Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
( 1211400004 )
( 1211400015 )
( 1211400016 )
( 1211400017 )
( 1211400018 )
( 1211400019 )
( 1211400050 )
( 1211400051 )
( 1211400055 )
JL. RAYA PUSPITEK, SERPONG, TANGERANG SELATAN 15320 TELP. (021) 7561102, 7560545
TAHUN 2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat-nikmatNya yang tidak terkira, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktikum Mata Kuliah Tekno Bahan Konstruksi dan telah
rampung menyusun laporan ini.
Selesainya penyusunan laporan Praktikum Tekno Bahan Konstruksi ini tidak terlepas
dari peran serta keluarga, asisten pembimbing, teman-teman dan orang-orang yang
mendukung penulis dengan bimbingan maupun moril. Oleh karenanya dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terkira kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu selesainya praktikum dan laporan ini, terlebih kepada:
1. Ibu Ir. Rachmi Yanita, MT selaku dosen mata kuliah Praktikum Tekno Bahan
Konstruksi prodi teknik sipil dan perencanaan Institut Teknologi Indonesia.
2. Bpk. Khoiri selaku Ka. Lab prodi teknik sipil dan perencanaa Institut Teknologi
Indonesia serta selaku asisten penanggung jawab praktikum.
3. Bpk. Dwi B.M selaku asisten penanggung jawab praktikum.
4. Orang tua serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan semangat serta
bantuan selama pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan.
5. Teman-teman dari Teknik Sipil angkatan 2014 yang selalu mendukung serta
membantu penulis dalam menyelesaikan praktikum dan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum yang telah disusun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar di
lain kesempatan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata mudah-mudahan laporan praktikum ini dapat memberi manfaat bagi
penulis dan para pembacanya.
Tangerang, 17 Januari 2016
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAGIAN A.
PEMERIKSAAN BAHAN PEMBENTUK BETON
I. SEMEN
Pengujian 1. Pemeriksaan Berat Jenis Semen.........................................................................1
Pengujian 2. Pemeriksaan Konsistensi Normal Semen............................................................7
Pengujian 3. Penentuan Waktu Ikat Semen............................................................................16
BAGIAN B.
PEMERIKSAAN CAMPURAN BETON
I. BETON SEGAR
Pengujian 14. Perencanaan Campuran Beton...........................................................................94
Pengujian 15. Percobaan Slump Beton..................................................................................104
Pengujian 16. Pembuatan dan Persiapan Benda Uji..............................................................110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan
pengujian berat isi semen portland.
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan berat jenis semen.
b. Untuk keperluan perhitungan dalam penggunaan semen sebagai campuran bahan lain.
I.2 Dasar Teori
Menurut SNI - 7064 - 2004, PCC (Portland Composite Cement) merupakan bahan
pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama-sama terak semen Portland dan gips dengan
satu atau lebih bahan anorganik,atau hasilpencampuran antara bubuk semen Portland dengan
bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast
furnaceslag), pozzolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahananorganik 6%
sampai dengan 35% dari massa semen Portland.Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum,
seperti pekerjaan beton,pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan
elemenbangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, batabeton
(paving block) dan sebagainya
Berat jenis semen portland yang memenuhi syarat berdasarkan SII 0013-18 berkisar
antara 3,1-3,2 gr/ml, sedangkan dipasaran berkisar 3,2 bila berta jenis semen yang diuji
berada dalam keadaan standar ini menunjukkan bahwa semen masih dalam keadaan baru, bila
semen berada dibawah standar berarti semen :
1. Telah mengalami pelepasan panas
2. Semen terlalu lama disimpan
3. Ukuran semen telah mengalami perubahan berat jenis semen diuji dengan cara yang
sama
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
BJ =
W
xd
(V 2V 1)
Dimana :
BJ
V1
V2
Botol Le Chatelier
Timbangan dengan ketelitian 1,0 gram
Thermometer
Cawan aluminium
Corong
I.5 Bahan-Bahan
1. Semen Portland sebanyak 64 gram.
2. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Proteleum
Institute).
3. Minyak tanah 250 cc.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Sebelum melaksanakan percobaan pemeriksaan BJ semen ini, terlebih dahulu harus
dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut :
1. Membersikan dinding botol sampai tembus pandang. Kemudian mengeringkannya.
2. Memasukkan minyak tanah sampai skala 0 pada leher botol. Lalu mengeringkan leher
botol dengan kertas tissue. Selanjutnya merendam botol tersebut ke dalam air selama
15 menit.
II.2 Langkah-Langkah Percobaan
1. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau neptha sampai antara skala 0 dan 1.
Kemudian bagian dalam botol diatas permukaan cairan di keringkan.
2. Masukan botol kedalam bak air sebagai usaha menjaga suhu konstan dalam waktu
yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2 c.
3. Setelah suhu air sama dengan cairan dalam botol baca skala pada botol (A).
4. Masukan semen / benda uji dikit demi sedikit ke dalam botol jangan terjadi semen
yang menempel pada dinding dalam botol diatas cairan.
5. Setelah semua benda uji dimasukan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan
-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
Ulangi pekerjaan pada no 2 setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol
baca skala botol (B).
BAB III
DATA PERCOBAAN
Data 1 : V1 = 1, V2 = 20.9
Data 2 : V1 = 0.8, V2 = 18.8
III.2 Perhitungan
LE CHATELIER
A. Berat Semen
I
(gram)
64
(V1 )
(V2 )
20,9
(cm3 )
19,9
E. BJ Semen =
A
xd
D
3,2
d=1
BAB IV
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat bahwa berat jenis dari benda uji adalah
3,2 gr/ml, sedangkan menurut standar SII 0013-18 berkisar antara 3,1-3,2 gr/ml. Maka dapat
disimpulkan bahwa semen yang diuji masih dalam keadaan baru yang belum mengalami
penurunan kualitasnya dan layak digunakan sebagai campuran bahan konstruksi.
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
PENYUSUN MODUL
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini untuk menentukan prosentase air yang dibutuhkan dengan
menggunakan media pasta semen.
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kadar air normal untuk mencapai kondisi kebasahan pasta yang
standar.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan konsistensi normal.
3. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan pengujian konsistensi normal.
4. Untuk dapat menggunakan peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan konsistensi
normal.
I.2 Dasar Teori
Le Chatelier adalah yang pertama mengobservasi dan menemukan bahwa hidrasi dari
semen secara kimiawi menghasikan produk yang sama dengan hidrasi dari masing-masing
senyawa. Kandungan kalsium silikat pada semen merupakan senyawa cementious yang
utama dalam semen, dan prilaku fisik dari kedua senyawa ini ketika berhidrasi sendiri adalah
serupa dengan semen ketika mengalami hidrasi.
Istilah setting digunakan untuk mendefinisikan pengerasan dari pasta semen, atau
dalam pengertianya setting merupakan proses perubahan dari fluida menjadi solid. Walaupun
ketika proses setting pasta ini juga mengalami peningkatan kekuatan, perlu dipisahkan
pengertian setting dengan hardering, dimana hardering merupakan kondisi peningkatan
kekuatan pasta semen. Setting disebabkan oleh proses bertahap dari hidrasi, yang pertama
adalah reaksi dari C3A dan C3S. Namun, adanya penambahan gypsum menghambat hidrasi
dari kalsium alumina sehingga C3S akan mengalami hidrasi terlebih dahulu. Hal ini perlu
untuk dilakukan karena apabila C3A berhidrasi terlebih dahulu. Hal ini penting untuk
dilakukan karena apabila C3A terhidrasi terlebih dahulu maka akan terbentuk suatu kalsium
alumina yang bersifat porous. Hal ini mengakibatkan kandungan semen lainnya akan
terhidrasi dalam kondisi porous dan selanjutnya akan berakibat signifikan pada kekuatan
pasta semen. Proses setting bergantung pada temperatur sekitar. Waktu setting dari semen
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
11
akan berkurang seiring dengan peningkatan temperatur. Temperatur melebihi 30o, akan terjadi
efek sebaliknya. Pada temperatur rendah, proses setting akan terhambat. Dalam setting,
kondisi false set perlu dihindari, yaitu kondisi dimana semen mengeras secara cepat dalam
beberapa menit setelah ditambahkan air. Beberapa penyebab dari false set diperkirakan
berasal dari dehidrasi dari gypsum ketika diberikan pada clinker yang temperaturnya terlalu
tinggi : hemyhydate (CaSO4, H2O) atau anyhydrate (CaSO4) akan terbentuk dan ketika
semen ditambahkan air, maka ketika hidrasi berlangsung, gypsum mendominasi reaksi yang
mengakibatkan pada pengerasan semen.
Selain itu, false set dapat juga terjadi akibat pengaruh alkali dalam semen, dimana
pada saat penyimpanan semen dapat terjadi karbonasi pada semen. Alkali karbonat ini
kemudian akan bereaksi dengan Ca(OH)2 dan hal ini akan menyebabkan pasta dengan cepat
mengeras. Penyebab lain dari false set adalah akibat aktivitas C3S ketika semen berada pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi. Air akan terserap dalam semen dan semen ini
kemudian akan bereaksi secara cepat ketika ditambahkan dengan air, sehingga menghasilkan
proses hidrasi yang terlampau cepat, tingkat semen semen tergantung pada kehalusan semen,
dan untuk peningkatan kekuatan yang cepat, permukaan semen yang halus sangat diperlukan.
Jumlah air yang dibutuhkan dari pasta yang terkonsistensi adalah lebih banyak pada semen
yang permukaannya halus ini, namun sebaliknya, semakin halus semen, semakin
meningkatnya workability pada campuran beton.
Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku dari pasta semen
atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi cepat kaku atau tidak.
Semen dengan pengikatan semu yang sangat cepat biasanya memerlukan air sedikit lebih
banyak untuk menghasilkan konsistensi yang sama, yang dapat menghasilkan kuat tekan
sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan mengakibatkan
kesulitan dalam penanganan dan pengecoran beton yang biasannya menyebabkan semen
gagal memenuhi persyaratan waktu pengikatan.
