( ASTM C 188 )
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 16 September 2015
PENYUSUN MODUL : Sulton Fatkhul Khakim
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Dwi B.M.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah sebagai acuan dan pegangan untuk melakukan
pengujian berat isi semen portland.
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan berat jenis semen.
b. Untuk keperluan perhitungan dalam penggunaan semen sebagai campuran bahan lain.
W
BJ = xd
(V 2V 1)
Dimana :
BJ = Berat jenis semen portland (gram/ml)
W =Berat semen portland (gram)
V1 = Volume awal (ml)
V2 = Volume akhir (ml)
d = Massa jenis air pada suhu ruang yang tetap 4 C (1 gram/ml).
I.5 Bahan-Bahan
1. Semen Portland sebanyak 64 gram.
2. Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API (American Proteleum
Institute).
3. Minyak tanah 250 cc.
yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2 c.
3. Setelah suhu air sama dengan cairan dalam botol baca skala pada botol (A).
4. Masukan semen / benda uji dikit demi sedikit ke dalam botol jangan terjadi semen
yang menempel pada dinding dalam botol diatas cairan.
5. Setelah semua benda uji dimasukan, putar botol dengan posisi miring secara perlahan
-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan.
Ulangi pekerjaan pada no 2 setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol
baca skala botol (B).
DATA PERCOBAAN
III.2 Perhitungan
LE CHATELIER I
BAB IV
IV.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat bahwa berat jenis dari benda uji adalah
3,2 gr/ml, sedangkan menurut standar SII 0013-18 berkisar antara 3,1-3,2 gr/ml. Maka dapat
disimpulkan bahwa semen yang diuji masih dalam keadaan baru yang belum mengalami
penurunan kualitasnya dan layak digunakan sebagai campuran bahan konstruksi.
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
Berat air
Konsistensi = Berat benda uji x 100 %
I.5 Bahan-Bahan
1. Semen Portland 500 gram.
2. Air bersih (dengan temperature ruangan).
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta semen
dari dinding mangkuk.
5. Jalankan mesin aduk dengan kecepatan sedang (285 10) putaran permenit dan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
1 500 125 2
2 500 130 2
3 500 135 3
III.2 Perhitungan
Dari data diatas maka dapat dihitung persentase konsistensi normal dengan rumus :
W2
Konsistensi Air = x 100
W1
Dimana :
1 500 125 25 2
2 500 130 26 2
3 500 135 27 3
4 500 140 28 5
5 500 145 29 5
6 500 150 30 7
7 500 155 31 13
Untuk mendapatkan konsistensi 10 1 mm, dari data diatas kami asumsikan sebagai berikut :
x150 155150
107 = 137
6 (x - 150) = 15
6x - 900 = 15
6x = 915
915
x= 6
x = 152,5 cc
10
5
0
125 130 135 140 145 150 152.5 155
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pengujian pertama menghasilkan konsistensi sebesar 25%,
Pengujian kedua menghasilkan konsistensi sebesar 26%,
Pengujian ketiga menghasilkan konsistensi sebesar 27%,
Pengujian keempat menghasilkan konsistensi sebesar 28%,
Pengujian kelima menghasilkan konsistensi sebesar 29%,
Pengujian keenam menghasilkan konsistensi sebesar 30%,
Pengujian ketujuh menghasilkan konsistensi sebesar 31%,
Sehingga berdasarkan grafik konsistensi penurunan jarum vicat diperoleh konsistensi
sebesar 30,5%.
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
1) Waktu ikat awal adalah waktu yang diperlukan oleh pasta semen untuk mengubah
sifatnya dari kondisi cair menjadi padat.
2) Waktu ikat akhir adalah waktu diman penetrasi jarum vicat tidak terlihat secara visual.
3) Suhu udara adalah suhu ruangan pada saat dilakukan pengujian.
4) Benda uji adalah sejumalah semen Portland dengan berat dan isi tertentu yang dibuat
dari contoh-contoh semen Portland.
5) Contoh semen Portland adalah sejumlah semen Portland dengan berat dan isi tertentu
yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah
semen portlsnd yang akan diginakan untuk suatu pekerjaan.
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung dari mulai
bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan
tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua: 1). waktu ikat awal (initial setting time)
yaitu waktu dari pencampuran semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan, 2). waktu ikatan akhir (final setting time) yaitu waktu antara terbentuknya pasta
semen hingga beton mengeras. Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0 - 2.0 jam,
tetapi tidak boleh kurang dan 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8.0
jam.
Waktu ikatan awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton. Untuk kasus-kasus
tertentu, diperlukan initial setting time lebih dan 2.0 jam agar waktu terjadinya ikatan awal
lebih panjang. Waktu yang panjang ini diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan
(dumping/pouring), pemadatan (vibrating) dan penyelesaiannya (finishing). Proses ikatan ini
disertai perubahan temperatur yang dimulai terjadi sejak ikatan awal dan mencapai
puncaknya pada waktu berakhimya ikatan akhir. Waktu ikatan akan memendek karena
naiknya temperatur sebesar 30 0C atau lebih. Waktu ikatan ini sangat dipengaruhi oleh
jumlah air yang dipakai dan oleh lingkungan sekitamya. Pengikatan semu diukur dengan alat
I.4 Bahan-Bahan
a. Semen Portland.
b. Air bersih (dengan temperatur kamar).
