Anda di halaman 1dari 61

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Kegiatan : Pengujian Sifat Fisik Semen Tiga Roda


Matkul : Teknologi Bahan
Jenis Pengujian :1. Pengujian Konsistensi Normal Semen Tiga Roda
2. Pengujian Waktu Ikat Awal
3. Pengujian Berat Jenis
4. Pengujian Kehalusan Semen
5. Pengujian Kekekalan Semen (Kue Rebus)
6. Pengujian Mortar
6.1 Pengujian Meja Getar
6.2 Pengujian Kuat Tekan Mortar
Group : 3 (TIGA RODA)
Nama Anggota : 1. Panadea Saka Aditya NIM: 1741320061
2. Adika Wahyu W NIM: 1741320126
3. Aldo Septian Y NIM: 1741320030
4. Mulia Ramadhania H NIM: 1741320110
5. Pandya Godiva NIM: 1741320142
6. Rizky Setya Efendi NIM: 1741320108

Menyetujui, Malang,16 November 2017


Dosen Teknologi Bahan Ketua Kelompok

Dr.Akhmad Suryadi,B.S,M.T. Panadea Saka Aditya


NIP: 196112071991031001 NIM: 1741320061

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT anugerahkan kepada kita sehingga kesehatan badan,
iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya.
Laporan ini memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya pada bidang Manajemen Rekayasa Konstruksi. Oleh karena itu
selain menyajikan materi tentang laporan hasil uji semen, laporan ini juga menyajikan
beberapa job sheet. Setiap konsep di bahas dengan dan disertai dengan beberapa
gambar yang memudahkan pembaca untuk memahaminya. Dengan demikian,
kehadiran laporan ini dapatdijadikan pedoman dan rujukan mahasiswa teknik sipil
dalam mengikuti mata kuliah Teknologi Bahan.
Akhirnya dengan selesainya laporan ini kami menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Akhmad Suryadi,B.S,M.T selaku dosen Teknologi Bahan
2. Bapak Yunus sebagai Teknisi laboraturium Bahan dan Beton
3. Pak Adi Subagyo sebagai Teknisi laboraturium Bahan dan Beton
4. Bu Kharisma sebagai Teknisi lanoraturium Bahan dan Beton
5. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penerbitan
buku laporan ini.
Semoga buku laporan ini dapat memberikan manfaat dalam peningkatan
kualitas proses pendidikan di Politeknik Negeri Malang.

2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB : 1 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Teori
1.4 Peralatan
1.5 Bahan
1.6 Prosedur Pelaksanaan
1.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 2 PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN
2.1 Pendahuluan
2.2 Tujuan
2.3 Dasar Teori
2.4 Peralatan
2.5 Bahan
2.6 Prosedur Pelaksanaan
2.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
2.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 3 UJI BERAT JENIS SEMEN
3.1 Pendahuluan
3.2 Tujuan
3.3 Dasar Teori
3.4 Peralatan
3.5 Bahan
3.6 Prosedur Pelaksanaan
3.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 4 KEHALUSAN SEMEN

4.1 Pendahuluan

3
4.2 Tujuan
4.3 Dasar Teori
4.4 Peralatan
4.5 Bahan
4.6 Prosedur Pelaksanaan
4.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
4.8 Kesimpulan dan Saran

BAB : 5 UJI KEKEKALAN SEMEN

5.1 Pendahuluan
5.2 Tujuan
5.3 Dasar Teori
5.4 Peralatan
5.5 Bahan
5.6 Prosedur Pelaksanaan
5.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
5.8 Kesimpulan dan Saran

BAB : 6 UJI MORTAR

1 Uji Meja Getar


6.1.1 Pendahuluan
6.1.2 Tujuan
6.1.3 Dasar Teori
6.1.4 Peralatan
6.1.5 Bahan
6.1.6 Prosedur Pelaksanaan
6.1.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
6.1.8 Kesimpulan dan Saran

2. Uji Tekan Mortar

6.2.1 Pendahuluan
6.2.2 Tujuan
6.2.3 Dasar Teori
6.2.4 Peralatan
6.2.5 Bahan
6.2.6 Prosedur Pelaksanaan
6.2.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
6.2.8 Kesimpulan dan Saran

4
DAFTAR GAMBAR

5
DAFTAR TABEL

6
BAB I. PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN TIGA RODA
1.1 Latar Belakang
Konsistensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi normal dinyatakan dengan banyak air
yang dibutuhkan suatu pasta pada semen dalam kondisi plastis.
Untuk mengetahui berapa banyak air yang diperlukan,dilakukan pengujian
konsistensi dengan menggunakan alat vicat.
1.2 Tujuan Pengujian
Dapat menentukan konsistensi normal Portland (semen tiga roda,yaitu untuk
mengetahui kadar air normal pada semen yang digunakanuntuk mengikat semen
portland dengan alat Vicat.

1.3 Dasar Teori


Konsistensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi normal dinyatakan dengan banyak air
yang dibutuhkan suatu pasta pada semen dalam kondisi plastis.
Untuk mengetahui berapa banyak air yang diperlukan,dilakukan pengujian
konsistensi. Menurut standar SII atau ASTM untuk uji konsistensi dilakukan
menggunakan alat vicat. Cara pengujiannya dengan cara mencoba coba
presentase air, sehingga tercapai konsistensi.Konsistensi tercapai apabila jarum
vicat dengan diameter 10 mm masuk ke dalam pasta semen dalam dalam waktu
30 detik sedalam 9 mm hingga 11 mm. Prosentase air untuk mencapai
konsistensi lebih kurang 28%. Nilai ini tergantung dari kehalusan semen,
komposisi senyawa dalam semen,suhu udara dan kelembapan di sekitarnya. Hasil
uji yang didapat dalam hal ini Faktor Air Semen (FAS) nantinya akan digunakan
dalam uji selanjutnya yaitu pada pengujian waktu ikat semen.
berat air
Konsistensi = berat semenx 100%

1.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan
a. 1 set alat Vicat terdiri dari alat Vicat dan cincin konik (cinical ring) dan jarum
dengan diameter 10 mm.
b. Stopwatch
c. Sarung tangan karet
d. Gelas ukur 500 ml, dengan ketelitian 1(satu) ml
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Air suling sebanyak ±300 𝑐𝑚3(mulai 28% dari berat semen)
h. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang

7
Bahan

Semen Tiga Roda sebanyak : 300 gr

1.5 Prosedur Pengujian


1. Timbang semen sebanyak 300 gr, kemudian timbang air sebanyak 84 gram
dari berat semen.

Gambar 1.1 : Menimbang berat semen dan berat air

8
2. Campurkan semen dengan air ke dalam mesin pengaduk dan diamkan selama
30 detik.

