DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
NO NAMA NIM
1 DIAN WAHYUNINGSIH 41115120097
2 RIYADIN 41116110027
3 TRI KARNO 41115120107
4 YUDHA WIDIYATMOKO 41115120113
5 WAHYUNING PRASETYAMUKTI 41115120138
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan karena atas kelimpahan berkah dan
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum untuk mata kuliah
“Perencanaan Perkerasan Jalan” dengan baik dan tepat waktu sesuai yang sudah
ditentukan. Dengan membuat laporan ini diharapkan penulis dan pembaca mampu untuk
lebih mengerti, mengetahui dan mamahami tentang pentingnya “Perencanaan Perkerasan
Jalan” dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya pada dunia konstruksi. Beberapa
kesulitan, tantangan dan hambatan penulis temui dalam mengerjakan laporan ini, tetapi
dengan dukungan dari berbagai pihak semua bisa berjalan dengan baik. Hal ini tidak lepas
dari peranan Dosen Pembimbing dan para Asdos yang telah bersedia membimbing kami
dalam melaksanakan praktikum ini. Serta bersedia mengkoreksi dan memberikan masukan
kepada penulis. Bantuan teman-teman sekelompok yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan laporan ini juga sangat berperan penuh. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak - pihak yang terkait dalam membantu menyelesaikan laporan ini
hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum bisa dikatakan sempurna dan
masih banyak sekali kekurangan - kekurangan yang mendasar. Maka dari itu saran dan kritik
dari pembaca akan kami terima dengan baik untuk evaluasi kami agar lebih baik lagi dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat, menambah wawasan serta
pengetahuan bagi penulis dan pembaca. Terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I ..................................................................................................................................................4
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN ...........................................................................................4
BAB II ...............................................................................................................................................12
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER ......................................................................................12
BAB III ..............................................................................................................................................20
TITIK LEMBEK ..............................................................................................................................20
BAB IV..............................................................................................................................................27
SAYBOLT VISCOSIMETER .............................................................................................................27
BAB V...............................................................................................................................................31
TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ....................................................................................................31
DENGAN ALAT CLEVELAND OPEN CUP ........................................................................................31
BAB VI..............................................................................................................................................38
KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL ....................................................................................38
BAB VII.............................................................................................................................................43
DAKTILITAS BAHAN – BAHAN BITUMEN......................................................................................43
BAB VIII............................................................................................................................................50
ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR.....................................................................50
BAB IX..............................................................................................................................................54
KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN MESIN LOS ANGELES ........................................................54
BAB X...............................................................................................................................................58
MIX DESIGN .................................................................................................................................58
BAB XI..............................................................................................................................................66
PENGUJIAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHAL ..............................................................................66
BAB I
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
(SNI 06-2456-1991)
(AASHTO T-49-68)
B. DASAR TEORI
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila dipanaskan dan akan
mengental / membeku apabila di dinginkan, namun demikian prinsip material
tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk suatu spectrum tergantung komposisi
unsur-unsur penyusunnya.
3. Stopwatch
4. Pemberat
5. Cawan
2. Gliserin
3. Air
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Sebelum dipasang ke dalam alat penetrasi, olesi jarum penetrasi dengan gliserin.
2. Pasang jarum ke alat penetrasi. Setelah itu letakkan pemberat 100 gr di atas
jarum yang telah terpasang. Beri jarak ±1cm antara jarum dengan benda uji.
E. RUMUS PENGUJIAN
Rata-rata penurunan = = 96 mm
TOLERANSI 20 40 60 80
100
80
60
Penurunan
40
20
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5
Titik Sample
I. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan tentang penetrasi bahan –bahan bitumen,
dihasilkan Hasil Penetrasi Benda Uji sebesar 96 mm dengan Nilai Toleransi sebesar
56mm. Sehingga dari praktikum ini dapat kita katakana bahwa bahan tersebut diatas
tidak memenuhi syarat sesuai Tabel SNI Pemeriksaan Aspal Keras Penetrasi 60/70
Laston (table terlampir), yaitu dengan spesifikasi minimal 60 mm dan maksimal 79
mm.
