LABORATORIUM BAHAN/STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beton adalah campuran antara semen, pasir, kerikil, dan air dimana pasir
dan kerikil sebagai agregat yang berfungsi sebagai bahan pengisi . agregat dituntut
mempunyai sifat bahan kimia serta spesifikasi lain berupa gradasi butiran yang
diharapkan saling mengunci serta memperkecil volume pori dan beton.
Semen dan air keduanya tidak boleh dihilangkan. Semen berfungsi sebagai
bahan pengikat juga harus diketahui karakternya yang dimaksudkan dengan sifat-
sifat tersebut adalah berupa lama waktu proses pengikatan awal sampai dengan
pengikatan akhir. Kehalusannya serta komposisinya bahan kimia lalu yang
dominan sehingga dapat diklasifikasikan dalam tipe I, II, III, IV, V diantara
sifatnya adalah cepat mengeras.
Lambat mengeras bahan terhadap sulfat dan cairan-cairan air sebagai bahan
tambahan juga tidak kalah pentingnya dari bahan yang telah disebutkan di atas.
1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini,anda diharapkan mampu:
1. melakukan pengujian berat jenis semen,
2. membuktikan adanya berat jenis semen,
3. terampil melakukan percobaan ini
2. DASAR TEORI
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis semen
portland.Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada
suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada 4 oC yang isinya sama dengan
isi semen.
Semen portland adalah bahan perekat yang dpat mengeras bila bersenyawa
dengan air dan berbentuk padat dan tidak larut dalam dalam air, dengan berat jenis
sekitar 3,15.Semen portland terbentuk dari oxida-oxida utama CaO, SiO 2, Al2O3,
Fe2O3.
dimana :
V1 = Pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
(V2-V1)= isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu
d = berat isi air pada suhu 4oC (1 gram/cm3)
3. DAFTAR ALAT DAN BAHAN
Peralatan
1. Botol Le Chatelier
2. Kerosin bebas air atau naphta dengan berat jenis 62 – API ( American
Petrolium Institute )
3. Corong
Bahan benda uji
Contoh semen portland sebanyak 64 gram
4. CARA MELAKUKAN
a) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naphta sampai antara skala 0 dan 1,
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
b) Masukkan botol kedalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yang
cukup lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2oC
c) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol
( V1 ).
d) Masukkan benda uji sedikit demi sedikit dalam ke botol, Jangan sampai terjadi
ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
e) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengn posiisi miringsecara
perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
f) Ulangi pekerjaan pada 2. Setelah suhu air sama denan suhu cairan dalam
botol,baca skala pada botol ( V2 ).
g) Laporkan nilai berat jenis sampai dua angka di belakang koma.
Catatan
Berat jenis semen portland sekitar 3,15. Percobaan dibuat dua kali
(duplo),selisih yang diijinkan 0,01.
5. KESELAMATAN KERJA
Gunakan peralatan sesuai dengan petunjuk.
Periksa peralatan sebelum digunakan.
6. PELAPORAN
Laporkan nilai berat jenis sampai dua angka dibelakang koma, sesuai dengan
formula PA-0101-76.
Laboratorium Uji Bahan
Politeknik Negeri Banjarmasin
hjKesimpulan:
Anggota:
1
2
3
4
5
6
Ghjghhdhdfhdhddhf
1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan mampu:
1. melakukan pengujian tentang konsistensi semen portland.
2. membuktikan bahwa konsistensi normal dari semen portland dapat ditentukan.
2. DASAR TEORI
Pengertian ini dimaksudkan untuk menentukan konsistensi normal semen portland
dengan alat vikat.
Konsistensi normal semen portland adalah uatu kondisi standar yang menunjukkan
kebasahan pasta semen.
berat air
Konsistensi .= x 100%
berat semen
4. LANGKAH KERJA
1. Masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 27% dari berat benda
uji kedalam mangkok alat pengaduk.
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel dipinggir mangkok.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm selama 1 (satu)
menit.
6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan
6(enam) kali dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
8. Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Letakkan pelat kaca pada lobang besar cincin konik,balikkan,ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Letakkan cincin konik dibawah jarum besar vikat, dan kontakkan jarum dengan
bagian tengah permukaan pasta.
11. Jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.
Catatan
1. Grafik penurunan terhadap konsistensi.
2. Konsistensi normal, yang didapat pada penurunan (10 1) mm.
3. Untuk mendapatkan konsistensi normal dilakukan beberapa kali percobaan
dengan kadar air yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari semen yang
baru dan selama percobaan alat-alat harus bebas getaran. Untuk percobaan
pertama disarankan dengan kadar air 25%
4. Pengaruh suhu udara,air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.
DATA:
No. Berat PC Berat Air Konsistensi Penurunan Keterangan
No
Cawan (gram) (gram) (%) (mm)
1
2
3
4
5
Contoh perhitungan:
berat air
Konsistensi = x100%
Berat semen
= x100%
= %
Kesimpulan
Anggota:
1
2
3
4
5
6
2. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu :
1. melakukan pengujian waktu pengikatan permulaan dari semen portland,
2. membuktikan bahwa semen portlan mempunyai waktu pengikatan permulaan.
3. DASAR TEORI
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan
permulaan semen portland. Waktu pengikatan permulaan adalah jangka waktu dari
mulainya pengukuran pasta konsistensi normal sasmpai pasta kehilangan sebagian
sifat plastis (menjadi beku).
Benda uji
Contoh semen portland sebanyak 300 gram
5. LANGKAH PENGUJIAN
1. Masukkan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal,kedalam mangkokalat pengaduk.
2. Masukkan benda uji kedalam mangkok dan diamkan selama 30 detik.
3. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selama 30 detik.
4. Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel dipinggir mangkok.
5. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285 10) rpm selama 1 (satu0
menit.
6. Buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan, kemudian dilemparkan
6(enam) kali dari satu tangan ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
7. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga cincin
konik penuh dengan pasta.
8. Kelebihan pasta pada lobang besar diratakan dengan sendok perata yang
digerakkan dalam posisi miring terhadap permukaan cincin.
9. Letakkan pelat kaca pada lobang besar cincin konik,balikkan,ratakan dan
licinkan kelebihan pasta pada lobang kecil cincin konik dengan sendok perata.
10. Taruh termometer beton di atas cincin dan simpan pada moist-cabinet selama
30 menit kemudian baca termometer udara dan termometer beton .
11. Keluarkan cincin konik dari moist-cabinet dan lepaskan termometer beton
kemudian letakkan cincin konik dibawah jarum vikat, dan kontakkan jarum
dengan bagian pasta.
12. Jatuhkan jarum setiap 15 menit sampai mencapai penurunan dibawah 25 mm.
Setiap menjatuhkan jaryum catatlah penurunan yang berlangsung selama 30
detik. Jarak antara titik setiap menjatuhkan jarum adalah ½ cm, dan jarak titik
dari pinggir cincin konik tidak boleh kurang dari 1 (satu)cm.
6. PELAPORAN :
a. Grafik penurunan waktu.
b. Waktu pengikatan permulaan didapat pada penurunan 25 mm, sesuai dengan
standart.
Catatan :
1. Selama pelaksanaan pemeriksasan tersebut, alat-alat di atas harus bebas getaran
dan jarum dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel.
2. Waktu pengikatanpermulaan paling cepat 45 menit, paling ,lambat 10 jam.
3. Pengaruh suhu udara, air pencampur dan kelemmbaban ruangan diabaikan.
Kesimpulan;
*Waktu pengikatan awal = menit
*Waktu pengikatan akhir = menit
Anggota:
1
2
3
4
5
6
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan percobaan kehalusan Senmen Portland,
2. Membuktikan bahwa semen portland mempunai kehalusan,
3. melakukan pengijian kehalusan semen portland.
2. DASAR TEORI
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kehalusan semen portland
dengan menggunakan saringan No. 100 dan No. 200.
Kehalusan meripakan suatu faktor penting yang dapat mempengaruhi kecepatan
reaksi antara partikel semen dengan air.
