Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 4

METODE KONSTRUKSI

Disusun Oleh:

Nama : Rizka Fajri Utami

NRP : 1211400018

FAKULTAS TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

Jalan Raya Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan 15320 Telp. (021)


7561102, 7560545

April 2017

TUGAS 4
TIPE TIPE DINDING PENAHAN TANAH (DPT) DAN CARA PEMBUATANNYA

TIPE TIPE DINDING PENAHAN TANAH (DPT) :

1. Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall)


Jenis dinding penahan tanah ini banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral pada
timbunan tanah maupun pada tebing-tebing yang landai sampai terjal. Prinsip kerja dari
dinding penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari badan konstruksinya
dengan demikian kestabilan dari struktur dapat lebih stabil dikarenakan bobotnya yang berat
dalam menahan tekanan tanah lateral. Material penyusun yang digunakan pada jenis
konstruksi ini biasanya berupa material pasangan batu ataupun beton bertulang (Reinforced
Concrete).

2. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall)


Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe ini umumnya digunakan untuk menahan tekanan
tanah pada timbunan maupun pada tebing. Prinsip kerja dari jenis dinding penahan jenis ini
yaitu dengan mengandalkan daya jepit/fixed pada dasar tubuh strukturnya. Oleh karena itu
ciri khas dari dinding penahan jenis kantilever yaitu berupa model telapak/spread memanjang
pada dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk menjaga kestabilan dari struktur penahan.
Umumnya konstruksi dinding penahan tipe jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan
konstruksi beton bertulang.
3. Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile)
Jenis konstruksi dinding penahan tipe turap merupakan jenis konstruksi yang banyak
digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral tanah pada timbunan maupun untuk
membendung air (coverdam). Jenis konstruksi tipe turap/sheet pile umumnya terbuat dari
material beton pra tegang (Prestrees Concrete) baik berbentuk corrugate-flat maupun dari
material baja. Konstruksi dinding penahan tipe sheet pile berbentuk ramping dengan
mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan dapat pula dikombinasikan
dengan sistem angkur/Anchord yang disesuaikan dengan hasil perancangan. Dalam
pelaksanaannya kedalaman tancap sheet pile dapat mencapai elevasi sampai tanah keras.
4. Dinding Penahan Bronjong (Gabion)
Konstruksi dinding penahan tanah jenis ini merupakan konstruksi yang berupa kumpulan
blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar
berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas dengan step-step meyerupai
terasering/tanga-tangga. Kelebihan dari dinding penahan jenis gabion selain berfungsi untuk
menahan tekanan tanah juga berfungsi untuk memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam
tanah (Infiltrasi).
5. Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete)
Jenis dinding penahan tanah tipe blok beton merupakan kumpulan blok-blok beton masif
padat yang disusun secara vertikal dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun.
Umumnya blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa beton precash dan kemudian
proses pemasangannya di lakukan di lokasi - in situ.

6. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall


Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe dinding bertulang (Diaphragm Wall) merupakan
jenis konstruksi dinding penahan yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor
di tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk membendung (cover) suatu
konstruksi bawah tanah (sub-strucure) khusunya pada konstruksi basement suatu bangunan.
Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan sistem anchord untuk menambah daya
dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga berfungsi dalam proses dewatering untuk
memotong aliran muka air tanah (Cut-Off Dewatering).

7. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile, jenis konstruksi penahan
continguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi dinding penahan tanah yang
digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi bawah tanah seperti
pada konstruksi basement suatu bangunan sama seperti jenis konstruksi dinding penahan
diaphragm wall. Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan dengan
sistem ankur/anchord untuk meningkatkan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah
dan berfungsi sebagai pemutus aliran air bawah tanah (Cut Off). Continguous pile dibuat di
tempat in-situ dengan sistem bored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun
menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk
dinding penahan yang padat.

8. Revetment

Jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan lereng/tebing maupun untuk
melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi jenis ini pada
dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan aktif lateral tanah namun lebih
pada fungsi proteksi terhadap efek gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan
lereng/tanggul yang tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land slide.

