Anda di halaman 1dari 6

Grafik iklim Grafik suhu

TABEL IKLIM MAKASSAR


Janua Februa Augus Septem Octob Novem Decem
ry ry March April May June July t ber er ber ber
Avg. Temperature (C) 26 26.3 26.4 26.6 26.9 26 25.6 25.7 26 26.5 26.7 26.1

Min. Temperature (C) 23 23.4 23 22.8 22.8 21.7 20.9 20.4 20.9 21.8 22.9 23

Max. Temperature (C) 29.1 29.3 29.8 30.5 31 30.4 30.4 31 31.1 31.2 30.5 29.3

Avg. Temperature (F) 78.8 79.3 79.5 79.9 80.4 78.8 78.1 78.3 78.8 79.7 80.1 79.0

Min. Temperature (F) 73.4 74.1 73.4 73.0 73.0 71.1 69.6 68.7 69.6 71.2 73.2 73.4

Max. Temperature (F) 84.4 84.7 85.6 86.9 87.8 86.7 86.7 87.8 88.0 88.2 86.9 84.7

Precipitation / Rainfall 671 556 408 175 101 67 37 14 25 56 213 552


(mm)

Penanganan terpadu banjir daerah

Tahun Musim Hujan (November Musim Kemarau (Mei

1
April) Oktober)
Rata-
Maks Min Rata-Rata Maks Min
Rata
2000 `741.5 16.4 112.5 210.6 9.2 29.1
2001 812.0 9.1 103.5 55.7 5.2 21.6
2002 890.0 5.3 81.4 31.5 5.2 19.2
2003 614.2 12.5 111.4 19.7 10.2 13.2
2004 406.6 7.6 65.5 55.2 6.8 18.1
2005 548.1 7.2 56.8 38.6 1.3 17.1
2006 1001.2 8.9 99.9 101.2 6.0 24.7
2007 475.2 12.2 79.8 82.9 10.0 29.5
2008 618.2 14.6 102.2 52.6 10.0 24.0
2009 942.2 7.9 94.0 44.9 4.9 22.3
Maks 1001.2 16.4 112.5 210.6 10.2 29.5
Min 406.6 5.3 56.8 19.7 1.3 13.2
Rata-
704.9 10.2 90.7 69.3 6.9 21.9
Rata
Debit air sungai Jeneberang 2011

Peta persebaran sungai

2
Biopori Sumur resapan

Peta wilayah studi Peta wilayah terdampak banjir

Drainase Kolam retensi

3
1. Latar Belakang

Saat ini, setelah terjadi bencana banjir di hampir seluruh wilayah negeri, mulailah
manusianya sadar akan pentingnya mencegah banjir secara lebih dini. Kesadaran tersebut terlihat
dari mulai dilakukannya sosialisasi dan penyuluhan tentang menjaga kelestarian DAS (Daerah
Aliran Sungai) serta pelaksanaan program penghijauan di gunung-gunung yang gundul. Walaupun
dalam prakteknya hal ini tidak semudah mengucapkannya, kawasan hutan kita masih dijarah
disana-sini. Untuk perhatian bahwa Saat kita menyadari bahwa DAS kitas sudah rusak, maka
hampir tidak mungkin untuk menata kembali seperti semula, meskipun disediakan dana yang
besar, itupun memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Banjir tidak hanya memberikan dampak yang buruk pada lingkungan, tapi juga terhadap
kesehatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi. Terlebih lagi banjir menelan banyak korban jiwa
dan menghancurkan banyak fasilitas umum. Masyarakat dan pemerintah mendapat kerugian besar
atas bencana ini. Masalah ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Pencegahan-pencegahan harus
segera dilakukan sebelum masalah ini menyebabkan kerugian lain yang lebih besar. Pemerintah
dan masyarakat harus bersama-sama melakukan pencegahan dini. Tidak cukup dengan perbaikan
struktural saja, perbaikan non-struktural pun harus dilakukan. Keduanya harus dilakukan secara
seimbang dan saling melengkapi. Hal inilah yang membuat upaya-upaya pemerintah dalam
penganggulangan banjir terus menuai kritik, karena tebukti gagal. Selama ini pemerintah hanya
terus mengutamakan pembangunan struktural saja tanpa memperdulikan pembangunan non-
struktural. Pemerintah juga harus melakukan pendekatan non-struktural. Karena kedua pendekatan
tersebut harus berjalan dengan seimbang.