Konsistensi normal pasta semen didapatkan ketika jarum alat vicat berdiameter 10
mm terjadi penurunan 10 mm di bawah permukaan asli pasta pada waktu ke 30 detik setelah
jarum dilepaskan. Dari data yang diperoleh, buat grafik prosentase air yang diperlukan
sebagai absis dan penurunan jarum sebagai ordinat. Berdasarkan grafik dapat diketahui
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal. Konsistensi normal berkisar 22% 28%
untuk semen portland yang diperdagangkan.
12
Konsistensi =
Berat air
Berat benda uji
x 100 %
I.5 Bahan-Bahan
1. Semen Portland 500 gram.
2. Air bersih (dengan temperature ruangan).
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Sebelum melaksanakan percobaan pemeriksaan konsistensi normal semen ini, terlebih
dahulu harus dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
13
Persiapan Pasta.
1. Pasang daun pengaduk serta mangkuk yang kering pada mesin pengaduk.
2. Masukkan bahan untuk percobaan dalam mangkuk dengan cara sebagai berikut:
a. Tuangkan air 125 155 cc.
b. Masukkan 500 gram semen kedalam air dan biarkan untuk penyerapan selama 30
detik
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140
5) putaran permenit
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta semen
dari dinding mangkuk.
5. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285
1.
2.
3.
4.
5.
14
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Berat Semen
(gram)
Volume Air
(cc)
1
2
3
500
500
500
125
130
135
Konsistensi
Air (%)
Penurunan Tiap
30 detik (mm)
2
2
3
15
4
5
6
7
500
500
500
500
140
145
150
155
5
5
7
13
III.2 Perhitungan
Dari data diatas maka dapat dihitung persentase konsistensi normal dengan rumus :
Konsistensi Air =
W2
x 100
W1
Dimana :
W1 = Berat semen (gram)
W2 = Volume air (cc)
Berat Semen
(gram)
Volume Air
(cc)
Konsistensi
Air (%)
Penurunan Tiap
30 detik (mm)
1
2
3
4
5
6
7
500
500
500
500
500
500
500
125
130
135
140
145
150
155
25
26
27
28
29
30
31
2
2
3
5
5
7
13
Untuk mendapatkan konsistensi 10 1 mm, dari data diatas kami asumsikan sebagai berikut :
x150
107
155150
137
16
x150
3
= 6
6 (x - 150) = 15
6x - 900 = 15
6x = 915
x=
915
6
x = 152,5 cc
6
4
2
0
17
Konsistensi (%) 15
10
5
0
125
130
135
140
145
150
152.5
155
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
18
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Khahfi Is Munandar
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan
pengujian berat isi semen portland.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan nilai waktu ikat awal semen
hidrolisis (dalam keadaan konsistensi normal) yang digunakan untuk menentukan mutu
semen.
I.2 Dasar Teori
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
19
Waktu pengikatan awal adalah waktu yang diperlukan semen dari saat mulai bereaksi
dengan air menjadi pasta semen sampai terjadi kehilangan sifat keplastisan. Metode
pengujian pengikatan awal menggunakan standar ASTM C 191.
Pengujian pengikatan awal menggunakan alat vicat dengan jarum berdiameter 1 mm.
Waktu pengikatan awal semen diperoleh saat penurunan mencapai 25 mm dan setiap
penurunan dicatat suhu kamarnya (c). Waktu pengikatan awal pada semen berkisar antara
60120 menit.
Yang dimaksud dengan :
1) Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah
sifatnya dari kondisi cair menjadi padat.
2) Waktu ikat akhir adalah waktu diman penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara visual.
3) Suhu udara adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian.
4) Benda uji adalah sejumalah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat
dari contoh-contoh semen Portland.
5) Contoh semen Portland adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu
yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah
semen portlsnd yang akan diginakan untuk suatu pekerjaan.
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari mulai
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan
tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua: 1). waktu ikat awal (initial setting time)
yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan, 2). waktu ikatan akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras. Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0 - 2.0 jam,
tetapi tidak boleh kurang dan 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8.0
jam.
Waktu ikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton. Untuk kasus-kasus
tertentu, diperlukan initial setting time lebih dan 2.0 jam agar waktu terjadinya ikatan awal
lebih panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan
(dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan ini
disertai perubahan temperatur yang dimulai terjadi sejak ikatan awal dan mencapai
puncaknya pada waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena
naiknya temperatur sebesar 30 0C atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh
jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitamya. Pengikatan semu diukur dengan alat
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
20
"Vicat" atau "Gillmore". Pengikatan semu untuk prosentase penetrasi akhir minimum pada
semua jenis semen adalah 50%.
Adukan merupakan campuran semen dengan air yang dicetak dalam sebuat cincin ebonit.
Dengan demikian terjadi tegangan lateral pada pasta semen apabila pada permukaan bekerja
gaya. Gerakan jarum Vicat dihambat oleh kohesi antara partikel semen yang semakin
meningkat seiring dengan berkembangnya proses hidrasi semen. Jarum Vicat memiliki
permukaan ujung yang relative kecil, dengan pemberat hanya 300 gr, sehingga tegangan
permukaan dapat diabaikan. Yang terbaca adalah hambatan atau lekatan antara pasta semen
dan selimut jarum, pada saat jarum menembus pasta semen. Adhesi antara permukaan jarum
dan pasta semen.
I.3 Alat yang Digunakan
a.
Mesin pengaduk dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
I.4 Bahan-Bahan
a. Semen Portland.
b. Air bersih (dengan temperatur kamar).
21
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
22
Gambar 2.1 Mixer untuk membuat bahan uji waktu ikat semen
23
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Volume Air
Waktu Pembacaan
Penurunan
(gram)
500
500
500
500
500
500
500
500
(cc)
152.5
152.5
152.5
152.5
152.5
152.5
152.5
152.5
(menit)
30
45
60
75
90
105
120
135
(mm)
37
37
37
37
37
35
30
2
III.2 Perhitungan
24
Dalam test vicat, waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil (jarum D)
membuat penetrasi sedalam 25 mm kedalam pasta setelah stabil selama 30 detik, dan waktu
pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada benda uji. Untuk mendapatkan
penetrasi sedalam 25 mm berdasarkan data yang ada, kami mengasumsikan sebagai berikut :
135120
302
15
28
x120
= 3025
x120
5
28(x - 120) = 75
28x - 3360 = 75
28x = 3435
x=
3435
28
20
10
0
Waktu (menit)
25
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Waktu ikat semen dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan untuk semen
dapat mengeras. Semakin lama waktu yang diperlukan maka semakin keras juga semen yang
didapat. Dalam test vicat waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil membuat
penetrasi sedalam 25 mm kedalam pasta setelah stabil selama 30 detik. Pada percobaan kali
ini waktu ikat yang dapat dicapai adalah 123 menit untuk mendapatkan penetrasi sedalam 25
mm dengan jarum tekanan tinggi tidak memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta.
IV.2 Faktor-faktor Kesalahan yang dapat terjadi pada Praktikum.
1. Kurang terampilnya praktikum dalam menggunakan alat.
2. Kurang telitiya saat membaca skala alat.
IV.3 Saran
4. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
5. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
6. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
26
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Dwi B.M
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan.
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah
persentase butiran baik agregat halus dan agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat
ditunjukan dalam tabel atau grafik.
I.2 Dasar Teori
Agregat adalah bahan pengisi utama (agregat halus dan kasar)
dalam campuran beton atau adukan. Agregat halus untuk beton dapat
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
27
berupa pasir alam atau pasir buatan, sedangkan agregat kasar untuk
beton yaitu kerikil. Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dan
berdasarkan ukurannya terdiri dari agregat halus dan agregat kasar.
Agregat halus adalah bahan pengisi beton yang berupa butiran
lebih kecil dari 4,75 mm yang bereaksi kimia dengan semen dan air.
Fungsi agregat adalah sebagai bahan pengisi (mengisi paling sedikit
volume beton). Mutu dan kondisi agregat halus berpengaruh terhadap:
Kekuatan (strength), Keawetan (durability), Sifat ikat (inter locking)
antara agregat dan pasta semen. Persyaratan agregat halus /pasir (PBI
1971):Butiran halus, logam, dan kerasTidak pecah/ hancur oleh
cuacaKadar lumpur max 5 % (ditentukan terhadap berat kering)Bahan
organik
diperiksa
NaOH)Suasana
dengan
percobaan
gradasi
mengikuti
warna
(dengan
persyaratan
larutan
agregat
dan
keras
dengan
larutan
NaOH
Suasana
gradasi
mengikuti
agregat
menentukan
zona
halus
yang
agregat
telah
halus
ditetapkan.Adapun
dapat
dilakukan
dalam
dengan
28
kemudian
angka-angka
persentase
digambarkan
pada
grafik
pembagian butir.
Berat Tertahan
100
Total
Kumulatif
% Lolos
0
0+a
(0+a) + b
F M=
29
I.5 Bahan-Bahan
1. Semen Portland sebanyak 64 gram.
2. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 api.
(American Proteleum Institute).
3. Minyak tanah 250 cc.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Sebelum melaksanakan percobaan praktikum ini, terlebih dahulu harus dilakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut :
1.
Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu(110 5) oC. Selama 18 jam
30
1. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu (110 5)oc. Selama 18 jam sampai
berat tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan jaringan dengan ukuran paling besar ditempatkan
paling atas. Perangkat saringan diguncangkan dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
3. Timbang masing-masing semple yang tertahan di atas setiap saringan.
4. Periksa berat total semple setelah menyaring harus mempunyai perbedaan terhadap
semple semula yang di letakan di atas saringan 0,3
Bila tidak memenuhi, hasil tidak dapat dipakai dan percobaan harus di ulang.
