Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

MODUL I : Pemeriksaan Berat Jenis Semen (ASTM C 188) PENANGGUNG JAWAB MODUL Nesya Graftia Dinda Bestari
Kelompok II : 1. Elza Ramba Malino 2. Irfan Alfatah 3. Andi Eriyanto 4. Mahrumi Abdul Aziz 5. Seandyan Dharma Putra 6. Desprika Pujo H J 7. Raden Luthfi Ahmad

Asisten :

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA SERPONG BANTEN 2011

MODUL PRAKTIKUM TANGGAL PRAKTIKUM PENYUSUN MODUL ASISTEN PENANGGUNG JAWAB

: Pemeriksaan Berat Jenis Semen (ASTM C 188) : 11 Oktober 2011 : Nesya Graftia Dinda Bestari :

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Semen adalah suatu perekathidrolis yang didapatkan dari pembakaran batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan pasir silica pada temperatur 1400 - 1500C dalam komposisi yang tertentu sesuai dengan jenis semen yang di butuhkan. Hidrolis disini mengartikan bahwa semen bereaksi dengan air dan membentuk suatu batuan massa, serta merupakan produksi keras (batuan-semen) yang kedap air. Kita dapat mengenal bermacam-macam tipe semen dari kadar kalsium silicat, kadar kalsium alumine, ukuran dan distribusi bubuk semennya sehingga menimbulkan perbedaan didalam sifat-sifatnya, seperti laju pengerasan, panas yang dikeluarkan, kekuatan dan lain sebagainya. Penentuan Spesifik Gravity ini sangat penting dalam perencanaan beton hal ini berkaitan dengan kesempurnaan pembakaran klinker, kandungan impruitis dan dalam memperkirakan umur semen. Spesifik Gravity akan turun jika umur semen sudah lama dan adanya bahan tambahan seperti slag, blast furnace, rock powder atau clay. Oleh sebab itu nilai SG berdasarkan ketetapan harus bekisar 3.15 0.01. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum ini adalah Merupakan perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar dengan berat air suling pada suhu 25C yang isinya sama dengan isi semen. Standar yang digunakan dalam praktikum ini adalah ASTM (American Society for Testing Materials) C-188. Tujuannya adalah Untuk menentukan berat jenis semen portland.

BAB II TEORI

II.1. Teori Semen merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembuatan beton, karena semen bersama air merupakan bahan campuran yang dapat mengikat agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil). Untuk mengetahui komposisi semen dalam campuran beton, maka kita perlu mengetahui berat jenis semen yang akan digunakan dalam pekerjaan. Jenis semen yang biasa kita pergunakan / kita kenal adalah Semen Portland. Semen Portland terbagi atas beberapa type, yaitu : A. Semen Portland type I Adalah jenis semen untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti untuk gedung-gedung bertingkat, jalan, jembatan, perumahan, untuk bahanbahan bangunan misalnya asbes, ubin, batako dan lain-lain. B. Semen Portland type II Adalah semen portland yang cepat mengeras umumnya mempunyai kadar tricalsium silikat yang tinggi, yang bilamana diperhalus semennya, bisa mendapatkan kekuatan awal yang tinggi. Semen ini memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi dimana biasanya digunakan pada bangunan pantai, tanah rawa, bangunan irigasi, pelabuhan, dan lainlain. C. Semen Portland type III Adalah semen portland panas rendah yang mempunyai proporsi dicalsium silikat yang tinggi sebagai hasil dari tricalsium silikat. Penggunaannya terutama terbatas pada tiap penahan tanah gravitasi, bendungan besar dan konstruksi beton pejal sejenis dimana suhu massa naik. Penyusutan sesudahnya pada waktu suhu turun dapat dikurangi. Semen ini biasanya hanya dibuat di Inggris untuk kontrak-kontrak besar. D. Semen Portland type IV Adalah semen portland tahan sulfat yang mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa. Semen ini tidak tahan terhadap asam dan tidak ada keharusan untuk menambahkan calcium chloride karena akan mengurangi sifat tahan sulfat. Sebagai pertahanan utama terhadap agresi kimia maka diperbolehkan dengan membuat beton yang padat.