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Gambar 2.1 Mixer untuk membuat bahan uji waktu ikat semen
HASIL PERCOBAAN
III.2 Perhitungan
135120 x120
302 = 3025
15 x120
28 = 5
28(x - 120) = 75
28x - 3360 = 75
28x = 3435
3435
x= 28
Jadi, untuk mendapatkan hasil penetrasi sedalam 25 mm, waktu ikat yang dapat
dicapai adalah 123 menit.
Waktu (menit)
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Waktu ikat semen dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan untuk semen
dapat mengeras. Semakin lama waktu yang diperlukan maka semakin keras juga semen yang
didapat. Dalam test vicat waktu pengikatan terjadi apabila jarum vicat yang kecil membuat
penetrasi sedalam 25 mm kedalam pasta setelah stabil selama 30 detik. Pada percobaan kali
ini waktu ikat yang dapat dicapai adalah 123 menit untuk mendapatkan penetrasi sedalam 25
mm dengan jarum tekanan tinggi tidak memberikan bekas yang tampak (jelas) pada pasta.
IV.3 Saran
4. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
5. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
6. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos
dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik
pembagian butir.
Berat Tertahan
Tertahan= 100
Total
% Tertahan Kumulatif
% Lolos
0 0
a 0+a
b (0+a) + b
F M=
kumulatif tertahan saringan
100
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu(110 5) oC. Selama 18 jam
berat tetap.
2. Saring benda uji lewat susunan jaringan dengan ukuran paling besar ditempatkan
paling atas. Perangkat saringan diguncangkan dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.
3. Timbang masing-masing semple yang tertahan di atas setiap saringan.
4. Periksa berat total semple setelah menyaring harus mempunyai perbedaan terhadap
= 0,814 %
=23,558% %
=8,334%
Saringan pan
Berat tertahan = 6,87 gr
Total berat tertahan = 500 gr
6,87
Indeks tertahan = 500 100
=1,374%
3. Menghitung FM
FM =
Kumulatif tertahan saringan(8 ,16 , 30 , 50 ,100)
100
0,814 +10,334 +33,892 +65,508 +90,292
100
= 2,01
Total 500
F.M. 2,01
%
60 40
Komulatif %
Lolos Komulatif
40 60 Tertahan
20 80
0 10
0,15 0,60 2,36 0
0
BAB IV
PENUTUP
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
Dimana :
W1 = Berat benda uji semula (gram)
W2 = Berat benda uji tertahan saringan no.200 (gram)
C.
4 Timbangan dengan ketelitian 0,1 berat contoh.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Siapkan benda uji dengan berat (W1) sesuaikan dengan tabel 5.1.
Gambar 2.1 Pasir kering oven lolos Gambar 2.2 Susunan saringan pada
saringan no.200 setelah dicuci saat digetarkan
III.2 Perhitungan
Dengan menggunakan rumus, maka didapat :
I
A. Berat pasir kering setelah di oven (W1) 500 gram
B. Berat can/talam (W2) 123 gram
C. Berat can+pasir setelah di oven (W3) 623 gram
D. Berat pasir kering oven setelah dicuci (W4) 486 gram
W 1W 4 2,8%
KL = x 100
W1
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar lumpur yang dikandung oleh agregat
halus. Dalam percobaan ini, benda uji memiliki kadar lumpur sebesar 2,8% dimana kurang
dari kadar lumpur yang diizinkan dalam agregat halus (pasir) yaitu sebesar 5% (Menurut SK
SNI S 04 1989 F). Kadar lumpur yang kurang dari ketentuan standar ini menunjukkan
bahwa agregat halus yang digunakan dalam percobaan masih dalam kualitas yang baik untuk
digunakan dalam campuran konstruksi.
IV.3 Saran
1 Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2 Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
3 Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-
hidrogen, Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak
pertama, organic.
Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa
senyawa organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - life-
force,Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artificial.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan (artificial sand)
yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan
organik, Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam, Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain bereaksi
dengan semen yang sedang mengeras, Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses pengerasan berlangsung lambat.
a. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet, atau bahan penutup lainnya yang
dengan NaOH, Volume gelas = 350 ml,
b. Standar warna (organic plate) Hellige Tester,
c. Larutan NaOH 3%,
I.4 Bahan
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
(1) (2)
BAB III
HASIL PERCOBAAN
/////////////////// //////////////////////
BAB IV
KESIMPULAN
IV.1 Kesimpulan
Prinsip tes kadar organik ini adalah mengetahui pengaruh zat organik yang
terkandung didalam pasir terhadap larutan NaOH karena besar kecilnya prosentase akan
menghasilkan pengaruh warna yang berbeda.
Agregat halus yang digunakan untuk objek praktikum kali ini mengandung banyak
bahan organik dapat dilihat dari warna larutan NaOH yang berwarna gelap (nomor 4) setelah
bereaksi dengan agregat halus.
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil,
2. Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum,
3. Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum,
4. Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar lumpur pada pasir
dengan cara pengendapan. Pemeriksaan ini biasa dilakukan dilapangan/disite sebagai
penelitian terhadap pasir dengan cara yang sederhana.
Tujun dari percobaan ini adalah untuk mengetahui prosentase kadar lumpur yang
terkandung dalm agregat halus dengan cara pengendapan. Kandungan lumpur kurang dari
25% merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan
beton.