Gambar 1.2 : Mencampur air ke mixer yang sudah terisi semen


3. Setelah itu, jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 1rpm, selama 30
detik.

Gambar 1.3 : Menjalankan mixer dan menghitung waktu

4. Kemudian, jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan 2rpm selama 1 menit.

Gambar 1.4 : Menjalankan mixer dan menghitung waktu

9
5. Ambil pasta, lalu buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan
menggunakan sarung tangan, kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu
tangan – ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.

Gambar 1.5 : Melempar lempar bola pasta sebanyak 6 kali

6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian taruh pasta ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga
cincin konik penuh dengan pasta.

Gambar 1.6 : Cincin konik yang sudah diberi pasta

10
7. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakan dengan posisi miring terhadap permukaan cincin. (dengan cara
diiris kelebihan pastanya)

Gambar 1.7 : Meratakan pasta sama rata dengan cincin konik


8. Letakkan cincin konik dibawah jarum besar alat Vicat, dan kontakkan jarum
tepat pada bagian tengah permukaan pasta (jarak pasta dan jarum 0.5 mm).

Gambar 1.8 : Pemasangan alat vicat

11
9. Jatuhkan jarum selama 30 detik dan catat kedalaman jarum masuk kedalam
pasta. Dikatakan nilai konsistensi memenuhi, jika jarum menembus pasta
kurang dari 10mm. jika skala menunjukkan nilai <10 maka perlu dilakukan
penambahan air per 1 % , sebaliknya jika jarum menembus >10 mm, maka
air harus dikurangi 1% dengan cara membuat adukan pasta yang baru.

Gambar 1.9 : Menghitung waktu penurunan dan skala jarum 10 mm

1.6 Hasil Pengujian


Tabel 3.1 : Hasil data yang diperoleh dari pengujian Konsistensi semen.
PEMERIKSAAN I II III IV
Berat Air (A) gram 84 81 78 75
Berat Semen (B) gram 300 300 300 300
Penetrasi Penurunan Mm
I 16 20 15 9
II 12 22 12 10
III 13 19 15 9

12
1.7 Perhitungan dan Pembahasan
berat air
Konsistensi = berat semenx 100%
PEMERIKSAAN I II III IV
Berat Air (A) gram 84 81 78 75
Berat Semen (B) gram 300 300 300 300
Penetrasi Penurunan Mm
I 16 20 15 9
II 12 22 12 10
III 13 19 15 9
Rata-rata 13,66 20,3 14 9,3

1.8 Penutup

1.8.1 Simpulan

 Benda uji 1 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 28% mengalami
penurunan rata-rata 13,66 mm.
 Benda uji 2 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 27% mengalami
penurunan rata-rata 20,3 mm.
 Benda uji 3 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 26% mengalami
penurunan rata-rata 14 mm.
 Benda uji 4 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 25% mengalami
penurunan rata-rata 9,3 mm.

Jadi, semen mencapai konsistensi normal pada konsentrasi air 25%. Hasil
dari pengujian konsistensi normal semen digunakan dalam pengujian waktu
pengikatan semen.

1.8.2 Saran

 Pada waktu penggilingan, sebaiknya stopwatch dipersiapkan dengan baik


sehingga waktu nya sesuai, sehingga waktunya molor beberapa detik.
 Alat yang disediakan sebaiknya merata disetiap kelompok sehingga banyak
mengahabiskan waktu.
 Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.

13
BAB II. PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN
2.1 Latar Belakang

Waktu Ikat Awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur
dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir
adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi
plastis menjadi “keras”. Yang dimaksud keras pada waktu ikat akhir adalah hanya
bentuknya saja yang sudah kaku, tetapi pasta semen tersebut belum boleh
dibebani, baik oleh berat sendiri maupun beban dari luar. Waktu ikat awal
menurut standar SII minimum 45 menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum
360 menit. Waktu ikat awal tercapai apabila masuknya jarum vicat ke dalam
sampel dalam waktu 30 detik sedalam 25 mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila
pada saat jarum vicat diletakkan diatas sampel selama 30 detik, pada permukaan
sampel tidak berbekas atau tidak tercetak.

2.2 Tujuan Pengujian

Tujuan umum

Dapat mengetahui dan menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengikatan


semen Portland (semen tiga roda).

Tujuan khusus

1. Dapat mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan dari pengujian


waktu ikat awal seme Portland secara lapangan.
2. Dapat menggunakan dan mengenal peralatan pengujian dengan baik dan
benar.
3. Dapat menentukan, menghitung dan menganalisa dari hasil pengujian
yang dilakukan.
4. Dapat menyimpulkan dan membandingkan hasil pengujian yang didapat
dengan standar yang dipakai.

