1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT anugerahkan kepada kita sehingga kesehatan badan,
iman dan pikiran tercurahkan kepada kita melalui rahmat-Nya.
Laporan ini memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya pada bidang Manajemen Rekayasa Konstruksi. Oleh karena itu
selain menyajikan materi tentang laporan hasil uji semen, laporan ini juga menyajikan
beberapa job sheet. Setiap konsep di bahas dengan dan disertai dengan beberapa
gambar yang memudahkan pembaca untuk memahaminya. Dengan demikian,
kehadiran laporan ini dapatdijadikan pedoman dan rujukan mahasiswa teknik sipil
dalam mengikuti mata kuliah Teknologi Bahan.
Akhirnya dengan selesainya laporan ini kami menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Akhmad Suryadi,B.S,M.T selaku dosen Teknologi Bahan
2. Bapak Yunus sebagai Teknisi laboraturium Bahan dan Beton
3. Pak Adi Subagyo sebagai Teknisi laboraturium Bahan dan Beton
4. Bu Kharisma sebagai Teknisi lanoraturium Bahan dan Beton
5. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penerbitan
buku laporan ini.
Semoga buku laporan ini dapat memberikan manfaat dalam peningkatan
kualitas proses pendidikan di Politeknik Negeri Malang.
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB : 1 PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Teori
1.4 Peralatan
1.5 Bahan
1.6 Prosedur Pelaksanaan
1.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 2 PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN
2.1 Pendahuluan
2.2 Tujuan
2.3 Dasar Teori
2.4 Peralatan
2.5 Bahan
2.6 Prosedur Pelaksanaan
2.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
2.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 3 UJI BERAT JENIS SEMEN
3.1 Pendahuluan
3.2 Tujuan
3.3 Dasar Teori
3.4 Peralatan
3.5 Bahan
3.6 Prosedur Pelaksanaan
3.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
3.8 Kesimpulan dan Saran
BAB : 4 KEHALUSAN SEMEN
4.1 Pendahuluan
3
4.2 Tujuan
4.3 Dasar Teori
4.4 Peralatan
4.5 Bahan
4.6 Prosedur Pelaksanaan
4.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
4.8 Kesimpulan dan Saran
5.1 Pendahuluan
5.2 Tujuan
5.3 Dasar Teori
5.4 Peralatan
5.5 Bahan
5.6 Prosedur Pelaksanaan
5.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
5.8 Kesimpulan dan Saran
6.2.1 Pendahuluan
6.2.2 Tujuan
6.2.3 Dasar Teori
6.2.4 Peralatan
6.2.5 Bahan
6.2.6 Prosedur Pelaksanaan
6.2.7 Data Hasil Pengamatan dan Pembahasan
6.2.8 Kesimpulan dan Saran
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I. PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN TIGA RODA
1.1 Latar Belakang
Konsistensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standar yang
menunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi normal dinyatakan dengan banyak air
yang dibutuhkan suatu pasta pada semen dalam kondisi plastis.
Untuk mengetahui berapa banyak air yang diperlukan,dilakukan pengujian
konsistensi dengan menggunakan alat vicat.
1.2 Tujuan Pengujian
Dapat menentukan konsistensi normal Portland (semen tiga roda,yaitu untuk
mengetahui kadar air normal pada semen yang digunakanuntuk mengikat semen
portland dengan alat Vicat.
Peralatan
a. 1 set alat Vicat terdiri dari alat Vicat dan cincin konik (cinical ring) dan jarum
dengan diameter 10 mm.
b. Stopwatch
c. Sarung tangan karet
d. Gelas ukur 500 ml, dengan ketelitian 1(satu) ml
e. Sendok perata (spatula)
f. Alat pengaduk
g. Air suling sebanyak ±300 𝑐𝑚3(mulai 28% dari berat semen)
h. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang ditimbang
7
Bahan
8
2. Campurkan semen dengan air ke dalam mesin pengaduk dan diamkan selama
30 detik.
9
5. Ambil pasta, lalu buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tangan
menggunakan sarung tangan, kemudian dilemparkan 6 (enam) kali dari satu
tangan – ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm.
6. Pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian taruh pasta ke dalam cincin
konik yang dipegang dengan tangan lain melalui lobang besar, sehingga
cincin konik penuh dengan pasta.