31
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Hasil Percobaan
1. Menghitung presentase tertahan
Saringan no. 8 (2,36 mm)
Berat tertahan
Total berat tertahan
Indekss tertahan
= 4,07
gr
= 500 gr
4,07
= 500 100
= 0,814 %
Indeks tertahan
= 47,6
gr
= 500
gr
47,6
= 500 100
32
= 95,2 %
Saringan No. 30 (0,6 mm)
Berat tertahan
Total berat tertahan
Indeks tertahan
=117,79
gr
= 500
gr
117,79
100
=
500
=23,558% %
Indeks tertahan
= 158,08
gr
= 500
gr
158,08
100
=
500
=31,616%
Indeks tertahan
= 6,87
gr
= 500
gr
6,87
= 500 100
=1,374%
33
= 2,01
34
Nomor
Ukuran Saringan
Berat tertahan
Saringan
(mm)
(gram)
4.75
2.36
16
1.18
30
0.6
50
0.3
100
0.15
200
0.075
Pan
% Tertahan
Kumularif
% Lolos
0
4,07
0.814%
0.814%
47,6
9,52%
10,334%
117,79
23,558%
33,892%
158,08
31,616%
65,508%
123,92
24,784%
90,292%
41,67
8,334%
98,626%
6,87
1,374%
100%
Total
500
F.M.
2,01
1,18
4,75
10
0
80
%
Komulatif
Lolos
0
20
40
60
60
40
80
20
0
0,15
2,36
0
0,60
10
0
BAB IV
PENUTUP
35
%
Komulatif
Tertahan
IV.1 Kesimpulan
Praktikum ini adalah sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan Analisis saringan
agregat halus. Kita dapat menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi) agregat halus
dengan menggunakan saringan.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat FM=2,01 berdasarkan syarat mutu
menurut SK SNI S 04-1989 peraturan harus mempunyai variasi besar butir gradasi yang
baik sehingga rongganya sedikit . mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 - 3,8. Hasil yang
didapat kurang dari 3,8, maka agregat halus dianggap layak digunakan sebagai bahan
pembuatan beton.
IV.2 Faktor-Faktor Kesalahan yang Dapat Terjadi pada Praktikum.
1. Kurang terampilnya praktikum dalam menggunakan alat.
2. Kurang telitiya saat membaca skala alat.
3. Tidak tepat dalam menimbang menggunakan timbangan manual.
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Aldo Fernando
36
: Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud danTujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat dalam
agregat halus yang lewat saringan no. 200 dengan cara pencucian.
I.2 Dasar Teori
Sebuah bangunan akan tergolong kedalam kategori kualitas bagus dan awet jika
menggunakan material berkualitas tinggi, contohnya pada bangunan yang menggunakan
struktur beton bertulang akan menggunakan pasir atau disebut juga dengan agregat halus
sebagai material utama. salah satu pedoman dalam memilih pasir bagus adalah bagaimana
kandungan kadar lumpurnya, oleh karena itu dilakukan tes terlebih dahulu sebelum
digunakan, Contohnya Percobaan ini bertujuan untuk menentukan prosentase kadar lumpur
yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan lumpur kurang dari 5% merupakan
ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton
I.3 Rumus yang Digunakan
KL =
W 1W 4
x 100
W1
Dimana :
W1 = Berat benda uji semula (gram)
W2 = Berat benda uji tertahan saringan no.200 (gram)
I.4 Alat yang Digunakan
1
2
C.
Timbangan dengan ketelitian 0,1
berat contoh.
37
Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran agregat maksimum
38,10
11/2
Beratagregat minimum
gram
100
500
2000
2500
5000
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
38
Siapkan benda uji dengan berat (W1) sesuaikan dengan tabel 5.1.
Memasukkan benda uji ke dalam wadah, dan diberi air pencuci secukupnya sehingga
jernih.
Semua bahan yang tertahan saringan no. 16 dan no 200 dikembalikan ke dalam
wadah; kemudian memasukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang telah
diketahui beratnya (W2) dan dikeringkan dalam oven dengan suhu (1105)C sampai
5
6
berat tetap.
Setelah kering ditimbang dan dicatat beratnya (W3).
Hitung berat bahan kering tersebut (W4 = W3-W2)
39
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut :
III.2 Perhitungan
Dengan menggunakan rumus, maka didapat :
A. Berat pasir kering setelah di oven (W1)
B. Berat can/talam (W2)
C. Berat can+pasir setelah di oven (W3)
D. Berat pasir kering oven setelah dicuci (W4)
W 1W 4
x 100
KL =
W1
BAB IV
PENUTUP
I
500 gram
123 gram
623 gram
486 gram
2,8%
IV.1 Kesimpulan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur yang dikandung oleh agregat
halus. Dalam percobaan ini, benda uji memiliki kadar lumpur sebesar 2,8% dimana kurang
dari kadar lumpur yang diizinkan dalam agregat halus (pasir) yaitu sebesar 5% (Menurut SK
SNI S 04 1989 F). Kadar lumpur yang kurang dari ketentuan standar ini menunjukkan
bahwa agregat halus yang digunakan dalam percobaan masih dalam kualitas yang baik untuk
digunakan dalam campuran konstruksi.
Kesalahan dalam pencucian agregat. Saat praktikan mencuci bahan uji, bahan yang
seharusnya tidak lolos saringan no. 200 menjadi terbawa aliran air juga.
Kemungkinan adanya bahan uji yang berukuran sangat kecil sehingga tidak kasat
mata dan tertinggal di dalam saringan, sehingga tidak dimasukkan ke dalam wadah
untuk dikeringkan dalam oven dan ditimbang keesokan harinya.
IV.3 Saran
1
2
3
Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan adanya bahan organik
pasir alam yang digunakan sebagai bahan campuran mortal atau beton,
Kotoran organik dalam bahan-bahan organik yang terdapat didalam dapat
menimbulkan efek kerugian terhadap mutu mortal atau beton.
organik yang dapat diketahui melalui cara yang akan kita jelaskan disini, Ya,, dengan
menggunakan bahan bangunan yang baik diharapkan akan menghasilkan kualitas bangunan
terbaik, kuat dan tahan lama, kadar organik yang terlalu banyak akan menyebabkan
kerusakan sehingga bangunan tidak mampu bertahan lama, untuk mengetahui seberapa
banyak kandungan kadar organik maka bisa ditempuh dengan melakukan percobaan yang
bertujuan untuk menentukan berapa persen bahan organic dalam agregat halus, Kandungan
bahan organic yang berlebihan pada unsur bahan beton dapat mempengaruhi kualitas beton,
Kadar organik adalah bahan- bahan yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek
kerugian terhadap suatu mortar atau beton, berikut ini cara pemeriksaan kadar organik dalam
agregat halus.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial sand)
yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan
organik, Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam, Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain bereaksi
dengan semen yang sedang mengeras, Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan pemeriksaan
warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH), Pada pemeriksaan ini agregat
halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu kedalam botol dan ditambahkan dengan
larutan NaOH 3%, Setelah mengalami beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu
yang ditetapkan, bandingkan warna campuran dengan warna standar hellige tester No, 3,
Apabila warna campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang
tinggi (kotor).
I.4 Bahan
Pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
volume
3. Botol ditutup erat-erat dengan penutup dan dikocok kembali, Diamkan selama 24 jam.
(Gambar 1)
4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna hellige
tester No, 3 (apakah lebih tua atau lebih muda). (gambar 2)
II.2 Foto dan Data
(1)
(2)
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan
organik, Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam, Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif pada semen,
///////////////////
//////////////////////
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Kesimpulan
Prinsip tes kadar organik ini adalah mengetahui pengaruh zat organik yang
terkandung didalam pasir terhadap larutan NaOH karena besar kecilnya prosentase akan
menghasilkan pengaruh warna yang berbeda.
Agregat halus yang digunakan untuk objek praktikum kali ini mengandung banyak
bahan organik dapat dilihat dari warna larutan NaOH yang berwarna gelap (nomor 4) setelah
bereaksi dengan agregat halus.
Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil,
Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum,
Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum,
Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
Agregat halus tidak boleh mengandung bahanbahan organik terlalu banyak. Hal
demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abraham Harder dengan
menggunakan larutan NaOH.
Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1 (PBI 1971),
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat
KL =
Dimana :
KL = Kadar Lumpur (%)
A = Tinggi Lumpur (cm)
B = Tinggi Pasir (cm)
I.5 Bahan-Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah pasir alam lolos saringan no. 4 ASTM.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya membersihkan peralatan yang akan
digunakan untuk praktikum.
II.2 Langkah Langkah Percobaan
a
Kemudian perlahan-lahan masukkan bahan uji (pasir basah yang lolos saringan no.4)
d
e
f
g
permukaan pasir.
Tutup silinder dengan tutup karet dan goyang-goyangkan kearah vertikal menit.
Letakkan silinder tegak di permukaan datar yang tidak boleh terganggu.
Buka tutup karetnya dan biarkan lumpur mengendap selama 24 jam.
Setelah 24 jam, ukur tinggi lumpur dan tinggi pasir.
tinggi lumpur.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan
Dari hasil percobaan didapatkan data sebagai berikut :
Berat agregat halus dalam keadaan alam (gr)
1
Data I
Tinggi lumpur (A)
Tinggi pasir (B)
Data II
Tinggi lumpur (A)
Tinggi pasir (B)
= 1,5 cm
= 15 cm
= 1,4 cm
= 15,2 cm
III.2 Perhitungan
PENGAMATAN
II
Tinggi Lumpur
(A)
1,5 cm
1,4 cm
Tinggi Pasir
(B)
15 cm
15,2 cm
9,09%
8,43%
KL =
A
x 100%
A+ B
8,76%
BAB IV
PENUTUP
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan sebanyak 2 kali, didapatkan kadar lumpur rata
rata sebesar 8,76% yang berarti agregat halus belum layak digunakan untuk bahan pembuatan
beton, dimana kadar lumpur rata rata yang didapat menurut PBI (Peraturan Beton
Indonesia) 1971 (NI-2) pasal 33 harus kurang dari 5%.
