Anda di halaman 1dari 4

`

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

TEKNIK BAHAN

Disusun oleh :

YAFI ANGGER PANGESTU (19735036)

TEKNIK REKAYASA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN

2019
PERTANYAAN

1. Sebutkan bahan-bahan penyusun Clinker!


2. Berapa besar suhu yang diperlukan untuk membuat Clinker?
3. Material apa yang digunakan untuk dicampurkan dengan semen sehingga
terbentuk semen?
4. Ada berapa jenis bentuk penjualan semen?
5. Berapa lama waktu ikat awal semen tipe 1?
6. Berapa lama waktu ikat akhir semen tipe 1?
7. Berapa besar kuat tekan mortar umur 28 hari untuk semen tipe 1?
8. Berapa besar kehalusan semen tipe 1 sesuai SNI bila diukur dengan alat
Blaine?
9. Berapa besar kandungan MgO di dalam semen yang diijinkan?
10. Berapa besar hilang pijar semen tipe 1 yang diijinkan?
JAWABAN

1. Bahan dalam Clinker semen adalah alit, belit, tri-kalsium aluminat, dan tetra-
kalsium alumino ferit. Aluminium, besi, dan magnesium oksida hadir
sebagai fluks yang memungkinkan kalsium silikat terbentuk pada suhu yang
lebih rendah, dan sedikit memberi kontribusi pada kekuatan.

2. Suhu kalsinasi harus di atas 600 °C (1112 °F) dan kemudian suhu fusi, yaitu


sekitar 1450 °C (2640 °F)

3. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium
karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral
berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan
itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk
campuran baru. batu kapur (60% – 66%), tanah liat (30% – 40%), pasir silika
dan pasir besi sebagai bahan koreksi apabila dalam tanah
liat tidak terdapat SiO2 dan Fe2O3.

4. Semen jenis I semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan


persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II yaitu semen Portland yang dalam pengguna annya memerlukan
ketahanan teradap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
Jenis III yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah. Jenis V yaitu sement Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

5. Waktu ikat semen setelah bercampur dengan air akan mengalami pengikatan,
dan setelah mengikat lalu mengeras. Lamanya pengikatan sangat tergantung
dari komposisi senyawa dalam semen dan suhu udara sekitarnya. 
Waktu ikat awal menurut standar SII minimum 45 menit, sedangkan waktu
ikat akhir maksimum 360 menit. Waktu ikat awal tercapai apabila masuknya
jarum vicat ke dalam sampel dalam waktu 30 detik sedalam 25 mm. 
6. -Waktu ikat akhir tercapai apabila pada saat jarum vicat diletakkan diatas
sampel selama 30 detik, pada permukaan sampel tidak berbekas atau tidak
tercetak. Catat berapa jam waktu ikat akhir tercapai. Dalam pengujian waktu
ikat pada semen kadang – kadang dalam waktu kurang dari 10 menit, semen
sudah mencapai waktu ikat awal yang ditandai dengan masuknya jarum vicat
kurang dari 25 mm.

7. Untuk semen jenis I pada umur 3 (tiga) hari harus memiliki kuat tekan lebih
dari 125 kg/cm2 dan pada umur 7 (tujuh) hari harus lebih dari 200 kg/cm2 dan
untuk semen ber umur 28 ( dua puluh delapan ) hari harus lebih dari 800 kg/
cm2.

8. Kehalusan semen menurut SNI 15-2045-1994 menggunakan alat Bline


Dengan alat Bline yang didapat adalah luas permukaan spesifik butirannya.
Makin halus butiran semen, maka luas permukaan butirannya lebih besar,
sehingga butiran tersebut makin cepat bereaksi dengan air, dan mengikat
agregat lebih luas. Semen dinyatakan halus apabila dari hasil uji dengan alat
Bline memberikan nilai luas permukaan spesifiknya lebih dari 280 m2/kg.

9. MgO memerlukan waktu yang lama. Inilah yang membahayakan, karena jika
semen tersebut sudah menjadi struktur beton, maka struktur beton tersebut
akan mengembang, sehingga dalam struktur tersebut timbul tegangan tarik
yang mengakibatkan retak atau pecah. Mengembangnya semen akibat MgO
dapat diuji dengan alat autoclave. Semen dinyatakan kekal jika diuji dengan
autoclave perubahan bentuknya tidak melebihi 0.8%. sifat mengembang pada
semen juga bias diakibatkan dari luar, seperti perubahan suhu yang tinggi,
reaksi antara C3A dalam semen dengan sulfat dan lainnya.

10.  Cara uji semen dan variasi yang diizinkan 7.1.1.1 Metode uji referee 0,10 ±


0,1 7 HP (Hilang pijar) 0,10 ± 0,10 8 Na2O (Natrium oksida) 0,03. Alat-alat
gelas tipe khusus seperti gelas berwarna, gelas silika tinggi semenyang bagian
tak larutnya lebih besar dari 1%, lanjutkan ke butir 7.1.3.2.2).

Anda mungkin juga menyukai