Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum pengujian
bahan ini.Laporan ini dibuat dengan tujuan memperoleh ilmu mengenai pengujian beton
dalam Teknik Sipil, yang mana pekerjaan ini dipakai dalam suatu pengujian , sehingga
dapat mengetahui kondisi beton tersebut.

Dalam kesempatan kali ini, penulis menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari
bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis banyak
mengucapkan banyak Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, dalam
penyelesaian laporan” PRAKTIKUM LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN“

Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.Untuk itu penulis
membutukan kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini, dan juga laporan ini juga dapat bermanfaat untuk bahan tambahan materi mata
kuliah. Atas perhatian diucapkan terima kasih.

Kupang, 27- November -2016

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.

Dalam pekerjaan teknik sipil kita mengenal dua jenis pekerjaan konstruksi yaitu
konstruksi berat dan konstruksi ringan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak lepas dari
kebutuhan akan material atau bahan-bahan tertentu. Dalam pelaksanaannya, sehingga
suatu konstruksi bangunan yang kuat dan utuh sesuai dengan yang diharapkan.

Beton adalah campuran agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan pengisi. Ditambah
semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan
tambahan. Sekarang ini penggunaan beton banyak digunakan untuk sebagai konstruksi,
misalnya jalan, jembatan, lapangan terbang, waduk, bendungan dan lainya. Dengan
melakukan analisa bahan maka dalam hal pembuatan beton harus lebih teliti dengan
berbagai macam material-material yang digunakan dalam pembuatan tersebut, dikarenakan
apabila suatu material dalam beton itu tidak bagus maka hasil dari beton tersebut tidak
akan mencapai hasil yang diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengujian yang
di sebut pengujian bahan untuk mendapatkan data dan dari data tersebut kita akan
mendapatkan kelayakan terhadap bahan yang akan di pakai dalam konstruksi beton.

Pengujian ini meliputi pengujian bahan produksi pabrik yaitu semen, pengujian
bahan hasil alam yaitu agregat dan pengujian bahan terolah yaitu meliputi pengujian
mortar dan beton.

1.2 TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat :

1. Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik dan
benar.
2. Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian beton di laboratorium .
3. Dapat mengetahui karakteristik dan mutu beton
4. Dapat melakukan pengujian secara langsung di laboratorium
BAB II

PEMBAHASAN

PENGUJIAN SEMEN

2.1 JOB I BERAT JENIS SEMEN


2.1.1 TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat menyebutkan
jenis-jeni peralatan, prosedur pelaksanaan, dan mempraktekkan pengujian berat
jenis, dengan benar.

2.1.2 DASAR TEORI


Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen
padasuhu kamar dengan satuan isi.Suhu kamar adalah suhu ruangan pada saat
dilakukan pengujian. Benda uji adalah sejumlah semen portland dengan berat dan
isi tertentu yang dibuat dari contoh-contoh semen portland. Contoh semen portland
adalah sejumlah semen portland dengan berat dan isi yang diambil dari tempat
penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah semen portland yang
digunakan sebagai bahan struktur.

Berat jenis diisyaratkan oleh ASTM adalah 3.15 Mg/m 3. Pada kenyataannya, berat
jenis semen yang di produksi berkisar antara 3.05Mg/m 3 sampai 3.25 Mg/m3 .
variasi ini akan berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam campuran.
Berat jenis dapat dihitung dengan formula
W
= xd
Berat Jenis = V 2−V 1 , dimana
V1 = pembacaan penama :pada skala botol
V2 = pembacaan kedua pada skala botol
(V2 - Vl) = isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berattertentu.
d = berat isi air pada suhu 4oC. (1 g/cm3).

2.1.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.1.3.1 Alat.

1) Botol Le Chatelier/piknomrter
2) Bak Perendaman
3) Cawan
4) Neraca

Botol le chaterier
2.1.3.2 Bahan.
1) Semen Portland sebanyak 54 gram.
2.1.4 LANGKAH KERJA.

1) Isi botol picnometer dengan kerosin atau naptha sampai permukaan kerosin atau
naptha dalam botol terletak pada skala antara 0 – 1; keringkan bagian dalam botol
diatas permukaan cairan;
2) Rendam botol picnometer yang dimaksud pada butir 1)ke dalam bak berisi air;
Biarkan botol picnometer itu terendam selama ±60 menit agar suhu botol tetap dan
suhu cairan dalam botol sama dengan suhu air;
3) Setelah suhu cairan dalam botol dan air sama. Baca tinggi permukaan cairan
terhadap skala botol, misalnya V1;
4) Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, harus diusahakan seluruh
benda uji masuk ke dalam cairan dan hidarkan adanya massa semen yang
menempel di dinding dalam botol di atas permukaan;
5) Setelah seluruh benda uji dimasukkan, goyangkan perlahan-lahan botol itu selama
± 30 menit, sehingga seluruh gelembung udara dalam benda uji ke luar;
6) Rendam botol yang berisi benda uji dan cairan itu selama ± 60 menit, sehingga
suhu larutan dalam botol sama dengan suhu air; lalu baca tinggi permukaan larutan
pada skala botol, misalnya V2;
7) Hitung berat w dan berat jenis semen portland dengan menggunakan rumus.

2.1.5 DATA PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Berat Jenis Semen

Uraian Sampel Satuan


Berat Semen (W) 54 gram
Pembacaan Awal (V1) 0.5 ml
Pembacaan Awal (V2) 17.6 ml
BeratJenis
W 3.157 Gr/ml
= xd
V 2−V 1

2.2 JOB II KONSISTENSI SEMEN


2.2.1 TUJUAN
1) Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapatmenyebutka jenis
jenis peralatan, prosedur pelaksanaan, danmempraktekkan pengujian
2) Konsistensi normal semen dengan benar.
3) Untuk mengetahui kadar air normal saat mencapai kondisi kebasahan pasta yang
standar.
2.2.2 DASAR TEORI
Konsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standart yang
menunjukkan kebasahan pasta semen.Konsistensi semen portland lebih banyak
pengaruhnya pada saat pencampuran awal, yaitu pada saat pengikatan sampai pada
saat beton mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio antara semen
dan air serta aspek-aspek bahan semen seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.
Konsistensi dihitung dengan rumus:

Wa
x100
Konsistensi = Wb , dimana

Wa = Berat Air

Wb = Berat Benda Uji

2.2.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.2.3.1 ALAT
1. Neraca, dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh yang ditimbang
2. Gelas Ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.
3. 1 (satu) set alat vicat yang terdiri dari, alat vicat dan cicin konik
4. Sendok Perata
5. Alat pengaduk

2.2.3.2 BAHAN
1. Semen sebanyak ± 300 Gram
2.2.4 LANGKAH KERJA

1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda uji
kedalam mangkok alat pengaduk
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan keeepatan (140 ± 5) rpm., selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel dipingir mangkok.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) rpm selama 1 menit.
6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6 kali
dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konik
yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar sehingga cincin konik
penuh dengan pasta.
8. Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang di
gerakan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Letakkan pelat kaca pada lobang besar cincin konik balikkan, ratakan dan Iicinkan
kelebihan pasta pada robang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Letakkan cincin konik dibawah jarum besar vicat, dan kontakkan jarum dengan
bagian tengah permukaan pasta.
11. Jatuhkan jarum dan catat pen'runan yang berlangsung selama 30 detik.

2.2.5 DATA DAN HASIL PENGUJIAN

No. Konsistensi berat air Penurunan


(%) (ml) (mm)
1 28 84 20
2 20 60 1
3 25 75 12

Grafik penurunan pengujian konsistensi semen


KONSISTENSI NORMAL SEMEN
Konsistensi (%) (ml) Penurunan (mm)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0

0.5

1
penetrasi semen

1.5

2.5

3.5

konsistensi air (%)


2.3 JOB III WAKTU PENGIKATAN SEMEN
2.3.1 TUJUAN
1. Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat menyebutkan jenis-
jenis peralatan, prosedur pelaksanaan, dan mempraktekkan pengujian Waktu
pengikatan awal semen portland dengan benar.
2. Agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan untuk menentukan waktu
pengikatan permulaan Semen portland

2.3.2 DASAR TEORI


Waktu pengikatan adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung
dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup
kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Waktu pengikatan awal (initial setting time) yaitu waktu dari pencampuran
semen
dangan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat keplastisan.
2. Waktu pengikatan akhir (final setting time) yaitu waktu antar terbentuknya
pasta
semen hingga beton mengeras.
Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0 – 2.0 jam, tetapi tidak
boleh kurang dari 1 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8
jam.Waktu ikat awal sangat penting pada kontrol pekerjaan beton, dipeerlukan
untuk transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring), pemadatan (vibrating),
dan penyelesaiannya (finishing).Waktu ikat ini sangat dipengaruhi oleh jumlah air
yang dipakai dan oleh lingkungan sekitar.

2.3.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.3.3.1 ALAT
1. Neraca dengan ketelitian 0,I% dari berat contoh
2. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml
3. 1 (satu) set alat vicat terdiri dari alat vicat dan cincin Konik (conical ring)
4. Stop-watch
5. Termometer beton
6. Sendok perata
7. Alat pengaduk, (ASTM C - 305 - 65)
2.3.3.2 BAHAN.
1. Semen 300 Gram
2. Air suling lebih kurang 28% dari berat semen.

2.3.4 LANGKAH KERJA


1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal, kedalam malngkok alat
pengaduk.
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok, diamkan selama 30 detik .
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 ± 5) putaran per menit
(rpm.) selama 30 detik
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, selama waktu ini bersihkan pasta
yang menempel dipinggir mangkok
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 ± 10) putaran per menit
(rpm) selama 1 menit.
6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan 6
kali dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm .
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin konik
yang dipegang pada tangan lain melalui lobang besar, sehingga cincin terisi
penuh dengan pasta
8. Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang di
gerakkan dalam posisi mirinq terhadap permukaan cincin
9. Letakkan pelat kaca pada lobang besar ; balikkan, ratakan dan licinkan
kelebihan pasta pada lobang kecin cincin konik dengan sendok perata
10. Taruh termometer beton diatas cincin dan simpan pada moist cabinet selama 30
menit kemudian baca termometer udara dan termometer beton
11. Keluarkan cincin konik dari moist cabinet dan lepaskan termometer beton
kemudian letakkan cincin konik dibawah jarum kecil vicat, dan kontakkan jarum
dengan bagian tengah permukaan pasta
12. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm
Setiap menjatuhkan jarum catatlah penumnan yang berlangsung selama 30 detik
Jarak antara titik-titik setiap menjatuhkan jarum adalah 1/2 cm dan jarak titik
dari pinggir cincin konik tidak boleh kurang dari 1 cm.
2.3.5 DATA PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Pengikatan Awal Semen

Pukul Interval Waktu (menit) Penetrasi (mm)


13:16 - 13:31 15 40
13:33 - 13:48 30 40
14:03 - 14:18 45 39
14:22 - 14:37 60 40
14:42 - 14:57 75 38
15:01 - 15:16 90 32
15:23 - 12:38 105 22
15:43 - 15:58 120 17
16:04 - 16:19 135 5

Grafik data pengujian waktu pengikatan awal semen

waktu pengikatan awal semen


0 20 40 60 80 100 120 140 160
0 10

1 9

2 8

3 7

4 6 Iterval waktu
percobaan

penurunan
5 5

6 4

7 3

8 2

9 1

10 0
2.4 JOB IV PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN
2.4.1 TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kehalusan dari
semenPortland. Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian
mutusemen.Mahasiswa akan dapat menyebutkan jenis-jenis peralatan,
prosedurpelaksanaan dan mempraktekkan pengujian kehalusan semen portland
denganbenar.

2.4.2 DASAR TEORI


Kehalusan merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhikecepatanreaksi antara partikel semen dengan air. Waktu pengikatan
(setting time) menjadi semakin lama jika butiran semenmakinkasar. Kehalusan
penggilingan butir semen dinamakan penampangspesifik, yaitu luas butir
permukaan semen. Jika permukaan penampang semen lebih besar, semen akan
membesar bidang kontak dengan air. Semakin halus butiran semen, proses
hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan
berkurang.Kehalusan semen yang tinggi akan mengurangi terjadinya bleeding atau
naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut
lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir
semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78 %. Untuk mengukur kehalusan
buti semen digunakan “turbidimeter” dari Wegner atau “Air Permeability” dari
Blaine

A
x100%
F= B

F = kehalusan

A = berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No. 100 dan
No. 200.

2.4.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.4.3.1 ALAT
1) Saringan No. 100 dan No. 200 sesuai menurut standard ASTM
2) Neraca analitik kapasitas maksimum 200 gram dengan ketelitian 0,1%dari
berat contoh, berikut 1 set batu timbangan terdiri dari 50 gramsampai 10 mg.
3) Kuas dengan ukuran tangkai dan bulu kuas yang sesuai untukkeperluan ini.
2.4.3.2 BAHAN.
1. Semen Portland sebanyak 50 gram.
2.4.4 LANGKAH KERJA

1. Masukkan benda uji semen kedalam saringan No. 100 yang terletak diatas
saringan No. 200 dan dipasang pan dibawahnya
2. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan sehingga bagian benda uji yang
tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dijakukan
antara 3 sampai 4 menit)
3. Tutuplah saringan dan lepaskan pan ; ketok sarinqan perlahan-Iahan dengan
tangkai kuas sampai abu yang menempel terlepas dari saringan
4. Bersihlan sisi bagian bawah sarigan dengan kuas, kosongkan pan dan
bersihkan dengar kain kemudian.dipasang kembali.
5. Ambillah tutup saringan dengan hari-hati ; bila ada partikel kasar yang
rnenempel pada tutup, kembalikan kedalam saringan
6. Lanjutkan penyaringan dengan menggoyang-goyangkan saringan perlahan-
lahan selama 9 menit
7. Tutuplah saringan ; penyaringan dilanjutkan lagi selama 1 menit dengan cara
menggerakkan saringan kedepan dan belakang dengan posisi sedikit
dimirigkan. Kecepatan gerakkan kira-kira 150 x permenit, setiap 25 kali
gerakan, putar saringan kira-kira 60o. Pekerjaan ini dilakukan diatas kertas
putih; bila ada partikel keluar dari saringan dan atau pan serta tertampung
diatas kertas, kembalikan kedalam saringan. Pekerjaan penyaringan distop
setelah benda uji tidak lebih, dari 0,05 gram lewat saringan dalam waktu
penyaringan selama 1 menit.
8. Timbang benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan No. 100 dan
No. 200 Kemudian hitung dan nyatakan dalam prosentase berat terhadap berat
benda uji semula.

2.4.5 DATA PERCOBAAN

Berat Semula = 50 gram

No. Saringan Berat Tertahan (gr) % tertahan % lolos

50 1.3 2.6 97.4

100 0.8 1.6 98.4

200 3.0 6 94
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

2.5 JOB V PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON


2.5.1 TUJUAN
1. Dapat mengetahui uji tekan beton berbentuk kubus.
2. Dapat menggunakan peralatan dengan terampil.
3. Dapat menggunakan mesin uji kuat tekan beton dengan baik.

2.5.2 DASAR TEORI

Kuat Tekan beton adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton
hancurEvaluasi ini bertujuan untuk menguji apakah kekuatan beton telah tercapai
sesuai rencana atau belumdan untuk menentukan langkah-langkah preventif dengan
tidak mengesampingkan nilai-nilai ekonomis. Pengujian dilakukan dengan benda uji
berbentuk silinder denga ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus
ukuran 150 x 150 x 150 mm. evaluasinya selalu dalam bentuk pengujian silinder.
Jika data dihasilkan dari benda uji berbentuk kubus atau ukuran yang lebih kecil
dari standar maka harus dilakukan konfersi ke dalam bentik silinder. Satuan yang
digunakan adalah N/m2 atau MPa.

Jika menggunakan kekuatan tekan dengan hasil uji kubus bersisi 150 mm
maka hasilnya harus dikonversi menggunakan persamaan

f ' c =[ 0 .76+ 0 .2 Log ( f ' ck / 15 ) ] f ' ck

Dimana

f ' c= Kekuatan tekan beton yang diisyaratkan, MPa

f ' ck = Kekuatan tekan beton, MPa dari uji kubus beton bersisi 150 mm.

Kekuatan tekan mortar adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortar hancur.Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat mortar
yang kemudian ditekan sampai hancur. Contoh semen yang akan di uji dicampur
dengan pasir silica dengan perbandingan tertentu kemudian dibentuk menjadi kubus-
kubus berukuran 5x5x5 cm. setelah berumur 3, 7, 14 dan 28 hari dan mengalami
perawatan dengan perendaman, benda uji tersebut diuji kekuatan tekannya.
2.5.3 PERALATAN DAN BAHAN
2.5.3.1 ALAT
1) Kubus 15 cm, X 15 cm'
2) Tongkat pemadat, diameter I6 mm, panjang 60 cm, dengan ujung dibulatkan,
sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
3) Bak pengaduk beton kedap air atau mesin pengaduk'
4) Timbangan dengan ketelitian 0,3% dari berat contoh.
5) Mesin tekan, kapasitas sesuai kebutuhan.
6) Satu set alat pelapis (capping)
7) peralatan tambahan : ember, se\op, sendok, sendok perata dan talam.
8) Satu set alat pemeriksaans lump.
9) Satu set alat pemeriksaan berat isi beton

2.5.4 PERSIAPAN PENGUJIAN


Pembuatan dan pematangan bendau ji.
1) Pengadukan:
o Masukkan semen dan agregat halus kedalam bak pengaduk kemudian
aduklah dengan sekop sampai merata. Masukkan agregat kasar dan aduklah
sampai merata, teruskan pengadukan sambil menambahkan air percampur
sedikit demi sedikit. Setelah semua air pencampur dimasukkan kedalam bak
pengaduk, teruskan pengadukan sampai beton merata
Pengadukan dengan mesin pengaduk :

Masukkan agregat kasar dan air pencampur sebanyak 30% sampai 40%
kedalam `pengaduk. Jalankan mesin pengaduk, masukkan agregat halus
semen dan sisa air pencampur. Setelah semua bahan campuran beton di
masukkan kedalam pengaduk, aduklah beton selama 3 menit. Hentikan mesin
pengaduk, tutuplah pengaduk, biarkan adukan beton selama 3 menit.
Ambillah tutup pengaduk dan jaiankan mesin pengaduk selama 2 menit.
Tuangkan beton kedalam talam dan aduklah lagi dengan sekop sampai merat

o Tentukan slump menurut cara pemeriksaan Slump. Apabila slump yang


didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi pekerjaan (i) dengan
menambah atau mengurangi agregat sampai mendapat slump yang
dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi menurut cara pemeriksaan PC -
OIA2 - 76.
o Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, tiap-tiap lapis dipadatkan
dengan 25 x tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat
pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat pemadat boleh masuk kira-kira
25,4 mm kedalam lapisan dibawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan,
ketuklah sisi cetakan periahan-lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.
o Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air
serta tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan
letakkan pada tempat yang bebas dari getaran.
o Setelah 24 jam,, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
o Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan untuk pematangan (curing), selama waktu yang dikehendaki.
2) Persiapan pengujian.
o Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak
perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yary menempel dengan kain
lembab.
o Tentukan berat dan ukuran benda uji.
o Lapisi (capping] permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar
belerang dengan cara sebagai berikut : Lelehkan mortar belerang didalam pot
peleleh (Melting Pot) sarnpai zuhu kira-kira 150oC. Tuangkan belerang cair
kedalam cetakan pelapis (Capping Plate) yang dinding dalamnya telah
dilapisi tipis dengan gemuk. Kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada
cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras. Dengan car yang
sama lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.
o Benda uji siap untuk diperiksa.

2.5.5 LANGKAH KERJA

1. letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris.


2. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 per detik.
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
4. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.
2.5.6 DATA DAN HASIL PENGUJIAN

Tabel Data Pengujian Kuat Tekan Beton (Volume Beton = 3375 m3 )

No. Ukuran (cm) Luas Beban Kuat tekan (bi'-bm) (bi' -bm)2
Urut Max. (bi') (Kpa)
(cm2) (Kpa) (Kpa)
(Pi) (Kn)

P L T

1 0.15 0.15 0.15 0.02 288 12800 657.778 432671.897


25

2 0.15 0.15 0.15 0.02 275 12222.222 80 6400


25

3 0.15 0.15 0.15 0.02 288 10133.333 -2008.889 4035635.014


25

4 0.15 0.15 0.15 0.02 290 12888.889 746.667 557511.608


25

5 0.15 0.15 0.15 0.02 285 12666.667 524.445 275042.558


25

Kekuatan Tekan Rata-Rata (bm) (Kpa) 60711.111 4917857.077

- Kekuatan tekan rata-rata( σ'bm) bi' 607111.111


=  12142.222 Kpa
(Kg/cm2) N 5

2
( ∑ σbi −σ bm )
- Standar Deviasi (S) = √ N −1

4917857 . 077
√ 5−1
=

4917857 . 077

=
√ 4

√ 1229464.269
=

= 1108.812 Kpa

- Kuat Tekan Karakteristik (σb'k) = σ'bm - 1.64 x S

K3 = 12142.222 – (1.64 X 1108.812)

= 12142.222 – 181.451

= 10323.771

k3
K28 = 0.65
¿
¿

10323.771
= 0.65 = 15882.729 kpa = 15.882724 kg/cm2

= 15.882724 Mpa

Hasil tidak memenuhi kuat tekan beton yang di rencanakan yaitu

25 Mpa
PENGUJIAN AGREGAT HALUS

2.6 JOB VI PENGUJIAN KADAR AIR


2.6.1 TUJUAN
1) Mahasiswa diharapkan dapat menentukan prosentase air
yangdikandungagregat.
2) Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar air agregat.
3) Menghitung prosentase kadar air dari agregat.
4) Menggunakan peralatan yang diperlukan.

2.6.2 DASAR TEORI


Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi :

1) Kadar air kering tungku yaitu keadaan yang benar – benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara yaitu, yaitu kondisi agregat yang
3) Permukaannya kering tetapi sedikit mengandung air dalam porinyadan masih
dapat menyerap air.
4) Jenuh kering permukaan yaitu, keadaan dimana tidak ada air dipermukaan
agregat, tetapi agregat tersebut tidak mampu mmenyerap air. Pada kondisi ini,
air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran
beton.
5) Kondisi basah yaitu, kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung
air,
sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton.

2.6.3 PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ±
o
5) C.
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda uji
2.6.4 LANGKAH KERJA
1. Timbang dan catatlah berat talam (Wl).
2. Masukkan benda uji kedalam talam kemudian timbang dan catatlah beratnya
(W2)
3. Hitunglah berat benda uji (W3= W2- W1)
o
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110 ± 5) C
sampai beratnya tetap.
5. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta talam (W4).
6. Hitunglah berat air (W5= W2 -.W4 ).
7. Hitung berat conyoh kering W =W −W
6 4 1

8. Hitung kadar air


W5
x 100 %
W6

2.6.5 DATA PERCOBAAN

TABEL DATA PENGUJIAN KADAR AIR`AGREGAT HALUS

Uraian Simbol Hasil Satuan


Berat Kontainer (W1) 533.9 Gram
Berat Kontainer + Benda Uji (W2) 137.1 Gram
Basah
Berat Benda Uji Basah W 3 =W 2 −W 1 837.2 Gram
Berat Kontainer + Benda Uji (W4) 1360.8 gram
Kering
Berat Air W 5 =W 2 −W 4 10.3 gram
Berat Benda Uji Kering W 6 =W 4 −W 1 826.9 gram
Kadar Air W5 1.245 %
x 100 %
W6
2.7 JOB VII BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS
2.7.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini,mahasiswa diharapkandapat :
1. Menentukan berat jenis dan prosentase berat air yang dapat diterap agregat halus
dihitung terhadap berat kering.
2. Mahasiswa akan dapat menyebutkan jenis-jenis peralatan, prosedur pelaksanaan,
dan mempraktekkan pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
dengan benar.
3. Menentukan berat jenis agregat halus dalam keadaan kering oven.
4. Menentukan berat jenis agregat halus kering permukaaan.
5. Menentukan kadar air agregat halus kering permukaan jenuh air (SSD).
6. Menerangkan kegunaan pemeriksaan ini dalam kaitannya dengan perhitungan
rancangan susunan campuran beton.
7. Menggunakan peralatan yang dipakai.

2.7.2 DASAR TEORI


1. Berat jenis (bulk specific gavity) iaiah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada
suhu tertentu
Bk
Bj Bulk = (B+500−Bj )
2. Berat jenis kering-permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering-permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
500
isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu Bj SSD = (B+500−Bj )
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agnegat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agnegat dalam
Bk
keadaan kering pada suhu tertentu Bj App = B+Bk−Bj)
4. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
500−Bk
x 100 %
agregat kering Abrobtion = Bk

Dimana:

Bk = berat benda uji kering oven, (gram).

B = berat piknometer berisi air, (gram).

Bt = berat piknometer berisi ber.da uji dan air, (gram)

500 = berat benda uji,dalam keadaan kering-permukaan jenuh, (gram)


Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat
jinis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis beton sehingga
secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran
beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tingi
nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

2.7.3 PERALATAN DAN BAHAN


2.7.3.1 PERALATAN
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentpk yang sesuai untuk pemeriksaan
3. Tempat. ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permuhaan air selalu tetap
4. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang
5. Oven,yang dilengkapi dengan pengatrrr suhu untuk memanasi sampai (110
o
± 5)
6. AIat Pemisah contoh
7. Saringano.4

Keranjang kawat Meja berat jenis

2.7.3.2 BAHAN
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat sebanyak 1000 gram.
2.7.4 LANGKAH KERJA
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu-debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105oC sampai berat tetap
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0.5 gram (Bk)
4. Remdam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu
persatu
6. Timbang berat bendauji kering permukaan jenuh (Bj)Letakkan benda uji didalam
keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan
tentukan beratnya didalam air (Ba), Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan
pada suhu standar
2.7.5 DATA PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Berat Jenis & Penyerapan Agregat Halus

Uraian Simbol Jumlah Satuan

Berat Benda Uji Kering Bj (500) 500 Gram


Permukaan

Berat Piknometer + Air Ba 675.8 Gram

Berat Piknometer + Air + Bt 1175.8 Gram


Benda Uji

Berat Benda Uji Kering Bk 1030.6 Gram


Oven

Uraian Rumus Hasil

Beratt Jenis Bulk Bk/(Ba+500-Bt) 2.576

Berat Jensi SSD 500/(Ba+500-Bt) 2.623

Berat Jenis Apparent Bk/(Ba+Bk-Bt) 2.703

Penyerapan air (Bj-Bk)/Bk x 100% 1.83%


2.8 JOB VIII KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
2.8.1 TUJUAN
1. Mahasiswa diharapkan dapat menentukan presentase air yang di kandung
agregat.
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar air pada agregat .
3. Menghitung persentase kadar air pada agregat .
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan.

2.8.2 DASAR TEORI


Apabila agregat alam mengandung bahan-bahan organic maka proses
hidrasi akan terganggu, sehingga bahan agregat tersebut tidak dapat dipergunakan
dalam campuran beton.
Bahan bahan halus yang dapat merusak beton tidak boleh lebih besar dari yang
diisyaratkan sebagai berikut:

Uraian Prosentase Max. dalam berat

Lempung dan partikel 3.0

Butiran halus lolos ayakan No.200 (0.075 mm) 3.0

2.8.3 PERLALATAN DAN BAHAN


2.8.3.1 ALAT
1. Saringan no. 16 dan no. 200.
2. Wadah pencuci benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji dan/atau air pencuci tidak tumpah'
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110t 5)oC.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
5. Talam.
2.8.3.2 BAHAN
1) Berat contoh agregat kering minimum.

2.8.4 LANGKAH KERJA

1. Timbang wadah tanpa benda uji (W2).


2. Masukkan benda uji ke dalam wadah kemudian timbanglah (W1).
3. Beri air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam
4. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan saringan
no. 16 dan no. 200
5. Masukkan air pencuci baru, dan ulanglah pekerjaan (4) sampai air cucian
menjadi jernih
6. Semua bahan yang tertahan saringan no. 16 dan no. 200 dikembalikan ke dalam
wadah, kemudian masukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang telah
diketahui beratnya (W2) dan keringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5°) C
sampai berat tetap
7. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
8. Hitunglah berat bahan kering tersebut ( W4 = W3-W2 ).

2.8.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

PENGUJIAN BAHAN LOLOS SARINGAN NO.200


PENGUJIAN KADAR LUMPUR

Uraian I Satuan

Berat wadah + benda uji (W1) 1045.9 Gram

Berat wadah (W2) 545.9 Gram

Berat wadah + benda uji kering setelah dicuci


1020.8 Gram
(W3)

Berat benda uji basah . W4 = W3 - W2 474.9 Gram

Berat lumpur . W5 = W1 - W3 25.1 Gram

Kadar lumpur W6 = W5/W1 x 100% 5.02 %


2.9 JOB IX ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS
2.9.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini d.imaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
2.9.2 DASAR TEORI
Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasidapat
dibedakan menjadi tiga yaitu :

1. Gradasi sela (gab grade), jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi
dalam satu set ayakan tidak ada, maka gradasi ini menunjukkan satu garis
harisontal dalam grafiknya. Keistimewaan gradasi ini antara lain :

1) Pada nilai factor air semen tertentu, kemudahan pekerjaan akan lebih tinggi
bila kandungan pasir lebih sedikit.

2) Pada kondisi kelacakan yang tinggi lebih cederung mengalami segrigasi, oleh
karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan pekerjaan
yang rendah, yang pemadatannya dengan penggetaran.

3) Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton

2. Gradasi menerus (continous grade) didefinisikan jika agregat yang semua


ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering
dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan
kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlucking yang baik, campuran
beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi
sela atau seragam, gradasi menerus adalah yang paling baik.

3. Gradasi seragam (uniform grade),didefinisikan sebagai agregat yang


mempunyai ukuran yang sama. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari
ukuran fraksi, dalam diagram terlihat garis yang hamper tegak/vertical. Agregat
dengan gradasi ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa
pasir (nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela atau untuk
campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.

2.9.3 PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 4,2% dari berat benda uji .
2. Satu set saringan ; 19,l mm (3/4") ;12,5 mm (1/2") ; 9,5 mm (3/8") no.4 ; no.8 ;
no.16 ; no.30 ; no.50 ; no.80 ; no.200 (Standar ASTM)
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai F
o
(110 ± 5) C
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam-talam
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya
PENGUJIAN ANALISA
SARINGAN
2.9.4 LANGKAH KERJA.
o
1) Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5) C, sampai
berat tetap
2) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama l5 mernit.

2.9.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus

Berat Agregat Halus (A) = 1136,2 gram

Nomor Berat Tertahan Tertahan Lolos Komulatif


Saringan Komulatif (gr) Komulatif (%) (%)

AST mm B C=B/A x 100% D = 100% - C


M

¾ 19 0 0 100

½ 12.5 68.4 8.018 91.982

⅜ 9.5 144.5 16.940 83.06

4 4.75 254.5 29.835 70.165

8 2.36 361.3 42.356 57.644

16 1.18 541.7 63.505 36.495

30 0.3 684.0 80.187 19.813

50 0.18 774.5 90.797 9.203

100 0.075 833.9 97.760 2.24


2.10 JOB X BERAT ISI AGREGAT HALUS
2.10.1 TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat menyebutkan :
1. jenis-jenis peralatan, prosedur pelaksanaan, dan mempraktekkan pengujian
berat isi agregat dengan benar.
2. Menerangkan prosedur pelaksanaan penemuan bobot isi agregat .
3. Membuktikan kebenaran hasil rancangan perhitungan bobot isi agregat sesuai
dengan kenyataan , sekaligus dapat mengoreksinya jika tidak tepat .
4. Menggunakan peralatan yang dipakai.

2.10.2 DASAR TEORI


Berat isi adalah perbandingan berat dan isi agregat
2.10.3 PERALATAN
1) Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2) Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
3) Tongkat pemadat diameter l5 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaik -
nya terbuat dari baja tahan karat
4) Mistar perata (straight edge)
5) Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.

2.10.4 LANGKAH KERJA


1. Berat isi lepas
1) Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
2) Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir –
butir, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh
3) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
4) Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
5) Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
1
2. Berat isi padat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 2 ”) dengan cara
penusukan
1) Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
2) Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapisan
3) dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara merata
4) Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah
tiap-tiap lapisan
5) Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
6) Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
7) Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
1
3. Berat isi padat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 2 ”) dengan cara
penggoyangan
1) Timbang dan catatlah berat wadah (W1)
2) Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
3) Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah sepeti
berikut
- Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
- Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan
sebanyak 25 kali untuk tiap sisi
4. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
5. Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
6. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

2.10.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Berat Isi Agregat Halus

Uraian Gembur Padat Satuam

Volume Silinder (V) 5780.372 5780.372 cm3

Berat Silinder (A) 3720 3720 gram

Berat Silinder + 13905 14725 gram


Berat Benda Uji (B)

Berat Benda Uji (C) 1085 11005 gram

Berat Isi D=C/V 17.61 1.903 gram/cm3

Berat Isi Rata-rata 1.832 gram/cm3


PENGUJIAN AGREGAT KASAR

2.11 JOB XI KEAUSAN AGREGAT KASAR


2.11.1 TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa akan dapat menyebutkan :
1. Jenis- jenis peralatan, prosedur pelaksanaan, dan mempraktekkan pengujian
keausan agregat kasar dengan benar.
2. Menerangkan prosedur pelaksanaan pengujian keausan agregat kasar .
3. Menentukan sifat keausan dari agregat kasar.
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan.

2.11.2 DASAR TEORI


Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi dan degradasi
selama proses produksi dan operasionalnya dilapangan. Uji kekuatan agregat di
laboratorium biasanya dilakukan dengan uji abrasi dengen mesin Los Angeles (Los
Angeles Abration Test). Keausan tersebut dinyatakan dengan perbandingan antara
berat bahan aus lewat saringan no. 12 terhadap berat semula, dalam persen.

2.11.3 PERALATAN
1. Mesin Los Angeles
- Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedtra sisi:rva dengan diameter
71cm (28") panjang dalam 50 cm (20").silinder bertumpupada dua poros
pendek yang tak menerus dan berputar pada poros'mendatar. Silinder
berlubang untuk memasukkan benda uj Penutup lubang terpasang rapat
sehingga permukaan dalam silinder tid.ak terqanggu. Di .bagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintanq penuh setinogi 8,9 cm (3,56")
2. \Saringan no. l2 dan saringan-saringan lainnya seperti tercantum dalam daftar
Timbangan, dengan ketelitian 5 gram
3. Bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (17 /8") dan berat masing-
masing antara 390 gram sampai 445 gram'
4. Oven,yang dilenqkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi. Sanlpai (100 ±
o
5) C

Mesin Los Angeles


2.11.4 LANGKAH KERJA.
1. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm, 500 putaran untuk gradasi A,
B, C, dan D ; 1000 putaran untuk E, F, G
2. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no.12. Butiran diatasnya dicuci bersih, selanjutnya
o
dikeringkan dalam oven suhu (110 ± 50) C sampai berat tetap.

2.11.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Keausan Agregat Kasar

Gradasi Pemeriksaan Simbol Berat Satuan

Tertahan Saringan ½ a1 2500 Gram

Tertahan Saringan ⅜ a2 2500 Gram

Berat Benda Uji A=a1+a2 5000 Gram


Sebelum Dimasukan Ke
Mesin LE

Berat Benda Uji Setelah B 3642.9 Gram


Dikeluarkan Dari Mesin
LE Tertahan Saringan
No.12

Keausan C=(A-B)/A x 100 27.142 %


2.12 JOB XII PENGUJIAN KEKERASAN AGREGAT KASAR
2.12.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat :

a. Menentukan nilai persen kekerasan agregat kasar.


b. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kekerasan agregat kasar.
c. Menggunakan peralatan dengan terampil.

2.12.2 DASAR TEORI


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan nilai kekerasan agregat
kasar terhadap pembebanan. Kekerasan agregat adalah daya tahan agregat terhadap
kerusakan akinat penggunaan dalam konstruksi. Sifat – sifat kekerasan dari
agregat, penting untuk diketahui bilamana agregat akan digunakan sebagai material
bahan bangunan dan jalan.
Nilai kekerasan agregat dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus
lewat saringan 2,36 mm terhadap berat semula dalam persen.

2.12.3 PERALATAN.

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.


2. Satu set alat uji yang terdiri dari :
- Silinder dengan diameter 115 mm dan tinggi 180 mm
- Alas terbuat dari plat baja
- Plunyer/ pengarah beban
3. Saringan dengan ukuran 12,7 mm, 9,5 mm, dan 2,36 mm.
4. Talam/ nampan.
5. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai dengan
(110 ± 5)oC.
6. Alat pemadat dengan diameter 9,5 mm dan tinggi 610 mm.
7. Mesin penekan dengan daya beban 40 ton, kecepatan tekan 4 ton/ menit.

2.12.4 BAHAN

1. Menyiapkan benda uji seberat ± 10 kg yang lolos saringan 12,7 mm dan tertahan
pada saringan 9,5 mm.
2. Benda uji agregat dalam keadaan kering yang didapat setelah dimasukan
oven selama 4 (empat) jam dengan suhu (110 ± 5)oC.

2.12.5 LANGKAH KERJA


1. Menimbang berat silinder dan plat alas (C).
2. Benda uji dimasukan ke dalam silinder sebanyak 3 (tiga) lapis.
3. Benda uji dipadatkan pada tiap lapis dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.
4. Permukaan benda uji diratakan dan ditimbang berat silinder berisi benda uji dan
plat alas (D).
5. Menghitung berat benda uji semula (A = D – C)
6. Plunyer diletakkan di atas permukaan benda uji, harus diperhatikan agar plunyer
tidak mendesak silinder.
7. Kemudian dimasukan ke dalam mesin tekan yang mempunyai daya tekan 40 ton
dengan kecepatan tekan 4 ton/ menit.
8. Benda uji dikeluarkan dari silinder, kemudian disaring dengan saringan ukuran
2,36 mm, dan timbang berat material yang tertahan pada saringan tersebut.

2.12.6 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Pemeriksaan Benda uji


(kg)

BeratCawan C 12691

Berat Cawanr + benda uji D 16265

Berat benda uji semula A=D-C 3574

Berat benda uji tertahan saringan 2.63 mm B 2632.7

Kekerasan agregat 35.763%

2.13 JOB XIII NALISA SARINGAN AGREGAT KASAR


2.13.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

2.13.2 DASAR TEORI


Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini bervariasi
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1. Gradasi sela (gab grade), jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi
dalam satu set ayakan tidak ada, maka gradasi ini menunjukkan satu garis
harisontal dalam grafiknya. Keistimewaan gradasi ini antara lain :
1) Pada nilai factor air semen tertentu, kemudahan pekerjaan akan lebih
tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2) Pada kondisi kelacakan yang tinggi lebih cederung mengalami segrigasi,
oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada tingkat kemudahan
pekerjaan yang rendah, yang pemadatannya dengan penggetaran.
3) Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton.
2. Gradasi menerus (continous grade) didefinisikan jika agregat yang semua
ukuran butirnya ada dan terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering
dipakai dalam campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan
kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlucking yang baik, campuran
beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat. Dibandingkan dengan gradasi
sela atau seragam, gradasi menerus adalah yang paling baik.
3. Gradasi seragam (uniform grade),didefinisikan sebagai agregat yang
mempunyai ukuran yang sama. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari
ukuran fraksi, dalam diagram terlihat garis yang hamper tegak/vertical. Agregat
dengan gradasi ini biasanya dipakai untuk beton ringan yaitu jenis beton tanpa
pasir (nir-pasir), atau untuk mengisi agregat dengan gradasi sela atau untuk
campuran agregat yang kurang baik atau tidak memenuhi syarat.
2.13.3 PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 4,2% dari berat benda uji
2. Satu set saringan ; 19,l mm (3/4") ;12,5 mm (1/2") ; 9,5 mm (3/8") ; no.4 ;
no.8 ; no.16 ; no.30 ; no.50 ; no.80 ; no.200 (Standar ASTM)
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai F
o
(110 ± 5) C.
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam-talam
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya

PENGUJIAN ANALISA
SARINGAN

2.13.4 LANGKAH KERJA.


o
1. Benda uji dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5) C, sampai
berat tetap
2. Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas. saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama l5 mernit.

2.13.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Analisa Saringan

Agregat Kasar (A) = 1635 gram

Berat
Nomor Tertahan Tertahan Lolos
Saringan komulatif Komulatif (gr) Komulatif (%)
(gr)
E=100-D
ASTM mm B D=B/Ax100%

¾ 19.0 15.1 0.923 99.077

½ 12.5 283.8 17.357 82.643

⅜ 9.5 1228.3 75.125 24.875

4 4.75 1577.9 96.507 3.493

8 2.36 1596.4 97.639 2.361

16 1.82 1602.8 98.030 1.97

30 0.6 1610.3 98.489 1.511

50 0.3 1618.1 98.966 1.034

100 0.2 1623.1 99.272 0.728


2.14 JOB XIV BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
2.14.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk rnenentukan berat jenis (Bulk) berat jenis
kering-permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu
(Apparent) dan penyerapan dari agreget halus.

2.14.2 DASAR TEORI.


1. Berat jenis (bulk specific gavity) iaiah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
Bk
pada suhu tertentu Berat jenis (Bulk Specific Gravity) = Bj−Ba
2. Berat jenis kering-permukaan jenuh (SSD) yaitu perbandingan antara berat
agregat kering-permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan
isi agregat dalam keadaan jenuh pada zuhu tertentu. Berat jenis kering
Bj
permukaan jenuh (Saturated Surface Dry) = Bj−ba
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) ialah perbandingan antara berat
agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agnegat dalam keadaan
kering pada zuhu tenentu Berat jenis semu (Apparent Specific Gravity)=
Bk
Bk−Ba
4. Penyerapan ialah persentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat

Bj−Bk
x 100 %
agregat kering Penyerapan = Bk

5. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat. Berat
jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis beton sehingga
secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran
beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap adalah jika semakin tingi
nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.

2.14.3 PERALATAN.
1. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no.6 atau no.8) dengan
Kapasitaskira-kira 5 kg.
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan
3. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permuhaan air selalu tetap
4. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang
5. Oven,yang dilengkapi dengan pengatrrr suhu untuk memanasi sampai(110 ±
o
) C
AIat Pemisah contoh Saringano.4

2.14 4 LANGKAH KERJA


1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu-debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan.
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105oC sampai berat tetap
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0.5 gram (Bk)
4. Redam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar pengeringan harus satu
persatu
6. Timbang berat benda uji kering permukaan jenuh (Bj)Letakkan benda uji
didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang
tersekap dan tentukan beratnya didalam air (Ba), Ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan pada suhu standar
2.14.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

1. Berat cawan + berat Kering Permukaan = 1252.1 gram


2. Berat keranjang = 598.3 gram.
3. Berat keranjang + agregat kasar di dalam air = 555. 9 gram
4. Berat Kering Oven + cawan = 1244.4 gram
5. Berat cawan = 353.7 gram

Tabel Data Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar

Uraian Simbol Hasil

Berat Benda Uji Berat


Kering Permukaan BJ 898.4 gram
(SSD)

Berat Benda Uji


BA 555.9 gram
Dalam Air

Berat Benda Uji


BK 890.7 gram
Kering Oven

Berat Jenis Bulk BK/(BJ-BA) 2.600

Berat Jenis SSD BJ/(BJ-BA) 2.623

Berat Jenis ASG BK/(BK-BA) 2.660

Absorbsi (BJ-BK)/(BKx 100%) 0.8 %


2.15 JOB XV BERAT ISI AGREGAT KASAR
2.15.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau
campuran.

2.15.2 DASAR TEORI


Berat isi adalah perbandingan berat dan isi agregat.

2.15.3 PERALATAN

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.

2. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.

3. Tongkat pemadat diameter l5 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaik –


nya

terbuat dari baja tahan karat.

4. Mistar perata (straight edge).

5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang.

2.15.4 LANGKAH KERJA


1. Berat isi lepas

 Timbang dan catatlah berat wadah (W1)


 Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir –
butir, dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
 Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
1
2. Berat isi padat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 2 ”) dengan cara
penusukan

 Timbang dan catatlah berat wadah (W1).


 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap
lapisan
 dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara merata.
 Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian bawah
tiap-
 tiap lapisan.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2)
 Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1)
1
3. Berat isi padat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1 2 ”) dengan cara
penggoyangan

 Timbang dan catatlah berat wadah (W1)


 Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal
 Padatkan setiap lapisan dengan cara menggoyang-goyangkan wadah sepeti
berikut
 Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu
Sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
 Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan setiap lapisan sebanyak
25
kali untuk tiap sisi.
 Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
 Timbang dan catat berat wadah beserta benda uji (W2).
 Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).

2.15.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Berat Isi Agregat Kasar

Uraian Gembur Padat Satuam

Volume Silinder (V) 9990.032 9990.032 cm3

Berat Silinder (A) 7966 7966 gram

Berat Silinder +
21145 22820 gram
Berat Benda Uji (B)

Berat Benda Uji (C) 13179 14854 gram

Berat Isi D=C/V 1.319 1.486 gram/cm3

Berat Isi Rata-rata 1.402 gram/cm3


2.16 JOB XVI KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR
2.16.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang terdapat
dalam agregat lewat saringan No. 200 dengan cara pencucian.

2.16.2 DASAR TEORI


1. Apabila agregat alam mengandung bahan-bahan organic maka proses hidrasi
akan terganggu, sehingga bahan agregat tersebut tidak dapat dipergunakan
dalam campuran beton.
2. Bahan bahan halus yang dapat merusak beton tidak boleh lebih besar dari
yang
diisyaratkan sebagai berikut:

Uraian Prosentase Max. dalam


berat

Lempung dan partikel 3.0

Butiran halus lolos ayakan No.200 (0.075 3.0


mm)

2.16.3 PERALATAN
1. Saringan no. 16 dan no. 200.
2. Wadah pencuci benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada waktu
diguncang-guncangkan benda uji dan/atau air pencuci tidak tumpah.
3. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110t
5)oC.
4. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.
5. Talam

2.16.4 LANGKAH KERJA


1. Timbang wadah tanpa benda uji (W2).
2. Masukkan benda uji ke dalam wadah kemudian timbanglah (W1).
3. Beri air pencuci secukupnya sehingga benda uji terendam
4. Guncang-guncangkan wadah dan tuangkan air cucian kedalam susunan
saringan
no. 16 dan no. 200.
5. Masukkan air pencuci baru, dan ulanglah pekerjaan (4) sampai air cucian
menjadi
Jernih
6. Semua bahan yang tertahan saringan no. 16 dan no. 20dikembalikan ke dalam
wadah, kemudian masukkan seluruh bahan tersebut ke dalam talam yang telah
diketahui beratnya (W2) dan keringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5°) C
sampai berat tetap
7. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).
8. Hitunglah berat bahan kering tersebut ( W4 = W3-W2 )

2.16.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR

Uraian berat Satuan

Berat cawan ( a) 540.5 Gram

Berat cawan+benda uji sebelum (b) 1550.1 Gram

Berat cawan+b.uji sesudah ( c) 1490 Gram

Berat uji setelah (d) = c- a 949.5 Gram

Berat lumpur (e) = b-c 60.1 Gram

Kadar lumpur (f) = e/d x 100% 5.952 %


2.17 KADAR AIR AGREGAT KASAR
2.17.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan cara
pengeringan.
2.17.2 DASAR TEORI
Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi :
1. Kadar air kering tungku yaitu keadaan yang benar – benar tidak berair
2. Kadar air kering udara yaitu, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3. Jenuh kering permukaan yaitu, keadaan dimana tidak ada air dipermukaan
agregat, tetapi agregat tersebut tidak mampu mmenyerap air. Pada kondisi ini,
air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada campuran
beton.
4. Kondisi basah yaitu, kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengandung air,
sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton.

2.17.3 PERALATAN
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
2. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
± 5)
o
C.
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan benda
uji.

2.17.4 LANGKAH KERJA


1. Timbang dan catatlah berat talam (Wl).
2. Masukkan benda uji kedalam talam kemudian timbang dan catatlah beratnya
(W2)
3. Hitunglah berat benda uji (W3= W2- W1)
o
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110 ± 5) C
sampai beratnya tetap.
5. Setelah kering, timbang dan catatlah berat benda uji beserta talam (W4).
6. Hitunglah berat air (W5= W2 -.W4 ).
7. Hitung berat conyoh kering
W5 W6  W4  W1
x 100 %
8. Hitung kadar air W 6
2.17.5 DATA DAN HASIL PERCOBAAN

Tabel Data Pengujian Kadar Air Agregat Kasar

Uraian Simbol berat Satuan

Berat Kontainer (W1) 546.2 Gram

Berat Kontainer +
(W2) 3324.4 Gram
Benda Uji Basah

Berat Benda Uji Basah W 3 =W 2 −W 1 2778.2 Gram

Berat Kontainer +
(W4) 3320.3 Gram
Benda Uji Kering

Berat Air W 5 =W 2 −W 4 4.1 Gram

Berat Benda Uji Kering W 6 =W 4 −W 1 2774.1 Gram

W5
Kadar Air x 100 % 0.147 %
W6

PENGUJIAN BETON

2.18 SLUMP TEST


2.18.1 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton.

2.18.2 DASAR TEORI


Slump merupakan ukuran kekentalan beton muda. Slump ditetapkan sesuai dengan
kondisi pelaksanaan agar diperoleh beton yang mudah dituangkan dan dipadatkan
atau dapat memenuhi ayarat workability.

2.18.3 PERALATAN
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 Cm
bagian atas 10 cm dan tinggi 30 cm. Bagian'bawah dan atas cetakan terbuka
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 cm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan dan
sebaiknya dibuat dari baja tahan karat'
3. Plat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air.
4. Sendok cekung.

2.18.4 PERSIAPAN PENGUJIAN


1) Contoh beton muda sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.

2.18.5 LANGKAH KERJA


1) Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2) Letakkan cetakan diatas pelat.
3) Isilah cetakan sampai penuh dengan beton muda dalam 3 lapis ; tiap lapis berisi
kira-tira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 tusukan secara merata. Pada pemadatan, tongkat harus tepat
masuk sampai lapisan bagian bawah tiap'tiap lapisan. Pada lapisan pertama
penusukan bagian tepi tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
4) Segera setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uii dengan tongkat
tunggu selama setengah menit, dan dalam jangka waktu ini semua benda uji
yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan.
5) Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.
6) Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji, ukurlah
slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi
rata-rata benda uji.

2.18.6 DATA PENGUJIAN


T=30 cm T=20cm

Keadaan Campuran Keadaan Campuran


Beton Dalam Cetakan Beton Setelah Cetakan

Besar Slump = Tinggi Cetakan - Penurunan Benda Uji

= 30 cm - 20 cm

= 10 cm

PENGUJIAN KOTORAN ORGANIK DALAM PASIR UNTUK CAMPURAN


MORTAR ATAU BETON

2.19 PENGUJIAN KADAR ORGANIK


2.19.1 TUJUAN
Pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka dengan petunjuk larutan standar
atau standar warna yang telah ditentukan terhadap larutan benda uji pasir.Pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan pengendalian mutu agregat.

2.19.2 DASAR TEORI


Yang dimaksud dengan kotoran organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat
di dalam pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar atau
beton.

PERSYARATAN PENGUJIAN

Ikhwal persyaratan pengujian adalah sebagai berikut :

1) sebagai pembanding, supaya dilakukan dua atau lebih pengujian


2) petugas pengujian harus bebas dari penyakit buta warna

KETENTUAN-KETENTUAN

Ikhwal ketentuan adalah sebagai berikut :

1) Pengambilan benda uji pasir harus lolos saringan No. 4, berat minimum 500 gram
dan dalam keadaan kering, kalau perlu di keringkan di udara terbuka;
2) Botol gelas yang mempuyai skala, tidak berwarna mempunyai tutup dari karet,
gabus atau lainnya yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml;
3) Larutan standar terdiri dari larutan 0,,250 gram K2Cr2O7 di dalam 100 ml H2So4
(kerapatan 1,84) atau menggunakan warna standar organik plate.

2.19.3 CARA UJI

Urutan proses pengujian ini adalah sebagai berikut :

1) Masukkan benda uji kedalam botol gelas sampai mencapai garis skala 130 ml;
2) Tambahkan larutan (3% NaOH+97% air) dan dikocok sampai volume
mencapaii 200 ml;
3) Tutup botol; kocok kuat-kuat, kemudian di diamkan selama 24 jam;
4) Warna standar dapat menggunakan larutan standar atau organik place No. 3;
5) Jika warna larutan benda uji lebih gelap dari warna larutan standar atau
menunjukkan warna standar lebih besar dari No. 3, maka kemungkinan
mengandung bahan organik yang tidak di izinkan untuk bahan campuran
mortar atau beton.

2.19.4 Hasil

Pada pengujian kadar organik agregat halus, terdapat pada warna no 2. Yang
artinya kadar organik tersebut layak untuk digunakan dalam proyek pembangunan kecuali
warna larutan benda uji lebih gelap dari warna standar atau menunjukan warna standar
lebih besar dari no.3, maka kemungkinan mengandung bahan organik yang tidak di
izinkan untuk bahan campuran mortar atau beton.
METODE PENGUJIAN AGREGAT HALUS ATAU PASIR YANG
MENGANDUNG BAHAN PLASTIK DENGAN CARA SETARA PASIR

2.20 PENGUJIAN KESETARAAN PASIR


2.20.1 TUJUAN
Tujuan metode ini adalah untuk menyeragamkan cara pengujian pasir atau
agregathalus yang plastis dengan cara setara pasir.

2.20.2 DASAR TEORI


1. pengujian setara pasir adalah suatu metode pengujian agregat halus atau pasir lolos
saringan nomor 4 (4,76 mm), menggunakan suatu alat uji cara setara pasir dan
larutan kerja tertentu.
2. nilai setara pasir adalah perbandingan antara skala pembacaan pasir terhadap skala
pembacaan lumpur pada alat uji setara pasir yang dinyatakan dalam persen;
3. bahan plastis adalah bahan yang mengandung lempung atau lanau atau yang
menyerupai lempung atau lanau.

2.20.3 PERALATAN
1. peralatan yang memerlukan penerapan harus dikalibarasi sebelum digunakan,
sesuai ketentuan yang berlaku;
2. bila digunakan tabung palstik alatuji setara pasir harus dihindarkan dari sinar
matahari langsung dan dihindarkan dari pengaruh bahan atau uap pelarut seperti
Methylene Tetra Chloride (MTC) atau Trichloroethylene (TCE);

2.20.4 BAHAN
1. Benda uji adalah pasir alam atau agregat halus hasil pemecah batu lolos saringan
nomor 4 (4,76 mm).

2.20.5 LANGKAH KERJA

1. ambil benda uji sebanyak 85 ml, keringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C
sampai berat tetap kemudian dinginkan pada suhu ruang;
2. isi tabung plastik dengan larutan kerja sampai skala 5;
3. masukkan benda uji yang sudah dikeringkan dan lolos saringan nomor 4 (4,76
mm) ke dalam tabung plastik, ketuk-ketukan untuk beberapa saat kemudian
diamkan selama 10 menit;
4. tutup tabung dengan penutup karet atau kayu gabus, kemudian miringkan sampai
hampir mendat dun kocok dengan salah satu alat pengocok sesuai uraian pada butir
2.2.1.11);
5. tambahkan larutan kerja dengan cara mengalirkan larutan melalui pipa pengalir,
mulai dari bagian bawah pasir bergerak ke atas, sehingga lumpur yang terdapat di
bawah permukaan pasir naik ke atas lapisan pasir; tambahkan larutan kerja sampai
skala 15, kemudian biarkan selama (20 menit ± 15 detik);
6. baca dan catat skala pembacaan permukaan koloid (A) sampai satu angka di
belakang koma;
7. masukkan beban perlahan-lahan sampai permukaan lapisan pasir; baca skala
pembacaan pasir (B) yang ditunjukkan oleh keping skala pembacaan pasir
dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk (pada umumnya 10 skala), sampai satu
angka di belakang koma.
2.20.6 DATA DAN HASIL PENGUJIAN
Perhitungan :

Skala lumpur = 4 +(12 x 0,0625)

= 4,75

Skala pasir = 12 +(12x 0,0625) – 8


= 4.125
Nilai setara pasir (sp) = (skala pasir: skala lumpur) x100%
= (4.125 : 4.75) x 100%
= 86.84%
2.21 MIX DESIGN BETON
2.21.1 PERENCANAN PERHITUNGAN

1. Kuat tekan beton yang di rencanakan adalah 25Mpa


2. Data devisisasi tidak ada
3. m =12 Mpa
4. kuat tekan rata- rata di targetkan =25 Mpa +12Mpa= 37 Mpa
5. jenis semen adalah semen PCC ( Portland Composite Cement)
6. agregat yang di gunakan adalah agregat halus alami dan agregat kasar pecah
7. nilai FAS yang di gunakan adalah= 0.58
8. nilai FAS maksimum yang di gunakan adalah= 0.58
9. nilai slump 0-10
10. ukuran butiran agregat maksium 0-10
11. nilai kadar air bebas adalah 205 liter + 20 liter =225liter
12. jumlah semen yang di gunakan = 388.8 kg
13. jumlahsemen maksimum di abaikan
14. jumlahsemen minimum dari table 3
15. bebas memilih jenis semen yang kita gunakan
16. jumlah susunan butiran berada pada zona 1
17. presentasi agregat halus 57%
18. berat jenis relative agregat adalah = 2.623
19. jenis beton basah adalah 2337 kg/cm3
20. kadaragregatgabungan = 1724.068
21. kadar agregathalus = 913.756
22. kadar agregatkasar = 810.312
KOREKSI
1 jumlah air
*agregat halus = -5.345 liter
*agregat kasar = -5.291 liter
2 porsi jumlah agregat
*agregat halus = 908.411 kg
*agregat kasar = 805.021 kg
3 kebutuhan air = 235.636 kg
PERBANDINGAN BAHAN
= 908.411 : 805.021: 235.636 : 387.391
PERBANDINGAN BAHAN TERHADAP SEMEN
= 2.341 : 2.075 : 0.607 :1
PERBANDINGAN BAHAN JIKA SEMEN 40 KG
= 93.64 : 83 : 24.28 : 40
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN.

Tujuan pengendalian mutu beton adalah untuk menjamin bahwa pelaksanaan


pembetonan yang dilakukan, sesuai dengan rencana, spesifikasi dan cara pelaksanaan yang
benar serta terhindar dari kesalahan-kesalahan

3.2 SARAN

Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam pemeriksaan bahan campuran beton :

1. Pemeriksaan bahan harus dilakukan agar bahan-bahan yang digunakan memenuhi


standard spesifikasi yang telah ditetapkan.

2. Pemeriksaan bahan harus dilakukan untuk menjamin mutu beton sesuai dengan yang
direncanakan.

3. Pemeriksaan bahan-bahan untuk campuran beton harus dilakukan di lembaga


pemeriksaan bahan yang diakui.

4. Keseragaman campuran sangat bergantung pada komposisi dan mutu bahan.

5. Keseragaman campuran sangat berpengaruh terhadap kekuatan beton.

Bahan campuran beton yang dipakai untuk pembuatan beton, harus memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga dapat diperoleh campuran beton yang
memenuhi kriteria antara lain :

1. Mudah dikerjakan tanpa kehilangan keseragaman campuran

2. Kuat menahan beban yang direncanakan

3. Awet mempertahankan kekuatan

4. Kedap air (impermeable)

5. Attractive

6. Ekonomis

Anda mungkin juga menyukai