2.3 Dasar Teori

Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland dilakukan untuk


mengetahui kapan pengikatan awal pada pasta semen terjadi,atau setting time
pasta semen,pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kapan pasta semen
kehilangan sifat elastisitasnya dan untuk mengetahui kapan pasta menjadi kaku
atau pengikatan akhi.dalam dunia kerja setting time ini di perlukan pada saat
pengerjaan beton,yaitu untuk menentukan waktu transportasi semen,penuangan

14
semen,pemadatan semen dan perataan semen agar mendapatkan kualitas beton
terbaik.
Semen jika di campur dengan air membentuk bubur/pasta yang secara
bertahap menjadi kurang elastic ,dan akhirnya menjadi kaku/keras.pada proses
ini,tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu
tekanan
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu
pengikatan,waktu tersebut dihitung sejak air dicampur dengan semen.Waktu dari
percampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut
waktu pengikatan awal,dan waktu sampai mencapai pasta menjadi massa yang
keras disebut waktu pengikatan akhir.Pengertian waktu pengikatan awal adalah
penting pada pekerjaan beton,waktu pengikatan awal yang cukup lama
diperlukan untuk pekerjaan beton yaitu waktu
transportasi,penuangan,pemadatan,dan perataan permukaan.
Pengikatan dalam waktu yang sangat cepat disebut dengan flash
set,dalam hal ini pengikatan semen dapat terjadi dalam hitungan menit karena
diiringi dengan produksi panas yang sangat besar karena reaksi C3A dengan
air.Flash set dapat diatasi dengan menggiling kembali semen tanpa penambahan
air sehingga menghasilkan kembali pasta semen yang bersifat elastis

2.4 Peralatan dan Bahan


a. 1 set alat vicat yang dilengkapi dengan :
1. Jarum pada ujung plunyer berdiameter 17,5 ± 0,5mm, untuk menentukan
konsistensi normal.
2. Berat batang + plunyer = 400 ± 0,5 gr.
3. Jarum Vicat dari baja tahan karat dengan diameter 2 ± 0,05mm.
4. Cincin konik dari kuningan sebagai cetakan dengan diameter 76 ± 0,5 mm,
dan tinggi 40 ± 1mm,dengan permukaan bagian dalam harus rata dan licin.
5. Kaca datar, tebal 3mm.
6. Penumbuk ukuran 13x25x120 mm.
7. Neraca dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh yang ditimbang
8. Gelas ukur isi 500 ml atau 100 ml,dengan ketelitian 1 ml
9. stopwatch.
10. Spatula
11. Alat pengaduk
12. Sarung tangan karet
13. Air suling ± 300 cm3
14. Cawan.

Bahan
Semen Tiga Roda sebanyak 300 gram

15
2.5 Prosedur Pengujian

1. Siapkan alat dan bahan

Gambar 2.5.1 Alat dan bahan

2. Menyaring semen menggunakan saringan no. 100 sebanyak 300 gram

Gambar 2.5.2 Saringan no.100

3. Menimbang semen Portland (semen tiga roda) sebanyak 300 gram


4. Menimbang air sebanyak 28% dari berat benda uji menggunakan gelas ukur

16
Gambar 2.5.3 Gelas ukur berisi air 64 gram
5. Memasukkan air dan bahan uji ke dalam mixer

Gambar 2.5.4 Proses pencampuran air dan semen tiga roda


6. Menjalankan mixer dengan kecepatan 1 (140 rpm) selama 30 detik

Gambar 2.5.5 Menjalankan mixer 140 rpm

17
7. Menjalankan kembali mixer dengan kecepatan 2 (280 rpm) selama 60 detik

Gambar 2.5.6 Menjalankan mixer 280 rpm


8. Mengambil pasta dan dibentuk bola dengan tangan, kemudian dilemparkan
sebanyak 6 kali dari satu tangan ke tangan lain dengan jarak +30 cm

Gambar 2.5.7 Melemparkan bola pasta sebanyak 6 kali

9. Bola pasta dipegang menggunakan satu tangan dan diletakkan ke dalam cincin
konik yang telah dialasi dengan plat kaca

18
Gambar 2.5.8 Meletakkan bola pasta ke dalam cincin konik

10. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan menggunakan spatula sedikit
demi sedikit sampai permukaan pasta sama dengan tinggi cincin konik

Gambar 2.5.9 Meratakan pasta menggunakan spatula

11. Cincin konik yang telah terisi pasta diletakkan pada alat vicat dibawah jarum
berdiameter 1 mm dengan jarak +1 mm dari permukaan pasta

Gambar 2.5.10 Meletakkan cincin konik pada alat vicat

19
12. Menjatuhkan jarum pada alat vicat setiap 15 menit sampai mencapai
penurunan +25 mm selama 30 detik, catat hasil bacaan penurunan jarum vicat setiap
15 menit.

Gambar 2.5.11 Menjatuhkan jarum pada alat vicat

2.6 Hasil Pengujian

Waktu Penurunan Jarum Vicat (mm)


Penetrasi
(menit) B1 (mm) B2 (mm) B3 (mm) Rata-Rata(mm)
0 42 42 43 42.3
15 42 42 42 42
30 41 41 41 41
45 40 40 40 40
60 37 32 33 34
75 32 30 31 31
90 24 22 24 23,3

20
Gambar 2.6.1 Penurunan 22 mm

Gambar 2.6.2 Penurunan 23,3 mm

Gambar 2.6.3 Penurunan 30 mm

21
Gambar 2.6.4 Penurunan 31 mm

Gambar 2.6.5 Penurunan 33 mm

Gambar 2.6.6Penurunan 37 mm

22
Gambar 2.6.7 Penurunan 40 mm

Gambar 2.6.8 Penurunan 42 mm

Gambar 2.6.9 Penurunan 43 mm

23
2.7 Perhitungan dan Pembahasan
15 15
1mm = 31−23,3 =7,7

75 + (31-25) (1 mm)
15
=75 + 6 (7,7)
= 81+ 1,94
= 82,94 menit

Waktu yang dibutuhkan agar mencapai penurunan ±25 mm semen tiga roda
dibutuhkan waktu selama 90 menit dan tepat terjadi penurunan 25 mm adalah 82,4
menit

2.8 Penutup

2.8.1 Simpulan
Cara menghitung nya adalah dengan menggunakan selisih dari 2 data
terakhir, karena nilai 25 berada diantara kedua data tersebut. setelah dilakukan
pengolahan data dan perhitungan maka didapat hasil seperti diatas. Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal (penetrasi 25
mm) adalah 82,4 menit.

