Disusun oleh :
KELOMPOK A-1
21010113120053
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 21010113120053
Telah menyelesaikan laporan Praktikum Bahan Bangunan dan Telah diperiksa serta
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia yang
dilimpahkan kepada kami sehingga Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Teknologi Bahan
Konstruksi yang harus dilaksanakan oleh setiap mahasiswa untuk dapat mengikuti ujian mata
kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.
Dalam setiap proses penyelesaian laporan ini kami telah menerima bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami selaku praktikan dari kelompok 19 ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ir. Han Ay Lie, M.Eng selaku Ketua Laboratorium Bahan Bangunan Asisten
Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi.
2. Bapak Ir. Moga Narayudha, Spl , Ibu Ir. Frida Kristiani dan Ibu Ir. Han Ay Lie,
M.Engselaku dosen mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.
3. Bapak Pardi selaku laboran yang telah banyak membimbing kami dalam pelaksanaan
praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktikum Teknologi
Bahan Konstruksi.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan, sehingga untuk
penyusunan laporan berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata, kami berharap agar laporan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta kemajuan bagi almamater kita
tercinta.
C. HASIL PERCOBAAN
Suhu ruang : 30 C
m
Berat Jenis
Percobaan Berat (gram) V1 (ml) V2 (ml) V2-V1 (V 2 V 1)
1 64 1 20,4 19,4 3,298969072
2 15 18 20,8 2,8 5,357142857
Rata-rata berat jenis 4,328055965
F. SARAN
1. Dalam melakukan percobaan ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
a. Pada saat memasukkan semen hendaknya diusahakan agar tidak
semen tidak menempel ke dinding Le Chatelier Flash.
b. Diperlukan ketelitian dalam membaca skala pada Le Chatelier agar
diperoleh hasil yang akurat.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. ASTMC C-138
2. SNI 15-2049-2004
H. LAMPIRAN
1. Le Chatelier
2. Timbangan analitis
3. Corong kaca
Le Chatelier
Timbangan analitis
Corong kaca
C. PENGOLAHAN DATA
15
Series1
10 Poly. (Series1)
5 Linear (Series1)
0
0 10 20 30 40 50
Presentase Air (%)
30
Series1
20
Poly. (Series1)
10 Linear (Series1)
0
0 50 100 150 200
Waktu Penurunan (Menit)
Catatan :
Konsistensi Normal = 29,5 %
Pengikatan Awal = 110 menit
E. KESIMPULAN
1. Dari hasil percobaan konsistensi normal diperlukan air sebanyak 29,5% agar
mencapai konsistensi normal sesuai yang disyaratkan.
2. Dari hasil percobaan waktu pengikatan awal, semen tiga roda mencapai
waktu pengikatan awal pada 110menit dan telah memuhi persyaratan yang
ditentukan.
G. DAFTAR PUSTAKA
SNI 15 – 2049 – 2004
SK SNI M – 113 – 1990 – 03
ASTM C 150-07
PUBI-1982 pasal 1 tabel 1-2
H. LAMPIRAN
1. Gambar alat Vicat
Percobaan II-A
KANDUNGAN LUMPUR
dan
KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS
C. HASIL PERCOBAAN
E. KESIMPULAN
1. Pada percobaan dengan sistem kocokan, kandungan lumpur diperoleh
sebesar 4.286 % (hasil pembulatan). Prosentase kadar lumpur dari pasir
tersebut sesuai dengan batas yang diizinkan, yaitu 5 % menurut PBI
1971 N.I-2. Jadi, pasir tersebut dapat dipakai sebagai bahan adukan
maupun campuran beton.
2. Sedangkan pada percobaan sistem pencucian hasilnya berbeda dengan
percobaan sistem kocokan yaitu sebesar 3 %. Jadi, kualitas pasir pada
sistem pencucian telahmemenuhi syarat PBI 1971 N.I-2.
3. Pada percobaan kandungan zat organis warna NaOH yang didapatkan
adalah kuning (tintometer no.8). Jadi memenuhi syarat untuk standar
warna NaOH.
G. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I-2 (pasal 3.3 Agregat Halus (Pasir)).