IV.2 Faktor-Faktor Kesalahan yang Dapat Terjadi Pada Praktikum.
1
2
3
IV.3 Saran
1
2
3
4
Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum.
Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
PENYUSUN MODUL
: Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan bulk dan apparent specific gravity dan
absorption dari agregat halus menurut ASTM C 128 guna menentukan volume agregat
dalam adukan beton.
I.2 Dasar Teori
Berat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara kering udara dengan berat air
yang berat volumenya sama dengan volume sample pada suhu atau temperatur yang sama.
Untuk mendapatkan specific gravity pasir adalah dengan cara memasukkan pasir dalam
kondisi SSD (Saturated Surface Dry) seberat 500 gram ke dalam piknometer. Untuk
mengetahui pasir dalam kondisi SSD, dapat dilakukan percobaan dengan memasukkan pasir
ke dalam cetakan khusus atau saturated dry sand conical mould yang ditumbuk dengan
tongkat sebanyak 25 kali pukulan (8-8-9).
Jika cetakan diangkat, bentuk pasir berubah dan ketinggian pasir menurun
sepertiganya, maka pasir tersebut dalam kondisi SSD. Kemudian pienometer dikocok hingga
isinya tercampur rata dan rongga udara hilang. Ukur volume pasir setelah ditambah air
hingga 500 cc lagi, kemudian pasir dikeringkan dan setelah itu ditimbang berat pienometer
dan pasirnya.
Absorpsi pasir adalah perbandingan berat pasir kering udara dan pasir kering oven.
Untuk standart absorpsi pasir < 3,1%. Dalam merencanakan campuran beton (mix design),
data yang kita perlukan di antaranya berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat kasar.
1
Berat jenis curah, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
Berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh, dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 25C.
Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering
pada suhu 25C.
Penyerapan, yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering (%).
Untuk bisa membuat campuran beton yang baik, maka ada dua standar yang digunakan:
Pada Pengerjaan Perencanaan Campuran Beton, penyerapan air agregat halus untuk:
Pasir (halus tidak pecah) < 3.10 %
Pasir (halus tidak pecah) < 4.20 %
Prosentasi Absorpsi :
500 A
x 100
A
Dimana :
A = Berat benda uji oven dry (gram)
B = Berat dari piktometer berisi air (gram)
C = Berat dari piktometer dengan benda uji dan air sesuai kapasitas kalibrasi (gram)
I.4 Peralatan
a
b
c
d
e
I.5 Bahan-bahan
Berat contoh agregat halus sebanyak 1000 kg diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
penempatan
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Langkah awal dalam praktikum ini adalah dengan menyiapkan agregat halus yang
berada dalam keadaan kering permukaan (SSD). Untuk mendapatkan agregat halus yang
kering permukaan, kami membiarkan agregat di tempat yang cukup sirkulasi udara selama 24
jam. Setelah agregat halus berada pada kondisi SSD, agregat ditimbang untuk diketahui berat
agregat pada keadaan SSD. Setelah ditimbang, agregat dimasukkan ke dalam piknometer dan
ditambahkan air sampai 90% kapasitas piknometer. Sebelum dibiarkan selama 24 jam,
piknometer berisi agregat digoyang-goyang untuk menghilangkan udara yang terjebak di
antara agregat halus. Hal ini penting dilakukan untuk keakuratan praktikum sehingga
beratyang selanjutnya akan ditimbang benar-benar berat bersih dari agregat halus. Setelah
agregat halus direndam dalam air selama 24 jam, agregat ditimbang untuk diketahui berat
keseluruhan baik agregat halus, air maupun piknometer sendiri. Berat jenis jenuh agregat
adalah berat yang telah ditimbang dikurangi berat piknometer berisi air yang telah ditulis di
piknometer.Setelah ditimbang, agregat halus dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Setelah
agregat dalam keadaan kering oven, agregat ditimbang untuk mengetahui berat agregat oven
dry.
II.2 Jalannya Percobaan
1
Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai didapat keadaan kering merata. Agregat
halus disebut kering merata jika telah dapat tercurah dengan baik.
Sebagian benda uji dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold).
Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) sampai 25 kali tumbukan.
Kondisi SSD (Saturated Surface Dry) diperoleh jika cetakan diangkat, butiran agregat
selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi benda uji dan air.
o
Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada temperature (110 5
temperature ( 23 2
Gambar 2.2 Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas minimum 1kg.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
( A ) = 421,5 gram
( B ) = 654 gram
( C ) = 950,4 gram
III.2 Perhitungan
HASIL
PENGAMATA
PENGAMATAN
Berat Contoh Kering (gram)
N
(A
)
Berat Piknometer + Air (gram)
(B
421,5
)
Berat Piknometer + Contoh SSD + Air (gram)
(C)
950,4
654
500
B+500C
A
B+500C
2,07
A
B+ AC
500 A
x
A
BAB IV
PENUTUP
2,46
100%
3,37
18,62%
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapat Berat Jenis Kering
Permukaan Jenuh (SSD) agregat halus yakni 2,46 dan disimpulkan bahwa SSD dari agregat
halus sudah memenuhi standar, yakni berkisar antara 2,30 - 3,00 sesuai dengan SK SNI T-15
1990-03. Sedangkan hasil dari percobaan Penyerapan Air (Absorption) agregat halus, didapat
hasil Penyerapan Air (Absorption) sebesar 18,62% dan dapat disimpulkan bahwa penyerapan
air untuk agregat halus belum memenuhi standar untuk Absorpsi yakni lebih dari 3,1%.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa bahan uji agregat halus ini kurang memenuhi
standar dan kelayakan untuk digunakan sebagai bahan campuran untuk kemudian digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan beton.
IV.2 Faktor Kesalahan
1
2
3
4
5
IV.3 Saran
1
2
3
Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum.
Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Arkham Ardiansyah
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pengujian berat volume agregat adalah untuk dapat menentukan berat volume
agregat. Berat volume didefinisikan sebagai perbandigan antara berat agregat kering dengan
volumenya. Menentukan bert volume agregat halus, kasar atau campuran, menentukan berat
volume gembur (berat volume lepas), dan menentukan berat volume padat (berat volume
penusukan).
I.2 Dasar Teori
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan
beat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbndingan berat agregat dengan
volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan.
Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material beton
mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m3.
I.3 Rumus yang Digunakan
Berat isi agregat =
D
C
kg/liter
D = berat benda
C = isi mold ( 1liter)
I.4 Alat yang Digunakan
a. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh,
b. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c. Tongkat pemedat diameter 15mm, panjang 60cm dengan ujung bulat,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat,
d. Mistar perata
e. Skop
f. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang,
berkapasitas sebagai berikut:
Tabel 9,1 Kapasitas wadah baja,
Kapasitas
Diameter
Tinggi
(Liter)
(mm)
(mm)
Sisi
Ukuran
butiran
maximum
(mm)
2,832
152,4 2,5
154,9 2,5
5,80
2,54
12,7
9,435
203,2 2,5
292,1 2,5
5,08
2,54
25,4
14,158
254,0 2,5
279,4 2,5
5,08
3,00
38,1
28,316
355,6 2,5
284,4 2,5
5,08
3,00
101,6
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
1. Berat isi lepas
a. Timbangan dan catatlah berat mold (B)
b. Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-butir,
dari ketinggian maksimum 5cm diatas mold dengan menggunakan sendok atau
sekop sampai penuh,
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catatlah berat mold beserta benda uji (A)
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
1
2 ) dengan cara
penusukan,
a. Timbang dan catatlah berat mold (B)
b. Isilah mold dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal, Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata,
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiaptiap lapisan,
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catat berat mold serta benda uji (A)
e. Hitung berat benda uji (D = A B)
1
3. Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1 2 ) sampai 101,6 mm (4)
dengan cara menggoyangkan,
a. Tinbang dan catatlah berat mold (B)
b. Isi mold dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal
c. Padatkan tiap lapis dengan cara menggoyang mold seperti sebagai berikut :
Letakkan mold diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Hasil Percobaan
Sample 1
Diketahui
Ditanya
= 17504
Kg
= 7270
Kg
= 6991,07
Lt
= 10234
Kg
Penyelesaian :
Berat isi agregat
D
C
10234
6991,07
= 1,463 kg/ltr
Sample 2
Diketahui
Ditanya
= 17940
Kg
= 7724
Kg
= 6991,07
Lt
= 10216
Kg
Penyelesaian :
D
C
10216
6991,07
= 1,461 kg/ltr
Perhitungan rata-rata benda uji
Diketahui
=1,463 Kg/Lt
= 1,461 Kg/Lt
Ditanya
Penyelesaian
Berat isi agregat rata-rata
BI + BI 2
2
1,463+1,461
2
=1,462 kg/ltr
BAB IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
3. Berdasarkan dasar teori dalam praktikum ini menggunakan teori dengan cara
penusukkan untuk melakukan berat isi agregat,
IV.2
Saran
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I,1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah :
Tujuannya adalah :
Untuk menentukan FM (Fineness Modulus) atau kehalusan dari agregat kasar, dan
membuat grafik distribusi agregat kasar,
dilakukan pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar, yang menggunakan standar ASTM
C-136. Sehingga akan didapatkan gradasi dan modulus kehalusannya.
Karena pada agregat kasar tidak diberikan batasan-batasan FM yang menentukan
kategori kerikil ( kerikil halus, sedang, dan kasar), maka hal itu dapat dilihat pada kurva
gradasi hasil pengujian. Apabila kurva mendekati batas standar gradasi atas, maka kerikil
semakin halus, dan bila kurva mendekati batas standar gradasi bawah, maka kerikil semakin
kasar, Begitu juga bila kurva keluar dari batas standar gradasi atas maupun bawah artinya
keerikil terlalu halus atau kasar dan kurang baik untuk dipakai sebagai bahan campuran
beton. Sehingga kerikil tersebut perlu dicampur dengan kerikil lain yang memiliki gradasi
baik.