2.8.2 Saran
 Pada waktu penggilingan, sebaiknya stopwatch dipersiapkan dengan baik
sehingga waktu nya sesuai, sehingga waktunya molor beberapa detik.
 Alat yang disediakan sebaiknya merata disetiap kelompok sehingga banyak
mengahabiskan waktu.
 Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.
 Selama pelaksanaan pengujian, alat – alat harus bebas getaran dan jarum
dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel
 Hasil Uji dipengaruhi suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan
ketika dilakukan praktek.
Cara menghitung nya adalah dengan menggunakan selisih dari 2 data
terakhir, karena nilai 25 berada diantara kedua data tersebut. setelah dilakukan
pengolahan data dan perhitungan maka didapat hasil seperti diatas. Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal (penetrasi 25
mm) adalah 82,4 menit.

24
2.8.3 Saran
 Pada waktu penggilingan, sebaiknya stopwatch dipersiapkan dengan baik
sehingga waktu nya sesuai, sehingga waktunya molor beberapa detik.
 Alat yang disediakan sebaiknya merata disetiap kelompok sehingga banyak
mengahabiskan waktu.
 Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.

 Selama pelaksanaan pengujian, alat – alat harus bebas getaran dan jarum
dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel
 Hasil Uji dipengaruhi suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan
ketika dilakukan praktek.

25
BAB III. PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN
3.1 Latar Belakang
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa berat jenis semen pada semen
tiga roda.
3.2 Tujuan Pengujian
Dapat Menentukan nilai berat jenis semen,mampu menjelaskan prosedur
pelaksanaan pengujian berat jenis, dan mampu menggunakan alat pengujian dengan
terampil.

3.3 Dasar Teori


Semen Portland adalah bahan konstruksi yang palin banyak digunakandalam
dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portlanddidefinisikan
sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggilingklingker yang terdiri dari
kalsium silikat hidrolik, yamg umumnya mengandungsatu atau lebih bentuk kalsium
sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan
utamanya.Semen Portland memiliki penyimpangan seperti ketidak murnian dan
penyimpangan mutu yang diakibakan dari perbedaan komposisi dan lamanya
penyimpanan dari semen Portland. Salah satu pengujian yang dapatmengindikasikan
kepada hal tersebut adalah dengan pengujian berat jenis, berat jenis semen Portland
pada umumnya berkisar antara 3.00 sampai 3.20 denganangka rata-rata 3.15 .
Jika semen Portland memiliki berat jenis kurang dari 3.00 maka
semendianggap tidak murni lagi atau tercampur dengan bahan lain, dan jika
digunakandalam pembuatan beton maka beton yang dihasilkan akan bermutu rendah
danmudah rusak, begitu pula terhadap ikatan-ikatan tidak akan sempurna.Berat jenis
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

BJ = ( W / ( V1-V2 ) ) x d ( Menurut ASTM C-150,2004)

Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada
suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada suhu 4 ˚C yang isinya sama
dengan isi semen. Berat jenis semen perlu diketahui karena digunakan dalam
hitungan perbandingan campuran beton.Kegunaannya adalah untuk konstruksi
umum, seperti pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan
pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel
beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.

26
3.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan
1. Botol Le Chatelier

2. Termometer

3. Sendok

4. Lidi

27
5. Cawan

6. Neraca Analitik ketelitian 0.1 %

7. Corong & Pipa

28
8. Gelas besi

Bahan
1. Minyak Tanah

2. Air
3. Semen Tiga Roda sebanyak 64 gram

29
3.5 Prosedur Pengujian

1. Meminjam alat kepada ketua Lab.bahan


2. Siapkan benda uji,

3. kemudian timbang dengan neraca analitik seberat 64 gram.

30
4. Isi botol le chatilier dengan minyak hingga ketinggiannya mencapai skala
0.

5. Isi gelas besi dengan air hingga 1/3 volume gelas.

31
6. Masukkan botol le chatelier kedalam gelas.

7. Ukur suhu gelas dan botol le chatelier dengan thermometer dan tunggu
hingga keduanya mencapai suhu konstan yang sama.

jika kedua suhu sudah sama,baca skala pada botol le chatelier (V1)

32
1. Masukan semen pc perlahan-lahan menggunakan corong,pipa dan
sendok,usahakan jangan ada yang menempel di botol le chatelier.

2. Setelah semua benda uji telah dimasukan,putar botol perlahan dengan


posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak
timbul lagi pada permukaan cairan.

33
3. Ukur kembali suhunya menggunakan thermometer.

4. Setelah suhu keduanya konstan sama,baca skala pada botol le


chatelier untuk menentukan skala kedua (V2).

34
5. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali,Pada Percobaan kedua hanya
mengulangi percobaan 1 dan mencari selisih dari kedua percobaan.

3.6 Hasil Pengujian

Pemeriksaan Percobaan I Percobaan II


Berat semen tiga roda 64 gram 64 gram
(gram )
Pembacaan pertama pada skala 0 ml 0,4 ml
Botol (V1)
Pembacaan pertama pada skala 21 ml 21,2ml
Botol (V2)

Pemeriksaan Percobaan I Percobaan II


Berat semen tiga roda 64 gram 64 gram
(gram )
Pembacaan pertama pada skala 0 ml 0,4 ml
Botol (V1)
Pembacaan pertama pada skala 21 ml 21,2ml
Botol (V2)
Isi cairan yang dipindahkan (V2- 21 ml 20,8 ml
V1)
Berat Jenis (gr/cm3) 3,047 gr/cm3 3,076 gr/cm3
Berat Jenis Rata-Rata (gr/cm3) 3,0615 gr/cm3

3.7 Perhitungan dan Pembahasan


 Isi cairan yang dipindahkan (V2-V1)
 Percobaan 1
V2-V1
21- 0 = 21 ml
 Percobaan 2
V2-V1
21,2- 0,4 = 20,8 ml

 Berat Jenis Rata-Rata (gr/cm3)


3,047+3,076
= 3,0615 gram/cm3
2

3.8 Penutup
Demikian pengujian ini kami lakukan dengan secara berurutan,Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan,kami ucapkan terima kasih.