Spesifikasi
No. Jenis Pengujian Satuan Metode Pengujian
Min Max
Penetrasi 25o C, 100
1 0,1 SNI 06-2456-1991 60 79
gr (5 detik)
0
2 Titik lembek C SNI 06-2434-1991 48 50
3 Daktilitas cm SNI 06-2432-1991 100 -
Kelarutan dalam
4 % ASTM D 2042 99 -
C2HCl3
0
5 Titik Nyala (coc) C SNI 06-2433-1991 200 -
6 Berat Jenis ⁄ SNI 06-2488-1991 1,0 -
7 Kehilangan berat % SNI 06-2441-1991 - 0,8
Penetrasi setelah
8 % asli SNI 06-2456-1991 54 -
TFOT
Daktilitas setelah
9 cm SNI 06-2432-1991 50 -
TFOT
BAB II
BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
(SNI 06-2441-1991)
(AASTHO T-228-68)
B. DASAR TEORI
Berat jenis bitumen dan ter adalah perbandingan antara berat bitumen terhadap air
suling pada suhu tertentu dengan volume yang sama. Berat jenis aspal merupakan salah
satu parameter yang digunakan dalam mendesain campuran aspal dan agregat.
3. Penggaris
4. Alat Cungkil
2. Gliserin
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Timbang piknometer dengan timbangan
2. Buat butiran aspal sebanyak 5 buah sepanjang ± 1cm, gunakan gliserin untuk membuat
butiran aspal supaya aspal tidak menempel/ lengket di tangan
4. Catat berat piknometer+ butiran aspal, lalu masukkan air kedalam piknometer yang
berisi butiran aspal dengan air setinggi leher piknometer, timbang kembali
E. RUMUS PENGUJIAN
Data Sampel 2
No. Pengujian Hasil
1. Berat Piknometer (W1) 98 gram
2. Berat Piknometer + Aspal (W2) 154 gram
3. Berat Piknometer + Aspal + Air (W3) 411 gram
4. Berat Piknometer + Air (W4) 420 gram
Spesifikasi
No. Jenis Pengujian Satuan Metode Pengujian
Min Max
Penetrasi 25o C, 100 gr
1 0,1 SNI 06-2456-1991 60 79
(5 detik)
0
2 Titik lembek C SNI 06-2434-1991 48 50
3 Daktilitas cm SNI 06-2432-1991 100 -
4 Kelarutan dalam C2HCl3 % ASTM D 2042 99 -
0
5 Titik Nyala (coc) C SNI 06-2433-1991 200 -
B. DASAR TEORI
Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal atau ter mencapai derajat
kelembekan (mulai meleleh) dibawah kondisi spesifik dari tes.Titik lembek juga dapat
diartikan sebagai suatu suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu
lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal atau ter
tersebut menyentuh plat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu, akibat
pemanasan tertentu..
C.1 ALAT
1. Thermometer
2. Plat kuningan
5. Kompor Listrik
6. Bola Baja
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
2. Masukkan cincin yang berisi aspal dan letakkan didalam plat kuningan, kemudian
masukkan dalam gelas ukur.Sebelumnya tambahkan gliserin, agar aspal tidak
menempel di piknometer. Catat suhu awal (25˚C)
3. Nyalakan kompor dan catat pergantian suhu tiap menit sampai menit ke-20. Amati
pada suhu ke berapa aspal terjatuh, sehingga dapat diketahui Titik lembek nya.
Keterangan
Menit Suhu (˚C)
Sample Kanan Sample Kiri
1 26 Belum jatuh Belum jatuh
2 27 Belum jatuh Belum jatuh
3 28 Belum jatuh Belum jatuh
4 28 Belum jatuh Belum jatuh
5 29 Belum jatuh Belum jatuh
6 30 Belum jatuh Belum jatuh
7 31 Belum jatuh Belum jatuh
8 32 Belum jatuh Belum jatuh
9 33 Belum jatuh Belum jatuh
10 34 Belum jatuh Belum jatuh
11 36 Belum jatuh Belum jatuh
12 37 Belum jatuh Belum jatuh
13 38.5 Belum jatuh Belum jatuh
14 40 Belum jatuh Belum jatuh
15 41 Belum jatuh Belum jatuh
16 42 Belum jatuh Belum jatuh
17 44 Belum jatuh Belum jatuh
18 45 Belum jatuh Belum jatuh
19 47 Jatuh pada menit 18.54 Jatuh pada menit 19.22
Jadi, dari hasil praktikum kita ketahui bahwa aspal sebelah kanan dan kiri memiliki
titik lembek yang sama yakni pada suhu 47 Akan tetapi aspal sebelah kanan jatuh pada
menit ke 18.54 sedangkan aspal sebelah kiri jatuh pada menit ke 19.22 .
Maka kesimpulannya adalah aspal sebelah kanan dan kiri tidak memenuhi syarat SNI dengan
syarat minimum 48˚C dan maksimum 60˚C, hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor dari campuran aspal itu sendiri maupun faktor dari kestabilan
kompor listrik.