E. Semen Portland type V Adalah semen portland yang terbuat dari bahan sisa dapur letus memenuhi persyaratan dalam BS 146 : 1973. Semen ini terutama diproduksi di Scotlandia dengan menggiling suatu campuran "clinker". Semen portland dengan sisa batuan tambang dari dapur letus pada perbandingan yang lebih banyak sisa batuan tambangnya yaitu 35 : 65. Dibenua Eropa semen ini dibuat pada perbandingan yang lebih banyak sisa batuan tambangnya, yaitu 30 : 85. Sifat semen "slag" (sisa batuan tambang) ini mengikuti jumlah dan karakteristik dari slag yang dipakai. Ada yang mengeras lebih lambat dan mengurangi persyaratan ketentuan 3 hari dan 7 hari dibandingkan dengan semen protland biasa.

Bahan Baku Semen Dalam pembuatan semen diperlukan bahan baku yang dipakai sesuai dengan fungsinya, yaitu ; A. Bahan Mentah Utama Bahan mentah utama terdiri dari batu-batu alam yang tergolong Calcareous Mayerial yang mengandung CaCo3, SiO2, dan Fe2O3. Batuan alam yang termasuk golongan tersebut adalah limestone, mori, dan chalk. B. Bahan Korektif Bahan korektif merupakan bahan mentah yang dipakai hanya apabila salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah. Bahan korektif diantaranya: Limestone : sebagai sumber dari CaO Clay : sebagai sumber dari Al2O3 Silica Stand : sebagai sumber dari SiO3 Pasir besi : sebagai sumber dari Fe2O3 C. Bahan Tambahan Bahan-bahan yang mentah yang ditambahkan kedalam kerak klinker untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu, misalnya gypsum. Sifat-sifat Fisik Semen Adapun sifat-sifat fisik dari semen yang sesuai dengan spesifikasi ASTM (American Society for Testing Materials) meliputi waktu setting kehalusan, kesempurnaan, kandungan udara, kekuatan panas, hidrasi dan penyusutan.

Dibawah ini penjelasan sifat-sifat fisik semen, yaitu : 1. Kehalusan Kehalusan semen didapat dari distribusi ukuran partikel semen, ukuran partikel semen bervariasi antara 1-200 m. Metode yang dapat digunakan adalah metode optik yang menggunakan alat turbidimeter dan metode permeabilitas udara dengan memakai alat kolom blaine atau lea-Nurse. 2. Waktu Pengeringan Proses pencampuran semen dan air sebanyak 20-30 % akan menghasilkan pasta. Pasta masih bersifat plastis selama periode dormant, tetapi setelah beberapa saat akan mengeras dan sedikit demi sedikit sifat plastis tersebut akan berkurang sampai akhirnya hilang. Proses pengerasan atau pengkakuan ini di sebut setting. Metode standar penetrasi semen portland adalah dengan cara alat vicat kolom yang biasa digunakan dilaboratorium dan metode jarum gillmore yang dipake untuk skala besar. 3. Kekuatan (Strengh) Kekuatan dari semen merupakan sifat yang diinginkan karena beton merupakan bahan konstruksi tingginya kadar C3S dan C3A serta kehalusan memberikan perkembangan kekuatan pada waktu singkat. 4. Kepadatan Normal 5. Panas Hidrasi (Heat of Hidration) Panas hidrasi adalah panas yang dibebaskan selama proses hidrasi semen yang berlangsung secara eksotermik. 6. Penyusutan (Volume Isobility) Penyusutan adalah berkurangnya volume pasta semen. 7. Gravitasi Spesifik 8. Reaktivitas alkali 9. Soundness 10. Proses perkembangan (efforescence) 11. Ketahanan terhadap sulfat (sulfat resistance) 12. Terperangkapnya udara (air entrainment) 13. Air yang tidak terikat (bleeding).