35
3.8.1 Simpulan
Berat jenis semen portland yang memenuhi standar adalah 3 – 3,2. Dari semen
Tiga Roda yang diuji, diperoleh berat jenis dari hasil percobaan adalah 3,11
gr/ cm2. maka berat jenis semen Tiga Roda telah memenuhi standar yang
ditentukan.

3.8.2 Saran

 Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.
 Selama pelaksanaan pengujian, usahakan agar semen jangan ada yang
menempel pada dinding botol atas cairan
 Selalu cek thermometer agar mendapatkan hasil yang baik, jangan lakukan
langkah berikutnya jika suhu yang ditunjukkan belum sama.

36
BAB IV. PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN
4.1 Latar Belakang
Semen merupakan bahan perekat hidrolis,artinya dapat mengeras diair
dandiudara. Menurut SII 0013-1981 semen Portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dari penggilingan klinker dari bahan batu kapur,silikat, dan
alumina yang bersifat hidrolis dengan dicampur bahan gypsum. Semen
merupakan bahan pengikat dan banya digunakan dalam pembangunan fisik
disektor konstruksi sipil.Semen memiliki sifat dan karakteristik yaitu
senyawa kimia dan memiliki sifat fisik. Sifat fisik ada;ah sifat-sifat butiran
semen ,seperti kehalusan butiran semen,waktu pengikatan
semen,kekekalan,kekuatan tekan semen,pengikatansemu,pengikatan
awal,panas hidrasi dan hilang pijar.
Salah satusifat fisik adalah kehalusan semen kehalusan Faktor
terpenting yang mempengaruhi sifat – sifat semen adalah komposisi kimiawi
dan kehalusan penggilingan semen. Semen yang halus dapat mempercepat
reaksi bermacam – macam bahan pembentuk semen dengan air, tetapi tidak
mempengaruhi adonan. Reaksi antara semen dengan air dimulai dari
permukaan butir – butir air, sehingga semakin luas permukaan butir – butir
semen ( dari berat semen yang sama ) makin cepat proses hidrasinya. Secara
umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat
pula mengulangi bleeding, akan tetapi menambah kecenderungan beton untuk
menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. ( SNI 15 –
2530 – 1991 ).Disamping itu jika butiran semakin halus, maka kebutuhan air
untuk semen mengikat semakin sedikit. maka dari itu perlu dilakukan
pengujian kehalusan semen untuk mengetahui tingkat kehalusan semen agar
pengunaannya tepat sesuai dengan kehalusannya.

4.2 Tujuan Pengujian


Mengetahui kehalusan semen tiga roda dengan analisis ayak menggunakan
saringanno.100dan no. 200

4.3 Dasar Teori


Kehalusan semen tiga roda adalah suatu factor penting yang dapat
memepengaruhi kecepatan reaksi antar Semen merupakan bahan pengikat yang
berfungsi untuk mengikat agregat halus dan agregat kasar dengan air dalam suatu
adukan. Kehalusan semen sangat menentukan kekuatan dan hasil suatu bangunan,
selain itu Kehalusan semen merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air. Dengan semakin
halus butiran semen, maka reaksi hidrasi semen akan semakin cepat, karena hidrasi
dimulai dari permukaan butir.
Untuk menguji kehalusan pada semen menurut SNI-14-2045-1994 dapat
dilakukan dengan duacara yaitu dengan menggunakan alat ayakan dan bisa juga

37
digunakan alat bline. Untukpengujian kali ni menggunakan alat ayakan yang
berdiameter 0,15 mm (ayakan no.100) dan 0,075 mm (ayakan no.200) . Benda uji
memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan diatas saringan no.100 dan
maksimum 22% tertahan diatas saringan no. 200.

Rumus kehalusan:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Kehalusan (F)= x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎
𝐴
F1 = 𝑇

𝐵
F2 = 𝑇

𝐶
F2 = 𝑇

Dengan A :Berat benda uji yang tertahan disaringan no.100


B : Berat benda uji yang tertahan disaringan no.200
C: Berat benda uji yang tertahan di Pan
D: Berat benda uji semula

4.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan
1. Saringan nomor 100 dan nomor 200.dan PAN sesuai standar ASTM.
2. Neraca Analitik dengan ketelitian 0,1%.
3. Sendok Spesi.
4. Cawan.

Bahan
5. Semen Portland merek tiga roda sebanyak 50 Gram

2
1

38
5

Gambar 4.4:Peralatan dan bahan Uji Kehalusan semen

4.5 Prosedur Pengujian

1. Meminjam peralatan dan Siapkan benda uji dan alat yang digunakan selama
proses percobaan.
1 1

Gambar 4.5.1 : Meminjam peralatan dan Siapkan benda uji dan alat
yang digunakan selama proses percobaan.

2. Mengayak semen pada ayakan No.100

Gambar 4.5.2 : Mengayak semen pada ayakan No.100

39
3. Menimbang semen sebanyak 50 gram menggunakan neraca analitik

Gambar 4.5.3 : Menimbang semen sebanyak 50 gram menggunakan


neraca analitik

4. Masukan benda uji berupa semen kedalam saringan No.100 yang terletak
diatas saringan No.200 dan di pasang PAN di bawahnya

Gambar 4.5.4 : Masukan benda uji berupa semen kedalam saringan


No.100 yang terletak diatas saringan No.200 dan di pasang PAN di
bawahnya

5. Goyangkan saringan ini perlahan-lahan,sehingga bagian benda uji yang


tertahan kelihatan bebas dari partikel-partikel halus (pekerjaan ini dilakukan
antara 3 sampai 4 menit dengan kecepatan konstan) dengan keadaan tidak
tertutup.