Spesifikasi
No. Jenis Pengujian Satuan Metode Pengujian
Min Max
0
2 Titik lembek C SNI 06-2434-1991 48 50
0
5 Titik Nyala (coc) C SNI 06-2433-1991 200 -
BAB IV
SAYBOLT VISCOSIMETER
(PP 25-1271)
B. DASAR TEORI
Viscositas dapat disebut sebagai kekentalan saybolt furol, yaitu waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan suatu bahan sebanyak 60 ml dalam detik pada suhu tertentu melalui
lubang Furol (Furol Office) yang telah distandarkan dan dinyatakan dalam SfS
(Saybolt Furol Second)
3. Stopwacth
4. Obeng
5. Oli
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Buat sampel aspal berbentuk bulat dengan diameter
3mm.
6. Nyalakan mesin viscometer tunggu hingga 60˚C selama 20 menit. Suhu awal (25˚C)
7. Pada menit ke 20 buka tutup bagian bawah tabung furol tersebut, apabila aspal tersebut
mencair maka akan keluar oli dan sebaliknya. Suhu akhir (26˚C) .
E. KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kekentalan aspal yang
kami uji Tidak Baik/ Tidak memenuhi syarat,karena aspal tersebut ketika dipanaskan
meleleh pada suhu 26˚C, sedangkan menurut ketentuan adalah minimal pada suhu 60˚C.
BAB V
TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN ALAT CLEVELAND OPEN CUP
(SNI-06.2433-1991)
(AASHTO T-48-74)
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan titik nyala dan titik bakar dari
semua jenis hasil minyak bumi kecuali minyak bakar dan bahan lainnya yang
mempunyai titik nyala kurang dari 79°. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala
singkat pada suhu di atas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terliat
nyala sekurang –kurangnya 5 detik pada suhu titik di atas permukaan aspal.
B. DASAR TEORI
Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas
permukaan aspal. Sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-
kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.
1. Termometer
2. Plat Kuningan
3. Korek api
3. Nyalakan sumber pemanas (korek api) dan aturlah pemanasan sehingga kenaikan
suhu menjadi (15 ± 1)°C per menit sampai benda uji mencapai suhu 56°Cdi
bawah titik nyala perkiraan.
4. Kemudian aturlah kecepatan pemanasan 5°C sampai 6°C per menit pada suhu
antara 56°C dan 28°C di bawah titik nyala perkiraan.
6. Putarlah nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan ( dari tepi ke tepi
cawan ) dalam waktu 1 detik. Ulangi pekerjaan tersebut kenaikan 2°C.Lalu ulangi
langkah 4 hingga 6 sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji.
7. Lanjutkan langkah selanjutnya sampai terlihat nyala yang agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan Hasil dari Praktikum diatas, bahwa tidak ada Titik Nyala maupun
Titik Bakar yang terjadi. Dengan demikian aspal tersebut Tidak Cukup Baik /
Memenuhi Syarat, hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor dari kestabilan api pada alat pemanas.
BAB VI
KELEKATAN AGREGAT TERHADAP ASPAL
(SNI-03-2439-1991)
(AASHTO T-182)
B. DASAR TEORI
Yang di maksud dengan kelekatan agregat adalah persentase seluas permukaan
agregat yang terselimuti asapal terhadap keseluruhan permukaan. Pengujian ini dapat
dilakukan terhadap semua jenis bahan yang dilakukan sebagi pengendalian mutu
agregat pada pembangunan jalan raya.
1. Neraca
3. Penjepit
4. Kertas
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Siapkan alat uji dan benda uji
2. Timbang agregat
3. Siapkan aspal cair yang telah dipanaskan dan celupkan agregat tersebut
kedalamnya aduk hingga semua permukaan agregat tersebut rata dengan aspal
tersebut.
5. Timbang kembali kertas, agregat yang sudah rata dengan aspal tersebut
E. RUMUS PENGUJIAN
Kelekatan Aspal terhadap Agregat
= 14,375 %
G. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kelekatan aspal pada batuan dengan
hasil sebesar 14,375 %.
BAB VII
DAKTILITAS BAHAN – BAHAN BITUMEN
(SNI-06.2433-1991)
(AASHTO T-51-74)
B. DASAR TEORI
Sifat reologis daktilitas digunakan untuk mengetahui ketahanan aspal
terhadap retak dalam penggunaannya sebagai lapis perkerasan. Aspal dengan
daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya karena
lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi. Oleh karena itu
aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi. Sifat daktilitas dipengaruhi oleh
sifat kimia aspal, yaitu susunan senyawa hidrokarbon yang dikandung oleh aspal
tersebut. Standar regangan yang dipakai adalah 100 – 200 cm.