10
7. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yang
digerakan dengan posisi miring terhadap permukaan cincin. (dengan cara
diiris kelebihan pastanya)
11
9. Jatuhkan jarum selama 30 detik dan catat kedalaman jarum masuk kedalam
pasta. Dikatakan nilai konsistensi memenuhi, jika jarum menembus pasta
kurang dari 10mm. jika skala menunjukkan nilai <10 maka perlu dilakukan
penambahan air per 1 % , sebaliknya jika jarum menembus >10 mm, maka
air harus dikurangi 1% dengan cara membuat adukan pasta yang baru.
12
1.7 Perhitungan dan Pembahasan
berat air
Konsistensi = berat semenx 100%
PEMERIKSAAN I II III IV
Berat Air (A) gram 84 81 78 75
Berat Semen (B) gram 300 300 300 300
Penetrasi Penurunan Mm
I 16 20 15 9
II 12 22 12 10
III 13 19 15 9
Rata-rata 13,66 20,3 14 9,3
1.8 Penutup
1.8.1 Simpulan
Benda uji 1 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 28% mengalami
penurunan rata-rata 13,66 mm.
Benda uji 2 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 27% mengalami
penurunan rata-rata 20,3 mm.
Benda uji 3 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 26% mengalami
penurunan rata-rata 14 mm.
Benda uji 4 dengan berat semen 300 gr dengan kadar air 25% mengalami
penurunan rata-rata 9,3 mm.
Jadi, semen mencapai konsistensi normal pada konsentrasi air 25%. Hasil
dari pengujian konsistensi normal semen digunakan dalam pengujian waktu
pengikatan semen.
1.8.2 Saran
13
BAB II. PENGUJIAN WAKTU IKAT AWAL SEMEN
2.1 Latar Belakang
Waktu Ikat Awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur
dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir
adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari kondisi
plastis menjadi “keras”. Yang dimaksud keras pada waktu ikat akhir adalah hanya
bentuknya saja yang sudah kaku, tetapi pasta semen tersebut belum boleh
dibebani, baik oleh berat sendiri maupun beban dari luar. Waktu ikat awal
menurut standar SII minimum 45 menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum
360 menit. Waktu ikat awal tercapai apabila masuknya jarum vicat ke dalam
sampel dalam waktu 30 detik sedalam 25 mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila
pada saat jarum vicat diletakkan diatas sampel selama 30 detik, pada permukaan
sampel tidak berbekas atau tidak tercetak.
Tujuan umum
Tujuan khusus
14
semen,pemadatan semen dan perataan semen agar mendapatkan kualitas beton
terbaik.
Semen jika di campur dengan air membentuk bubur/pasta yang secara
bertahap menjadi kurang elastic ,dan akhirnya menjadi kaku/keras.pada proses
ini,tahap pertama dicapai ketika pasta semen cukup kaku untuk menahan suatu
tekanan
Waktu untuk mencapai tahap ini disebut sebagai waktu
pengikatan,waktu tersebut dihitung sejak air dicampur dengan semen.Waktu dari
percampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya disebut
waktu pengikatan awal,dan waktu sampai mencapai pasta menjadi massa yang
keras disebut waktu pengikatan akhir.Pengertian waktu pengikatan awal adalah
penting pada pekerjaan beton,waktu pengikatan awal yang cukup lama
diperlukan untuk pekerjaan beton yaitu waktu
transportasi,penuangan,pemadatan,dan perataan permukaan.
Pengikatan dalam waktu yang sangat cepat disebut dengan flash
set,dalam hal ini pengikatan semen dapat terjadi dalam hitungan menit karena
diiringi dengan produksi panas yang sangat besar karena reaksi C3A dengan
air.Flash set dapat diatasi dengan menggiling kembali semen tanpa penambahan
air sehingga menghasilkan kembali pasta semen yang bersifat elastis
Bahan
Semen Tiga Roda sebanyak 300 gram
15
2.5 Prosedur Pengujian
16
Gambar 2.5.3 Gelas ukur berisi air 64 gram
5. Memasukkan air dan bahan uji ke dalam mixer
17
7. Menjalankan kembali mixer dengan kecepatan 2 (280 rpm) selama 60 detik
9. Bola pasta dipegang menggunakan satu tangan dan diletakkan ke dalam cincin
konik yang telah dialasi dengan plat kaca
18
Gambar 2.5.8 Meletakkan bola pasta ke dalam cincin konik
10. Kelebihan pasta pada cincin konik diratakan menggunakan spatula sedikit
demi sedikit sampai permukaan pasta sama dengan tinggi cincin konik
11. Cincin konik yang telah terisi pasta diletakkan pada alat vicat dibawah jarum
berdiameter 1 mm dengan jarak +1 mm dari permukaan pasta
19
12. Menjatuhkan jarum pada alat vicat setiap 15 menit sampai mencapai
penurunan +25 mm selama 30 detik, catat hasil bacaan penurunan jarum vicat setiap
15 menit.