PUBI 1982 BAB A pasal 11
ASTM C 40-04
H. LAMPIRAN
1. Gambar pengujian kandungan lumpur dan kotoran organis.
2. Gambar tintometer.
Gambar Tintometer
C. PENGOLAHAN DATA
Tabel Analisa Saringan untuk Agregat Halus
188,5542
100
= 1,885542 %
G. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971N.I-2 (pasal 3.3 AGREGAT HALUS (PASIR) ayat 5)
PUBI 1982 BAB A pasal 11
SNI 03-1968-1990
CRD-C 104-80
ASTM C 33-03
SII.0052
H. LAMPIRAN
1. Gambar mesin vibrator
2. Gambar timbangan analitis
3. Gambar grafik analisa agregat halus.
Pengolahan Data
a. Agregat halus dengan benda uji pasir asli
Berat contoh Berat kering Berat kering rata- Berat air Kadar air
Percobaan (gram) (gram) rata (gram) (gram) (%)
2 500 472
F. SARAN
Agregat halus tetap bias digunakan meskipun memiliki kadar air yang cukup
berbeda-beda, hanya saja jumlah air yang dicampurkan pada saat pencampuran
untuk bahan pembuatan beton disesuaikan dengan kadar air yang terkandung dalam
agregat halus tersebut.
G. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I-2
SK SNI M-11-1989-F
H. LAMPIRAN
1. Gambar silinder besi
2. Gambar timbangan analitis.
G. DAFTAR PUSTAKA
ACI Education Bulletin E1-07
Revisi SNI 03-1737-1989
PBI 1971 N I-2
H. LAMPIRAN
1. Gambar kerucut terpancung
2. Ragam kondisi agregat halus
Percobaan III-A
KEAUSAN AGREGAT KASAR
C. PENGOLAHAN DATA
Tabel Hasil percobaan keausan agregat kasar
Ukuran saringan Berat dengan Gradasi Benda Uji (gram)
Lewat Tertahan A B C D E F G
(mm) (mm)
76,2 63,5 2500
63,5 50,8 2500
50,8 38,1 5000 5000
38,1 25,4 1250 5000 5000
25,4 19,05 1250 5000
19,05 12,7 1250 2500
12,7 9,51 1250 2500
9,51 6,35 2500
6,35 4,75 2500
4,75 2.36 5000
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000 4584 3350 2500 5000 5000 5000
Perhitungan :
a. berat sebelum diuji = 10.000 gram
b. berat tertahan saringan no. 12 = 8.110 gram
a–b = 1.890 gram
ab
Keausan x100%
a
1890
= x100%
10000
= 18,9 %
F. SARAN
Bahan agregat kasar yang telah memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk
pekerjaan konstruksi induk, misalnya sebagai bahan dasar penyusun beton. Bila
agregat kasar tidak memenuhi persyaratan, kita dapat mencampur agregat kasar
tersebut dengan agregat kasar yang memiliki keausan yang lebih baik.
G. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I-2 Bab III Pasal 3.4 ayat 5
H. LAMPIRAN
1. Gambar mesin los angeles.
C. PENGOLAHAN DATA
Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan , dapat diketahui bahwa
agregat kasar berupa:
Tabel Hasil percobaan kadar air dan berat isi agregat kasar
JENIS BERAT KERING KADAR BERAT ISI (kg/dm3)
KERIKIL RATA-RATA AIR
GEMBUR PADAT
(%)
(gr)
ASLI 500 525 5 1,420 1,525
gr
SSD 500 gr 490 2 1,446 1,593
Data Percobaan
A. Agregat kasar dengan benda uji kondisi asli
E. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan kadar air agregat halus asli dan agregat halus SSD diperoleh
kesimpulan :
1. Kadar air agregat halus asli pada percobaan adalah 5 %.
2. Kadar air agregat halus SSD pada percobaan adalah 2 %.
F. SARAN
Agregat kasar tetap bisa digunakan meskipun memiliki kadar air yang
berbeda – beda, hanya saja jumlah air yang dicampurkan disesuaikan dengan
kadar air yang terkandung dalam agregat kasar tersebut.Agregat kasar yang
terlalu kering dapat direndam sebentar atau di basahi dengan sedikit air.
Karena agregat yang terlalu kering tidak baik untuk campuran pembuatan
beton.
H. LAMPIRAN
1. Gambar silinder besi
2. Gambar cawan.
Cawan
C. PENGOLAHAN DATA
Tabel hasil percobaan berat jenis agregat kasar
Berat Berat
No. Berat Contoh Isi
Jenis Dalam Jenis
Perc. (gram) Contoh
Air (gr/cm3)
Melalui hasil percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui antara kerikil
asli dan kerikil SSD menunjukkan perbedaan, terlihat dari data di bawah ini.