2. Stop Watch
3. Cetakan Bitumen
1. Bitumen
2. Gliserin
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Siapkan alat dan bahan uji
2. Masukan bitumen kedalam alat cetak
5. Masukkan bitumen cetak kedalam bak ukur dan lepas bagian tengah alat cetak
bitumen
B. DASAR TEORI
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan
pada grafik pembagian butir.
Benda Uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak benda uji
disiapkan berdasarkan standard yang berlaku dan terkait, kecuali butiran yang
melalui saringan no. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat
ketelitian tidak menghendaki pencucian.
1. Agregat halus terdiri dari :
Ukuran maksimum 4,76 mm: berat minimum 500 gram
Ukuran maksimum 2,38 mm: berat minimum 100 gram
2. Agregat kasar terdiri dari :
Ukuran maksimum 3,5 “ : berat minimum 35 gram
Ukuran maksimum 3” : berat minimum 30 gram
Ukuran maksimum 2,5” : berat minimum 25 gram
Ukuran maksimum 2” : berat minimum 20 gram
Ukuran maksimum 1,5”: berat minimum 15 gram
Ukuran maksimum 1” : berat minimum 10 gram
Ukuran maksimum ¾” : berat minimum 5 gram
Ukuran maksimum ½” : berat minimum 2,5 gram
Ukuran maksimum 3/8” : berat minimum 1 gram
3. Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4, selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum
D. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)ºC sampai berat tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan atau mesin pengguncang
selama 15 menit
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711mm
panjang dalam 508mm: silinder tertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus
dan berputar pada poros mendatar. Silinder berlubang untuk memasukan benda uji.
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu. Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi
89mm.
C. BENDA UJI
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
D. LANGKAH KERJA
1. Pengujian ketahan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan salah satu
dari 7 cara berikut:
Cara A : gradasi A, Bahan lolos 37.5 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola
12 buah dengan 500 putaran.
Cara B : gradasi B, Bahan lolos 19 mm sampai tertahan 9,5 mm. Jumlah bola
11 buah dengan 500 putaran.
Cara C : gradasi C, Bahan lolos 9.5 mm sampai tertahan 4,75 mm. Jumlah bola
8 buah dengan 500 putaran.
Cara D : gradasi D, Bahan lolos 4.75 mm sampai tertahan 2.36 mm. Jumlah
bola 6 buah dengan 500 putaran.
Cara E : gradasi E, Bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm. Jumlah bola
12 buah dengan 1000 putaran.
Cara F : gradasi F, Bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm. Jumlah bola 12
buah dengan 1000 putaran.
Cara G : gradasi G, Bahan lolos 37.5 mm sampai tertahan 19 mm. Jumlah bola
12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan gradasi disesuaikan
dengan contoh material yang merupakan wakil dari material yang akan digunakan.
2. Benda uji dan bola baja dimasukan ke dalam mesin Abrasi Los Angeles.
3. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran sesuai cara
yang telah dipilih di awal.
E. PENGOLAHAN DATA
FORMULIR PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT DENGAN MESIN LOS ANGELES
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, menghasilkan angka keausan material 17 %,
maka material tersebut tergolong bagus karena nilai keausan kurang dari 40 %
2. Wajan
4. Timbangan
2. Timbang berat agregat dan catat perentase tertahannya dan cari jumlah berat
agregat tiap sample dan masukkan kedalam plastik dengan masing-masing
saringannya.
6. Letakkan cawan yang berisi aspal dan gunakan thermometer sebelum aspal
dicampurkan ke agregat sampai mencapai suhu 150ºc.
8. Setelah itu benda uji yang sudah di campur dengan rata masukkan kedalam mold
lalu tumbuk dengan hammer sebanyak 75 kali sebanayak 2 tahap.
9. Kemudian benda uji yang telah ditumbuk didiamkan selama 1 hari lalu buka
cetakan mold dan hitunglah berat aspalnya.
10. Masukan sample tersebut ke dalam ember yang telah diikat ke timbangan dan catat
data berat aspal dalam air.
D. PENGOLAHAN DATA
Berat keseluruhan sample dengan aspal 1000 gram
E. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum di atas, berat campuran dengan kadar aspal 6,5 % yaitu 957 gram,
diameter 93 mm, dan tinggi 44,3 mm.