Perhitungan
F =
Dimana:
F = Kehalusan
A = Berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan. No.100
No.200
DATA:
Berat Saringan Berat Saringan+ Benda uji Berat Benda Uji Tertahan
Nomor
Saringan (Gram) (Gram) (Gram)
100
200
A
F= X100%
B
F = Kehalusan
A = Berat benda uji tertahan di atas masing-masing Saringan no. 100 danNo. 200
B = Berat Benda Uji Semula
Kesimpulan :
Anggota:
1
2
3
4
5
6
2. PENGUJIAN AGREGAT
1. TUJUAN PERCOBAAN
Peralatan
1. Timbangan atau neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji.
2. Satu set saringan dengan 37,5 mm 19,1 mm (3/4”); 9,5 mm (3/8”); No. 4,
8, 16, 30, 50, 100 (standar ASTM).
6. Talam-talam.
7. Kuas, sikat kuning, kuas ukuran 3”, sendok dan alat-alat lainnya.
Benda uji didapat dari pemisahan contoh atau cara perempat sebanyak :
a. Agregat halus
b. Agregat kasar
Bila agregat serupa campuran dari agregat halus dan kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan no. 4, selanjutnya agregat halus dan
kasar disediakan sebanyak sejumlah seperti tercantum di atas.
4. LANGKAH PENGUJIAN
a. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110+5)0c sampai beratnya
tetap.
b. Benda uji disaring dengan ukuran saringan palinng besar ditempatkan paling
atas, saringan diguncang dengan tangan atau dengan penggentar selama 15
menit.
5. PERHITUNGAN
Hitunglah prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji, selanjutnya tentukan prosentase lolos.
6. PELAPORAN
Laporan meliputi:
DATA :
Lubang Ayakan Tertahan Persentase komulatif
(mm) inchi Gram %seluruh Tertahan Tembus
9,50 3/4
4,75 No.4
2,36 No.8
1,18 No.16
0,60 No.30
0,30 No.50
0,15 No.100
Pan
Σ
Kesimpulan :
Anggota:
1
2
3
4
5
6
Contoh perhitungan
1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui prosedur pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar .
2. Menentukan berat jenis kering, berat jenis jenuh permukaan kering (Saturated
Surface Dry = SSD), berat jenis semu (Apperent) dan penyerapan (Absorsi)
dari agregat kasar.
2. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah berat jenis agregat dan
volumenya adalah volume luar/lateral/volume dimensional agregat kasar (kerikil).
Digunakan untuk menentukan berat isi agrtegat agar supaya dapat direncanakan
suatu campuran beton.
Berat jenis jenuh permukaan kering (SSD)yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dengan berat air yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah kemampuan agregat menyerap air sampai keadaan jenuh.
Besar penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume pori-pori yang dapat
menyerap air.
Bahan
Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan riffle sampler atau sistem
perempat (quartering) sebanyak kira-kira 2500 gram.
4. LANGKAH PENGUJIAN
1. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat
pada permukaan agregat.
2. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110 5)oC sampai beratnya tetap.
3. Dinginkan dalam desikator atau diamkan di udara terbuka, kemudian timbang
beratnya (Bk).
4. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 jam.
5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan agregat hilang (agregat ini dinyatakan dalam kondisi jenuh
permukasan kering atau SSD ).
Untuk butiran yang besar, pengeringan lap harus satu persatu.
6. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh permukaan kering (Bj).
7. Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dalam air. Temperatur air 23⁰ C
dan timbang, sebelum ditimbang keranjang diisi benda uji lalu digoyang-
goyangkan dalam air untuk melepas udara yang terperangkap.
8. Benda uji dikeringkan pada temperatur (110±5)⁰C didinginkan dan ditimbang.
5. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).
Bk
Gsk =
(Bj-Ba)
2. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD).( Gss)
Bj
Gss =
(Bj-Ba)
3. Berat jenis semu (apperent) .(Gsap)
Bk
.Gsap =
(Bk-Ba)
4. Penyerapan.( .Abs)
Bj-Bk
.Abs = x 100%
Bk
dengan,
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).
Ba = berat benda uji dalam air ( gram ).
Catatan :
1. Karena harga berat jenis yang tidak tetap walaupun dilakukan dengan sangat
hati-hati, dalam hal ini diperlukan pemeriksaan berulang-ulang minimal 2 (dua)
kali pemeriksaan. Kemudian diambil harga rata-ratanya.
2. Hasil penentuan dilaporkan dalam 2 (dua) desimal
Rata-
No Perhitungan Notasi 1 2
rata
1 Berat jenis bulk
2 Berat jenis SSD
3 Berat jenis semu
4 Penyerapan air (%)
Kesimpulan :
Anggota:
1
2
3
4
5
6
2. DASAR TEORI
Berat jenis kering (bulk specific grafity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air yang isinya sama dengan isiagregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis kering permukaan kering (SSD)yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dengan berat air suling yang beratnya sama
dengan berat agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Penyerapan adalah prosentase berat air yang dapat diserap pori-pori terhadap
berat agregat kering. Besar penyerapan terganmtung porositas yaitu berupa volume
pori-pori yang dapat menyerap air.
4. LANGKAH PENGUJIAN
Penentuan SSD agregat halus
1. Masukkan benda uji ke dalam kerucut terpancung dalam 3(tiga) lapisan,
yang masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8(delapan)kali, ditambah
satu kali penumbukan untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali
tumbukan).
2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan lahan.
Perhatikan !
Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran
agregat yang berada diluar cetakan.
Pengangkatan cetakan harus benar-benaar vertikal
3. Periksa bentuk agregat hasil kerucut terpancung diangkat, bentuk
umumnya ada (tiga), yang masing-masing menyatakan keadaan
kandungan air daari agregat tersebut, yaitu keadaan kering, keadaan basah,
dan keadaan SSD.
Perhatikan !
Jika keadaan agregat kering, maka agregat perlu ditambah air.
Jika agregat dalam keadaan basah, maka agregat perlu dikeringkan terlebih
dahulu di udara.
Pernentuan berat jenis dan penyerapan agregat halus.
1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada (1) seberat 500 gram
dan masukkan ke dalam piknometer atau gelas ukur.
2. Masukkan air pembersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil
diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.
Proses untuk menghilangkan gelembung dalam piknometer dapat
dipercepat dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan
merebus piknometer.
3. Tambahkan air pembersih mencapai tanda batas.
4. Timbang piknometer berisi air dan benda uji (B1).
5. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (1105)oC,
Sampai berat tetap, kemudian dinginkan (B2).
6. Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang
beratnya (B3).
5. PERHITUNGAN
1. Berat jenis kering (bulk dry specific grafity).(Gsk)
Bk
Gsk =
(B+Bj-Bt)
2. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD).(Gss)
Bj
Gss.=
(B+Bj-Bt)
3. Berat jenis jenuh kering semu (apparent).(Gsap
Bk
.Gsap =
(B+Bk-Bt)
4. Penyerapan.Abs
Bj-Bk
.Abs = x 100%
Bk
dengan,
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram).
Bk = berat benda uji dalam keadaan kering oven (gram).
B = berat piknometer berisi air (gram).
Bj = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).
Catatan:
Hasil perhitungan dilaporkan dalam 2 (dua) desimal.
Rata-
No Perhitungan Notasi 1 2
rata
4 Penyerapan
Kesimpulan :
Anggota:
1
2
3
4
5
6
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, anda di harapkan mampu :
1. Melaksanakan prosedur pengujian agregat kasar dengan benar
2. Menentukan nilai kekerasan agregat dengan mesin tekan kapasitas 40 ton
dengan kecepatan 4 + 0,0 ton/menit.
2. DASAR TEORI
Pemeriksaan ini menggambarkan suatu cara untuk menentukan nilai
kekerasan dan agregat kering,bahwa keerasan agregat kasar dapat dolongkan
dalam fungsinya untuk
lapisan permukaan jalan bila nilai kekerasannya tidak melampaui 30 % yang
digunakan dalam beton.Sedangkan keperluan lainnya tidak boleh melampaui 45 %
untuk itu perlu diketahui beberapa nilai kekerasannya.
Bahan Uji
1. Siapkan benda uji seberat 10 kg yang melalui saringan 12,7 mm dan
tertahan pada saringan 9,5 mm.