20
Gambar 2.6.1 Penurunan 22 mm
21
Gambar 2.6.4 Penurunan 31 mm
Gambar 2.6.6Penurunan 37 mm
22
Gambar 2.6.7 Penurunan 40 mm
23
2.7 Perhitungan dan Pembahasan
15 15
1mm = 31−23,3 =7,7
75 + (31-25) (1 mm)
15
=75 + 6 (7,7)
= 81+ 1,94
= 82,94 menit
Waktu yang dibutuhkan agar mencapai penurunan ±25 mm semen tiga roda
dibutuhkan waktu selama 90 menit dan tepat terjadi penurunan 25 mm adalah 82,4
menit
2.8 Penutup
2.8.1 Simpulan
Cara menghitung nya adalah dengan menggunakan selisih dari 2 data
terakhir, karena nilai 25 berada diantara kedua data tersebut. setelah dilakukan
pengolahan data dan perhitungan maka didapat hasil seperti diatas. Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal (penetrasi 25
mm) adalah 82,4 menit.
2.8.2 Saran
Pada waktu penggilingan, sebaiknya stopwatch dipersiapkan dengan baik
sehingga waktu nya sesuai, sehingga waktunya molor beberapa detik.
Alat yang disediakan sebaiknya merata disetiap kelompok sehingga banyak
mengahabiskan waktu.
Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.
Selama pelaksanaan pengujian, alat – alat harus bebas getaran dan jarum
dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel
Hasil Uji dipengaruhi suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan
ketika dilakukan praktek.
Cara menghitung nya adalah dengan menggunakan selisih dari 2 data
terakhir, karena nilai 25 berada diantara kedua data tersebut. setelah dilakukan
pengolahan data dan perhitungan maka didapat hasil seperti diatas. Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa lamanya waktu untuk terjadi pengikatan awal (penetrasi 25
mm) adalah 82,4 menit.
24
2.8.3 Saran
Pada waktu penggilingan, sebaiknya stopwatch dipersiapkan dengan baik
sehingga waktu nya sesuai, sehingga waktunya molor beberapa detik.
Alat yang disediakan sebaiknya merata disetiap kelompok sehingga banyak
mengahabiskan waktu.
Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.
Selama pelaksanaan pengujian, alat – alat harus bebas getaran dan jarum
dijaga supaya tetap lurus dan bersih dari semen yang menempel
Hasil Uji dipengaruhi suhu udara, air pencampur dan kelembaban ruangan
ketika dilakukan praktek.
25
BAB III. PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN
3.1 Latar Belakang
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa berat jenis semen pada semen
tiga roda.
3.2 Tujuan Pengujian
Dapat Menentukan nilai berat jenis semen,mampu menjelaskan prosedur
pelaksanaan pengujian berat jenis, dan mampu menggunakan alat pengujian dengan
terampil.
Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada
suhu kamar dengan berat isi kering air suling pada suhu 4 ˚C yang isinya sama
dengan isi semen. Berat jenis semen perlu diketahui karena digunakan dalam
hitungan perbandingan campuran beton.Kegunaannya adalah untuk konstruksi
umum, seperti pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan
pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel
beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.
26
3.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan
1. Botol Le Chatelier
2. Termometer
3. Sendok
4. Lidi
27
5. Cawan
28
8. Gelas besi
Bahan
1. Minyak Tanah
2. Air
3. Semen Tiga Roda sebanyak 64 gram
29
3.5 Prosedur Pengujian
30
4. Isi botol le chatilier dengan minyak hingga ketinggiannya mencapai skala
0.
31
6. Masukkan botol le chatelier kedalam gelas.
7. Ukur suhu gelas dan botol le chatelier dengan thermometer dan tunggu
hingga keduanya mencapai suhu konstan yang sama.
jika kedua suhu sudah sama,baca skala pada botol le chatelier (V1)
32
1. Masukan semen pc perlahan-lahan menggunakan corong,pipa dan
sendok,usahakan jangan ada yang menempel di botol le chatelier.