CARA PEMBUATAANNYA :
A. COR DI TEMPAT
1. SECANT PILE

Secant pile merupakan salah satu dinding penaban tanah yang


sering digunakan dalam suatu pekerjaan konstruksi. Dalam lapangan secant
pile digunakan sebagai penahan untuk menghindari agar tanah dan
materiallainnya tidak longsor atau runtuh, juga untuk menjaga kestabilan dan
daya dukung tanah. Untuk memperkuat kestabilan tanah dan memperkokoh
secant pile maka dapat pula dilakukan pengangkuran. Adapun angkur
adalah suatu alat yang mengikat pondasi secant pile dengan tanah, dipasang
dengan sudut kemiringan tertentu kedalam tanah.

Metode Pelaksanaan
A. Persiapan
Persiapan diperlukan agar pada pelaksanaan utama seant pile dapat berjalan dengan baik dan
lancar sehingga waktu penyelesaian pekerjaan dapat sesuai jadwal dengan kualitas yang
baik. Beberapa hal berikut adalah yang menyangkut kegiatan persiapan:
1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan secant pile.
2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang terkait
pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuat guide line, yaitu mengali
pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan memberikan perkuatan
dengan beton mutu rendah (K125) dengan tebal 20 30 cm. Guide line ini
diperlukan agar alat pengali (yaitu mesin Grab) dapat mudah mengikuti alur galian
yang ditentukan. Seperti pada gambar dibawah ini.

3. Menentukan tempat pembuatan tulangan besi (reinforcement) jika secant pile


dilakukan metoda cor in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian
precast sistem.
4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan
dialirkan pada galian secant pile untuk menghindari terjadinya keruntuhan galian.
5. Karena pekerjaan secant pile ini biasanya diikuti dengan pondasi yang memakai bor
pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan secant pile dan bor
pile agar selalu silmultan.
6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil Crane
minimal 2 buah (1 untuk pengalian secant pile dan 1 untuk bor pile), Mesin Grab,
Mesin Bor, Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite, ultra
sonic sonding dan peralatan lain yang terkait pekerjaan tulangan besi (reinforcement).

Mesin Grab

B. Pelaksanaan

Seperti halnya pekerjaan dinding penahan pada umumnya maka step pertama adalah
melakukan penggalian. Penggalian dengan mengunakan mesin grab. Lebar galian adalah
setebal dinding diafragma antara 30 50 cm sedangkan panjang galian adalah sekitar 5
meter. Kedalaman galian disesuaikan dengan kebutuhan kedalaman basement. Misalnya
untuk 2 basement maka kedalaman minimal adalah 10 meter. Bersamaan dengan melakukan
pengalian ini harus juga dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi
keruntuhan.Sebelum rangkaian tulangan besi (reinforcement ) dimasukkan untuk cor insitu )
atau panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui adanya
keruntuhan atau tidak. Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling (misalnya galian
diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1, pengalian kedua adalah
nomor 3 dst ). Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding
galian.

Pekerjaan rangkaian pembesian (reinforcement) harus disiapkan secara simultan


dengan penggalian, sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga sudah
siap. (Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24). Model rangkaian tulangan
adalah double reinforced ( tulangan rangkap ) yang berfungsi menahan gaya geser dan
momen lentur pada secant pile. Rangkaian pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end
plate yang berfungsi untuk penyambung antar secant pile.

Setelah pengecekan dengan ultrasonic dilakukan dan menunjukan tidak ada


keruntuhan pada dinding galian maka melangkah pada tahap berikutnya yaitu :

Untuk Cor In Situ.

Memasukkan rangkaian tulangan besi (reinforcement). Rangkaian tulangan besi


(reinforcement) pada sisi yang nantinya menjadi dinding dalam basement dipasang
juga terpal supaya tampilan secant pile bisa bagus/rata.
Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai selesai.

Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah galian siap langsung memasukan
panel Precast secant pile. Gambar yang diambil dari Brasfond dibawah ini mungkin dapat
memperjelas uraian diatas.
2. SOLDIER PILE

Soldier piles merupakan struktur penahan galian tanah dalam untuk lokasi yang kedalaman
muka air tanahnya lebih rendah dari dasar galian. Struktur penahan tanah ini tersusun dari
barisan pile beton bertulang yang disusun membentuk dinding dengan terdapat gap antara
pile yang satu dan yang lainnya. Sementara tanah yang berada di belakang gap antar pile
tersebut tidak mengalami keruntuhan akibat efek arching.