40
5

Gambar 4.5.5 : Menggoyangkan saringan perlahan-lahan

6. Mengayak bebas pada 5-10 menit setiap 25 kali gerakan kemudian putar 60⁰
6

Gambar 4.5.6 : Mengayak bebas pada 5-10 menit setiap 25 kali gerakan
kemudian putar 60⁰
7. Menimbang dan menghitung semen yang tersisa pada setiap saringan dalam
presentase berat uji semula
Percobaan 1

41
Gambar 4.5.7 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 100

Gambar 4.5.8 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 200

Percobaan 2

Gambar 4.5.9 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 100

Pan Gambar 4.6 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 200

42
Gambar 4.6.1 : Jumlah yang tertahan pada Pan

4.6 Hasil Pengujian


Percobaan 1 (hasil salah)
Tabel 4. 6.1 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
No. Saringan Tertahan (gram)
No. 100 32,4 gram
No. 200 9,8 gram
Pan 7,5 gram
Jumlah 49,7 gram

Tabel 4. 6.2 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
Tertahan (gram) Kehalusan
No. Saringan
Individu %
No. 100 32,4gram 65,19%
No. 200 9,8 gram 19,718 %
Pan 7,5 gram 15,09%
Jumlah 49,7 gram 99,998%

Percobaan 2 (hasil benar)


Tabel 4. 6.1 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
No. Saringan Tertahan (gram)
No. 100 0 gram
No. 200 8,1 gram
Pan 41,9 gram
Jumlah 50 gram

43
Tabel 4. 6.2 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
Tertahan (gram) Kehalusan
No. Saringan
Individu %
No. 100 0 gram 0%
No. 200 8,1 gram 16,2 %
Pan 41,9 gram 83,8 %
Jumlah 50 gram 100 %

4.7 Perhitungan dan Pembahasan


KEHALUSAN (%)
Percobaan 1
. Saringan No 100
32,4
(F) = 50 x 100%
= 65,19%

Saringan No. 200


9,8
(F) = 50 x 100%
= 19,718 % %

Pan
7,5
(F) = 50 x 100%
= 15,09%

Jumlah
49,7
(F)= 50 x 100%
= 99,998%

Percobaan 2
Saringan No. 100
0
(F) = 50 x 100%
= 0%

Saringan No. 200


8,1
(F) = 50 x 100%
= 16,2 %

Pan
41,9
(F) = 50 x 100%
= 83,8 %

44
Jumlah
50
(F)= 50 x 100%
= 100 %

4.8 Penutup
4.8.1 Simpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan Dari hasil percobaan di atas didapat data-data
yang telah memenuhi syarat yang sesuai dengan standart ketetapan kehalusan
semen portland. Benda uji memenuhi syarat kehalusan 0% tertahan diatas
saringan No. 100 dan pada saringan no. 200 menunjukkan kehalusan sebesar
16,2 % (maksimal 22% yang tertahan diatas saringan no. 200) bahwa pada benda
uji kehalusan semen portland (semen tiga roda) ini memenuhi standart karena
semen lolos 100% pada saringan No.100. Mutu semen juga dipengaruhi oleh
kehalusan butiran semen. Pada semen yang baru dibuka tingkat kehalusan masih
sesuai dengan standart sedangkan pada semen yang sudah lama terbuka terdapat
gumalan-gumpalan semen yang mengeras. Kehalusan semen portland merupakan
faktor penting yang dapat memengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen
dengan air. Semakin halus semen yang digunakan maka reaksi hidrasi semakin
cepat. karena hidrasi dimulai dari permukaan butiran.

4.8.2 Saran

 Sebaiknya pada waktu mengukur atau menimbang bahan lebih teliti.


 Selama pelaksanaan pengujian, usahakan agar semen dalam keadaan baru
(fresh).
 Dalam percobaan dilakukan semendi ayak terlebih dulu dengan ayakan no.
100 karena semen telah 2 hari menginap.
 Memilih saringan yang baik (tidak sobek atau terdapat solasi pada saringan)

45
BAB V. PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN
5.1 Latar Belakang
Pengujian kekekalan semen merupakan suatu pengujian yang memilikitujuan
untuk mengetahui sifat semen dan perbedaan sifat fisik saat setelah direbus.
Setiap semen memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dalam pengujian ini
digunakan semen tiga roda yang memiliki sifat semen yang halus dan
kerapatannya cukup padat.

5.2 Tujuan Pengujian


Menentukan kekekalan semen tiga roda dengan kue rebus

5.3 Dasar Teori


Kekekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi. Ketidak
kekalan semen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah kapur bebas yang
pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat dalam campuran
tersebut. Kapur bebas itu mengikat air dan kemudian menimbulkan gaya-gaya
expansi. Alat uji untuk menentukan nilai kekalan semen portland adalah
"Autoclave Expansion of Portland Cement" cara ASTM C-151, atau cara Inggris,
BS, "Expansion by Le Chatellier".
Sifat-sifat semen portland sangat dipengaruhi oleh susunan ikatan oksida-
oksida serta bahan-bahan pengotor lainnya. Semen yang digunakan untuk
membangun suatu struktur hams mempunyai kualitas tertentu agar dapat
berfungsi secara efektif. Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan, baik pada
saat pemrosesan, saat menjadi bubuk semen maupun setelah menjadi pasta semen.
Pemeriksaan semen atau pengujian semen hams dilakukan sesuai dengan standar
mutu.
Kekekalan. Semen sebagai bahan perekat pada beton harus kekal tidak boleh
berubah bentuk, karena jika semen mengembang (tidak kekal) pada beton yang
sudah mengeras, akan timbul tegangan tarik, padahal tegangan tarik pada beton
sangat kecil, hal ini mengakibatkan beton akan mengalami retak.