Pasir yang dapat digunakan sebagai agregat untuk pembuatan beton harus memiliki
kandungan lumpur di bawah 5% dari berat kering. Apabila pasir yang digunakan mempunyai
kandungan lumpur yang berlebihan maka sebaiknya pasir tersebut dicuci atau dengan
penambahan senyawa belerang pada pasir untuk membantu terjadinya korosi. Kadar senyawa
belerang tidak boleh lebih dari 1% berat, dihitung sebagai SO3.
Kandungan lumpur tidak saja berpengaruh pada agregat halus, tapi juga pada agregat
kasar sehingga dapat merusak mutu beton. Menurut PBI (Peraturan Beton Indonesia) 1971
(NI-2) pasal 33, syarat-syarat agregat halus (pasir) adalah sebagai berikut:
1 Agregat halus tidak boleh mengandung bahanbahan organik terlalu banyak. Hal
demikian dapat dibuktikan dengan percobaan warna dari Abraham Harder dengan
menggunakan larutan NaOH.
2 Agregat halus terdiri dari butiran-butiran yang beranekaragam besarnya dan apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat 1 (PBI 1971),
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80%-90% berat
A
KL = x 100
A+ B
Dimana :
I.5 Bahan-Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah pasir alam lolos saringan no. 4 ASTM.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Gambar 2.1 Hasil praktikum analisa Gambar 2.2 Silinder sebagai alat ukur
kadar lumpur pada agregat halus. tinggi lumpur.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.2 Perhitungan
PENGAMATAN I II
A
KL = x 100% 9,09% 8,43%
A+ B
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan sebanyak 2 kali, didapatkan kadar lumpur rata
rata sebesar 8,76% yang berarti agregat halus belum layak digunakan untuk bahan pembuatan
beton, dimana kadar lumpur rata rata yang didapat menurut PBI (Peraturan Beton
Indonesia) 1971 (NI-2) pasal 33 harus kurang dari 5%.
IV.3 Saran
1 Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2 Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum.
3 Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
4 Perlu adanya penambahan alat-alat penunjang praktikum sehingga data yang
diperoleh dapat lebih akurat.
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan bulk dan apparent specific gravity dan
absorption dari agregat halus menurut ASTM C 128 guna menentukan volume agregat
dalam adukan beton.
Jika cetakan diangkat, bentuk pasir berubah dan ketinggian pasir menurun
sepertiganya, maka pasir tersebut dalam kondisi SSD. Kemudian pienometer dikocok hingga
isinya tercampur rata dan rongga udara hilang. Ukur volume pasir setelah ditambah air
hingga 500 cc lagi, kemudian pasir dikeringkan dan setelah itu ditimbang berat pienometer
dan pasirnya.
Absorpsi pasir adalah perbandingan berat pasir kering udara dan pasir kering oven.
Untuk standart absorpsi pasir < 3,1%. Dalam merencanakan campuran beton (mix design),
data yang kita perlukan di antaranya berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh,
berat jenis semu, dan penyerapan air pada agregat kasar.
1 Berat jenis curah, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
2 Berat jenis kering permukaan jenuh, yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh, dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 25C.
3 Berat jenis semu, yaitu perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering
pada suhu 25C.
4 Penyerapan, yaitu perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering (%).
Untuk bisa membuat campuran beton yang baik, maka ada dua standar yang digunakan:
500
B+500C
A
B+ AC
Prosentasi Absorpsi :
500 A
x 100
A
Dimana :
A = Berat benda uji oven dry (gram)
B = Berat dari piktometer berisi air (gram)
C = Berat dari piktometer dengan benda uji dan air sesuai kapasitas kalibrasi (gram)
I.4 Peralatan
a Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas minimum 1kg.
b Piknometer kapasitas 500 gram
c Cetakan kerucut pasir untuk test keadaan SSD
d Bak perendam piknometer
e Oven
I.5 Bahan-bahan
Berat contoh agregat halus sebanyak 1000 kg diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
penempatan
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Langkah awal dalam praktikum ini adalah dengan menyiapkan agregat halus yang
berada dalam keadaan kering permukaan (SSD). Untuk mendapatkan agregat halus yang
kering permukaan, kami membiarkan agregat di tempat yang cukup sirkulasi udara selama 24
jam. Setelah agregat halus berada pada kondisi SSD, agregat ditimbang untuk diketahui berat
agregat pada keadaan SSD. Setelah ditimbang, agregat dimasukkan ke dalam piknometer dan
ditambahkan air sampai 90% kapasitas piknometer. Sebelum dibiarkan selama 24 jam,
piknometer berisi agregat digoyang-goyang untuk menghilangkan udara yang terjebak di
antara agregat halus. Hal ini penting dilakukan untuk keakuratan praktikum sehingga
beratyang selanjutnya akan ditimbang benar-benar berat bersih dari agregat halus. Setelah
agregat halus direndam dalam air selama 24 jam, agregat ditimbang untuk diketahui berat
keseluruhan baik agregat halus, air maupun piknometer sendiri. Berat jenis jenuh agregat
adalah berat yang telah ditimbang dikurangi berat piknometer berisi air yang telah ditulis di
piknometer.Setelah ditimbang, agregat halus dikeringkan dalam oven selama 24 jam. Setelah
agregat dalam keadaan kering oven, agregat ditimbang untuk mengetahui berat agregat oven
dry.