Metode Pelaksanaan

1. Marking Posisi Pile oleh Surveyor


Sebelum pekerjaan dimulai, maka terlebih dahulu harus dilakukan pembuatan titik
titik pile yang akan dibuat lubang.
2. Pembesian
Besi untuk tulangan soldier pile harus dirakit di tempat yang ditentukan atau diluar
lokasi pengeboran, yaitu dengan memasang besi utama/pokok dan besi spiral, dan
pada setiap 2 meter pada besi spiral dipasang spacer.
3. Pengeboran (Boring)
Setelah alat bor sudah dirakit, maka segera dapat dilakukan pekerjaan pengeboran
pada titik yang sudah ditentukan. Mula mula mesin bor ditempatkan pada lokasi yang
akan dibor, lalu tepatkan mata auger pada titik soldier pile.

Gambar Proses Pengeboran

4. Instal Casing Sementara (Temporary Casing)


Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi, untuk menghindari tanah di tepi
lubang yang berguguran maka perlu dipasang casing. Casing adalah pipa yang
mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubag bor
dengan panjang casing 4 m. Cara pemasangan casing sementara yaitu dengan
menggunakan Vibrator (Vibro-hammer) yang di pukul ke dalam tanah. Setelah casing
terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan.
5. Pekerjaan Pembersihan (Cleaning) dan Pengecekan
Setelah lobang bor selesai atau jadi, maka sebelum dilakukan pengecoran harus
dilakukan cleaning dengan menggunakan bucket cleaning. Bucket cleaning adalah
bucket yang memiliki klep dimana tanah atau lumpur yang tersisa dapat diambil.
6. Pemasukan Tulangan dalam Lubang Bor
Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya adalah
penempatan tulangan.
7. Pemasangan Pipa Tremie
Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus
yaitu pipa tremie.
8. Pengecoran
Untuk tahap akhir dari pekerjaan ini adalah pekerjaan pengecoran, dimana setelah
tremie terpasang dengan sempurna maka dilanjutkan dengan pengecoran tiang.
9. Pencabutan Pipa Tremie dan Casing
Pipa tremie yang dimasukkan ke dalam lubang bor harus dicabut kembali.

3. DIAFRAGMA WALL
Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding penahan tanah
(retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining wall adalah pada metoda
pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada dinding penahan tanah sistem
konvensional. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan yang harus diperhatikan
sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada saat bangunan dioperasikan.
Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk kontruksi bangunan dibawah
permukaan tanah (basement ) atau penahan tebing supaya tidak longsor atas beban diatasnya
dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.

Metode Pelaksanaan
A. Persiapan
1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan diafragma wall.
2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang terkait
pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuat guide line, yaitu mengali
pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan memberikan perkuatan dengan
beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 30 cm. Guide line ini diperlukan agar
alat pengali ( yaitu mesin Grab ) dapat mudah mengikuti alur galian yang
ditentukan .Seperti pada gambar dibawah ini.

3. Menentukan tempat pembuatan pembesian jika diafragma wall dilakukan metoda cor
in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian precast sistem.
4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan
dialirkan pada galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan galian.
5. Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan pondasi yang memakai
bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan diafragma wall dan
bor pile agar selalu silmultan.
6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil Crane
minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor pile), Mesin
Grab, Mesin Bor , Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi campuran bentonite ,
ultra sonic sonding dan peralatan lain yang terkait pekerjaan pembesian.