Split asli
500
a. Berat jenis asli = = 2,68gram/cm3
186
500
b. Berat jenis asli = = 2,7 gram/cm3
185
500
Berat jenis rata-rata = = 2,69 gram/cm3
185,5
E. KESIMPULAN
Menurut ketentuan yang ditetapkan di atas, dapat diketahui bagaimana kondisi
atau kualitas dari agregat kasar pada percobaan yang dilakukan.
Terlihat bahwa kedua agregat tersebut mempunyai beberapa nilai yang sesuai
dengan ketentuan pada PBI 1971 N.I-2, maka dari segi kualitas jenis agregat
kerikil pada percobaan ini cukup baik untuk dipakai sebagai bahan bangunan
dan campuran beton.
F. SARAN
Agregat kasar yang dipilih sebaiknya agregat yang terdiri dari butir-butir yang
keras dan tidak berpori. Agregat kasar dipilih sesuai dengan ketentuan yakni
yang tertahan pada saringan #4 yakni dengan diameter lebih dari 5
G. DAFTAR PUSTAKA
ACI Education Bulletin E1-07
Revisi SNI 03-1737-1989
PBI 1971 NI-2
C. PERHITUNGAN
Kekuatan agregat terhadap pengetesan impact :
B
3
x 100 %
B
1
Ket :
B1= Berat contoh
B2= Berat contoh tertahan saringan no. 10
B3= Berat contoh lolos saringan no. 10
D. PENGOLAHAN DATA
Ukuran diameter : 2/3
Berat contoh awal : 134,7709
Berat jenis contoh aggregate : 2,69
Tabel hasil percobaan impact test
Percobaan Agregat I,
B1 = 134,7709gram
B2 = 110 gram
B3 = 24,7709 gram
B
3
Ketahanan Agregat I = x 100 %
B
1
= 18,38 %
B
3
Ketahanan Agregat II = x 100 %
B
1
= 19,12 %
18,38 % 19,12 %
Ketahanan Impact rata – rata =
2
= 18,75 %
E. SYARAT DAN KETENTUAN
Menurut Indian Standard 383-1970, disebutkan bahwa:
1. Nilai kehancuran agregat tidak boleh melebihi 45%, untuk agregat yang
digunakan selain lapisan, dan 30% untuk agregat yang digunakan untuk
penggunaan lapisan seperti landasan pesawat terbang dan jalan.
2. Nilai tumbukan agregat tidak boleh melebihi 45% dari beratnya untuk agregat
yang digunakan selain lapisan, dan 30% untuk agregat yang digunakan untuk
penggunaan lapisan sperti landasan pesawat terbang dan jalan.
F. KESIMPULAN
Agregat kasar yang diuji bermutu baik karena presentase hancurnya sebesar
18,75% masuk ke dalam interval yang di tentukan, yaitu berdasarkan Indian
Standard sebesar kurang dari 45% untuk penggunaan selain lapisan dan 30%
untuk penggunaan lapisan seperti landasan pesawat terbang dan jalan. Selain itu
agregat kasar yang diuji juga memenuhi syarat berdasarkan British Standard
812: Part 112:1990 yaitu memiliki Agregate Impact Value (AIV) kurang dari
30%. Sehingga agregat yang diuji layak untuk pekerjaan konstruksi bangunan.
G. SARAN
Dalam pemilihan agregat sebaiknya dipilih yang keras, tidak berpori, permukaan
kasar, dan kekal sehingga tidak terlalu banyak yang aus akibat tumbukan.
I. LAMPIRAN
1. Gambar alat impact test
A. PENGOLAHAN DATA
Tabel Analisa kandungan lumpur agregat kasar
Prosentase lumpur
Berat benda Berat benda uji
Berat 100 ( Bb C )
No. uji sebelum setelah dicuci x100%
cawan (C) 100
dicuci (Ba) dan dioven (Bb)
C. PEMBAHASAN
Dari rata-rata kandungan lumpur yang diperoleh dari hasil percobaan, yaitu 1,67 %, berarti
tidak memenuhi persyaratan PBI 1971 N.I-2 pasal 3.4 ayat 3, karena kandungan lumpurnya
lebih dari 1 %. Kondisi dan keadaan agregat dapat dikatakan tidak baik, sehingga agregat
harus dicuci terlebih dahulu agar kandungan di dalamnya berkurang.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil rata-rata kandungan
lumpur agregat kasar adalah 1,67 %. Agregat ini kurang bagus untuk konstruksi
bangunan karena kandungan lumpur cukup banyak (>1%).