33
3. Ukur kembali suhunya menggunakan thermometer.
34
5. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali,Pada Percobaan kedua hanya
mengulangi percobaan 1 dan mencari selisih dari kedua percobaan.
3.8 Penutup
Demikian pengujian ini kami lakukan dengan secara berurutan,Mohon maaf
apabila terdapat kesalahan atau kekurangan,kami ucapkan terima kasih.
35
3.8.1 Simpulan
Berat jenis semen portland yang memenuhi standar adalah 3 – 3,2. Dari semen
Tiga Roda yang diuji, diperoleh berat jenis dari hasil percobaan adalah 3,11
gr/ cm2. maka berat jenis semen Tiga Roda telah memenuhi standar yang
ditentukan.
3.8.2 Saran
Sebaiknya pada waktu mengukur air atau menimbang bahan lebih teliti.
Selama pelaksanaan pengujian, usahakan agar semen jangan ada yang
menempel pada dinding botol atas cairan
Selalu cek thermometer agar mendapatkan hasil yang baik, jangan lakukan
langkah berikutnya jika suhu yang ditunjukkan belum sama.
36
BAB IV. PENGUJIAN KEHALUSAN SEMEN
4.1 Latar Belakang
Semen merupakan bahan perekat hidrolis,artinya dapat mengeras diair
dandiudara. Menurut SII 0013-1981 semen Portland adalah semen hidrolis
yang dihasilkan dari penggilingan klinker dari bahan batu kapur,silikat, dan
alumina yang bersifat hidrolis dengan dicampur bahan gypsum. Semen
merupakan bahan pengikat dan banya digunakan dalam pembangunan fisik
disektor konstruksi sipil.Semen memiliki sifat dan karakteristik yaitu
senyawa kimia dan memiliki sifat fisik. Sifat fisik ada;ah sifat-sifat butiran
semen ,seperti kehalusan butiran semen,waktu pengikatan
semen,kekekalan,kekuatan tekan semen,pengikatansemu,pengikatan
awal,panas hidrasi dan hilang pijar.
Salah satusifat fisik adalah kehalusan semen kehalusan Faktor
terpenting yang mempengaruhi sifat – sifat semen adalah komposisi kimiawi
dan kehalusan penggilingan semen. Semen yang halus dapat mempercepat
reaksi bermacam – macam bahan pembentuk semen dengan air, tetapi tidak
mempengaruhi adonan. Reaksi antara semen dengan air dimulai dari
permukaan butir – butir air, sehingga semakin luas permukaan butir – butir
semen ( dari berat semen yang sama ) makin cepat proses hidrasinya. Secara
umum, semen berbutir halus meningkatkan kohesi pada beton segar dan dapat
pula mengulangi bleeding, akan tetapi menambah kecenderungan beton untuk
menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. ( SNI 15 –
2530 – 1991 ).Disamping itu jika butiran semakin halus, maka kebutuhan air
untuk semen mengikat semakin sedikit. maka dari itu perlu dilakukan
pengujian kehalusan semen untuk mengetahui tingkat kehalusan semen agar
pengunaannya tepat sesuai dengan kehalusannya.
37
digunakan alat bline. Untukpengujian kali ni menggunakan alat ayakan yang
berdiameter 0,15 mm (ayakan no.100) dan 0,075 mm (ayakan no.200) . Benda uji
memenuhi syarat kehalusan apabila 0% tertahan diatas saringan no.100 dan
maksimum 22% tertahan diatas saringan no. 200.
Rumus kehalusan:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Kehalusan (F)= x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑙𝑎
𝐴
F1 = 𝑇
𝐵
F2 = 𝑇
𝐶
F2 = 𝑇
Peralatan
1. Saringan nomor 100 dan nomor 200.dan PAN sesuai standar ASTM.
2. Neraca Analitik dengan ketelitian 0,1%.
3. Sendok Spesi.
4. Cawan.
Bahan
5. Semen Portland merek tiga roda sebanyak 50 Gram
2
1
38
5
1. Meminjam peralatan dan Siapkan benda uji dan alat yang digunakan selama
proses percobaan.
1 1
Gambar 4.5.1 : Meminjam peralatan dan Siapkan benda uji dan alat
yang digunakan selama proses percobaan.
39
3. Menimbang semen sebanyak 50 gram menggunakan neraca analitik
4. Masukan benda uji berupa semen kedalam saringan No.100 yang terletak
diatas saringan No.200 dan di pasang PAN di bawahnya
40
5
6. Mengayak bebas pada 5-10 menit setiap 25 kali gerakan kemudian putar 60⁰
6
Gambar 4.5.6 : Mengayak bebas pada 5-10 menit setiap 25 kali gerakan
kemudian putar 60⁰
7. Menimbang dan menghitung semen yang tersisa pada setiap saringan dalam
presentase berat uji semula
Percobaan 1
41
Gambar 4.5.7 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 100
Percobaan 2
Pan Gambar 4.6 : Jumlah yang tertahan pada saringan no. 200
42
Gambar 4.6.1 : Jumlah yang tertahan pada Pan
Tabel 4. 6.2 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
Tertahan (gram) Kehalusan
No. Saringan
Individu %
No. 100 32,4gram 65,19%
No. 200 9,8 gram 19,718 %
Pan 7,5 gram 15,09%
Jumlah 49,7 gram 99,998%
43
Tabel 4. 6.2 Hasil data yang diperoleh dari pengujian kehalusan semen.
Tertahan (gram) Kehalusan
No. Saringan
Individu %
No. 100 0 gram 0%
No. 200 8,1 gram 16,2 %
Pan 41,9 gram 83,8 %
Jumlah 50 gram 100 %
Pan
7,5
(F) = 50 x 100%
= 15,09%
Jumlah
49,7
(F)= 50 x 100%
= 99,998%
Percobaan 2
Saringan No. 100
0
(F) = 50 x 100%
= 0%
Pan
41,9
(F) = 50 x 100%
= 83,8 %
44
Jumlah
50
(F)= 50 x 100%
= 100 %
4.8 Penutup
4.8.1 Simpulan
Dari data di atas dapat disimpulkan Dari hasil percobaan di atas didapat data-data
yang telah memenuhi syarat yang sesuai dengan standart ketetapan kehalusan
semen portland. Benda uji memenuhi syarat kehalusan 0% tertahan diatas
saringan No. 100 dan pada saringan no. 200 menunjukkan kehalusan sebesar
16,2 % (maksimal 22% yang tertahan diatas saringan no. 200) bahwa pada benda
uji kehalusan semen portland (semen tiga roda) ini memenuhi standart karena
semen lolos 100% pada saringan No.100. Mutu semen juga dipengaruhi oleh
kehalusan butiran semen. Pada semen yang baru dibuka tingkat kehalusan masih
sesuai dengan standart sedangkan pada semen yang sudah lama terbuka terdapat
gumalan-gumpalan semen yang mengeras. Kehalusan semen portland merupakan
faktor penting yang dapat memengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen
dengan air. Semakin halus semen yang digunakan maka reaksi hidrasi semakin
cepat. karena hidrasi dimulai dari permukaan butiran.
4.8.2 Saran
45
BAB V. PENGUJIAN KEKEKALAN SEMEN
5.1 Latar Belakang
Pengujian kekekalan semen merupakan suatu pengujian yang memilikitujuan
untuk mengetahui sifat semen dan perbedaan sifat fisik saat setelah direbus.
Setiap semen memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dalam pengujian ini
digunakan semen tiga roda yang memiliki sifat semen yang halus dan
kerapatannya cukup padat.
46
5.4 Peralatan dan Bahan
Peralatan
1. Cetakan ring diameter 12 cm
2. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.
3. Gelas ukur 500 ml atau 1000 ml, dengan ketelitian 1 (satu) ml.
4. Kaca datar, tebal 3mm dengan ukuran 15x15 cm
5. Stopwatch
6. Sendok perata (spatula).
7. Alat pengaduk ( Mixer ).
8. Sendok Spesi.
9. Sarung tangan karet.
10. Cawan.
Bahan :
Semen Tiga roda 650 gram.
Air
3. Menimbang air air sesuai dengan konsistensi normal seberat 162 gram
47
5. Masukan semen ke dalam mixer
6. Masukan air pencampur berupa air suling yang banyaknya sesuai dengan
konsistensi normal yang di peroleh dari konsistensi normal ke dalam mixer
48
8. Hentikan mesin selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta yang
menempel di pinggir mangkok.
9. Jalankan mesin dengan kecepatan 2 ( 285 ± 10 ) rpm, selama 1 menit.
10. Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan diatas plat kaca.
49
12. Bentuk pasta seperti kue dengan ketinggian 13mm dibagian tengah dengan
mengecil ketebalanya di pinggir.
15. Lakukan pengecekan terhadap adonan kue pasta yang direbus selama 30
menit sekali.
50
16. Lalu angkat kue pasta dan amati perbedaan fisiknya, apakah terjadi perubahan
bentuk setelah di rebus dan sebelum di rebus.
51
5.6 Hasil Pengujian
1. Benda uji 1 terdapat 3 titik pengujian diameter awal pada titik 1 sebesar
10,66 cm ;titik 2 sebesar 10,86 cm ,titik 3 sebesar 10,7 dengan berat awal
153,5 gram , tinggi awal terdapat 3 titik pengujian: titik 1 sebesar 0,79 cm;
titik 2 sebesar 0,64 cm ,titik 3 sebesar 0,6cm setelah direbus, tingginya
berubah menjadi 1,2 cm.
2. Benda uji 2 diameter awal 10,286cm dengan tinggi 1,152cm, setelah direbus,
diameternya menjadi 10,509cm dan tingginya menjadi 1,22cm. artinya benda
uji 2 mengalami pengembangan volume.
3. Sedangkan untuk benda uji 3 dan 4 tidak dapat dilakukan pengujian
dikarenakan Pecah.
4. Untuk Benda uji 1dan 2 dikatakan Kekal dikarenakan tidak dapat retakan
atau pecahan di Semen.
52
5.8 Penutup
5.8.1 Simpulan
Angka penetrasi menunjukkan tingkat kekerasan suatu semen.
Semakinkecil angka penetrasi maka semakin besar tingkat kekerasan semen,
begitu juga sebaliknya
Semakin halus tekstur semen ikatan antar molekulnya semakin
baik,sehingga kerapatan yang didapat juga akan lebih besar
Semakin besar kerapatan yang didapat dari adonan semen, maka
semakinkuat pula beton yang menyangga bangunan, begitu juga sebaliknya
Setelah perebusan kue pasta mengalami mengalami perubahan bentuk fisik
seperti retak dan pecah
5.8.2 Saran
53
BAB 6 PENGUJIAN MORTAR
BAB 6.1 PENGUJIAN MEJA GETAR
6.1 Latar Belakang
Kekuatan mortar semen diuji dengan cara mencetak mortar dengan kandungan
air tertentu ( dalam pengujian semen Tiga Roda yang kami lakukan sekarang
menggunakan air seberat
54
Gambar 6.3 : Kartu peminjaman alat
b. Masukan pasir silika seberat 1370 gram ke dalam mangkok alat pengaduk.
55
c. Masukan benda uji semen sebanyak 500 gram dan pasir silika sebanyak 1375
gram kedalam mangkok pengaduk.
56
Gambar 6.8: Melakukan percobaan leleh di meja getar
57
Gambar 6.9: Mengukur diameter mortar yang setelah diuji leleh
58
6.8 Penutup
6.8.1 Simpulan
Standart yang digunakan oleh ASTM tidak bisa selalu berlaku pada
semua semen, apalagi semen yang sudah menginap atau tidak
langsung dipakai
Air yang dipakai tidak dapat ditentukan paten, tetapi standart yang
telah ditentukan oleh ASTM adalah sebuah patokan kalau air yang
kita gunakan pada sebuah adonan mortar berkisar antara 30% dari
berat semen
6.8.2 Saran
Apabila kita menggunakan semen yang baru dan masih segar, akan
lebih presisi saat menguji kadar air yang ada didalam mortar
Sebaiknya menguji dalam suhu yang tidak terlalu tinggi ataupun
rendah, karena semen sangat sensitive terhadap suhu
59
6.2.4 Prosedur Pelaksanaan
a. Setelah uji meja getar selesai, taruh mortar yang telah lolos uji ke
cetakan kubus 5x5x5 yang telah dilumuri oli
60
c. Diamkan selama 24 jam dan kemudian buka setelah kering, setelah itu
ukur dan timbang setiap sampel mortar
d.
e. S
f. S
g. S
h. S
i. S
j. S
k. S
61