B. Pelaksanaan
Seperti halnya pekerjaan dinding penahan pada umumnya maka step pertama adalah
melakukan penggalian. Penggalian dengan mengunakan mesin grab.Lebar galian adalah
setebal dinding diafragma antara 30 50 cm sedangkan panjang galian adalah sekitar 5
meter. Kedalaman galian disesuaikan dengan kebutuhan kedalaman basement.Misalnya untuk
2 basement maka kedalaman minimal adalah 10 meter.Bersamaan dengan melakukan
pengalian ini harus juga dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi
keruntuhan.Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau panel precast
masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui adanya keruntuhan atau
tidak.Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling. (misalnya galian diberi nomor 1,2, 3
dst maka pengalian pertama adalah nomor 1, pengalian kedua adalah nomor 3 dst ).Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan terjadinya keruntuhan pada dinding galian.
Pekerjaan rangkaian pembesian harus disiapkan secara simultan dengan penggalian,
sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga sudah siap.( Karena galian
hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24 ).Model rangkaian pembesian adalah double
reinforced ( tulangan rangkap ) yang berfungsi menahan gaya geser dan momen lentur pada
diafragma wall.Rangkaian pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate yang
berfungsi untuk penyambung antar diafragma wall. Setelah pengecekan dengan ultrasonic
dilakukan dan menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian maka melangkah pada
tahap berikutnya yaitu: Untuk Cor In Situ.
- Memasukkan rangkaian pembesian.Rangkaian pembesian pada sisi yang nantinya
menjadi dinding dalam basement dipasang juga terpal supaya tampilan diafragma
wallnya bisa bagus/rata.
- Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai selesai.
Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah galian siap langsung memasukan
panel Precast diafgrama wall. Gambar yang diambil dari Brasfond dibawah ini mungkin
dapat memperjelas uraian diatas.
(Gambar Diafragma Wall)

4. CONTIGUOUS PILE

Contiguous piles merupakan struktur penahan galian tanah dalam yang tersusun dari barisan
pile bentonitecement sebagai primary pile yang dicor terlebih dulu, dan pile beton bertulang
sebagai secondary pile yang dicor dengan mengoverlap primary pile, yang saling
menyambung hingga membentuk dinding.

Metode Pelaksanaan

1. Perataan Tanah dan pembuatan tulangan. Pekerjaan contigous pile memerlukan alat-
alat berat semacam excavator yang sangat membantu dalam hal perataan tanah.
Disebut alat- alat berat memang karena bobotnya yang berat, makanya manajer
proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapan apa yang diperlukan agar alat
berat tersebut dapat masuk serta bermanuver secara baik ke dalam areal proyek. Jika
tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut ambles karena daya dukung
tanahnya yang jelek.
2. Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready mix
concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat- alat bornya
yang menggambarkan secara skematik alat- alat yang akan dipergunakan untuk
mengebor.
3. Pengeboran ini adalah merupakan proses awal dimulainya pengerjaan contigous pile,
kedalaman serta diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor.
Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi
sehingga bisa disediakan metode, serta peralatan apa yang cocok. Kalau asal ngebor,
bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah.
4. Setelah proses pemasangan tulangan baja telah selesai, maka proses selanjutnya
adalah proses pengecoran beton. Proses ini merupakan bagian yang paling kritis yang
menentukan berfungsi tidaknya suatu contiguous pile. Meskipun proses pekerjaan
sebelumnya sudah benar, tetapi bilamana pada tahapan ini gagal, maka gagal pula
pondasi Pile tersebut secara keseluruhan. Pengecoran dikatakan gagal jika lubang
pada pile tersebut tidak benar-benar terisi dengan beton secara keseluruhan, misalnya
ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor
sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lobang bor
menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa
tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.
5. Setelah pipa tremie berhasil dimasukkan ke dalam lubang bor, dengan bagian ujung
atas yang ditahan sedemikian rupa sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak
jatuh. Kemudian corong beton dipasangkan, pada kondisi pipa seperti ini maka
pengecoran beton siap dimulai, truk readymix siap mendekat.
6. Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa
tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering.
Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket
karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
7. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous (terus menerus
tanpa putus), bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam saja. dan bila
sampai terjadi setting maka pipa tremienya dapat tertanam dibawah dan tidak dapat
dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi
bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan hal ini.
8. Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya
beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremie mensyaratkan
bahwa selama pengecoran dan penarikan, pipa tremie tersebut harus selalu tertanam
pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan
agar tidak terjadi segresi atau percampuran dengan lumpur/air.
9. Sampai tahap ini pekerjaan contiguous pile telah selesai.