E. SARAN
Agregat kasar yang memiliki kandungan lumpur lebih dari 1 % tetap dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi yaitu dengan cara mencucinya (disemprot
dengan air) supaya kandungan lumpurnya dapat ditekan seminimal mungkin
sehingga memenuhi persyaratan.
F. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 NI-2.
A. PENGOLAHAN DATA
Tabel analisa saringan agregat kasar
881,4361
FM
100
= 8,814361
C. KESIMPULAN
Pada percobaan di atas didapat hasil sebagai berikut :
1. Modulus kehalusan agregat kasar = 8,814
2. Sisa kerikil diatas saringan 31,5 mm adalah 0 %.
3. Sisa kerikil diatas saringan 4,0 mm terdapat 99,7 % ( masuk batas 90-98%),
berarti agregat tersebut memenuhi syarat.
Berdasarkan percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang dipakai
sebagai sampel, kurang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan PBI 1971 N.I–2
Pasal 3.4 ayat 6.
D. SARAN
Dalam pembuatan campuran beton untuk suatu kontruksi sebaiknya memilih
agregat kasar yang gradasinya sesuai dengan ketentuan. Apabila agregat tidak
memenuhi ketentuan dapat dicampur dengan agregat yang baik agar memperoleh
hasil yang baik.
E. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I–2
F. LAMPIRAN
1. Grafik analisa saringan agregat kasar
Percobaan IV-A
KUAT TEKAN MORTAR BETON
C. PENGOLAHAN DATA
Tabel Hasil percobaan kuat tekan mortar
Perbandingan Kuat Kokoh
Luas Berat Tgl Tgl
Tekan Beton
No Campuran Penampang
(gram) Cor Uji (kg/cm2
Spesi (cm2) ( ton ) )
1 25 250 3 120
1:3 2 Okt
2 25 260 7 Okt 2 80
FAS 0,55 2013 2013
3 25 260 2,5 100
Keterangan : Bentuk mortar kubus
Catatan : PC : 300 gr Semen Gresik
Pasir : 900 gr Muntilan
Air : 40% berat semen
D. PERHITUNGAN
1. Kuat tekan mortar = gaya tekan / luas penampang
a. 3000/25 = 120 kg/cm2
b. 2000/25 = 80 kg/cm2
c. 2500/25 = 100 kg/cm2
Rata-rata kuat tekan = ( 120+80+100) / 3 = 100 kg/cm3
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi | 45
2. Berat isi mortar = berat mortar/volume
a. 250/125 = 2 gram/cm3
b. 260/125 = 2,08 gram/cm3
c. 266/125 = 2,08 gram/cm3
Rata-rata berat isi mortar = (2,28+2,176+2,104) / 3 = 2,19 kg/cm3
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kuat
tekan mortar adalah 100 kg/cm2 dan belum sesuai dengan standar yang
disyaratkan.
G. SARAN
1. Agar mutu semen dapat terjaga supaya diperhatikan penyimpanannya.
2. Untuk mendapatkan mortar yang tinggi kokoh tekannya diperhatikan pula
factor air semennya.
3. Usahakan mortar yang dibuat sepadat mungkin (dipukul sebanyak 32x) dan
tidak berpori atau pun berongga sehingga memiliki kekuatan yang baik.
H. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I-2
ASTM C109 / C109M - 01
SNI 1-7064-2004
I. LAMPIRAN
1. Alat cetak mortar
2. Mesin kuat uji
C. PENGOLAHAN DATA
Data percobaan :
1. Perbandingan campuran pada benda uji
PC : Pasir : Kerikil = 1,5 : 2,5 : 3,5 = (4,5: 7,5 : 10,5) liter
FAS = 0,6 dan Berat Semen = 6570 gram
Maka jumlah air yang dipakai untuk campuran beton adalah
= FAS berat semen = 0,6 4927,5
= 2956,5 ml
2. Pengukuran nilai penurunan slump dari yang diketahui di 3 tempat
Nilai pengukuran = 16,5cm ; 19,5 cm ; 22 cm untuk 30 detik pertama.