46
5.4 Peralatan dan Bahan

Peralatan
1. Cetakan ring diameter 12 cm
2. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
3. Gelas ukur 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
4. Kaca datar, tebal 3mm dengan ukuran 15x15 cm
5. Stopwatch
6. Sendok perata (spatula).
7. Alat pengaduk ( Mixer ).
8. Sendok Spesi.
9. Sarung tangan karet.
10. Cawan.

Bahan :
 Semen Tiga roda 650 gram.
 Air

5.5 Prosedur Pengujian


1. Meminjam alat yang diperlukan terlebih dahulu
2. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pengujian

3. Menimbang air air sesuai dengan konsistensi normal seberat 162 gram

4. Menimbang semen seberat 650 gram

47
5. Masukan semen ke dalam mixer

6. Masukan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
konsistensi normal yang di peroleh dari konsistensi normal ke dalam mixer

7. Jalankan mesin pengaduk dalam kecepatan 1( 140 ± 5 ) rpm, selama 30 detik.

48
8. Hentikan mesin selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
9. Jalankan mesin dengan kecepatan 2 ( 285 ± 10 ) rpm, selama 1 menit.

10. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan diatas plat kaca.

11. Cetak adonan dengan menggunakan cetakan ring berdiameter 12 cm sebanyak


4 di atas plat kaca.

49
12. Bentuk pasta seperti kue dengan ketinggian 13mm dibagian tengah dengan
mengecil ketebalanya di pinggir.

13. Diamkan kue pasta diruang lembab selama 24 jam.


14. Kemudian rebus kue selama 3 jam di air mendidih.

15. Lakukan pengecekan terhadap adonan kue pasta yang direbus selama 30
menit sekali.

50
16. Lalu angkat kue pasta dan amati perbedaan fisiknya, apakah terjadi perubahan
bentuk setelah di rebus dan sebelum di rebus.

51
5.6 Hasil Pengujian

DIAMETER BERAT Tinggi Tinggi


SAMPEL
AWAL AWAL awal Akhir
1 10,66 1 0,79 1
S1 2 10,86 153,5 2 0,64 2 1,2
3 10,7 3 0,6 3
1 10,36 1 0,71 1
S2 2 10,4 183 2 0,83 2 1,6
3 10,4 3 0,72 3
1 10,32 1 0,8 1
S3 2 10,31 182 2 0,63 2 1,5
3 10,4 3 0,71 3
1 10,36 1 0,8 1
S4 2 10,63 157,5 2 0,71 2 1,2
3 10,4 3 0,81 3

5.7 Perhitungan dan Pembahasan

1. Benda uji 1 terdapat 3 titik pengujian diameter awal pada titik 1 sebesar
10,66 cm ;titik 2 sebesar 10,86 cm ,titik 3 sebesar 10,7 dengan berat awal
153,5 gram , tinggi awal terdapat 3 titik pengujian: titik 1 sebesar 0,79 cm;
titik 2 sebesar 0,64 cm ,titik 3 sebesar 0,6cm setelah direbus, tingginya
berubah menjadi 1,2 cm.
2. Benda uji 2 diameter awal 10,286cm dengan tinggi 1,152cm, setelah direbus,
diameternya menjadi 10,509cm dan tingginya menjadi 1,22cm. artinya benda
uji 2 mengalami pengembangan volume.
3. Sedangkan untuk benda uji 3 dan 4 tidak dapat dilakukan pengujian
dikarenakan Pecah.
4. Untuk Benda uji 1dan 2 dikatakan Kekal dikarenakan tidak dapat retakan
atau pecahan di Semen.

52
5.8 Penutup

5.8.1 Simpulan
 Angka penetrasi menunjukkan tingkat kekerasan suatu semen.
Semakinkecil angka penetrasi maka semakin besar tingkat kekerasan semen,
begitu juga sebaliknya
 Semakin halus tekstur semen ikatan antar molekulnya semakin
baik,sehingga kerapatan yang didapat juga akan lebih besar
 Semakin besar kerapatan yang didapat dari adonan semen, maka
semakinkuat pula beton yang menyangga bangunan, begitu juga sebaliknya
 Setelah perebusan kue pasta mengalami mengalami perubahan bentuk fisik
seperti retak dan pecah

5.8.2 Saran

 Sebaiknya pada waktu mengukur atau menimbang bahan lebih teliti.


 Selama pelaksanaan pengujian, usahakan agar semen dalam keadaan baru
(fresh). Dalam percobaan dilakukan semen di ayak terlebih dulu dengan
ayakan no. 100 karena semen telah 2 hari menginap.
 Memilih saringan yang baik (tidak sobek atau terdapat solasi pada saringan)
Mengamati hasil pengujian Kekuatan mortar semen diuji dengan cara
mencetak mortar dengan kandungan air tertentu ( dalam pengujian semen
Tiga Roda yang kami lakukan sekarang menggunakan air seberat

53
BAB 6 PENGUJIAN MORTAR
BAB 6.1 PENGUJIAN MEJA GETAR
6.1 Latar Belakang
Kekuatan mortar semen diuji dengan cara mencetak mortar dengan kandungan
air tertentu ( dalam pengujian semen Tiga Roda yang kami lakukan sekarang
menggunakan air seberat

6.2 Tujuan Pengujian


1. Untuk mengetahui nilai kekuatan mortar pada umur tertentu agar dapat
menentukan mutu semen.
2. Agar dapat menggunakan alat tekan mortar dengan terampil.