Keuntungan menggunakan contiguous pile

Dari sisi tehnologi, pemakaian contiguous pile ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Mobilisasi yang mudah, karena pondasi dicetak di tempat dan hanya membutuhkan
alat boring serta perakitan tulangan.
2. Tidak mengganggu lingkungan atau bangunan di sekitarnya karena tidak
menghasilkan getaran yang dapat merusak bangunan lain di sekitarnya.
3. Pengoperasian alat dapat dikatakan cukup sederhana.
4. Memenuhi syarat tehnik dan spesifikasi bangunan.

B. PRACETAK
1. STEEL SHEET PILE (DINDING TURAP BAJA)

Dinding penahan tanah/ turap baja adalah suatu konstruksi yang bertujuan untuk
menahan tanah agar tidak longsor dan meninggikan lereng alam suatu tanah dan struktur
konstruksi ini terbuat dari baja. Di lapangan, turap baja dapat ditemui pada saluran air di
samping jalan, pada pinggir sungai, tebing sungai, pada bendungan dan saluran irigasi
dan dinding penahan bukit agar tidak longsor.

Sheet pile baja sangat umum digunakan, baik digunakan untuk bangunan permanen maupun
sementara, karena lebih menguntungkan dan mudah penanganannya.

Metode Pelaksanaannya

Prinsipnya, perencanaan dinding turap dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (a)
dinding cantilever (cantilver walls) dan (b) dinding berjangkar (anchored walls). Turap
dengan dinding cantilever, sebagaimana dinyatakan dalam namanya adalah tiang yang
ujungnya tertahan oleh tanah sehingga seolah-olah tergantung. Stabilitas turap jenis ini sangat
tergantung pada panjang penanaman tiang. Sedangkan turap berjangkar, disamping ujungnya
tertanam, di sekitar ujung lainnya dipasang jangkar yang akan memberikan gaya tarik
melawan kecenderungan tiang turap terdorong ke arah yang berlawanan dengan tanah.

Dalam metode konstruksi tiang turap terdapat beberapa cara, yaitu pertama dengan
meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu digali lalu kemudian diisi kembali
dengan tanah isian, dan yang kedua dengan memancangkannya ke dalam tanah, kemudian
tanah di depannya digali. Atau dalam hal konstruksi dermaga, tiang turap dipancangkan
dalam air hingga mencapai tanah, kemudian tanah isian diberikan di belakangnya. Dalam
banyak kasus tanah isian yang diletakkan di belakang dinding turap biasanya adalah tanah
granular. Sementara tanah di bawah garis penggalian bisa tanah pasir atau lempung.
Permukaan tanah pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian (dredge
line). Berdasarkan hal ini terdapat dua macam metode konstruksi turap, yaitu (a) struktur
urugan (backfilled structure) dan (b) struktur galian (dredged structure). Langkah-langkah
pelaksanaan struktur urugan diperlihatkan pada gambar-gambar dibawah ini:
2. CONCRETE SHEET PILE

- Concrete sheet pile berupa lembaran-lembaran yang sudah jadi yang terbuat dari
beton bertulang precast dengan mutu tinggi atau yang direncanakan.

- Dibuat penggalian alur concrete sheet pile, biasanya dibuat penggalian sepanjang
denah lantai dasar.

- Setelah digali, sediakan guide beam untuk presisi keteraturan dari rangkaian-
rangkaian steel sheet pile.

- Concrete sheet pile dimasukkan ke tengah-tengah guide beam vertikal tegak lurus
di titik yang akan ditanam.

- Concrete sheet pile diangkat ke atas menggunakan mobile crane yang dilengkapi
dengan alat drop hammer/vibro/hidrolis.

- Kemudian concrete sheet pile dipancang dengan drop hammer, bisa juga
menggunakan alat lain seperti vibro dan hidrolis

- Setelah tertanam semua rangkaian-rangkaian concrete sheet pile sepanjang alur


penggalian. Barulah ditutup lubang galian alur concrete sheet pile.

Anda mungkin juga menyukai