Maka nilai rata-rata penurunan slump-nya
16,5 19,5 22
= = 19 cm
3
D. SYARAT DAN KETENTUAN
3 7 28 91
Semen Batu tak dipecah 17 23 33 40
Portland (alami) Silinder
Tipe I Batu Pecah 19 27 37 45
atau
Semen Batu tak dipecah 20 28 40 48
tahan (alami) Kubus
Sulfat Batu Pecah 23 32 45 54
Tipe II, V
Semen Batu tak dipecah 21 28 38 44
Portland (alami) Silinder
Tipe III Batu Pecah 25 33 44 48
Berikut ini tabel yang ditunjukkan dalam PBI 1971 N.I-2 mengenai
jumlah semen minimum dari nilai FAS maksimum
Tabel Jumlah semen minimum dari nilai FAS max menurut PBI 1971 N.I-2
Jumlah semen min Jumlah nilai
/ m3 beton FAS maksimal
* Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275 kg 0,6
b. Keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi / 325 kg 0,52
uap korosif
* Beton diluar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan 325 kg 0,60
terik matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik 275 kg 0,60
matahari langsung
* Beton yang masuk kedalam tanah
E. KESIMPULAN
1. FAS mempengaruhi kualitas beton karena besar FAS langsung berhubungan
dengan banyaknya semen pula. Artinya semakin rendah nilai FAS maka
kekuatan beton semakin tinggi.
2. Semakin tinggi nilai slumpna itu artinya semakin tinggi pula nilai FASna dan
mutu beton akan semakin rendah.
3. FAS dan slump saling berkaitan
F. SARAN
Dalam penakaran jumlah semen haruslah tepat agar bisa mendapat nilai FAS yang
tepat pula, sehingga nilai slump yang di dapat juga tepat.
G. DAFTAR PUSTAKA
ASTM C143/C143M-09
SNI,1990:6-8
PBI 1971
SK SNI T-15-1990-03
H.LAMPIRAN
1. Gambar kerucut abrams
Untuk mengetahui mutu dan kelas beton dapat ditunjukan dalam tabel dibawah
ini sesuai SK SNI 14-1989-F mengenai kelas dan mutu beton sebagai berikut,
Tabel Mutu dan kelas beton sesuai SK SNI 14-1989-F
Mutu Beton Kuat Tekan Minimum
Jenis Benda uji silinder Benda uji kubus (kg/cm2)
Beton Sbk (MPa) f’ 15-30 cm 15x15x15cm3
fc’(MPa)
(kg/cm2)
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
50 K600 32,5 50 390 600
Mutu
45 K500 26 40 325 500
Tinggi
35 K400 24 33 285 400
Mutu Beton Kuat Tekan Minimum
Jenis Benda uji silinder Benda uji kubus (kg/cm2)
Beton Sbk (MPa) f’ 15-30 cm 15x15x15cm3
fc’(MPa)
(kg/cm2)
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
30 K350 21 29 250 350
Mutu
25 K300 18 25 215 300
Sedang
20 K250 15 21 180 250
Mutu 15 K175 9,5 14,5 115 175
E. KESIMPULAN
1. Kuat tekan beton yang dihasilkan ketika dikonversikan ke umur 28 hari adalah
284,02 kg/cm2 masuk ke dalam beton dengan kualitas yang baik yakni beton
kelas III. Artinya beton tersebut dapat digunakan sebagai bahan konstruksi
seperti kolom struktur dengan mutu yang tinggi.
2. Untuk menghasilkan beton dengan kualitas yang baik dibutuhkan pengerjaan
dan perawatan beton yang sangat cermat karena beton adalah bahan konstruksi
yang sangat riskan.
F. SARAN
1. Dalam perancangan beton buatlah perbandingan bahan-bahan penyusun yang
tepat agar dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang tinggi.
2. Ketika penuangan bahan penyusun gunakanlah prosedur yang sudah ditentukan
(dengan urutan terlbih dahulu split,pasir,semen, air), agar terjadi interlocking.
3. Pemadatan dilakukan dengan hati-hati agar FAS tidak naik semua.
4. Perawatan dilakukan dengan intensif, seperti penggantian air rendaman beton
paling tidak diganti setelah 28 hari sehingga tidak lumutan.
5. Pilihlah bregesting dengan permukaanya yang rata.
G. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971
SK SNI 14-1989-F
H. LAMPIRAN
1.Tabel perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur.