6.3 Dasar Teori


Berdasarkan referensi AASHTO, ASTM, dan PEDC Bandung syarat
pelebaran mortar saat diuji meja getar adalah 100-115% dari diameter semula.
Apabila syarat belum tercapai maka kadar air yang digunakan harus diubah,
kadar air yang digunakan dalam pengujian sesuai standart ASTM dimulai dari
30% dari berat semen yang digunakan

6.4 Peralatan dan Bahan


Peralatan :
1. Neraca
2. Gelas Ukur
3. Spatula
4. Mixer / alat pengaduk
5. Sarung tangan karet
6. Cawan
7. Meja getar / meja leleh
Bahan :
8. Semen Tiga Roda 500 gram
9. Air 150 gram
10. Pasir silika

6.5 Prosedur Pengujian


a. Pinjam alat kepada teknisi, yaitu Pak Yunus, alat yang dipinjam adalah
cawan, gelas ukur, cincin konik, cetakan mortar, dan spatula untuk meratakan

54
Gambar 6.3 : Kartu peminjaman alat
b. Masukan pasir silika seberat 1370 gram ke dalam mangkok alat pengaduk.

Gambar 6.4 : Menuangkan pasir silika ke dalam mixer

55
c. Masukan benda uji semen sebanyak 500 gram dan pasir silika sebanyak 1375
gram kedalam mangkok pengaduk.

Gambar 6.5 : Memasukan semen ke dalam mixer


d. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140±5)rpm dan tambahkan air
secara sedikit demi sedikit agar tercampur rata, selama 30 detik.

Gambar 6.6 : Menjalankan mesin pengaduk

e. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yang


terletak diatas meja leleh, cincin diisi dalam dua lapis, dimana setiap lapis
dipadatkan dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan
mortar dengan sendok perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja
leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik.

56
Gambar 6.8: Melakukan percobaan leleh di meja getar

f. Ukurlah diametere leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil harga


rata-rata. Diameter leleh harus antara 100 – 115 % dari diameter semula.
Apabila diameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi langkah-
langkah diatas ( dari point a sampai dengan i) dengan merubah kadar air.

57
Gambar 6.9: Mengukur diameter mortar yang setelah diuji leleh

6.6 Hasil Pengujian


Data Hasil Pengamatan Uji Meja Getar
Tabel 6.1 : Hasil uji kekuatan tekan mortar semen TIGA RODA
NO. KADAR AIR D1 D2 D3 D4 RATA RATA

1 30% berat semen (150 gr) 14.3 13.4 14.8 14 14,125 cm


cm cm cm cm
2 28% berat semen (140 gr) 11.4 11.4 11.3 10.6 11,175 cm
cm cm cm cm

6.7 Perhitungan dan Pembahasan


Pada percobaan pertama saat kita menggetarkan meja leleh, kemudian kami
mengamati dan mengukur bahwa diameter yang kita peroleh melebihi batas
yang telah ditentukan oleh ASTM dan PEDC Bandung yaitu 100-115%. Rata
rata diameter yang kami peroleh setelah mengukur diameter ketiga sisi mortar
yang leleh adalah 14,125 cm. Kemudian kami membuat ulang mortar tetapi
dengan menurangi kadar air, dari 30% berat semen (150 gram) menjadi 28%
(140 gram). Setelah kita getarkan rata rata diameter yang kita peroleh
memenuhi standart yang ditentukan, yaitu 11,175 cm. Perlu diketahui, cincin
konik yang kita gunakan berdiameter 10 cm, sehingga pelebaran mortar tidak
boleh lebih dari 11,5 cm.

58
6.8 Penutup
6.8.1 Simpulan

 Standart yang digunakan oleh ASTM tidak bisa selalu berlaku pada
semua semen, apalagi semen yang sudah menginap atau tidak
langsung dipakai
 Air yang dipakai tidak dapat ditentukan paten, tetapi standart yang
telah ditentukan oleh ASTM adalah sebuah patokan kalau air yang
kita gunakan pada sebuah adonan mortar berkisar antara 30% dari
berat semen

6.8.2 Saran

 Apabila kita menggunakan semen yang baru dan masih segar, akan
lebih presisi saat menguji kadar air yang ada didalam mortar
 Sebaiknya menguji dalam suhu yang tidak terlalu tinggi ataupun
rendah, karena semen sangat sensitive terhadap suhu

BAB 6.2 : UJI TEKAN MORTAR


6.2.1 Latar Belakang
Kekuatan mortar semen diuji dengan cara mencetak mortar dengan kandungan
air tertentu ( dalam pengujian semen Tiga Roda yang kami lakukan sekarang
menggunakan air seberat

6.2.2 Tujuan Pengujian


1. Untuk mengetahui nilai kekuatan mortar pada umur tertentu agar
dapat menentukan mutu semen.
2. Agar dapat menggunakan alat tekan mortar dengan terampil.

6.2.3 Dasar Teori


Kekuatan tekan Mortar adalah beban di tiap satuan luas permukaan mortar
sehingga menyebabkan mortar hancur. Kekuatan tekan mortar diperoleh dari
benda uji berbentuk kubus yang berukuran 5x5x5 cm, mortar yang kita uji
adalah mortar yang lulus meja getar yang telah kita uji terlebih dahulu.
𝑃
Kekuatan tekan mortar dapat dirumuskan X = 𝐴 (kg/cm2)

59
6.2.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Setelah uji meja getar selesai, taruh mortar yang telah lolos uji ke
cetakan kubus 5x5x5 yang telah dilumuri oli

Gambar 6.2.1 :Pencetakan mortar

b. Tumbuk mortar yang sudah dimasukkan ke kubus sebanyak 2 lapis.


Setiap lapis dipadatkan dengan penumbuk dan ditumbuk sebanyak 4
kali dalam satu sisi, sehingga ada 16 tumbukan.

Gambar 6.2.2 : Penumbukan Mortar

60
c. Diamkan selama 24 jam dan kemudian buka setelah kering, setelah itu
ukur dan timbang setiap sampel mortar
d.

e. S
f. S
g. S
h. S
i. S
j. S
k. S

6.2.5 Hasil Pengujian


6.2.6 Perhitungan dan Pembahasan
6.2.7 Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran

61

Anda mungkin juga menyukai