1 Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai didapat keadaan kering merata. Agregat
halus disebut kering merata jika telah dapat tercurah dengan baik.
2 Sebagian benda uji dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold).
Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) sampai 25 kali tumbukan.
Kondisi SSD (Saturated Surface Dry) diperoleh jika cetakan diangkat, butiran agregat
halus runtuh/longsor sebagian.
3 Agregat halus 500 gram SSD dimasukan kedalam piknometer dan diisi air sampai
kapasitasnya 90%. Gelembung-gelembung udara dibebaskan dengan cara menggoyang-
selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi benda uji dan air.
o
4 Pisahkan contoh benda uji dari piknometer dan keringkan pada temperature (110 5
Gambar 2.2 Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas minimum 1kg.
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.2 Perhitungan
HASIL
PENGAMATA
PENGAMATAN N
Berat Contoh Kering (gram) (A
) 421,5
Berat Piknometer + Air (gram) (B
) 654
Berat Piknometer + Contoh SSD + Air (gram)
(C) 950,4
500
BJ. Kering Permukaan Jenuh SSD = B+500C
2,46
A
Berat Jenis Bulk = B+500C
2,07
A
Berat Jenis Semu ( Apparent ) = B+ AC
3,37
500 A
Penyerapan ( Absorption ) = x 100%
A
18,62%
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapat Berat Jenis Kering
Permukaan Jenuh (SSD) agregat halus yakni 2,46 dan disimpulkan bahwa SSD dari agregat
halus sudah memenuhi standar, yakni berkisar antara 2,30 - 3,00 sesuai dengan SK SNI T-15
1990-03. Sedangkan hasil dari percobaan Penyerapan Air (Absorption) agregat halus, didapat
hasil Penyerapan Air (Absorption) sebesar 18,62% dan dapat disimpulkan bahwa penyerapan
air untuk agregat halus belum memenuhi standar untuk Absorpsi yakni lebih dari 3,1%.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa bahan uji agregat halus ini kurang memenuhi
standar dan kelayakan untuk digunakan sebagai bahan campuran untuk kemudian digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan beton.
IV.3 Saran
1 Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2 Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum.
3 Penjelasan data yang kurang, sehingga harus lebih baik dalam data-data praktikum.
( ASTM C 29 )
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 04 November 2015
PENYUSUN MODUL : Arkham Ardiansyah
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Praktikum
Tujuan pengujian berat volume agregat adalah untuk dapat menentukan berat volume
agregat. Berat volume didefinisikan sebagai perbandigan antara berat agregat kering dengan
volumenya. Menentukan bert volume agregat halus, kasar atau campuran, menentukan berat
volume gembur (berat volume lepas), dan menentukan berat volume padat (berat volume
penusukan).
D = berat benda
C = isi mold ( 1liter)
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
penusukan,
a. Timbang dan catatlah berat mold (B)
b. Isilah mold dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal, Setiap lapis
dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata,
Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah tiap-
tiap lapisan,
c. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang dan catat berat mold serta benda uji (A)
e. Hitung berat benda uji (D = A B)
1
3. Berat isi pada agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1 2 ) sampai 101,6 mm (4)
BAB III
HASIL PERCOBAAN
Penyelesaian :
D
Berat isi agregat = C
10234
6991,07
= 1,463 kg/ltr
Sample 2
Penyelesaian :
D
Berat isi agregat = C
10216
6991,07
= 1,461 kg/ltr
Penyelesaian
BI + BI 2
Berat isi agregat rata-rata = 2
1,463+1,461
Berat isi agregat rata-rata
2
=1,462 kg/ltr
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuannya adalah :
Untuk menentukan FM (Fineness Modulus) atau kehalusan dari agregat kasar, dan
membuat grafik distribusi agregat kasar,
Agregat kasar merupakan satu komponen beton yang paling berperan dalam
menentukan besarnya kekuatan beton. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat dengan besar butir > 5 mm, sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu
agregat untuk berbagai mutu beton menurut pasal 4,2 ayat 1 (PBI71).
Sifat yang paling penting dari suatu agregat ialah kekuatan hancur dan ketahanan
terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, korositas dan
karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan terhadap proses cuaca dan reaksi
kimia serta ketahanan terhadap penyusutan.
Agregat kasar terdiri dari butiran-butiran yang beranekan ragam, sehingga dengan
demikian akan didapat beton yang baik karena antara butiran halus dan kasar saling mengisi.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi
(pembentukkan) alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecah batu
(stone crusher). Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton adalah agregat yang
tertahan saringan no. 4 standar ASTM (diameter 4,75 mm).
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya, dengan
demikian akan didapatkan beton yang kompak karena antara butiran yang halus dan yang
kasar saling mengisi.
Apabila disaring dengan susunan saringan menurut standar ASTM harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
Untuk menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi) agregat kasar (kerikil), dapat
dilakukan pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar, yang menggunakan standar ASTM
C-136. Sehingga akan didapatkan gradasi dan modulus kehalusannya.