Kecepatan penggetaran dalam mengayak kerikil pada mesin penggetar akan
berpengaruh pada hasil gradasi, yaitu semakin cepat penggetarannya kerikil akan semakin
banyak yang lolos, sebaliknya semakin lambat penggetarannya, kerikil tidak akan banyak
yang lolos. Sehingga kerikil yang seharusnya lolos masih tertahan pada saringan diatasnya,
yang tentunya mempengaruhi hasil pengujian dan perhitungan gradasi.
I.3 Rumus yang Digunakan
1
FM
Angka 500 pada rumus FM agregat kasar diperoleh dari 5 buah saringan yang tidak
digunakan, dengan ukuran kelipatan dari saringan no, 8, yaitu no, 16, no, 30, no. 50 dan no.
100.
I.4 Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram,
Satu set saringan ASTM ukuran : 3/4 (19,20 mm), 1/2 (12,70 mm), 3/8 (9,50 mm),
I.5 Bahan-bahan
agregat kasar yang lolos saringan (19,05) dan tertahan saringan no, 4 sebanyak 5000 gram
untuk 2 sampel dalam kondisi kering oven.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Siapkan kerikil yang lolos saringan No. 3/4 dan tertahan saringan No. 4, cuci dan
keringkan dalam oven kemudian dinginkan sampai berat tetap.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan dan Perhitungan
1) Menghitung indeks % tertahan
Berat tertahan
Indeks % tertahan = Total berat tertahan 100
Sampel 1
Saringan No. 1/2 (12,50 mm)
Berta tertahan
= 2292
gr
Total berat tertahan = 5000
gr
2292
Indekss tertahan
= 5000 100
= 45,84 %
Saringan No. 3/8 (9,50 mm)
Berta tertahan
= 1646
gr
Total berat tertahan = 5000
gr
1646
Indeks tertahan
= 5000 100
= 32,92 %
Saringan No. 4 (4,75)
Berat tertahan
Total berat tertahan
Indeks tertahan
= 1048
gr
= 5000
gr
1048
= 5000 100
=20,96 %
Saringan pan
Berat tertahan
Total berat tertahan
Indeks tertahan
= 14
gr
= 5000
gr
14
= 5000 100
=0,28%
Sampel 2
Saringan No. 1/2 (12,50 mm)
Berta tertahan
= 2459
gr
Total berat tertahan = 5000
gr
2459
Indekss tertahan
= 5000 100
= 49,18 %
Saringan No. 3/8 (9,50 mm)
Berta tertahan
= 1531
gr
Total berat tertahan = 5000
gr
1531
Indeks tertahan
= 5000 100
= 30,62 %
Indeks tertahan
= 999 gr
= 5000
gr
999
= 5000 100
=19,98 %
Saringan pan
Berat tertahan
Total berat tertahan
Indeks tertahan
= 11
gr
= 5000
gr
11
= 5000 100
=0,22%
Kumulatif %
Tertahan
Lolos
A
A+B
Sampel 1
Kumulatif % lolos saringan No. 1/2 (12,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan = 0
B = % tertahan saringan 1/2 = 45,84%
A + B = 0 + 45,84% = 45,84%
Kumulatif % lolos saringan No. 3/8 (9,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan 1/2 = 45,84%
B = % tertahan saringan 3/8 = 32,92%
A + B = 45,84% + 32,92% = 78,76%
Kumulatif % lolos saringan No. 4 (4,75)
A = Kumulatif % lolos saringan 3/8 = 78,76%
B = % tertahan saringan no.4 = 20,96%
A + B = 78,76% + 20,96% = 99,72%
Kumulatif % lolos saringan pan
A = Kumulatif % lolos saringan no.4 = 99,72%
B = % tertahan saringan pan= 0,28%
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
Sampel 2
Kumulatif % lolos saringan No. 1/2 (12,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan = 0
B = % tertahan saringan 1/2 = 49,18%
A + B = 0 + 49,18% = 49,18%
Kumulatif % lolos saringan No. 3/8 (9,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan 1/2 = 49,18%
B = % tertahan saringan 3/8 = 30,62%
A + B = 49,18% + 30,62% = 79,80%
Kumulatif % lolos saringan No. 4 (4,75)
A = Kumulatif % lolos saringan 3/8 = 79,80%
B = % tertahan saringan no.4 = 19,98%
A + B = 79,80% + 19,98% = 99,78%
Kumulatif % lolos saringan pan
A = Kumulatif % lolos saringan no.4 = 99,78%
B = % tertahan saringan pan= 0,22%
A + B = 99,78% + 0,22% = 100%
FM
100
=7,24 gram
Sampel 2
1
FM
100
=7,28 gram
Nomor
Ukuran
Saringan
Saringan
(mm)
Berat
Tertahan
Contoh I
%
Kumulatif
Berat
Tertahan
Lolos
(gram)
Tertahan
(gram)
3/4
1/2
3/8
No,4
19,00
12,50
9,50
4,75
Pan
Total
F,M,
2292
1646
1048
14
5000
7,24
45,84%
32,92%
20,96%
0,28%
0
45,84%
78,76%
99,72%
100%
2459
1531
999
11
5000
7,28
Contoh II
%
Tertahan
Rata-Rata
Kumulatif
Kumulatif
Tertahan
Lolos
49,18%
30,62%
19,98%
0,22%
49,18%
79,8%
99,78%
100%
%
Lolos
47,51%
31,77%
20,47%
0,25%
47,51%
79,28%
99.75%
100%
7,26%
10
0
8
0
6
Lolo0
s
4
0
2
0
0
40 20
80 40
0
Tertaha
n
4,75
9,50
12,5
0
19,0
BAB
0
25,0
0
2
0
4
0
6
0
8
0
10
0
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Dengan melakukan praktikum analisa saringan agregat kasar kita dapat mengetahui
distribusi ukuran butiran (gradasi) kerikil dan modulus kehalusannya,
2. Dari hasil percobaan, berat total sampel setelah penyaringan mempunyai perbedaan
terhadap berat sampel semula < 0,3 % yaitu sampel I = 0,28% dan sampel II = 0,22%
sehingga hasil dapat dipakai,
3. Dari data diperoleh nilai FM pada sampel I = 7,24 dan FM pada sampel II = 7,28
4. Untuk saringan No.4 dengan ukuran saringan 4,75 mm, berada pada 0,25 diantara 010. Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 0-10, yaitu 5. Namun, angka 0,25
masih berada didalam daerah yang telah ditentukan.
5. Untuk saringan 3/8 dengan ukuran saringan 9,50 mm, berada pada 31,77 diantara 2055.Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 20-55, yaitu 37,5. Namun, angka
31,77 masih berada didalam daerah yang telah ditentukan.
6. Untuk saringan 1/2 dengan ukuran saringan 12,50 mm, berada pada 47,51 diantara
55-80. Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 55-80, yaitu 67,5. Namun, angka
47,51 hampir mendekati titik 55.
7. Semakin banyak agregat halus maupun kasar yang lolos saringan dengan nomor
saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa lolos
ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut. Sebalikya
jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan kriteria nomor
saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk.
Oleh karena itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik
buruknya kualitas gradasi agregat.
IV.2 Faktor-faktor Kesalahan yang dapat terjadi pada Praktikum
IV.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum hendaknya peralatan yang akan digunakan diperiksa,
apakah rusak atau tidak, Saringan hendaknya benar-benar bersih karena dapat
mempengaruhi hasil percobaan.
Hendaknya praktikum dikerjakan dengan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan yang
dapat merugikan dalam memperoleh hasil praktikum.
Hendaknya alat digunakan dengan hati-hati, sebab mudah rusak,
Dalam hal memasukkan data para praktikan harus hati-hati dan teliti dalam mengolah
data untuk mendapatkan FM kerikil dan menggambar kurva gradsasi.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Arkham Ardiansyah
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air dengan cara pengeringan. Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan berat
agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini digunakan untuk korelsi tekanan air untuk
adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat lapangan.
kering, kita dapat membagi kadar basah sebagai kelebihan air jenuh
dengan jumlah penyerapan dan kadar basah.
Untuk mencari jumlah kadar air agregat kasar adalah dengan cara
sebagai berikut :
Kadar air agregat
( W )=
D
X 100
E
D=BC
E=C A
Dimana :
D = Berat air (Gram)
E = Berat benda uji (Gram)
C = Berat can + contoh kering
B = Berat can + contoh basah
A = Beran can / Talam
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Talam yang cukup untuk menampung jumlah benda uji dengan
ukuran yang sesuai dengan oven, dan benda uji haruslah dalam kondisi
SSD.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan dan Perhitungan
a. Data terlampir
b. Perhitungan
Adapun contoh perhitungannya untuk sampel I adalah :
Berat Can / talam ( A )
210 gr
3210 gr
3088 gr
Berat Air ( D ) = ( B ) ( C )
122 gr
2878 gr
4,239 %
Kadar Air ( W ) :
D
X 100
E
240 gr
3240 gr
3120 gr
Berat Air ( D ) = ( B ) ( C )
120 gr
2880 gr
4,167 %
Kadar air ( W ) :
D
X 100
E
Rata-rata ( W )
W 1+W 2
2
4,239 + 4,167
=4,203
2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Agregat yang kita gunakan sebagai bahan uji ini cukup baik untuk
menjadi campuran beton.
2. Kadar air yang diperoleh dari praktikum ini adalah :
4,203 %
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Hamzah Yahya
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktilum ini adalah praktikan diharapkan dapat
menentukan kondisi SSD, bulk dan apparent spesifik gravity dan
absorption dari agregat kasar menurut ASTM C-127. Tujuannya adalah
untuk menentukan volume agregat dalam beton.