C. PELAKSANAAN PENGUJIAN
1. Siapkan sampel aspal yang telah direndam dalam air selama 1 x 24 jam .
3. Siapkan keranjang yang telah ditimbang dan ember. Masukkan keranjang yang telah
dikaitkan pada timbangan kedalam ember, dan isilah ember tersebut dengan air sampai
keranjang terendam
4. Masukkan sampel aspal kedalam keranjang yang terendam didalam ember, dan
timbanglah beratnya
5. Setelah di diamkan sampai dirasa cukup, lalu dilakukan percobaan dengan Marshall
Test Machine.
6. Setelah dikalibrasi, siapkan bak perendam (WaterBath), dan isilah dengan air biarkan
memanas sampai suhu 60oC
7. Setelah bak tersebut siap, masukkan benda uji yaitu aspal kedalam bak perendam
sampai benda uji terendam sepenuhnya
8. Setelah semua benda uji dimasukkan, tutup bak perendam dan biarkan benda uji
terendam selama 30 menit
10. Setelah itu letakkan benda uji pada alat marshall test dan kaitkan penguncinya.
Sebelumnya jangan lupa untuk menaruh kertas untuk melapisi aspal ketika ditaruh di
alat marshall
11. Letakkan aspal pada alat marshall test dan kaitkan penguncinya
12. Setelah sudah diatur, kalibrasikan terlebih dahulu arloji yang ada pada alat marshall
test dan diatur jarumnya tepat pada angka nol.
13. Setelah semuanya siap, tekan tombol ON pada mesin, dan mesin akan bekerja
menekan benda uji. Pada saat ini kita harus perhatikan kedua arloji untuk
mendapatkan nilainya. Pembacaan arloji dengan cara: selama arloji atas berjalan
(berputar), arloji bawah harus dihitung berapa kali jarum melewati angka nol dan itu
dihitung 100 per 1 kali putar, ketika jarum pada arloji atas berhenti, kita harus
langsung membaca arloji bawah (pada arloji bawah jarum akan terus berjalan/tidak
berhenti walaupun arloji atas berhenti)
14. Lalu ketika sudah, keluarkan benda uji dari mesin uji marshall
ARLOJI
ATAS BAWAH
SAMPLE
(tegangan) (regangan)
A (1) 110 443
B (2) 110 370
C (3) 75 295
D (4) 136 210
E (5) 58 530
=17,256
i. =
= 0,2329
j. =
= 37,428
k. 100 – i – j = 100 – 0,28 – 37,42
= 62,3382
l. 100 – j = 100 – 62,3
= 37,66
m. 100 x = 100 x
= 0,618
n. % rongga terhadap campuran = 100 – (100 x ) = 100 – (100 x )
= 100 – 4,36
= 96,1939
= 3894,24
= 4020,80
s. Stabilitas/kelelahan = (kg/mm) =
= 10,86
A B C D E F G H I J
berat berat berat
kadar tinggi berat berat isi
sempel sampel isi jenis I (VMA) J
aspal sampel aspal sampel
jenuh dlm air teoritis
6,5% 6,5 44,3 957 1005 970 35 27,34286 251,4359 66,56501 35,01873
K L M N O P Q R S
jumlah persen persen persen rongga
kelelahan
kandungan rongga rongga campuran tegangan stabilitas stabilitas MQ
(regangan)
rongga agregat terisi aspal (VIM)
KADAR ASPAL VMA (%) VIM(%) STABILITAS (Kg) KELELEHAN (mm) MQ (kg/mm)
MAX - 5 - 4 300
100,00
77,81
80,00 66,57
VMA %
54,80
60,00 46,26
40,00
20,00
0,00
6% 6,5% 7% 7,5% 8%
KADAR ASPAL %
86,00
84,00 82,58
82,00
80,00
78,00
76,00
6% 6,5% 7% 7,5% 8%
KADAR ASPAL %
4000,00
2741,46
3000,00
2120,06
2000,00
1000,00
0,00
6% 6,5% 7% 7,5% 8%
KADAR ASPAL %
5 4,43
KELELEHAN (mm)
3,7
4
2,95
3
2,1
2
0
6% 6,5% 7% 7,5% 8%
KADAR ASPAL
MQ
VIM
KELELEHAN
STABILITAS
VMA
5% 6% 7% 8%
F. KESIMPULAN
Pada hasil praktikum pengujian Marshall kelompok 2 didapatkan nilai Kadar Aspal
Optimum (KAO) yang diperoleh sebesar 6.5%.