Karena pada agregat kasar tidak diberikan batasan-batasan FM yang menentukan
kategori kerikil ( kerikil halus, sedang, dan kasar), maka hal itu dapat dilihat pada kurva
gradasi hasil pengujian. Apabila kurva mendekati batas standar gradasi atas, maka kerikil
semakin halus, dan bila kurva mendekati batas standar gradasi bawah, maka kerikil semakin
kasar, Begitu juga bila kurva keluar dari batas standar gradasi atas maupun bawah artinya
keerikil terlalu halus atau kasar dan kurang baik untuk dipakai sebagai bahan campuran
beton. Sehingga kerikil tersebut perlu dicampur dengan kerikil lain yang memiliki gradasi
baik.
1
Komulatif tertahan saringan( 2 + {3 } over {8 } + No.4)+500
FM = 100
Angka 500 pada rumus FM agregat kasar diperoleh dari 5 buah saringan yang tidak
digunakan, dengan ukuran kelipatan dari saringan no, 8, yaitu no, 16, no, 30, no. 50 dan no.
100.
I.4 Peralatan
Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram,
Satu set saringan ASTM ukuran : 3/4 (19,20 mm), 1/2 (12,70 mm), 3/8 (9,50 mm),
No, 4 (4,75 mm) dan pan,
Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu,
Mesin penggetar (mechanical sieve shaker),
Alat pemisah sampel (sample spliter),
Talam, kuas, dan sendok,
I.5 Bahan-bahan
agregat kasar yang lolos saringan (19,05) dan tertahan saringan no, 4 sebanyak 5000 gram
untuk 2 sampel dalam kondisi kering oven.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Sampel 1
Saringan No. 1/2 (12,50 mm)
Berta tertahan = 2292 gr
Total berat tertahan = 5000 gr
2292
Indekss tertahan = 5000 100
= 45,84 %
=20,96 %
Saringan pan
Berat tertahan = 14 gr
Total berat tertahan = 5000 gr
14
Indeks tertahan = 5000 100
=0,28%
Sampel 2
Saringan No. 1/2 (12,50 mm)
Berta tertahan = 2459 gr
Total berat tertahan = 5000 gr
2459
Indekss tertahan = 5000 100
= 49,18 %
= 30,62 %
=19,98 %
Saringan pan
Berat tertahan = 11 gr
Total berat tertahan = 5000 gr
11
Indeks tertahan = 5000 100
=0,22%
% Kumulatif %
Tertahan Lolos
A
B A+B
Sampel 1
Kumulatif % lolos saringan No. 1/2 (12,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan = 0
B = % tertahan saringan 1/2 = 45,84%
A + B = 0 + 45,84% = 45,84%
Sampel 2
Kumulatif % lolos saringan No. 1/2 (12,50 mm)
A = Kumulatif % lolos saringan = 0
B = % tertahan saringan 1/2 = 49,18%
A + B = 0 + 49,18% = 49,18%
1
Komulatif lolos( 2 + {3 } over {8 } + No.4)+500
FM = 100
(45,84 +78,76+99,72)+ 500
100
=7,24 gram
Sampel 2
1
Komulatif lolos( 2 + {3 } over {8 } + No.4)+500
FM = 100
(49,18+79,8+ 99,78)+ 500
= 100
=7,28 gram
3/4 19,00 0
1/2 12,50 2292 45,84% 45,84% 2459 49,18% 49,18% 47,51% 47,51%
3/8 9,50 1646 32,92% 78,76% 1531 30,62% 79,8% 31,77% 79,28%
No,4 4,75 1048 20,96% 99,72% 999 19,98% 99,78% 20,47% 99.75%
Pan 14 0,28% 100% 11 0,22% 100% 0,25% 100%
Total 5000 5000
F,M, 7,24 7,28 7,26%
20 05 40 20 80 40
10 0
0
8 2
0 0
6 4
Lolo0 Tertaha 0
s 4 n
6
0 0
2 8
0 0
0 10
0
4,75 9,50 12,5 19,0
BAB 25,0
0 0 0
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Dengan melakukan praktikum analisa saringan agregat kasar kita dapat mengetahui
distribusi ukuran butiran (gradasi) kerikil dan modulus kehalusannya,
2. Dari hasil percobaan, berat total sampel setelah penyaringan mempunyai perbedaan
terhadap berat sampel semula < 0,3 % yaitu sampel I = 0,28% dan sampel II = 0,22%
sehingga hasil dapat dipakai,
3. Dari data diperoleh nilai FM pada sampel I = 7,24 dan FM pada sampel II = 7,28
4. Untuk saringan No.4 dengan ukuran saringan 4,75 mm, berada pada 0,25 diantara 0-
10. Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 0-10, yaitu 5. Namun, angka 0,25
masih berada didalam daerah yang telah ditentukan.
5. Untuk saringan 3/8 dengan ukuran saringan 9,50 mm, berada pada 31,77 diantara 20-
55.Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 20-55, yaitu 37,5. Namun, angka
31,77 masih berada didalam daerah yang telah ditentukan.
6. Untuk saringan 1/2 dengan ukuran saringan 12,50 mm, berada pada 47,51 diantara
55-80. Hasil yang baik yaitu berada di tengah antara 55-80, yaitu 67,5. Namun, angka
47,51 hampir mendekati titik 55.
7. Semakin banyak agregat halus maupun kasar yang lolos saringan dengan nomor
saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa lolos
ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut. Sebalikya
jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan kriteria nomor
saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut buruk.
Oleh karena itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik
buruknya kualitas gradasi agregat.