2. Benda uji agregat dalam keadaan kering yang didapat setelah dimasukkan
kedalam oven selama 4 (empat) jam dengan suhu (110 + 5)0C
4. LANGKAH PENGUJIAN
1. Benda uji dimasukkan siender berlapis sebanyak 3(tiga) lapis.
2. Padatkan benda uji tiap lapis dengan penumbuk sebanyak 25 kali.
3. Permukaan benda uji rata dan pluyer berada diatasnya,harus diperhatikan agar
pluyer .
4. Kemudian dimasukan kedalam mesin test yang mempunayai daya 40 ton
dengan kecepatan tekan (40,4)ton/menit untuk ditekan.
5. Benda uji dikeluarkan dari mesin test.
6. Kuatkan benda uji dari silender kemudian saring dengan saringan ukuran 3,36
mm.
5. PERHITUNGAN
6. CATATAN
1. Nilai kekerasan tidak boleh melampaui 30 % untuk beton yang digunakan untuk
permukaan jalan (pavament)
2. Nilai kekerasan tidak boleh melampui 45 % untuk beton yang digunakan untuk
keperluan lain selain diatas.
No Pemeriksaan gram
1 Berat mould 1 + benda uji tertehan ayakan 9,5 mm
2 Berat mould (wadah) Aͦ 0
3 Berat benda uji A
4 Berat mould 2 + benda uji tertahan ayakan 2,36 mm
5 Berat mould (wadah) Bͦͦ 0
6 Berat benda uji B
(A – B)
Nilai kekerasan ( % ) .= x 100% %
A
Kesimpulan :
Anggota:
1
2
3
4
5
6
2. Bahan
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
a. berat dan garadasi benda uji sesuai daftar (lampiran) ;
±
b. bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110
5)°C sampai berat tetap.
3. Cara Pengujian .
Pengujian dilaksanakan sebagai berikut sebagai berikut :
a. Pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut :
(a) Cara A : Gradasi A, bahan lolos # 37.5 mm, sampai tertahan 5
mm, jumlah bola besi 12 buah dengan putaran 500.
(b) Cara B : Gradasi B, bahan lolos # 19 mm, sampai tertahan #
9.5 mm. Jumlah Bola 11 buah dengan 500 putaran.
(c) Cara C : Gradasi C, bahan lolos # 9.5 mm sampai tertahan #
4 .75 mm (no.4), Jumlah bola 8 buah dengan 500
putaran.
(d) Cara D : Gradasi D, bahan lolos # 4.75 mm (no.4) sampai
tertahan # 2.36 mm (no.8), jumlah bola 6 buah dengan
500 putaran.
(e) Cara E : Gradasi E, bahan lolos # 75 mm samapai tertahan #
37.5 mm, jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
(f) Cara F : Gradasi F, bahan lolos # 50 mm, sampai tertahan 25
mm, jumlah bola 12 dengan 1000 putaran.
(g) Cara G : Gradasi G, bahan lolos # 37.5 mm samaai tertahan # 19
mm, Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran.
Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan
gradasi disesuaikan dengan contoh material yang merupakan wakil dari
material yang akan digunakan.
b. Benda uji dan bola baja dimasukan kedalam mesin abrasi Los Angeles;
c. Putar mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah putaran
gradasi A,B,C dan D = 500 Putaran dan untuk gradasi E,F dan G = 1000
putaran;
d. Setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan no. 12 (# 1.7 mm); butiran yang tertahan diatasnya dicuci
± 5
bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 )°C sampai
berat tetap.
4. Peralatan .
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
a. Mesin Abrasi Los Angeles (lihat Gambar);
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter
711 mm (28”) panjang dalam 508 mm (20”); silinder bertumpu pada dua
poros pendek yang tidak menerus dan perputar pada poros mendatar;
silinder berlubang untuk memasukan benda uji; penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu; dibagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5”) ;
Mesin Los Angeles
5. Perhitungan .
Keausan =
Keterangan :
a = berat benda uji semula, (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan No. 12 ( gram)
Lolos Tertahan
A B C D E F G
mm (“) mm (“)
50 (2) 37,5 (1½) ............. ............. ............. ............. 5000 5000 .............
37,5 (1½) 25 (1) 1250 ............. ............. ............. ............. 5000 5000
19 (¾) 12,5 (½) 1250 2500 ............. ............. ............. ............. .............
12,5 (½) 9,5 (⅜) 1250 2500 ............. ............. ............. ............. .............
9,5 (⅜), 6,3 (¼) ............. ............. 2500 ............. ............. ............. .............
6,3 (¼) 4,75(no.4) ............. ............. 2500 ............. ............. ............. .............
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. melaksanakan prosedur pengujian kadar organik di dalam agregat halus,
2. menentukan kadar organik yang terkandung dalam agregat halus dengan
pengamatan warna dan endapan.
2. DASAR TEORI
Agregat halus adalah bagian dari campuran beton yang mempunyai sifat
kohesif yang rendah sehingga pasir dapat berfungsi sebagai pengisi da;lam
campuran beton
Kadar organik dalam agregat adalah besar sekali pengaruhnya pada proses
pengikatan pasta beton juga dalam pengerasannya, dengan kadar organik ini :
o mengurangi kekuatan serta berat isi beton,
o menyebabkan terkelupaskan serta lunturnya warna beton,
o mempengaruhi kekuatan terhadap serangan karat.
Kadar organik sangat empengaruhi kualitas dari material dalam hal ini adalah
pasir.kadar organik merupakan unsuir yang terdapat dalam material yang berasal
dari sisa-sisa makhluk hidup yang bersenyawa di dalamnya.Berhubungan dengan
konstrujsi sipil maka kadar tertentu unsur organik merupakan unsur yang
merugikan.
Bahan
1. Pasir.
2. Larutan NaOH 3 (tiga)
Jika mempunyai tabel pembanding warnadapat digunakan bahan pembantu
merupakan cairan pembanding warna (warna standart)yang dapat dibuat dari:
a. Cairan pembanding permanen.
Caranya ;
Masukkan campuran 9 (sembilan) gram Ferri Chlorida (FeCl36H2O)
dengan 1 (satu) gram Cobalt Chlorida (CoCl26H2O) kedalam 100 ml air
yang telah mengandung 1/3 ml asam HCL,
Simpan larutan ini dalam botol tetutup rapat dan mempunyai warna
permanen.
4. LANGKAH PENGUJIAN
1. Isikan agregat halus yang diujike dalam botol sampai 130 ml.
2. Tambahkan larutan sodium Hidroksida 3 (tiga)% sampai 120 ml.
3. Turtup botol dengan rapat.
4. Kocok botol selama 10 menit.
5. Diamkan selama 24 jam.
6. Amati warna cairan di atas permukaan agregat halus dalam botol itu dan
bandingkan warnanya dengan tabel pembanding warna atau larutan
pembanding.
Catatan :
Kadar organik dikatakan tinggi(terlalu kotor), jika warna cairan dalam botol di
atas agregat halus lebih tua dibandingkan larutan pembanding.
Pesyaratan kadar organik untuk campuran beton bila warna skala lakmus < 3
Agregat halus tersebut cukup baik untuk digunakan sebagai bahan campuran beton
G. PENGUJIAN KADAR BUTIR HALUS ( KADAR LUMPUR )
LEWAT SARINGAN NO.200
(PBI 1971) (SNI 03-4142-1996)
(PB. 0208-76), (ASTM C,-177-69)
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan mampu :
1. Melaksanakan prosedur pengujian dengan benar
2. Menentukan nilai berapa persen butir halus lewat saringan no.200
2. DASAR TEORI
Agregat yang cocok untuk produksi beton yang bermutu halus bebas
dilempung lanau dan bahan-bahan organik yang akan mengurangi kekuatannya
agregat harus pula bebas dari butiran-butiran lembek dan mudah hancur dengan
tangan sehingga akan terurai akibat cuaca dan mempengaruhi keawetan beton
secara negatif.Kadar butir halus yang ada dalam agregat dapat ditentukan dengan
penyaringan agregat tersebut dengan saringan no.200
Semakin besar prosentase butir yang lolos saringan no.200 makin buruk
pengaruhnya pada beton karena akan menyerap air lebih banyak sehingga beton
menjadi encer dan pengerjaannya sedikit menyulitkan.