II.2. Rumus yang Digunakan Adapun rumus yang digunakan untuk mencari berat jenis semen adalah sebagai berikut :

A B (B A) D

= Pembacaan pertama pada skala botol = Pembacaan kedua pada skala botol = Isi cairan yang dipindahkan oleh semen dengan berat tertentu = Berat isi air pada suhu 4C (1 g/cm3)

II.3. Alat dan Bahan a. Peralatan yang digunakan Botol Le Chatelier Thermometer Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

b. Bahan yang digunakan Semen Portland sebanyak 64 gram Kerosin bebas air atau dengan berat jenis 62 API (American Protelium Institut)

BAB III ANALISA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

III.1. Persiapan percobaan A. Persiapan percobaan Semen yang kita gunakan sebagai bahan uji adalah semen portland (semen type 1) yang belum pernah bereaksi dengan air, agar dapat memperoleh data yang akurat. B. Jalannya percobaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1. Kemudian bagian dalam botol diatas permukaan cairan dikeringkan. Masukan botol kedalam bak air sebagai usaha menjaga suhu konstan dalam waktu yang cukup untuk menghindarkan variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2C. Setelah suhu air sama dengan cairan dalam botol baca skala pada botol (A). Masukan semen / benda uji sedikit demi sedikit kedalam botol jangan terjadi ada semen yang menempel pada dinding dalam botol diatas cairan. Setelah semua benda uji dimasukan, putar botol dengan posisi miring secara perlahanlahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. Ulangi pekerjaan pada no. 2. Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala botol (B).

III.2. Hasil perhitungan Sampel 1 Berat semen A B Sampel 2 Berat semen A B : 64 gram : 0,5 ml : 21 ml : 64 gram : 0,4 ml :20,5 ml

Berat jenis semen sample I =

Berat jenis semen sample II =

Rata-rata berat jenis semen 3,12

III.3. Data dan Foto Alat Terlampir

BAB IV PENUTUP

IV.1. Kesimpulan 1. 2. Dari pelaksanaan Pemeriksaan Berat Jenis semen telah didapat BJ Semen yaitu : Berat jenis semen = 3,12 Dari percobaan tersebut seharusnya selisihnya tidak banyak, tetapi hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu : Faktor manusia, kurangnya ketelitian ketika membaca skala pada Thermometer atau pada botol Le Chatelier. Faktor alat, thermometer kurang berfungsi baik sehingga perlu di ganti.

3. Berat jenis semen diperlukan untuk perhitungan Mix Design guna menghitung volume semen untuk campuran mortar/beton. 4. Pada percobaan pemeriksaan berat jenis semen ini kita menggunakan minyak tanah, sebab minyak tanah tidak akan bereaksi apabila dicampur dengan semen. IV.2. Saran saran 1. Dalam percobaan pemeriksaan berat jenis semen ini sebaiknya dilakukan di tempat yang lembab sehingga suhu ruangan akan tetap terjaga. 2. Dalam melaksanakan praktikum, praktikan harus teliti dan sabar dalam tabung maupun bak dalam air. 3. Praktikan harus berhati-hati dalam menggunakan alat.

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4. Herlina, Riana L, Ir, 1996, Pedoman Praktikum Beton , Edisi pertama, Laboratorium Bahan Bangunan dan Beton FTSP-ITI, Serpong. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, N.I.-2, Cetakan ke Tujuh, Departemen Pekerjaan Umun. Murdock, L.J, Brook, K.M, 1979, Bahan dan Praktek Beton , Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. Chuch, Urquhart Leonard, 1959, Civil Engineering Handbook , Fourt Edition, Mac Graw Hill Book Company, New York.

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

KAMPUS Jl. Raya Puspitek Serpong Tangerang 15320 Telp/Fax. (021) 756112 - 7560542

PEMERIKSAAN BERAT JENIS SEMEN (ASTM C 188)


Laporan No Jenis Semen Untuk : 1 (satu) : : LE CHATELIER A. Berat Semen (gram) B. Volume (V1) Zat Cair C. Volume (V2) Zat Cair Berat Semen Berat jenis semen = C B d = Berat isi air pada suhu 4C = 1 gram/cm3 Berat jenis semen rata - rata 3,12 D 3,12 3,12 I 64 gram 0,4 ml 20,5 ml II 64 gram 0,5 ml 21 Tgl. Pengujian Pelaksana Diperiksa Oleh : 11 Oktober 2011 : Kelompok II :

Merk Semen :

Serpong,

2011

Kepala Laboratorium

FOTO

Timbangan

Anda mungkin juga menyukai