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mencari jumlah kadar air agregat kasar adalah dengan cara
sebagai berikut :
D
( W )= X 100
E
D=BC
E=C A
Dimana :
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
BAB III
HASIL PERCOBAAN
D
Kadar Air ( W ) : X 100 = 4,239 %
E
D
Kadar air ( W ) : X 100 = 4,167 %
E
W 1+W 2
Rata-rata ( W ) = 2
4,239 + 4,167
= =4,203
2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Agregat yang kita gunakan sebagai bahan uji ini cukup baik untuk
menjadi campuran beton.
2. Kadar air yang diperoleh dari praktikum ini adalah : 4,203 %
IV.2 Faktor Kesalahan yang Dapat Terjadi pada Praktikum
1. Kemungkinan kesalahan yang terjadi sehinggga mempengaruhi
ketelitian dari hasil percobaan ini adalah :
Kurang teliti dalam membaca timbangan
Adanya benda uji yang jatuh atau hilang dalam melaksanakan
praktikum
IV.3 Saran
2. Dalam melakukan praktikum ini praktikan harus hati-hati dalam
melakukan praktikum supaya hasil yang diperoleh lebih teliti dan
akurat
3. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini mudah rusak,
diusahakan dalam melaksanakannya harus lebih hati-hati.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktilum ini adalah praktikan diharapkan dapat
menentukan kondisi SSD, bulk dan apparent spesifik gravity dan
absorption dari agregat kasar menurut ASTM C-127. Tujuannya adalah
untuk menentukan volume agregat dalam beton.
Dimana :
I.5 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu 5 kg agregat kasar dalam kondisi
SSD yang diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara
perempatan. Benda uji lolos saringan no.4 dibuang.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Sampel I
Berat contoh kering (A) = 4780 gram
Berat contoh kering permukaan (B) = 5000 gram
Berat contoh dalam air (C) = 3136 gram
Sampel II
Berat contoh kering (A) = 4776 gram
Berat contoh kering permukaan (B) = 5000 gram
Berat contoh dalam air (C) = 3344 gram
III.2 Perhitungan
1. Menghitung berat jenis Bulk ( Bulk Specifik Gravity )
Sampel 1
A
Bulk Specifik Gravity = BC
4780
= 50003136 = 2,564 gram
Sampel 2
A
Bulk Specifik Gravity = BC
4776
= 50003344 = 2,884gram
5000
=2,68 gram
50003136
Sampel 2
B
Berat jenis jenuh kering permukaan = BC
5000
= 50003344 =3,01 gram
4780
= 47803136 = 2,907 gram
Sampel 2
A
Berat jenis semu = AC
4776
= 47763344 = 3,335 gram
sampel 1+ sampel 2
Rata-rata = 2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Setelah kita melakukan praktikum ini kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Agregat yang kita gunakan untuk bahan uji cukup baik untuk
menjadi campuran beton
2. Kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi sehingga mempengaruhi
ketelitian dari hasil percobaan ini adalah :
a. Kurang teliti dalam membaca timbangan
b. Adanya benda uji yang jatuh atau hilang dalam melaksanakan
praktikum
3. Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah :
- Rata-rata berat jenis bulk adalah 2,724 gram
- Rata-rata berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) adalah 2,845
gram
- Rata-rata berat jenis semu ( Apparent ) adalah 3,121 gram
- Rata-rata penyerapan ( Absorption ) adalah 4,646%
IV.2 Saran
1. Dalam melaksanakan praktikum praktikan harus hati-hati supaya
hasil yang diperoleh lebih teliti dan akurat,
2. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini mudah rusak dan
kurang akurat, diusahakan dalam melaksanakannya harus lebih
hati-hati,
3. Kalibrasi ulang alat-alat yang akan digunakan akan sangat
membantu praktikan untuk mendapatkan ketelitian yang
maksimum,
4. Asisten diharapkan lebih teliti dan dapat membimbing praktikan
dengan sebaik-baiknya.
MODUL PRAKTIKUM : Pemeriksaan Keausan Agregat Dengan
Mesin Los Angeles ( ASTM C 131 )
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 04 November 2015
PENYUSUN MODUL : Hamzah Yahya
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat
terhadap perlakuan kasar ( keausan ) dengan menggunakan Mesin Los
Angeles ( Los Angeles Abration ), Sedangkan maksud dari pengujian
dengan menggunakan masin Los Angeles adalah untuk menentukan
ukuran penurunan mineral agregat kasar kehasil ukuran standar
berdasarkan ASTM C-131 melalui kombinasi beberapa proses termasuk
abrasi dan keausan, tubrukan dan penggilingan di dalam drum baja yang
berputar dan diisi bola-bola baja dengan jumlah tertentu tergantung pada
berat dan gradasi benda uji, Keausan tersebut dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no,12 terhadap
berat semula dalam persen,
Mesin Los Angeles terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua
sisinya dengan diameter 71 cm (28) panjang 50 cm (20) , silinder
bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada
poros mendatar, Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji,
Penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak
terganggu, Di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang pen
setinggi 8,9 cm (3,56),
AB
Keausan agregat = A x 100 %
I.4 Peralatan
Sampel 2
o Berat agregat semula (A) = 5000gram
o Berat agregat tertahan saringan no, 12 (B) = 3402gram
III.2 Perhitungan
Sampel 1
(50003428)
Keausan = x 100 =31,44
5000
Sampel 2
(50003402)
Keausan = x 100 =31,96
5000
31,44 +31,96
Keausan rata rata = =31.7
2
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Sesuai dengan hasil percobaan, keausan rata-rata 31,7% sehingga
lebih kecil dari 50 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa benda uji
layak untuk dipakai sebagai bahan campuran beton,
2. Apabila keausan lebih dari 50 % maka agregat kasar yang diuji tidak
layak dipakai sebagai bahan campuran beton,
3. Dari data yang dicapai telah memenuhi syarat tetapi belum bisa
digolongkan dalam golongan baik keausan yang terbaik apabila
semakin kecil nilai keausan yang diperoleh daripercobaan dari
percobaan, Untuk nilai keausan yang terbaik adalah 17 %,
IV.2 Saran
1. Pada saat pencucian , usahakan jangan sampai ada kerikil yang
jatuh , karena akan mengurangi berat benda yang akan diuji.