4. LANGKAH PENGUJIAN
1. Masukan benda uji dalam bejana , dan tuangkan air bersih ke dalam bejana
sehingga benda uji terendam
2. Aduk contoh benda uji, sehingga terpisah dari bagian yang halus
3. Tuangkan suspensi yang kelihatan keruh dengan perlahan-lahan kedalam
susunan ayakan
Perhatian !
Pada waktu menuang suspensi , usahakan agar butiran agregat yang kasar tidak
ikut tertuang untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ayakan.
4. Ulangi pekerjan No. 1,2 dan 3 diatas,beberapa kali, sehingga air cucian
didalam bejana kelihatan jernih
5. Bilas butuiran-butiran yang tertinggal diatas susunan ayakan sehingga air
bilasan kelihatan jernih.
6. Tampung butiran-butiran yang tertinggal diatas ayakan dan dalam bejana.
7. Keringkan butiran tersebut dalam oven suhu ( 110 ± 5 ) oCsampai berat tetap
(W2 ).
8. Timbang dan catat beratnya (W2 ).
5. PERHITUNGAN
(W1-W2)
kadar lumpur agregat kasar .= x 100 %
W1
Dengan,
W1 = berat benda uji semula (gram)
W2 = berat buturan yang tertahan pada saringan No. 200(gram)
Kesimpulan :
= X 100 % =
Anggota:
1
2
3
4
5
6
(SNI 03-4804-1997)
1. TUJUAN PERCOBAAN
2. DASAR TEORI
Peralatan
5. Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder denga alat pemegang,
berkapasitas seperti berikut :
4. LANGKAH PENGUJIAN
b) Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butir-
butir dari ketinggian maksimum 5 cm diatas wadah dengan menggunakan
sendok atau sekop sampai penuh.
B. Berat isi padat agregat ukuran butir maksimum 38.1mm (1 ½ “0 dengan cara
penusukkan.
a) Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b) Isilah wadah dengan cara benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal, tiap
dipadatkan denagan tongkat pemdat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata.Pada pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian
b awah tiap-tiap lapiasan.
C. Berat isi padat agregat ukuran butir antara 38,1 mm (1 ½”) sampai 101,6
(4”0) dengan cara penggoyangan.
b) Isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama tebal.
Letakkan wadah diatas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah
satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan.
Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan, padatkan lapisan sebanyak 25
kali untuk setiap sisi.
5. PERHITUNGAN
W3
ɤ=
V (Kg/m3)
dimana :
Catatan
1. Isilah wadah dengan air sampai penuh pada suhu kamar, sehingga pada waktu
ditutup dengan pelat kaca tidak terlihat gelembung udara.
Kesimpulan:
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaanini, anda diharapan mampu :
1. memahami prosedur pengujian kadar air yang terdapat pada agregat dengan
benar,
2. menentukan prosentase kadar air terkandug dalam agregat,
3. terampil dalam menentukan kadar air yang terkandung dalam agregat.
2. DASAR TEORI
kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
agregat dengan berat agregat kering yang dinyatakan dalam prosentase.
Berat air yag terkandung dalam agregat besar sekali pegaruhnya pada
pekerjaan yang menggunakan gregat terutama beton . dengan diketahui kadar air
yag terkandung dalam agregat, maka perencanaan mix design lebih sempurna
(akurat) karena adanya faktor koreksiadar air campuran beton terhadap tegangan
tekan rencana yang akan dicapai.
3. PERALATAN ALAT DAN BAHAN
peralatan
1. Timbang dengan ketelitian 0,01 gram.
2. Oven (pengering).
3. Cawan, dibuat dari porselin/baja.
Bahan
Berat contoh agregat minimum tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai
tabel berikut:
4. LANGKAH PENGUJIAN
1. Timbang berat talam /tempat (W1).
2. Masukkan benda uji basah kedalam talam dan timbang beratnya (W2).
3. Hitung berat benda uji basah (A = W2 – W1).
4. Keringkan benda uji berikut tempat dalam oven dengan suhu (1105) oC,sampai
beratnya tetap.
5. Timbang berat tempat dan benda uji (W3).
6. Hitung berat benda uji kering oven (B = W3 – W1).
5. PERHITUNGAN
dengan,
A = berat benda uji semula (gram).
B = berat benda uji kering oven (gram).
DATA :
Agregat halus
Pemeriksaan
(gram)
Berat cawan (w1)
Berat cawan + benda uji (w2)
Berat benda uji (w3 = w2 – w1)
Berat cawan + benda uji kering (w4)
Berat benda uji kering oven (w5 = w4 – w1)
Kesimpulan:
.
DATA :
Agregat kasar
Pemeriksaan
(gram)
Berat cawan (w1)
Berat cawan + benda uji (w2)
Berat benda uji (w3 = w2 – w1)
Berat cawan + benda uji kering (w4)
Berat benda uji kering oven (w5 = w4 – w1)
Kesimpulan:
.
Anggota:
1
2
3
4
5
6
2. Daftar Istilah
Sodium Sulfat : Larutan jenis garam-garaman, jika dicampur air bisa
berupa anhydrous (Na2SO4) dan atau crystalline
(Na2SO4.10H2O).
Magnisium Sulfat : Larutan jenis garam-garaman, jika dicampur air bisa
berupa anhydrous (MgSO4) dan atau crystalline
(MgSO4.10H2O) Epsom salt
Pelapukan : Proses disintergrasi agregat yang disebabkan
mensimulasikan pelapukan yang terjadi akibat cuaca.
3. Teori Dasar
Istilah soundness diartikan sebagai kemampuan agregat untuk menahan perubahan
volume yang berlebih, sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik, seperti beku
– cair (freezze-thaw), perubahan panas. Soundness termasuk tes fisika – kimia
(Physico – chemical test).
Fenomena cuaca ini secara umum berlangsung pada skala waktu geologi, tetapi
pada situasi tertentu bisa terjadi pada masa layan terutama pada agregat di
permukaan yang terekspos.
Pengatur suhu harus digunakan untuk mengatur suhu pada tempat larutan
selama pelaksanaan perendaman sampel;
Alat pengguncang saringan bila diperlukan;
Keranjang kawat untuk menempatkan sampel yang dicelupkan dan
direndam bersama-sama dalam bak perendam berisi larutan; besarnya
lubang-lubang keranjang kawat tidak boleh mengakibatkan berkurangnya
benda uji yang ada di dalamnya; tinggi dan diameter keranjang kawat
disesuaikan ukuran bak yang tersedia, seperti terlihat pada gambar
terlampir;
Alat pengukur berat jenis larutan atau hidrometer sesuai ASTM E – 100
dengan ketelitian + 0,001;
Beker glas digunakan untuk tempat air pada saat pengeringan sampel.
4.2 Sampel
– Cuci sampel
– Keringkan sampi berat konstan pada suhu 110 + 5 oC ;
– Saring agregat dan timbang sesuai ukuran-ukuran fraksi pada tabel 2 di atas;
– Tempatkan masing-masing sampel itu ke dalam keranjang yang tersedia secara
terpisah dan beri identitas.
Rendam sampel larutan Sodium Sulfat atau Magnesium sulfat ke selama antara
16 – 18 jam dengan kedalaman perendaman sekurang-kurangnya 12,70 mm;
Tutup bak perendam untuk mengurangi penguapan;
Jaga suhu larutan perendam pada suhu (21 + 1) oCselama perendaman;
Sesudah masa perendaman, pindahkan sampel dari larutan;
Tiriskan selama (15 + 5) menit sebelum dikeringkan dalam oven;
Keringkan sampel pada suhu (110 + 5) oC selama 2 – 4 jam;
Ulangi percobaan dari tahap (1 s/d 6) paling sedikit 5 kali sampai diperoleh
hasil yang diharapkan;
Setelah pengulangan akhir atau beberapa kali perendaman dan pengeringan dan
sampel menjadi dingin, cuci dengan larutan Barium Clorida (BaCl 2) untuk
melarutkan Sodium Sulfat atau Magnesium Sulfat yang melekat pada sampel;
Cuci sampel dengan menggunakan air yang mengalir pada suhu (43 + 6) oC;
Keringkan sampel sampai berat konstan pada suhu (110 + 5) oC;
Saring benda uji dengan saringan yang sama dengan saringan yang dipakai
pada saat sebelum perendaman untuk agregat halus, sedangkan untuk agregat
kasar saringan gunakan saringan sebagai berikut;
Tabel 2
Ukuran Saringan yang digunakan setelh Pelapukan
Timbang masing-masing sampel yang tertahan pada saringan dan catat berat
masing-masing sampel sebagai berat akhir pengujian.
(ai – bi)
Xi = x 100
ai
Xi = Persentase agregat yang lolos saringan sesudah di uji;
ai = berat sebelum di uji;
bi = berat yang tertahan saringan sesudah di uji;
persentase berat agregat asal, dihitung sebagai berikut;
yi
% yi = x 100
y
5. Diskusi
Pengujian yang berhubungan dengan perubahan cuaca ini atau physico-chemical
test ini ada beberapa macam, diantaranya slake durability index, modal analysis.
Slake durability index mengukur ketahanan batuan terhadap retak, index yang
diukur berdasarkan kekuatan batu lumpur. Modal analysis menentukan mineral
sekunder yang dihasilkan dari proses cuaca dan perubahannya, test ini merupakan
indakator utama untuk menetapkan derajat pengaruh cuaca.
3. PENGUJIAN BETON
A. PERENCANAAN CAMPURAN BETON (MIX DESAIN)
PBI – “71, (SNI 03-2834-1993)
( AASHTO T. – 27 – 74 ) ( ASTM C. – 136 –50 )
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu :
1. Menentukan proporsi bahan campuran beton
2. Melakukan pembuatan beton yang memenuhi standar mutu yang disyaratkan
2. DASAR TEORI
Perencanaan campuran beton bertujuan menentukan proporsi bahan campurn
dalam berat. Bahan tersebut terdiri dari semen, pasir, kerikil, dan air. Air yang
dipakai telah dikoreksi terhadap kadar air dan penyerapan agregatnya.
Untuk mendapatkan suatu campuran beton yang sesuai dengan mutu beton
yang dikehendaki maka perlu diadakan terlebih dahulu perencanaan campurannya.
Berdasarkan material yang disediakan untuk campuran beton tersebut, sehinggga
dari hasil perencanaan beton tersebut diharapkan dapat digunakn dilapangan.
Material yang dipakai sudah melalui pengujian karakteistik.
PERENCANAAN CAMPURAN BETON (MIX DESAIN)
DATA
Tabel/grafik/
No. Uraian Nilai
Perhitungan
1 Kuat tekan yang disyaratkan Ditetapkan MPa pada 28 hari
Bagian cacat 5 %
ayat 3.3.1 MPa pada atau tanpa
2 Deviasi standart
Tabel 1.4.5.1 data
3 Nilai tambah (margin) (k=1,64) 1,64 x = MPa
4 Kekuatan rata-rata yang ditargetkan ayat 3.3.2 + = MPa
5 Jenis semen Ditetapkan
6 Jenis agregat : kasar
Jenis agregat : halus
Tabel 2
7 Faktor air semen bebas
Grafik 1 atau 2
ayat 3.3.2
8 Faktor air semen maksimum
Tabel 3
Ditetapkan
9 Slump Slump mm
Ayat 3.3.3
Ditetapkan
10 Ukuran agregat maksimum mm
Ayat 3.3.4
Tabel 6
11 Kadar air bebas Kg/m3
Ayat 3.3.5
12 Jumlah semen 11:8 atau 7 = Kg/m3
13 Jumlah semen maksimum Ditetapkan .------------------ Kg/m3
Ditetapkan
14 Jumlah semen Kg/m3
ayat 3.3.2
15 Faktor air semen yang disesuaikan Tabel 3,4,5
16 Susunan besar butir agregat Grafik 3 s/d 6 Daerah gradasi susunan butir
17 Persen agregat halus Grafik 10 s/d 12 Persen
Berat jenis relatif,agregat
18 (diketahui /dianggap)
(kering permukaan)
19 Berat jenis beton Grafik 13 Kg/m3
20 Kadar agregat gabungan 19-(12+11) Kg/m3
21 Kadar agregat halus 17x20 Kg/m3
22 Kadar agregat kasar 20-21 Kg/m3
Semen portlan Air Ag.halus(pasir) Ag.kasar(bt.pecah)
Bahan
(kg) (liter) (kg) (kg)
1 m³ beton
……. m³
3. PERHITUNGAN
Hitungan perencanaan campuran beton ini digunakan tabel dan grafik :
Tabel 2. Perkiraan Kekuatan Tekan Beton Dengan Faktor Air Semen 0,5
KEKUATAN TEKAN (N/mm)
JENIS JENIS AGREGAT PADA UMUR
SEMEN KASAR (HARI) BENTUK
BENDA UJI
3 7 28 91
Kandungan Semen Minimum untuk Beton yang berhubungan dengan Air tanah yang
Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan Semen
Dalam Tanah Minimum (kg/m3)
SO3 dlm SO3 Dalam Air Jenis Semen Ukuran Agregat
Total SO3 % campuran (g/l) Tanah (g/l)
air : tanah =2 : 1 40 20 10
< 0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I, dgn atau tanpa
280 300 350
Pozolan(15-40)%
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2 Tipe I tanpa Pozolan
290 330 380
Tipe I + Pozolan (15-40)%atau
S.P.Pozolan
Tipe II atau V
250 290 430
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Tipe I + Pozolan (15-40)%atau
340 380 430
S.P.Pozolan
Tipe II atau V
290 330 380
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V
330 370 420
> 2,0 > 5,6 > 5,0 Tipe II atau V dan Lapisan
330 370 420
Pelindung
Slump (cm)
Uraian
Maksimum Minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi
telapak bertulang 12,5 5,0
Pondasi telapak tidak bertulang, koison
9,0 2,5
dan konstruksi dibawah tanah
Pelat, balok, kolom, dan dinding 15,0 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5,0
Pembetonan masal 7,5 2,5
Perkiraan Kadar Air Bebas (Kg/m3) yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat
Kemudahan Pengerjaan Adukan Beton
SLUMP (mm)
UKURAN BESAR BUTIR
0-10 10-30 30-60 60-100
JENIS AGREGAT
AGREGAT MAKSIMUM
2. Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
a) Agregat tak dipecah dan dipecah (Jenis agregat sama) dipergunakan
tabel 1.8
b) Agregat yang digunakan adalah agregat kasar batu pecah, agregat
halus pasir sungai (tidak dipecah), maka dihitung menurut rumus:
W = ²⁄₃Wk + ⅓Wh
Keterangan:
W = kebutuhan air
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Wk = perkiraan jumlah air untu agregat kasar
1
1
1 2
1
2 3
2 2
3 4
3 3 4
4 4
0.51
a + b = 100 b = 100 – a
Keterangan :
P = % lolos syarat agregat gabungan
pada saringan yang ditinjau
y1 = % lolos agregat halus
y2 = % lolos agregat kasar
a = kadar / porsi agregat halus
b = kadar / porsi agregat kasar
Contoh
Tentukan ; -kadar agregat halus (a)
-kadar agregat kasar (b)
Agregat maksimum 40 mm (data saringan hal.30 tabel 11. Pedoman Perencanaan
Beton Normal) )
Penyelesaian:
P = 35 % , y1= 100, y2= 1
, a = 35 % , b = 100% – 35% = 65 %
1 Silider Ukuran :
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga dari
kemungkinan susut. Jadi material yang diperlukan adalah:
2 Balok = 1.2 x2x0,0119 = 0,0286 m3
6 Silinder = 1.2x6x0,0053 = 0,0382 m3
Total = 0,0668 m3
Karakteristik Agregat
Karakteristik agregat yang diperlukan adalah :
- kadar air pasir dan kerikil
- berat jenis pasir dan kerikil
- penyerapan pasir dan kerikil
- zone gradasi pasir yang dipakai
- mutu beton yang direncanakan
keterangan :
B = jumlah air ( kg / m3 )
C = jumlah agregat halus ( kg / m3 )
D = jumlah agregat kasar ( kg / m3 )
Ca = abssorpsi air pada agregat halus (%)
Da = abssorpsi air pada agregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)
DATA :
B. PENGUJIAN SLUMP BETON
PBI – 1971
( AASHTO T. – 119 – 74 ) ( ASTM C. – 143 – 71 )
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu :
1. Melakukan pengujian slump beton
2. Mengukur kekentalan beton
3. Terampil melakuakn percobaan ini
2. DASAR TEORI
Slump beton bertujuan mengetahui kekentalan beton segar, sehingga dapat
diketahui nilai kekentalan beton tersebut.
Beton yang sedang diaduk merupakan beton segar, yaitu beton yang sedang
menuju proses pengerasan. Untuk mengeras campuran beton ini memerlukan air
dan kebutuhannya sesuai dengan perencanaan dan perhitungan.
Campuran dikatakan encer apabila penggunaan air terlalu banyak atau
melebihi dari perencanaan, sebaliknya beton dikatakan kental atau kaku apabila
penggunaan air kurang dari air yang direncanakan, hal ini dapat diketahui apabila
dilakukan pengujian dengan slump.
5. PERHITUNGAN
Besar slump = tinggi penurunan adukan beton (mm ).
catatan**
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan 2 (dua) kali pemeriksaan
dengan adukanyang sama dan dilaporkan hasil rata-ratanya.
Laboratorium Uji Bahan
Politeknik Negeri Banjarmasin
DATA :
h1 h2 h3
UKURAN
atas tengah bawah
Tinggi (cm)
Rata-rata(cm)
Kesimpulan :
Dari hasil percobaan di lab. bahan maka slump tersebut memenuhi perencanaan dari
mix desain yaitu antara ……. cm.
Anggota:
1
2
3
4
5
6
1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu :
1. Melakukan pengujian mengenai kadar udara dalam beton.
2. Membuktikan bahwa didlam beton terdapat udara.
3. Terampil melakukan percobaan ini.
2. DASAR TEORI
Pengujian udara dalam beton ini dimaksudkan untuk mengetahui prosentase
udara yang ada didalam campuran beton segar.
Kadar udara dalam beton adalah nilai yang ditujukan oleh permukaan air
ditabung ( air entrainment meter ) pada tekanan udara 0,002 N/mm ( 0,20 MN/m).
Dalam campuran beton segar terdapat rongga udara, dan untuk mengetahuinya
dengan cara memasukkan air yang bertekanan kedalam campuran beton tersebut.
Dalam campuran beton segar mempunyai komposisi sebagai berikut :
o udara 3% sampai dengan 5%
o air 8%
o semen 15%
o agregat 74%
5. PERHITUNGAN
Dari bacaan skala pada tabung pengukur maka didapat kadar udara beton.
catatan**
Pengujian dinyatakan gagal apabila tekanan belum mencapai 0,002 N/mm, dan
tidak dapat membaca skala pada tabung pengukur yang disebabkan air dalam
tabung turun seluruhnya becampur dengan campuran beton.
DATA:
Dari bacaan skala pad tabung pengukur maka didapat kadar udara ….. %
Kesimpulan :
Dari hasil bacaan berarti kadar udara kurang dari 3% maka cukup bagus untuk
beton
1. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mampu :
1. Melakukan pengujian kuat tekan beton
2. Menentukan besarnya kuat tekan beton
3. Terampil menguji tekan beton
4. Menentukan kuat tekan karakteristik beton dan dapat menghitung sampai
mendapatkan mutu beton
2. DASAR TEORI
Pengujian kuat tekan beton dimaksudkan untuk mengetahui nilai kuat tekan
beton melalui benda uji kubus dan silinder dengan umur pengujian tertentu melalui
curring dilaboratorium.
Kuat tekan beton adalah nilai yang ditunjukan dengan jalan menekan benda uji
beton melalui alat tekan beton. Besarnya kuat tekan beton ini menunjukan baik
tidaknya mutu pelaksanaan beton.
Apabila mutu pelaksanaan beton tepat dan benar maka akan didapat mutu
beton sesuai dengan yang diinginkan.
Dengan menekan benda uji beton sampai hancur pada mesin tekan beton akan
didapatkan beban hancur. Kemudian bearnya hancur ini dibagi dengan luasan
permukaan benda uji yang tertekan maka akan didapatkan besarnya tegangan tekan
beton.
Dengan kata lain kuat tekan beton adalah beban dipersatukan luas yang
menyebabkan beban hancur.
Bisa juga dengan menggunakan hammer test sehingga beton yang di uji tidak
hancur.Dan hasil dari pengujian ini tidak beda jauh dengan alat tekan.
4. LANGKAH KERJA
Dengan mesin tekan beton :
Persiapan Pengujian
1. Ambillah benda uji yang akan diuji kekuatannya dari bak perendam
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab,
tiriskan sampai kering pada suhu ruangan.
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
3. Untuk benda uji berbentuk silinder, permukaan atas dan bawah dilapis
dengan mortar belerang(capping) dengan cara sebagai berikut:
a. Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh(melting pot) sampai
meleleh.
b. Tuangkan mortar belerang cair ke dalam cetakan pelapis yang dinding
dalamnya telah dilapisi gemuk tipis.
c. Letakkan benda uji silinder tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
mortar belerang cair menjadi keras.
d. Angkat benda uji silinder yang permukaannya telah dilapisi mortar.
Pengujian
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
2. Jalankan mesin tekan dengan kecepatan pembebanan yang berkisar antara
0,15Mpa per menit sampai dengan0,35 Mpa per menit.
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemerikasaan benda uji.
4. PERHITUNGAN
1. Rumus kekuatan tekan beton :
fc kg/cm2
Dimana :
fc = Kekuatan tekan beton (kg/cm²) atau (σ'b)
P = Beban maksimum (kg)
A = Luas penampang benda uji (cm2)
Standar Deviasi S
S=
√ Σ(σ'b-σ'bm)2
N-1
=
√
Kekuatan Tekan Beton Karakteristik σ'bk
σ'b
k .= σ'bm-1,64xS
.
Contoh Perhitungan Kuat Tekan Beton
Kuat Tekan fc
Tanggal Analisa SNI
Umur Berat Luas Slump Beban (kg/cm²) Faktor
No
(hari) (kg) (cm²) (mm) Maks. (kg) Umur Umur Rata-rata Rata-rata
Pengecoran Pengujian Pengujian
28 hari 2 bh 3 bh
1 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 43000 243,33 276,51 0,88
2 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 45000 254,65 289,37 088 282,9
3 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 43000 243,33 276,51 0,88 282,9 280,8
4 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 44000 248,99 282,94 0,88 279,7 282,9
5 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 48000 271,62 308,66 0,88 295,8 289,4
6 7-12-2012 21-12-2012 14 12,6 176,715 35 45000 254,65 289,37 0,88 299,0 293,7
Kuat
No. Tekan(fc) (fci-fcr) (fci-fcr)²
Kg/cm²
1 276,51 -10,72 114,86
2 289,37 2,14 4,59
3 276,51 -10,72 114,86
4 282,94 -4,29 18,38
5 308,66 21,43 459,46
6 289,37 2,14 4,59
1723,7 716,75
2. Faktor umur kekuatan tekan beton
Faktor umur adalah perbandingan kekuatan tekan beton berbagai umur H hari
dengan kekuatan tekan beton pada umur 28 hari benda uji silinder seperti tabel
4.3 sebagaiberikut:
Tabel 4.3 Faktor Umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28
Semen tipe I 0,46 0,70 0,88 0,96 1,00
ƒcr =
=
= 287,23 kg/cm²
b. Kekuatan tekan beton rata-rata 2 buah benda uji berurutan terkecil = 279,7
kg/cm²
c. Kekuatan tekan beton rata-rata 3 buah benda uji berurutan ter kecil = 280,8
kg/cm²
4. Standar deviasi(S)
Standar deviasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S=
S = kg/cm²
Keterangan:
ƒcr = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm²)
ƒci = kekuatan tekan beton benda uji silinder ukuran diameter 150 mm tinggi 300
mm
n = jumlah benda uji
S = Standar deviasi
5. Kekuatan tekan beton karakteristik(fck)
Kekuatan tekan beton karakteristik(fck) adalah kekuatan tekan beton rata-rata dari
sejumlah benda uji silinder ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm pada umur
28 hari dikurangi dengan angka tetapan statistic kali standar deviasi , seperti rumus
sebgai berikut:
fck = fcr - 1,64S
fck = 287,23 – 1,64x1,16x11,97 = 264,46 kg/cm²
Keterangan:
fck = kekuatan tekan beton karakteristik (kg/cm²)
Konstanta (tetapan statistik = 1,64 pada presentase kegagalan hasil uji maksimum
5%).
S = standar deviasi minimal 30 buah, jika kurang dari 30, dikalikan dengan faktor
pengali seperti tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Faktor pengali untuk standar deviasi dengan benda uji < 30 buah.
Jumlah pengujian Faktor pengali standar deviasi
15 1,16
20 1,08
25 1,03
>30 1,00
Slump Test dan Adukan Beton Pengecoran Benda Uji Silinder dan
Balok
1. Maksud.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan beton keras dengan hasil uji tidak merusak
( Non Destructive Test / NDT ), hasil uji hanya memberikan indikasi (kira-kira) saja dari kuat tekan
beton yang bersangkutan, apakah cukup baik atau tidak memenuhi syarat. Untuk itu hasilnya harus
diadakan kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Pengujian tidak merusak ini menggunakan alu-alu beton yang biasa dikenal dengan alat Schmidt
Test Hammer.
2. Pengujian NDT.
b. Kerugian :
- Hanya memberikan indikasi pada permukaan beton, sehingga terbatas cakupannya.
- Cara pemakaian alat harus mengikuti aturan yang berlaku, seperti cara pemukulannya, cara
perawatan dan penerepannya.
- Beton yang diuji harus dalam keadaan kering udara.
- Tempat / titik yang dipukul, harus rata dan tidak terkena butir agregat atau rongga.
Konstruksi / beton yang akan diuji dengan menggunakan alat ini dianggap memenuhi syarat apabila
hasil evaluasinya mencapai angka minimum 80% dari kuat tekan beton karakteristik ( bk ) yang
direncanakan ( PBI-71 ).
= + 45° = - 45°
= + 90° = - 95°
= 0° = 0°
3. Kalibrasi Alat.
Syarat – syarat kalibrasi alat shmidt test hammer adalah sebagai berikut :
a. alat sudah dilakukan penembakan sebanyak 1000 kali (untuk alat yang lama).
b. alat sudah dilakukan penembakan sebanyak 2000 kali (untuk alat yang baru).
c. Pada landasan anvil menunjukan angka terendah 78 dan tertinggi 82 maka nilai rata-ratanya :
( 78 + 82 ) / 2 = 80
Contoh :
Dari hasil penembakan didapat angka angka ( R / Rebound Value ) sebagai berikut :
REBOUND VALUE
70 75 74 70 289
71 73 72 70 286
74 71 70 69 284
75 72 73 70 290
73 71 71 69 284
1.433
2. Prosedur Pelaksanaan.
1. Persiapan Bahan
a. beton yang akan diuji harus dalam keadaan kering udara artinya benda uji tidak lembab / basah.
b. Permukaan beton yang akan diuji harus rata.
c. Untuk beton yang sudah diplester atau permukaannya dilapisi sesuatu maka plesteran / lapisan
tersebut harus dikupas / dibuang terlebih dahulu dan permukaan betonnya diasah rata.
d. Apabila beton yang akan diuji adalah beton yang lama / sudah tua yang mana permukaannya
sudah mengalami pelapukan, maka permukaannya harus dikupas lebih dahulu kurang lebih 12
mm.
2. Pelaksanaan
a. Siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan dan diperiksa kondisinya, semuanya
harus dalam keadaan baik dan bersih serta dapat digunakan.
b. Tentukan beberapa titik uji ( N ) pada permukaan beton yang akan diuji, dengan jarak titik uji
yang satu dengan lainnya kira-kira 1 – 2 cm tergantung dari bagian konstruksi.
c. Pada setiap titik uji dibuat suatu bidang yang berukuran tidak kurang dari 10 x 10 cm atau
ukuran bidang dapat memberikan paling sedikit 10 pukulan.
d. Dari hasil nilai rata-rata (R), dikonversikan kepada kekuatan tekannya ( b) sesuai dengan
kalibrasi alat.
2. Analisa Data.
a. Hitung Rebound Number = R = r / N, masing-masing titik uji.
b. Untuk beberapa titik uji akan didapat nilai rebound number : R1,R2....dst
( N = Jumlah titik uji ) = 20 titik
c. Setiap R yang didapat dikonversikan terhadap kuat tekannya ( b) sesuai dengan tabel kalibrasi alat.
d. Hitung kuat tekan betonnya rata-ratanya ( bm ).
bm = ( b) / N
e. Hitung bm . kalibrasi = bm . AK
bm . AK = bm x AK AK = Angka Kalibrasi
h. Hitung 80% x bk
Standar Deviasi
S=
√ Σ(σ'b-σ'bm)2
N-1
=
√ 812,43
4-1
= 16,456
σ'b
k .= σ'bm-1,64xS
.= 180,84-1,64X16,456
.= 153,85 kg/cm2<σ'bk Rencana K225
Kesimpulan :
A. Tujuan Percobaan
Periksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kuat lentur beton dengan balok
sederhana yang dibebani terpusat dan disebarkan sepertiga bentang(third-point
loading). Kuat lentur adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur
dibagi dengan mmen penahan penampang balok uji.
B. Peralatan
a. Cetakan balok ukuran 15cmx15cmx53cm, untuk mencetak benda uji.
b. Mesin pengaduk beton(molen) dan bak penampung adukan beton.
c. Satu set alat pemeriksaan slump.
d. Satu set peralatan pemeriksaan lentur harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Mesin uji tekan yang menghasilkan beban dengan kecepatan kontinu tidak
menimbulkan efek kejut, keteltian pembacaan beban maksimum 0,5 kN.
2. Mesin dilengkapi dengan dua buah blok tumpuan dan satu buah blok beban
yang dapat menyalurkan beban tunggal terpusat.
3. Bentang di antara kedua blok tumpuan 450mm, jarak beban ke tumpuan
blok beban 75mm, jarak blok beban ke blok tumpuan terdekat 150mm.
4. Blok beban dan blok-blok tumpuan tinggi maksimal 64mm diukur terhadap
sumbu puar blok, dan panjang blok minimal sama dengan lebar blok uji.
C. BAHAN
a. Air bersih
b. Agregat halus (pasir awang bangkal)
c. Agregat kasar (batu pecah awang bangkal)
d. Semen portlan Tiga Roda (semen tipe I)
D. CARA MELAKUKAN
Pembetonan Beton Segar
1. Timbang bahan-bahan tersebut di atas seperti tercantum dalam perencanaan
campuran.
2. Pengadukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk, pemasukan
material kedalam sebagai berikut:
a. Agregat kasar berupa batu pecah
b. Agregat halus berupa pasir sungai
c. Semen portland tipe I
d. Air , tunggu sampai campuran merata(homogen) kemudian dilakukan
percobaan slump.
Penentuan Slump
1. Tentukan nilai slump dengan range slump 60 – 180 mm.
2. Apabila nilai slump telah memenuhi range 60 – 180 mm, berarti kekentalan
beton segar telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
3. Apabila belum memenuhi, maka ulangi pekerjaan pengadukan sampai
memenuhi nilai slump yang direncanakan.
Pencetakan dan Persiapan Benda Uji
1. Cetakan diolesi dengan oli terlebih dahulu supaya pada saat pelepasan benda uji
dari cetakannya lebih mudah
2. Isilah cetakan dengan adukan dalam tiga lapisan dipadatkan dengan tusukan 25
kali secara merata.
Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat pemadat boleh
mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua serta ketiga tongkat
pemadat boleh masuk antara 25.4 mm kedalam lapisan pertama atau bawahnya.
Tempatkan cetakan di atas alat penggetar atau gunakan alat penggetar
(Vibrator) dan getarkan sampai gelembung dan rongga-rongga udara tidak ada
lagi. Ratakan permukaan beton dan tempatkan cetakan di tempat yang lembab,
kemudian diamkan selama 24 jam.
3. Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
4. Rendam benda uji di dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi syarat
perawatan selama waktu yang dikehendaki.
Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Mesin uji dan blok-blok tumpuan disiapkan sehingga jarak tumpuan
sesuai ketentuan.
2. Balok uji diletakkan simetris diatas blok tumpuan dengan kedua sisi
samping bidang bekas cetakan sebagai bidang atas dan bidang bawah.
3. Blok beban diletakan tepat di tengah-tengah antara kedua blok tumpuan
pada posisi sejajar.
Pengujian
Lakukan pengujian sebagai berikut:
1. Blok beban diturunkan perlahan-lahan sampai menempel pada bidang atas
balok ,dan memberikan beban sebesar 3% beban maksimum yang dapat
dicapai.
2. Berikan beban dengan kecepatan pembebanan 6,0 kN per menit, hingga
terjadi keruntuhan.
3. Catat besarnya beban maksimum, ukur lebar dan tinggi penampang balok.
f =
lt
Keterangan:
ƒ = Kuat lentur dalam (kg/cm²)
lt P = Beban maksimum (kg)
l = Panjang bentang diantara tumpuan (cm)
b = Lebar balok pada penampang runtuh (cm)
d = Tinggi balok pada penampang runtuh (cm)
Contoh perhitungan
ƒlt = kg/cm²
Tabel 5.1 Perhitungan Kuat Lentur beton
Kuat Lentur
Tanggal Umu Panja Leba Tingg Beban ƒlt(kg/cm²)
Tanggal Slump Faktor
No. pengecora r ng r i Maks
pengujian (cm) Umur
n (hari) l (cm) b(cm) d(cm) P(kg) Penguji Umur 28
an hr
1 7-12-2012 21-12-2012 14 45 15 15 3,5 0,88 4710 62,80 71,36
2 7-12-2012 21-12-2012 14 45 15 15 3,5 0,88 5310 70,80 80,45
Rata-rata = 75,91
1/3l d
1/3l
1/3l
l
l
Hasil Analisa
Mutu beton ƒ'c = 35 MPa
= 41,41 kg/cm²
Menurut spesifikasi umum 2005, Perkerasan Beton dari Bina Marga tengan lentur
minimum 45 kg/cm²
F. Kesimpuan
Keterangan:
ƒlt = Kuat lentur dalam (kg/cm²)
l = Panjang bentang diantara tumpuan (cm)
b = Lebar balok pada penampang runtuh (cm)
d = Tinggi balok pada penampang runtuh (cm)
P = Beban maksimum (kg)
Keterangan:
ƒlt = Kuat lentur dalam (kg/cm²)
l = Panjang bentang diantara tumpuan (cm)
b = Lebar balok pada penampang runtuh (cm)
d = Tinggi balok pada penampang runtuh (cm)
Pembacaan
SKEMA Proving Ring
PENGUJIAN 1 : 40+X Pembacaan Proving Ring
SKEMA PENGUJIAN 2 : 60+X
SKEMA PENGUJIAN 01 SKEMA PENGUJIAN 02
P A ½P B
½P
½L ½L 1/3L B
1/3L 1/3 L
L= 600 mm
L= 600 mm
A
B
H= 150
H = 200
B = 200
cm
B= 150 Ukuran balok ( mm)
cm
POTONGAN A-A POTONGAN B-B
P = Beban maksimum (kg)
METODE PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA BETON
(SNI 07-2529-1991)
1.1.1 Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk melakukan pengujian kuat
tarik baja beton.
1.1.2 Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan parameter
lainnya. Pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu baja.
1.3 Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) baja beton adalah baja yang digunakan sebagai penulangan dalam konstruksi beton
bertulang;
2) nilai kuat tarik leleh adalah besarnya ‘gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji
mengalami, leleh pertama;
3) nilai kuat tarik putus adalah besarnya gaya tarik maksimum yang bekerja pada saat
benda uji putus;
4) contoh baja beton adalah batang-batang beton yang panjangnya tertentu, yang diambil
dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap mewakili sejumlah baja beton yang
akan digunakan sebagai bahan struktur;
5) benda uji adalah batang baja beton yang mempunyai bentuk dan dimensi tertentu, yang
dibuat/diambil dari contoh-contoh baja beton. SNI 07-2529-1991
PERSYARATAN PENGUJIAN
KETENTUAN-KETENTUAN
Keterangan Gambar 2 :
Lt = panjang total benda uji, mm
Lo = panjang ukur semula benda uji, mm
Do = diameter terkecil benda uji, mm
D = diameter contoh, mm
Ij = panjang bagian benda uji yang terjepit pada mesin tarik
R = jari-jari cekungan, bagian benda uji yang konis
P = panjang bagian benda uji yang berbentuk yang berbentuk konis, mm
m = panjang bebas benda uji, mm
Aso = luas penampang benda uji semula, mm
(3) untuk baja lunak, diameter yang terjepit D harus dipertebal, sedang untuk baja keras
panjang lj harus diperbesar;
(4) besarnya parameter dimensi benda uji tercantum pada tabel 1 dibawah ini :
5) untuk baja deform, diameter benda uji adalah :
Do = (4,0295) x( B) ^½
Dimana : Do = diameter benda uji, mm
B = berat benda uji persatuan panjang 0,1 kg/m.
3.2 Peralatan
Peralatan untuk pengujian kuat tarik baja beton terdiri dari :
1) mesin uji tarik, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
(1) mempunyai kecepatan tarik yang merata dan dapat diatur sedemikian rupa sehingga
besarnya penambahan tegangan tidak melebihi 10 MPa untuk setiap detik;
(2) pembacaan gaya, dapat dilakukan dengan ketelitian 10% dari gaya tarik maksimum.
2) alat, pengukur geser;
3) peralatan pembuat benda uji, yaitu :
(1) alat pemotong baja;
(2) alat penggores benda uji;
(3) mesin bubut.
3.3 Perhitungan
Parameter pengujian dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
1) tegangan tarik putus : Fs;
Pmaks
fs = ………………………………………………………………..(2)
Aso
CARA UJI
Proses pengujian dilakukan sebagai berikut :
1) buat benda uji untuk setiap contoh dengan bentuk dan dimensi yang sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam BAB III;
2) setiap contoh dibuat 2 (dua) buah benda uji untuk pengujian ganda;
3) setiap benda uji dilengkapi dengan nomor benda uji, nomor contoh serta dimensinya;
4) pasang benda uji dengan cara menjepit bagian h dari benda uji pada alat penjepit mesin
tarik; sumbu alat penjepit harus berimpit dengan sumbu benda uji;
5) tarik benda uji dengan penambahan beban sebesar 10 MPa/detik sampai benda uji
putus; catat dan amatilah besarnya perpanjangan yang terjadi setiap
penambahanpenambahan beban 10 MPa;
6) Catat besarnya gaya tarik pada batas leleh Py dan pada batas putus Pmaks, bila benda uji
merupakan baja lunak;
7) buatlah grafik antara gaya tarik yang bekerja dan perpanjang.
(1) untuk baja lunak, lihat Gambar 3-1;
buat garis DE//AB untuk menentukan besarnya perpanjangan e = AE; garis AF =
batas leleh
(2) untuk baja keras, lihat gambar 3-2;
a. Tentukan bagian garis lurus AC, kemudian tarik garis DE//AC untuk menentukan
besarnya perpanjangan e = AE;
b. Tentukan titik F untuk regangan n = 0,2% atau perpanjangan AF = 0,2%.lo
c. Tarik garis FB//DE, sehingga besarnya Py bisa diketahui;
d. Ukur diameter bagian benda uji yang putus (Du) dan panjang setela putus (lu),
lihat Gambar 3;