A
BC
B
BC
I.4 Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram, kapasitas minimum 5 kg
dan dilengkapi dengan alat penunjang keranjang
2. Keranjang besi / kawat diameter 0.8 inci ( 203.2 mm ) dan tinggi 2,5
3.
4.
5.
6.
inci ( 63,5 mm )
Alat penggantung keranjang
Oven
Kain lap dan alat bantu lainnya
Saringan no. 4
I.5 Bahan-bahan
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Bahan yang disiapkan adalah agregat kasar dalam kondisi SSD yang
lolos saringan no. 1 dan tertahan pada saringan no. 4.
II.2 Langkah Langkah Percobaan
1. Benda uji direndam selama 24 jam
2. Benda uji digulung dalam kain lap / handuk sehingga air permukaan
habis tetapi harus tampak lembab ( kondiri SSD )
3. Timbang benda uji. Hitung berat contoh kondisi kering permukaan
jenuh (SSD) = B
4. Benda uji dimasukan keranjang dan direndam kembali dalam air
dengan suhu standart 25c dan ditimbang. setelah keranjang
digoyang-goyangkan dalam air untuk menghilangkan gelembung
udara yang terdapat didalam rongga benda uji. Hitung berat contoh
kondisi jenuh = C
5. Benda uji dikeringkan pada temperature (1105)c, setelah benda uji
tersebut didinginkan kemudian ditimbang. Kemudian hitung berat
contoh kondisi kering = A
II.3 Foto Pelaksanaan Percobaan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan
Setelah kita melakukan praktikum ini maka kita dapat mengetahui datadatanya sebagai berikut:
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
Sampel I
Berat contoh
Berat contoh
Berat contoh
Sampel II
Berat contoh
Berat contoh
Berat contoh
kering
kering permukaan
dalam air
(A) =
4780
(B) =
5000
(C) =
3136 gram
gram
gram
kering
kering permukaan
dalam air
(A) =
4776 gram
(B) =
5000 gram
(C) =
3344 gram
III.2 Perhitungan
1. Menghitung berat jenis Bulk ( Bulk Specifik Gravity )
Sampel 1
A
Bulk Specifik Gravity = BC
4780
= 50003136 = 2,564 gram
Sampel 2
A
Bulk Specifik Gravity = BC
4776
= 50003344 = 2,884gram
2. Menghitung berat jenis jenuh kering permukaan ( SSD )
Sampel 1
B
Berat jenis jenuh kering permukaan = BC
5000
=2,68 gram
50003136
Sampel 2
Berat jenis jenuh kering permukaan =
B
BC
5000
= 50003344
=3,01 gram
4780
= 47803136 = 2,907 gram
Sampel 2
Berat jenis semu =
A
AC
4776
= 47763344 = 3,335 gram
4. Menghitung penyerapan ( Prosentase Absorption )
Sampel 1
BA
X 100
Absorption ( % ) =
A
=
50004780
x 100
4780
=4,602%
Sampel 2
Absorption ( % ) =
=
BA
X 100
A
50004776
x 100
4776
=4,690%
Menghitung nilai rata-rata
Rata-rata
sampel 1+ sampel 2
2
= 2,724
gram
=3,121
Penyerapan (Absorption )
= 4,646
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
gram
gram
%
gram
Rata-rata berat jenis semu ( Apparent ) adalah 3,121 gram
Rata-rata penyerapan ( Absorption ) adalah 4,646%
IV.2 Saran
1. Dalam melaksanakan praktikum praktikan harus hati-hati supaya
hasil yang diperoleh lebih teliti dan akurat,
2. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini mudah rusak dan
kurang akurat, diusahakan dalam melaksanakannya harus lebih
hati-hati,
3. Kalibrasi ulang alat-alat yang akan digunakan akan sangat
membantu praktikan untuk mendapatkan ketelitian yang
maksimum,
4. Asisten diharapkan lebih teliti dan dapat membimbing praktikan
dengan sebaik-baiknya.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
PENYUSUN MODUL
: Hamzah Yahya
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat
terhadap perlakuan kasar
Angeles
penurunan
mineral
agregat
kasar
kehasil
ukuran
standar
Bermacam-macam
yang
komposisinya
untuknya
adalah
kalsium
karbonat, Semakin keras dan padat batu ini, maka akan sangat
cocok untuk pembuatan beton,
2. Batu api, meliputi :
Granit ; adalah batu yang keras, ulet, dan padat sehingga
merupakan agregat yang baik untuk beton,
Basalt merupaka batu api yang menyerupai granit tetapi
strukturnya lebih halus,
Sandstone merupakan batu keras dan padat namun berat
jenisnya mudah pecah butirannya dan sangat berongga
yang di sebabkan adanya ikatan yang kurang sempurna
pada bitir-butir tertentu,
3. Batu tulis biasanya merupakan agregat yang tidak baik lunak,
lemah, berlapis, dan daya serapnya tinggi serta bentuknya
yang pipih menyebabkan partikel ini sulit di padatkan di dalam
percetakan beton,
4. Batu metamorfosa ; bervariasi dalam karakternya, biasanya
padat dan cukup ulet serta kuat sebagai sesuatu agregat yang
baik,
5. Batu andesit, yaitu analog dari diorit yang kuat tekanannya
600-2400 kg/cm2 , dengan warnanya yang bermacam-macam
dari abu-abu hingga abu-abu tua, Andesit yang massif ( kekal )
yang lebih asam yang dipakai sebagai bahan yang tahan
terhadap asam dalam bentuk slabs-slabs atau sebagai batu
pecah dalam pembuatan beton tahan asam,
Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk
berbagai mutu beton , maka agregat kasar harus terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tidak berpori, Agregat kasar yang mengandung
butiran-butiran pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya, Dan tidak mengandung lumpur lebih dari 1%, Butir-butir
agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan,
Kekerasan agregat kasar dapat diperiksa dengan bejana pengujian
dari Rudelof dengan beban penguji 20 ton atau dengan mesin pengaus
Los Angeles, di mana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%
keausan dipengaruhi oleh berat jenis dan umur,
Mesin Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm (28) panjang 50 cm (20) , silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada
poros mendatar, Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji,
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu, Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang pen
setinggi 8,9 cm (3,56),
AB
A
x 100 %
I.4 Peralatan
1.
2.
3.
4.
8. Kain lap
9. Wadah untuk mencuci ( baskom )
I.5 Bahan-bahan
Agregat kasar dengan berat 5000 gram, dengan perincian 2500
gram agregat kasar yang lolos saringan no , dan ter tahan di saringan
no, 3/8, Dan untuk praktikum ini di buat 2 sampel.
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
500
0
500
0
,,,,,
,,,,,
,,,,,
250
0
250
0
500
0
,,,,,
500
0
,,,,,
250
0
250
0
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,
500
0
6
250
0
15
,,,,,
,,,,,
,,,,,
12
500
0
25
12
500
0
25
12
500
0
25
19,0
5
12,5
0
9,51
12,50
6,35
125
0
125
0
125
0
125
0
,,,,,
6,35
4,75
,,,,,
,,,,,
4,74
2,36
,,,,,
,,,,,
250
0
250
0
,,,,,
Jumlah bola
Berat bola
(gram)
12
500
0
25
11
454
8
25
8
333
0
20
9,51
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
1. Bersihkan benda uji,
2. Keringkan dalam oven pada suhu (110 5)0C sampai berat
tetap,
II.2 Jalannya Percobaan
1. Benda uji dengan bola-bola baja dimasukkan kedalam mesin Los
Angeles, Sesuai dengan berat dan gradasi yang dipakai maka
bola baja yang digunakan pada praktikum kali ini berjumlah 11
buah ,
2. Kencangkan baut-baut penutup pada mesin agar benda uji tidak
ada yang tertumpah,
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 33 rpm sebanyak 500
putaran untuk gradasi yang dipakai pada praktikum ini yaitu tipe
B,
4. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin
kemudian saring dengan saringan no,12, Butiran yang tertahan
di atasnya kemudian dicuci dan keringkan dengan oven bersuhu
(1105)0C selama 24 jam,
5. Setelah beratnya tetap, timbang berat agregat kasar tersebut,
II.3 Foto dan Data
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Percobaan
Sampel 1
o Berat agregat semula (A) = 5000gram
o Berat agregat tertahan saringan no, 12 (B) = 3428gram
Sampel 2
o Berat agregat semula
(A) = 5000gram
o Berat agregat tertahan saringan no, 12 (B) = 3402gram
III.2 Perhitungan
Sampel 1
Keausan
(50003428)
x 100 =31,44
5000
Sampel 2
Keausan
(50003402)
x 100 =31,96
5000
31,44 +31,96
=31.7
2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Sesuai dengan hasil percobaan, keausan rata-rata 31,7% sehingga
lebih kecil dari 50 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa benda uji
layak untuk dipakai sebagai bahan campuran beton,
2. Apabila keausan lebih dari 50 % maka agregat kasar yang diuji tidak
layak dipakai sebagai bahan campuran beton,
3. Dari data yang dicapai telah memenuhi syarat tetapi belum bisa
digolongkan dalam golongan baik keausan yang terbaik apabila
semakin kecil nilai keausan yang diperoleh daripercobaan dari
percobaan, Untuk nilai keausan yang terbaik adalah 17 %,
IV.2 Saran
1. Pada saat pencucian , usahakan jangan sampai ada kerikil yang
jatuh , karena akan mengurangi berat benda yang akan diuji.
2. Ayak kerikil pada saringan no, 12 secara hati-hati, sehingga tidak
ada kerikil yang tertahan , dapat terjatuh dari saringan karena hal
tersebut dapat mempengaruhi berat dan perhitungan kadar
keausan.
3. Pada saat mengangkat benda uji dari mesin Los Angeles , sebaiknya
peraktikan memakai penutup hidung dan mata karena sangat
banyak debu yang keluar dari mesin tersebut.
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari perencanaan campuran beton adalah menentukan komposisi
campuran beton dengan ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana.
Dalam perencanaan campuran beton (concrete mix design) ada 4 faktor yang
mempengaruhinya,yaitu:
Gradasi agregat
Konsisitensi adukan.
Sedangkan metode yang digunakan dalam praktikum ini dalam metode America
Concrete Institute (ACI). Data data yang di pakai dalam perhitungan campuran beton ini
adalah berdasarkan hasil-hasil praktikum bahan bangunan yang di gunakan , yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Timbangan
Wadah
Sendok semen
Alat pengaduk (Moln/Mixer)
I.4 Bahan-Bahan
1.
2.
3.
4.
Air
Semen
Agregat halus
Agregat kasar
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Data Perhitungan
Data data yang di perlukan dalam perhitungan beton dengan mutu beton K300 adalah
sebagai berikut :
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kekuatan rencana (f c)
Ukuran maksimum agregat kasar
Tinggi slump rencana
Berat jenis pasir (SSD)
Berat jenis kerikil(SSD)
Berat jenis semen
Fine modulus pasir
Berat isi krikil
=
=
=
=
=
=
=
=
300 Kg/cm
19,05 mm
8 10 cm
2,456
2,846
3,15
2,01
1,464
(Tabel 1)
215
20
12,5
19,05
x215
=
19,0512,5
x215
=
6,55
15
7,5
20
200215
2012,5
x = 201,9 Kg/m
Jumlah Air = 201,9 kg/m3 202 Kg/m3
2. Harga W/C = 0,48 (dengan udara di perhitungkan)
(Tabel 2)
0,59
y
0,66
12,5
19,05
y 0,59
=
19,0512,5
y 0,59
=
6,55
20
0,660,59
2012,5
0,07
7,5
5. Jumlah 4 kubus
15
15
Air
Semen
Kerikil
Pasir
= 202 x 0,0135
= 420,83 x 0,0135
= 951,6 x 0,0135
= 810,60 x 0,0135
= 2,727 Kg
= 5,681 Kg
= 12,847 Kg
= 10,943 Kg
4. Setelah agregat halus teraduk selama satu menit, masukkan agregat kasar kedalam
mesin pengaduk. Aduk selama satu menit.
5. Setelah agregat kasar dan agregat halus diaduk secara bersamaan,tambahkan semen
dan aduk selama satu menit, sehingga diperoleh adukan kering agregat dan semen
yang merata.
6. Tuangkan 1/3 jumlah air total kedalam wadah, dan lakukan pencampuran sampai
terlihat konsentrasi adukan yang merata.
7. Tuangkan lagi 1/3 jumlah air kedalam wadah dan ulangi proses untuk mendapatkan
konsistensi adukan.
8. Tuangkan lagi 1/3 jumlah air yang terakhir kedalam wadah dan lakukan pencampuran
sampai mendapat konsistensi adukan yang merata.
9. Lakukan pemeriksaan slump.
10. Apabila nilai slump sudah mencapai nilai rencana, lakukan pembuatan benda uji
silinder beton. Jika belum tercapai slump yang diinginkan, tambahkan air yang
sebelumnya ditimbang untuk mengetahui beratnya dan lakukan pengadukan kembali.
11. Lakukan perhitungan berat jenis beton.
12. Buatlah benda uji silinder atau kubus sesuai dengan petunjuk. Jumlah benda uji
ditetapkan berdasarkan volume adukan.
13. Lakukan pencatatan hal-hal yang menyimpang dari perencanaan, terutama pemakaian
jumlah air dan nilai slump.
Gambar 2.2 Hasil campuran komposisi penyusun beton setelah diaduk secara bersamaan
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
HASIL PERCOBAAN
Air
Semen
Kerikil
Pasir
= 3,272 Kg
= 5,681 Kg
= 12,847 Kg
= 10,943 Kg
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil untuk jumlah bahan yang diperlukan dalam 1 m3
Air
Semen
Kerikil
Pasir
=
=
=
=
202 Kg/m3
420,83 Kg/m3
951,6 Kg/m3
810,60 Kg/m3
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
PENYUSUN MODUL
: Saepudin
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan slump beton dimaksudkan untuk menentukan
I.3 Alat
a.
Pelat logam,
b. Sendok semen,
c. Talam besar,
d. Penggaris
e. Moln (mesin pengaduk)
f. Alat penggetar
g. Mistar perata
h. Timbangan
i. Cetakan kubus 15 x 15 x 15 cm
I.4.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Untuk pemeriksaan slump beton :
a. Cetakan dan pelat logam dibasahi dengan kain lap yang basah,
b. Letakkan cetakan di atas plat logam,
Untuk pembuatan benda uji :
Cetakan diolesi minyak pelumas atau oli agar mudah
tinggi
slump
yang
terjadi
dengan
menentukan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Hasil Percobaan
Rumus besar slump adalah :
= 30 cm
= (3+3,4+3,8) / 3 = 3,4 cm
Jawab:
Besar slump = 30cm 26,6cm
= 3,4cm
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.3 Saran
Praktikum harus lebih teliti dalam persiapan komposisi bahanbahan seperti penimbangan bahan salah satu persatu,
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Aldo Fernando
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Tujuan penelitian adalah :
Untuk pemeriksaan kekuatan beton serta dapat mendapatkan beda uji di laboratorium
yang memenuhi syarat,
Beton dengan ukuran 15x15x15cm sesuai standar PBI 1971, Kenyataan di lapangan,
pembuatan benda uji dengan ukuran sesuai standar terkadang sulit untuk dilakukan karena
tidak tersedianya cetakan yang dimaksudkan, Sehingga benda uji dibuat dengan
menggunakan cetakan sesuai dengan bahan dan ukuran yang ada dilapangan, tetapi dengan
bentuk sesuai standar, Karena hal tersebut, kami bermaksud untuk meneliti korelasi bentuk
terhadap kekuatan beton terukur fc.
Persiapan Peralatan
Pemeriksaan
Berat
Isi/Satuan
Agregat dan
Semen
Pemeriksaan
Kandungan
Lumpur Dalam
Agregat
Pemeriksaan
Kadar Air
Agregat
Penyiapan Cetakan
Beton
Pemeriksaan
Berat jenis
dan
Penyerapan
Air dalam
Penyiapan Bahan
Untuk Campuran
Beton
Pembuatan Beton
Pengujian Slump
Pembuatan Benda
Uji
Perawatan Benda Uji
selama 28 hari
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
Pemeriksaan
Gradasi
butiran
Agregat
Selesai
3
4
5
6
7
ujung dibulatkan,
Peralatan tambahan : ember, skop, sendok, cekung, perata dan talam,
Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh,
Satu set alat pelapis,
Mesin pengaduk,
Mesin tekan yang kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan,
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Benda uji (kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan bentuk benda
2
3
uji,
Cetakan diolesi minyak pelumas (oli) agar mudah bila dilepas dari beton cetakan,
Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan dengan menggunakan ember
atau alat yang lainnya yang tidak menyerap air, Bila dirasa perlu bagi konsistensi
5
6
bawahnya,
Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata sampai permukaan mengkilap,
Setelah selesai melakukan pemadatan ketuklah tiap sisi samping cetakan perlahanlahan sampai rongga bekas tusukan tertutup, Ratakan permukaan beton dan tutup
segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat, Kemudian biarkan beton
7
8
dalam cetakan selama 24 jam dan ditempatkan ditempat yang bebas dari getaran,
Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji,
Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat
untuk perawatan, selama waktu yang dibutuhkan,
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Perhitungan
Beton K300
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
22
23
24
25
26
27
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
28
29
30
31
32
33
34
Tipe 1
Pasir
Galian
Split
8-10
300
2,01
19,05
2,456
2,846
1464
cm
kg/cm2
mm
kg/m3
202
2
0,48
420,83
0,65
951,6
0,133
0,202
0,095
0,015
Kg
%
0,555
420,83
202
810,60
951,6
8,42
Kg
Kg
Kg
Kg
Zak
16,84
4,203
18,62
4,646
%
%
%
%
206,469
825,27
955,81
Kg
Kg
Kg
Kg
L
Kg
L
L
L
L
35
36
37
38
420,83
825,27
955,81
206,469
kg
kg
kg
kg
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Proporsi adukan yang akan digunakan dalam pembuatan beton disesuaikan dengan
benda uji yang akan dibuat,
Semen = 420,83 kg
Pasir
= 825,27 kg
Kerikil = 955,81 kg
Air
= 206,469 kg
IV.2 Saran
Dalam perhitungan bahan bahan persiapan adukan beton dilakukan lebih teliti agar
dapat mengurangi dan menghindari terjadinya kesalahan,
MODUL PRAKTIKUM
TANGGAL PRAKTIKUM
PENYUSUN MODUL
: Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan
beton berbentuk kubus yang dibuat dan dirawat (cured) di Laboratorium,
Kekuatan tekan beton adalah beban persatuan luar yang menyebabkan
beton hancur,
Umur beton
Type semen
Mutu agregat
Kematangan (maturity)
Derajat pemadatan
Perawatan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I.4 Bahan-Bahan
Bahan yang digunakan adalah benda uji atau beton berbentuk
kubus dengan ukuran 15x15x15 cm yang sudah dikeringkan setelah
direndam, dan diuji tekan pada umur 3, 7, dan 14 hari,
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNO BAHAN
KONSTRUKSI
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Persiapan Percobaan
Benda uji atau beton setelah direndam menurut umur yang
ditentukan, diletakkan ditempat yang kering dan terbuka sampai keadaan
beton benar-benar kering, Kemudian benda uji dilap untuk menghilangkan
kotoran yang menempel pada permukaannya,
II.2 Jalannya Percobaan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Perhitungan
Untuk pengujian kuat tekan beton diambil dua sampel dari tiaptiap pengujian dengan ketntuan umur beton, Kekuatan tekan
rencana adalah kekuatan tekan untuk uji silinder, untuk itu harus
dikonversikan ke kubus (faktor konversinya = 0,83)
Diketahui
310 kN
2.