2. Ayak kerikil pada saringan no, 12 secara hati-hati, sehingga tidak
ada kerikil yang tertahan , dapat terjatuh dari saringan karena hal
tersebut dapat mempengaruhi berat dan perhitungan kadar
keausan.
3. Pada saat mengangkat benda uji dari mesin Los Angeles , sebaiknya
peraktikan memakai penutup hidung dan mata karena sangat
banyak debu yang keluar dari mesin tersebut.
MODUL PRAKTIKUM : Perencanaan Dan Pelaksanaan
Campuran Beton
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 09 Desember 2015
PENYUSUN MODUL : Rizka Fajri Utami
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari perencanaan campuran beton adalah menentukan komposisi
campuran beton dengan ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana.
Beton merupakan suatu komposisi dari suatu bahan yang di rekatkan oleh pasta.
Beton dibentuk dari agregatcampuran dan pasta semen, dengan kata lain bahwa semen
mengikat pasir dan kerikil.
Perbandingan bahan bahan campuran beton , terutama kadar air semen (water per
semen ratio) merupakan factor utama yang menentukan kekuatan tekan beton . perbandingan
campuran beton pada prinsipnya harus dilakukan dengan coba-coba (trial mixed). Berbagai
pengetesan yang dilakukan terhadap material yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan
pengecoran dilapangan. Setelah perbandingan campuran (mix design) terpenuhi, kemudian
harus dilakukan suatu penyesuaian terhadap peralatan mixer yang akan di pergunakan di
lapangan, sehingga kondisi campuran yang diinginkan/direncanakan menjadi optimal.
Dalam perencanaan campuran beton (concrete mix design) ada 4 faktor yang
mempengaruhinya,yaitu:
Jumlah air yang dipakai berbanding dengan jumlah semen yang dipakai dalam
adukan
Gradasi agregat
Konsisitensi adukan.
Standar metode perhitungan rencana campuran beton (mix design) yang umumnya di
gunakan adalah sebagai berikut :
1. Timbangan
2. Wadah
3. Sendok semen
4. Alat pengaduk (Moln/Mixer)
I.4 Bahan-Bahan
1. Air
2. Semen
3. Agregat halus
4. Agregat kasar
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Perkirakan jumlah air adukan dan kandungan udara dalam 1m3 beton berdasarkan
slump rencana dan ukuran maksimal agregat (Tabel 2 - ACI) dengan
menggunakan interpolasi.
215
20
12,5 19,05 20
x215 200215
19,0512,5
= x 2012,5
x215 15
=
6,55 7,5
7,5x = 1514,25
x = 201,9 Kg/m
0,59
0,66
12,5 19,05 20
y 0,59 0,660,59
=
19,0512,5 2012,5
y 0,59 0,07
=
6,55 7,5
y = 0,65
4. Jumlah Pasir:
15
Gambar 2.2 Hasil campuran komposisi penyusun beton setelah diaduk secara bersamaan
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Data Hasil Percobaan
Komposisi campuran beton untuk volume 0,0135 m3 dapat di perhitungan sebagai berikut :
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil untuk jumlah bahan yang diperlukan dalam 1 m3
IV.3 Saran
1. Pengenalan alat yang lebih mendasar agar dalam praktikum menjadi lebih terampil.
2. Kurang terorganisirnya waktu pelaksanaan praktikum.
3. Lebih teliti dalam menghitung rencana campuran.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan slump beton dimaksudkan untuk menentukan
slump beton, dimana slump merupakan ukuran kekentalan beton
muda menurut standar ASTM C 143
Tujuan pembuatan benda uji di laboratorium adalah untuk
pemeriksaan kekuatan beton serta untuk mendapatkan benda uji di
laboratorium yang memenuhi syarat menurut standar ASTM C
192,
I.3 Alat
a. Pelat logam,
b. Sendok semen,
c. Talam besar,
d. Penggaris
e. Moln (mesin pengaduk)
f. Alat penggetar
g. Mistar perata
h. Timbangan
i. Cetakan kubus 15 x 15 x 15 cm
a. Cetakan dan pelat logam dibasahi dengan kain lap yang basah,
b. Letakkan cetakan di atas plat logam,
Untuk pembuatan benda uji :
Jawab:
= 3,4cm
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan hasil slump yang didapat tidak sesuai
dengan rencana, dimana slump yang direncanakan adalah 8
10 cm tetapi hasil dari praktikum adalah 3,4 cm.