2.Pengujian Kuat Tekan Beton
(PBI 1971)
PC Biasa
Umur Beton (hari) PC dengan Kekuatan Tinggi (%)
(%)
3 40 55
4 46 60
5 52,5 65
6 58,8 70
7 65 75
8 68 77
9 72 79
10 75 81
11 78 83
12 81 85,5
13 85 87,5
14 88 90
15 89 90,5
16 90 91
17 91 92
18 92 93
19 93 93,5
20 94 94
21 95 95
22 95,5 95,5
23 96 96
24 97 97
26 98,5 98,5
27 99 99
28 100 100
29 100,5 100,5
30 101,4 101
31 102 101,4
32 103 101,6
33 103,6 101,8
34 104 102
35 105 102,2
36 105,5 102,3
37 106,4 102,5
38 107 102,7
39 108 103
40 108,6 103,3
41 109 103,5
42 110 104
43 110,2 104,2
44 110,4 104,5
45 110,6 104,7
46 110,8 105
55 112,7 106,7
56 113 107
70 116 109,4
84 119 111,7
90 120 115
A. DEFINISI
Hammer Test adalah pengujian kekuatan tekan beton yang sudah terpasang atau di
lapangan dengan nilai pantulan (rebound). Hammer test dilakukan apabila dari hasil
pemeriksaan benda uji ternyata kekuatan tekan beton karakteristik yang disyaratkan
tidak tercapai, maka apabila pengecoran beton belum selesai, pengecoran tersebut
segera dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan percobaan non-
destruktif.
D. HASIL PERCOBAAN
Tabel hasil percobaan pembacaan hammer test (Sudut Hammer 90o)
20,00 9.90
21,00 11.10
22,00 12.40
23,00 13.60
24,00 14.90
25,00 16.30
26,00 17.70
27,00 19.10
28,00 20.60
29,00 22.10
30,00 23.60
31,00 25.20
32,00 26.90
33,00 28.50
34,00 30.10
35,00 31.80
36,00 33.50
37,00 35.30
38,00 37.80
39,00 38.70
40,00 40.50
41,00 42.40
42,00 44.10
43,00 46.00
44,00 47.90
45,00 49.70
46,00 51.60
47,00 53.50
48,00 55.40
49,00 57.30
50,00 59.20
51,00 61.10
52,00 63.10
53,00 65.00
54,00 67.00
55,00 68.90
G. SARAN
H. DAFTAR PUSTAKA
SNI 03-4269-1996
I. LAMPIRAN
1. Gambar alat hammer test
2. Gambar pengujian hammer test
3. Gambar grafik data hasil pengujian hammer
C. PERHITUNGAN
de = 12,74 √𝐵
𝜋.(𝑑 e )2
A=
4
Py.g Fyield
𝜎y = A=A
𝜎ult = Pult
=A.gA Fultimate
𝜀 = lx1l-lo100
o %
D. HASIL PENGUJIAN
Tabel Hasil percobaan Tarik Baja
Diameter
N Kode Benda lo ∆lu Elongation Fy Fmax 𝜎yield 𝜎max
pengujian
O Uji (mm) (mm) (%) (kN) (kN) (N/mm2) (N/mm2)
(mm)
1 Polos Ø12 11,26 78 41 52,5 % 46 61 461,8 612,4
46000
σyield = = 461,8 N/mm2
99,61
61000
σmax= = 612,4 N/mm2
99,61
F. KESIMPULAN
1. Dalam percobaan kali ini didapatkan σyield = 461,8 atau σmax =612,4 kg/mm2
sehingga menurut N.I. – 2 termasuk didalam mutu U – 48.
2. Baja ini dapat dijadikan sebagai tulangan beton karena karena U – 48adalah
baja keras, yang bermutu tinggi.
3. Baja yang tinggi mutunya apa bila baja tersebut memiliki tegangan leleh
yang tinggi.
G. SARAN
1. Baja harus disimpan sebaik mungkin dan dijaga dari lingkungan yang dapat
membuatnya cepat mengalami korosi dan keropos.
2. Untuk penggunaan baja dalam beton bertulang pilihlah baja yang tidak getas,
sehingga daya tarik/lentur dari balok tersebut baik.
3. Baja yang berulir harus dibubut terlebih dahulu sebelum pengujian supaya
kita dapat mengetahui diameter baja tersebut.
H. DAFTAR PUSTAKA
PBI 1971 N.I.-2
I. LAMPIRAN