399,5 kN
3.
390 kN
2.
31632,653
=140,58 kg /cm 2
225
3.
40765,306
=181,179 kg / cm2
225
Kekuatan Tekan
39795,918
2
=176,870 kg /cm
225
umur
umur
umur
umur
7 hari = 0,65
14 hari
= 0,88
21 hari
= 0,95
28 hari
=1
umur
umur
umur
umur
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Kesimpulan
1.
Hasil
kekuatan
tekan
beton
yang
Umur 8 hari
140,58 kg/cm2
Umur 14 hari
181,179 kg/cm2
Umur 28 hari
176,870 kg/cm2
2.
3.
Umur 7 hari
= 195 kg/cm2
Umur 14 hari
= 264 kg/cm2
Umur 28 hari
= 300 kg/cm2
4.
dari
hasil
kekuatan
tekan
beton
standar
(yang
Kemungkinan
kondisi
Proses
perawatan
beton
Perhitungan bahan-bahan
campuran pembuatan beton kurang teliti,
5.
melihat
hasil
IV.2 Saran
Dalam pengujian kuat tekan beton diusahakan agar benda uji
diletakkan ditengah-tengah alat uji, agar dapat memperkecil
kesalahan kuat tekan yang diperoleh,
Perhitungan dilakukan lebih teliti agar kesalahan dapat dihindari,
LAMPIRAN
Laporan No.
: 01
Jenis Semen
: Portland
Pelaksana
Merk Semen
: Tiga Roda
: Kelompok 3
Untuk
: Praktikum
LE CHATELIER
A. Berat Semen
(gram)
64
(V1 )
(V2 )
20,9
19,9
(cm )
A
xd
D
E. BJ Semen =
3,2
d=1
Laporan No.
: 02
Jenis Semen
: Portland
Pelaksana
Merk Semen
: Tiga Roda
: Kelompok 3
Untuk
: Praktikum
No
.
Berat Semen
Volume Air
(cc)
Konsistensi
Air (%)
Penurunan
Tiap 30 detik
(mm)
(gram)
500
125
25
500
130
26
500
135
27
500
140
28
500
145
29
500
150
30
500
155
31
13
Laporan No.
: 03
Jenis Semen
: Portland
Pelaksana
Merk Semen
: Tiga Roda
Untuk
: Praktikum
: Kelompok 3
Berat Semen
Volume Air
Waktu Pembacaan
Penurunan
(gram)
(cc)
(menit)
(mm)
500
152.5
30
37
500
152.5
45
37
500
152.5
60
37
500
152.5
75
37
500
152.5
90
37
500
152.5
105
35
500
152.5
120
30
500
152.5
135
Laporan No.
: 04
Pelaksana
Ukuran
: 4,75 mm
Sumber
: Cicangkal
Untuk
: Praktikum
Nomor
Ukuran Saringan
Berat tertahan
Saringan
(mm)
(gram)
4.75
: Kelompok 3
% Tertahan
Kumularif
% Lolos
2.36
4,07
0.814%
0.814%
16
1.18
47,6
9,52%
10,334%
30
0.6
117,79
23,558%
33,892%
50
0.3
158,08
31,616%
65,508%
100
0.15
123,92
24,784%
90,292%
200
0.075
41,67
8,334%
98,626%
Pan
6,87
1,374%
100%
Total
500
F.M.
2,01
1,18
4,75
10
0
80
%
Komulatif
Lolos
0
20
40
60
60
40
80
20
0
0,15
0,60
2,36
0
10
0
%
Komulatif
Tertahan
Laporan No.
: 05
Pelaksana
Ukuran
: 4,75 mm
Sumber
: Cicangkal
Untuk
: Praktikum
URAIAN
: Kelompok 3
500 gram
123 gram
623 gram
486 gram
KL =
W 1W 4
x 100
W1
2,8%
Laporan No.
: 06
Pelaksana
Ukuran
: 4,75 mm
Sumber
: Cicangkal
Untuk
: Praktikum
: Kelompok 3
Laporan No.
: 07
Pelaksana
Ukuran
: 4,75 mm
Sumber
: Cicangkal
Untuk
: Praktikum
PENGAMATAN
: Kelompok 3
II
Tinggi Lumpur
(A)
1,5 cm
1,4 cm
Tinggi Pasir
(B)
15 cm
15,2 cm
KL =
A
x 100%
A+ B
9,09%
8,43%
8,76%
Laporan No.
: 08
Pelaksana
Ukuran
: 4,75 mm
Sumber
: Cicangkal
Untuk
: Praktikum
: Kelompok 3
HASIL
PENGAMATA
PENGAMATAN
(A
421,5
(B
654
950,4
500
B+500C
2,46
A
B+500C
2,07
A
B+ AC
500 A
x
A
100%
3,37
18,62%
Laporan No.
: 09
Pelaksana
Ukuran
: 19,05 mm
: Kelompok 3
Sumber
: Sidamanik
Untuk
: Praktikum
PENGAMATAN
II
( A)
17,504
17,940
(B)
7,270
7,724
Volume (Ltr)
(C)
6991,07
6991,07
Berat Agregat ( A B )
(D)
10,234
10,216
1,463
1,461
KL =
D
C ( Kg/ltr )
1,462
Laporan No.
: 10
: Kelompok 3
Ukuran
: 19,05 mm
Sumber
: Sidamanik
Untuk
: Praktikum
Nomor
Ukuran
Contoh I
Contoh II
Saringan
Saringan
Berat
Kumulatif
Berat
Kumulatif
Kumulatif
(mm)
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Tertahan
Tertahan
(gram)
Lolos
(gram)
Rata-Rata
Lolos
Lolos
3/4
19,00
1/2
12,50
2292
45,84%
45,84%
2459
49,18%
49,18%
47,51%
47,51%
3/8
9,50
1646
32,92%
78,76%
1531
30,62%
79,8%
31,77%
79,28%
No,4
4,75
1048
20,96%
99,72%
999
19,98%
99,78%
20,47%
99.75%
Pan
14
0,28%
100%
11
0,22%
100%
0,25%
100%
Total
5000
5000
FM
7,24
7,28
7,26%
10
0
8
0
6
Lolo0
s
4
0
20 05
40 20
80 40
0
Tertaha
n
2
0
4
0
6
0
8
0
10
0
2
0
0
4,75
9,50
12,5
0
19,0
BAB
25,0
0
Laporan No.
: 11
Pelaksana
Ukuran
: 19,05 mm
: Kelompok 3
Sumber
: Sidamanik
Untuk
: Praktikum
II
210 gr
240 gr
3210 gr
3240 gr
3083 gr
3120 gr
Berat Air ( D ) = ( B ) ( C )
122 gr
120 gr
2878 gr
2880 gr
4,239 %
4,167 %
Rata Rata ( W )
4,203 %
Laporan No.
: 12
Pelaksana
Ukuran
: 19,05 mm
Sumber
: Sidamanik
Untuk
: Praktikum
PENGAMATAN
: Kelompok 3
II
( A)
4780
4776
(B)
5000
5000
(C)
3136
3344
2,884
2,564
B
BC
A
AC
BA
A
x 100%
Rata Rata ( % )
3,01
2,68
3,335
2,907
4,690 %
4,602 %
4,646 %
Laporan No.
: 13
Pelaksana
Ukuran
: 15 x 15 x 15
KT. Rencana
: K 300
Untuk
: Praktikum
No.
Ben
da
Uji
Slu
mp
(cm)
Ber
at
Panja
ng
Leb
ar
Ting
gi
(Kg)
(cm)
(cm
)
(cm)
Luas
Penamp
ang
: Kelompok 3
Um
ur
Beban
Max.
Kuat
Tekan
(Har
i)
(Kg)
(cm)
(Kg/c
m2)
7,44
4
15
15
15
225
31632,
65
140,58
7,51
2
15
15
15
225
14
40765,
31
181,18
7,55
0
15
15
15
225
28
39795,
92
176,87
Tabel 1
TABLE APPROXIMATE WATER REQUIREMENTS FOR DIFFERENT SLUMPS
AND MAXIMUM OF AGGREGATES
Water, Kg/m3of concrete indicated maximum sizes of aggregate
Slump cm
3 to 5
8 to 10
10 to 15
Approximate
amount of entrapped
in mm
10
12,5
20
25
40
Non Air-Entrained Concrete
205
200
185
180
160
225
215
200
195
175
240
230
210
205
185
3
2,5
1,5
50
70
150
155
170
180
145
160
170
125
140
-
0,5
0,3
0,2
140
155
165
135
150
160
120
135
-
3,5
air to non-air
entrained concrete,
percent
3 to 5
8 to 10
10 to 15
Recomenden
180
200
215
4,5
content percent
Tabel 2
TABLE RELATIONSHIP BETWEEN WATER-CEMENT RATIO AND
COMPRESSIVE STRENGTH OF CONCRETE
Compressive Strength at
28 days Kg/cm2
450
400
350
300
250
200
150
0,40
0,48
0,53
0,61
0,71
Tabel 3
Maximum size
of aggregate
mm
10
12,5
20
25
40
50
70
150
2,40
0,50
0,59
0,66
0,71
0,76
0,78
0,81
0,87
0,48
0,57
0,64
0,69
0,74
0,76
0,79
0,85
0,46
0,55
0,62
0,67
0,72
0,74
0,77
0,83
3,00
0,44
0,53
0,60
0,65
0,70
0,72
0,75
0,81
DAFTAR PUSTAKA
(Specific
Aggregate, No.ASTM
gravity),
and
Absorption
of
Fine
Vol 04.02.
10. Badan Standardisasi Nasional. Metode Pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat halus, SNI 03-1970-1990.