IV.3 Saran
Praktikum harus lebih teliti dalam persiapan komposisi bahan-
bahan seperti penimbangan bahan salah satu persatu,
Agregat diusahakan dalam keadaan SSD untuk mutu beton
yang baik dan sesuai dengan recana,
Penting untuk diperhatikan dan diawasi secara baik pada
pencampuran bahan dalam mixer (mesin pengaduk).
MODUL PRAKTIKUM : Pembuatan dan Persiapan Benda Uji
( ASTM C-192 )
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 09 Desember 2015
PENYUSUN MODUL : Aldo Fernando
ASISTEN PENANGGUNG JAWAB : Khoiri
BAB I
PENDAHULUAN
Beton merupakan material penting dalam bidang struktur teknik sipil, Beton
merupakan campuran semen portland, air, agregat halus, agregat kasar dengan perbandingan
tertentu serta rongga-rongga udara dengan atau tanpa bahan tambahan (bahan kimia, serat
dan bahan buangan kimia), (Tjokrodimuljo,1996), Kekuatan beton tergantung dari beberapa
faktor antara lain, sifat-sifat beton, proporsi material, tingkat hidrasi, faktor penambahan
beban dan dan metode yang digunakan untuk menguji spesimen, (Journal ACI,1994), Pada
setiap pengecoran beton pada jumlah/volume yang besar, haruslah dibuat benda uji,
Pembuatan benda uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah mutu beton/kekuatan beton yang
disyaratkan telah tercapai, Pembuatan benda uji tersebut biasanya menggunakan cetakan
silinder beton berukuran 150mm dan tinggi 300mm (SNI T-15-1991-03), atau
menggunakan cetakan kubus.
Beton dengan ukuran 15x15x15cm sesuai standar PBI 1971, Kenyataan di lapangan,
pembuatan benda uji dengan ukuran sesuai standar terkadang sulit untuk dilakukan karena
tidak tersedianya cetakan yang dimaksudkan, Sehingga benda uji dibuat dengan
menggunakan cetakan sesuai dengan bahan dan ukuran yang ada dilapangan, tetapi dengan
bentuk sesuai standar, Karena hal tersebut, kami bermaksud untuk meneliti korelasi bentuk
Mulai
Persiapan Peralatan
Pembuatan Beton
Pengujian Slump
Pembuatan Benda
Uji
Selesai
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
II.1 Jalannya Percobaan
1 Benda uji (kubus) harus dibuat dengan cetakan yang sesuai dengan bentuk benda
uji,
2 Cetakan diolesi minyak pelumas (oli) agar mudah bila dilepas dari beton cetakan,
3 Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan dengan menggunakan ember
atau alat yang lainnya yang tidak menyerap air, Bila dirasa perlu bagi konsistensi
adukan, lakukan pengadukan ulang sebelum dimasukkan kedalam cetakan,
4 Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 (tiga) lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tumbukan secara merata, Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh masuk antara 25,4 mm kedalam lapisan
bawahnya,
5 Ratakan permukaan benda uji dengan mistar perata sampai permukaan mengkilap,
6 Setelah selesai melakukan pemadatan ketuklah tiap sisi samping cetakan perlahan-
lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup, Ratakan permukaan beton dan tutup
segera dengan bahan yang kedap air dan tahan karat, Kemudian biarkan beton
dalam cetakan selama 24 jam dan ditempatkan ditempat yang bebas dari getaran,
7 Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji,
8 Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat
untuk perawatan, selama waktu yang dibutuhkan,
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Perhitungan
Beton K300
No Penetapan Karakteristik Perencanaan
1 Katagori Jenis Struktur
2 Jenis Semen Tipe 1
Pasir
3 Jenis Agregat Halus Galian
4 Jenis agregat Kasar Split
5 Rencana Slump (Tabel 1) 8-10 cm
6 Kekuatan Tekan Rencana 300 kg/cm2
7 Modulus Kehalusan Agregat Halus (FM) 2,01
8 Ukuran max agregat kasar (Tabel 1) 19,05 mm
9 Specifik Gravity Agregat Halus (SSD) 2,456
10 Specifik Gravity Agregat Kasar (SSD) 2,846
11 Berat Isi Agregat Kasar 1464 kg/m3
IV.1 Kesimpulan
Proporsi adukan yang akan digunakan dalam pembuatan beton disesuaikan dengan
benda uji yang akan dibuat,
Semen = 420,83 kg
Pasir = 825,27 kg
Kerikil = 955,81 kg
Air = 206,469 kg
IV.2 Saran
Dalam perhitungan bahan bahan persiapan adukan beton dilakukan lebih teliti agar
dapat mengurangi dan menghindari terjadinya kesalahan,
BAB I
PENDAHULUAN
I.4 Bahan-Bahan
Bahan yang digunakan adalah benda uji atau beton berbentuk
kubus dengan ukuran 15x15x15 cm yang sudah dikeringkan setelah
direndam, dan diuji tekan pada umur 3, 7, dan 14 hari,
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
BAB III
HASIL PERCOBAAN
III.1 Perhitungan
Untuk pengujian kuat tekan beton diambil dua sampel dari tiap-
tiap pengujian dengan ketntuan umur beton, Kekuatan tekan
rencana adalah kekuatan tekan untuk uji silinder, untuk itu harus
dikonversikan ke kubus (faktor konversinya = 0,83)
1 KN = 100 kg
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran