulangan Atas Arah Y
Dipasang tulangan D13 sejarak 100 mm, tampak masih terdapat daerah
yang merah pada ujung pelat dekat kolom, ditoleransi karena pada daerah
tersebut rawan terjadinya punching shear, sehingga perlu penulangan yang
lebih detail.
- Tulangan Bawah Arah Y
Dipasang tulangan D13 sejarak 100 mm dan pelat menunjukkan hasil yang
aman untuk penulangan tersebut.
c. Denah Penulangan
Denah penulangan pelat, tampak:
144
Gambar V. 10 Denah Penulangan Pelat
145
Tabel V. 33 Tabel Penulangan Pelat
146
5.5 Dinding Geser
Kategori dinding geser yang dipakai dalam desain kolom ini, berdasarkan
geometrinya, adalah flexural wall (dinding langsing) yaitu dinding geser yang
memiliki rasio hw/ lw>2, dimana desain kontrol oleh perilaku lentur. Mekanisme
lentur terbesar terjadi didasar dinding dan dasar dinding menjadi sistem disipasi
dari struktur, karena beban momen dan geser bangunan sebagian besar terserap
oleh dinding geser. Juga pada tahap preliminary design, sudah ditentukan bahwa
struktur bangunan memiliki penahan beban seismik yaitu sistem ganda, antara
rangka pemikul momen dan dinding geser. Dinding geser di sini didesain agar
menjadi dinding geser khusus, namun tidak menggunakan beton pracetak.
Berikut adalah denah Pemasangan dinding geser, dimana dinding geser ditandai
dengan persegi panjang warna merah.
147
Tabel V. 34 Pembebanan Pier 3 dan 4
1. Rasio tulangan.
Rasio tulangan untuk dinding geser tidak boleh kurang dari 0,0025,
kecuali bila
Bila dihitung, didapat nilai batas Vu untuk syarat diatas adalah 352,317
kN untuk dinding arah Y dan 438,249 kN untuk dinding arah X,
sedangkan, gaya tekan terbesar yang diterima adalah 3186,92 kN dan
3040,34 kN. Maka batas rasio tulangan minimum adalah 0,0025 untuk
semua dinding geser.
2. Tirai
Tirai artinya adalah baris lapisan tulangan dalam dinding geser. Satu tirai
artinya satu baris tulangan, dua tirai artinya dua baris tulangan. Untuk
menentukannya adalah berdasarkan pasal 21.9.2.2 : Paling sedikit dua tirai
tulangan harus digunakan pada suatu dinding jika Vu melebihi
148
Karena nilai batas Vu adalah 897,617 kN untuk dinding arah X dan
721,614 untuk dinding arah Y, maka dibutuhkan 2 tirai untuk semua
dinding geser.
3. Kekuatan geser.
Berdasarkan pasal 21.9.4, kekuatan geser struktur tidak boleh melebihi
𝑉𝑛 = 𝐴𝑐𝑣 (𝑎𝑐 𝜆√𝑓 ′ 𝑐 + 𝜌𝑡 𝑓𝑦 )
dengan nilai 𝑎𝑐 adalah 0,17 untuk flexural wall. Juga untuk salah satu dari
segmen dinding vertikal, berdasarkan pasal 21.9.4.4, Vn tidak boleh
melebihi
149
Tabel V. 36 Data Untuk Pier 3 dan 4
Data
fc' 35 MPa
fy 400 MPa
tebal 350 mm
Lx 3,5 m
B kolom 1400 mm
B kolom SW 500 mm
Lx SW 2,55 m
Acv X 0,8925 m2
Vu 939,069 kN
Batas 2 curtain 897617,21 N
897,617 kN
Kebutuhan curtain Butuh 2 tirai
Diameter tul 20 mm
Tirai 2 lapis
Ab 628,3185 mm2
Batas rho maks 439832,43 N
439,8324 kN
rho t minimal 0,0025
s 718,0783 mm
s maks 450 mm
s pakai 180 mm
rho t pakai 0,0100
hw 64 m
lw 2,55 m
hw/lw 25,0980
alfa c 0,17
Vn 3343566,7 N
3343,5667 kN
Vn-maks 3286863,0 N
3286,8630 kN
Kuat nominal geser 3286,8630 kN
Cek Kekuatan geser OK
150
Tabel V. 37 Data Pier 1 dan Pier 2
Data
fc' 35 MPa
fy 400 MPa
tebal 350 mm
Lx 3 m
B kolom 1400 mm
B kolom SW 500 mm
Lx SW 2,05 m
Acv X 0,7175 m2
Vu -896,256 kN
Batas 2 curtain 721613,832 N
721,614 kN
Kebutuhan curtain Butuh 2 tirai
Diameter tul 20 mm
Tirai 2 lapis
Ab 628,319 mm2
Batas rho maks 353590,777 N
353,591 kN
rho t minimal 0,0025
s 718,078 mm
s maks 450 mm
s pakai 170 mm
rho t pakai 0,011
hw 64 m
lw 2,05 m
hw/lw 31,220
alfa c 0,17
Vn 2814245,06 N
2814,245 kN
Vn-maks 2642380,06 N
2642,380 kN
Kuat nominal geser 2642,380 kN
Cek Kekuatan geser OK
151
ujung-ujung dinding, dan Ig adalah inersia total dankesatuan
penampang dinding dan kolom di ujung-ujung dinding.
Maka, data yang dibutuhkan adalah nilai Ag dan Ig untuk tiap
dinding. Untuk dinding arah X yaitu pier 3 dan 4 didapat Ag
adalah 3102500 mm2 dan nilai Ig 6,3802 × 1012 mm4 , dan untuk
arah Y, yaitu pier 1 dan 2 didapat Ag adalah 2927500 mm2 dan
nilai Ig 3,5924 × 1012 mm4. Maka nilai tegangan total adalah :
∑ 𝜎𝑥 = 2,3042 𝑀𝑃𝑎
∑ 𝜎𝑦 = 2,8596 𝑀𝑃𝑎
152
Tabel V. 39 Pengecekan KBK Pier 3 dan Pier 4
153
Gambar V. 14 Hasil CSI Column Pier 1 dan 2
Didapat nilai c untuk pier 1 dan pier 2 adalah 0,28m dan untuk pier 3 dan pier 4
adalah 0,21m. Lalu, cek nilai c dengan batas c, yaitu
𝑙𝑤
𝑐>
𝛿
600 𝑢
ℎ𝑤
Karena 𝛿𝑢 ⁄ℎ𝑤 lebih kecil dari 0,007, maka gunakan 𝛿𝑢 ⁄ℎ𝑤 0,007. Maka didapat
Karena kedua c yang dihasilkan lebih kecil dari batas c, maka dinding geser tidak
membutuhkan KBK.
154
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hal-hal yang dapat penulis simpulkan dalam penyusunan tugas besar ini,
yaitu:
155
6.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam penyusunan tugas besar ini, yaitu:
156
DAFTAR PUSTAKA
157