2. Lokasi Studi

Bencana banjir juga menjadi ancaman nyata bagi Kota Makassar. Terutama bagi warga di bantaran
Sungai Jeneberang, Kelurahan Somba Opu, Kecamatan Tamalate, Makassar jelang musim hujan
tahun. Adanya pembangunan perumahan di daerah sempadan atau bantaran sungai yang hanya
berjarak kurang dari 3 meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai, menyebabkan
pendangkalan dan penyempitan sungai tentu menjadi resiko terberatnya. Kalau sudah begitu,
Sungai Jeneberang diprediksi tidak mampu menampung besarnya debit air akibat derasnya hujan
dan banjir tidak dapat terhindarkan. Sementara itu Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
Sulsel kembali meminta agar Pemkot Makassar segera turun tangan. Pembangunan perumahan di
sempadan Sungai Jeneberang harus segera ditinjau ulang. Ancaman banjir merupakan alasan
utama kekhawatiran PSDA.

a. Kondisi Geografi

Kota Makassar terletak antara 119241738 BT dan 58619 LS yang berbatasan sebelah utara
dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan
sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km yang
meliputi 14 kecamatan. Sungai Jeneberang adalah salah satu sungai terbesar di Sulawesi Selatan
dengan panjang sekitar 90 km, berhulu di Gunung Bawakaraeng dan bermuara di selat Makassar.
Sungai Jeneberang mempunyai luas wilayah sungai 9.331 km dengan potensi air permukaan
13.229 juta m/tahun dan potensi air tanah 1.504 m/tahun.

b. Kondisi Topografi

Berdasarkan topografinya, Kota Makassar memiliki kemiringan lahan 0-2 derajat (datar) dan
kemiringan lahan 3-15 derajat (bergelombang) dengan hamparan dataran rendah dengan
ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut (BPBD 2014). Secara umum topografi Kota
Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Bagian barat keara utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai
2. Bagian timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang Kecamatan
Panakukang

c. Kondisi Iklim

Iklim di sini adalah tropis. Terdapat curah hujan yang signifikan di sebagian besar bulan dalam
setahun. Musim kemarau singka memiliki sedikit pengaruh pada iklim secara menyeluruh. Iklim di
sini diklasifikasikan sebagai Am berdasarkan sistem Kppen-Geiger. Suhu rata-rata di Makassar
adalah 26.2 C. Presipitasi di sini rata-rata 2875 mm.

4
Gambar grafik iklim wilayah Makassar

Bulan terkering adalah Agustus, dengan 14 mm hujan. Dengan rata-rata 671 mm, hampir semua
presipitasi jatuh pada Januari.

Gambar grafik suhu wilayah Makassar

Mei adalah bulan terhangat sepanjang tahun. Suhu di Mei rata-rata 26.9 C. Juli memiliki suhu rata-
rata terendah dalam setahun. Ini adala 25.6 C.

Tabel iklim wilayah Makassar

Terdapat perbedaan dalam 657 mm dari presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah.
Selama tahun tersebut, suhu rata-rata bervariasi menurut 1.3 C.

3. Analisis Penyebab Banjir

Faktor penyebab banjir di Kota Makassar antara lain disebabkan oleh:

1) Hujan dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama berhari-hari
2) Buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran2 air sehingga badan air meluap
dan membanjiri daerah sekitarnya
3) Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
4) Pembangunan ruko atau perumahan di beberapa lokasi yang seharusnya menjadi kanal
atau saluran drainase
5) Pembangunan yang dilakukan tanpa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
6) Berkurangnya jumlah saluran air

4. Penanggulangan Banjir

4.1 Pembangunan Struktural

Penanggulangan banjir dengan cara pembangunan struktural adalah dengan cara pembuatan
infrastruktur berupa sistem drainase. Pembuatan sistem drainase melingkupi pembuatan biopori,
pembuatan sumur resapan, pembenahan saluran drainase dan pembuatan kolam retensi.

Pembuatan Biopori
Salah satu cara penanggulangan banjir adalah pembuatan biopori. Biopori adalah
lubang dengan diameter 10-30 cm dengan panjang 30-100 cm yang ditutupi sampah
organic yang berfungsi menjebak air yang mengalir di sekitarnya. Pembuatan biopori
merupakan salah satu solusi yang sangat tepat dengan masalah di Indonesia. Karena cara
ini bisa dilakukan oleh semua golongan masyarakat. Ini adalah solusi yang tepat guna
karena pembuatan biopori tidak memerlukan biaya yang mahal dan tempat yang luas

Pembuatan Sumur Resapan


Sumur resapan adalah sumur yang dibuat untuk membantu penyerapan air ke
dalam tanah. Sumur ini sifatnya dangkal, berada diatas muka air tanah. Fungsi sumur ini
adalah untuk mengembalikan siklus air sesuai dengan alamnya dan membantu air hujan
meresap ke dalam tanah, sehingga mencegah banjir (Hanna, 2008).

Pembenahan Saluran Drainase


Saluran drainase adalah saluran-saluran berbentuk persegi atau trapesium yang
berfungsi mengalirkan/menyalurkan air limbah dan air hujan ke tempat penampungannya.
Salah satu faktor utama penyebab banjir di Indonesia adalah buruknya penanganan
masalah drainase kota, khususnya saluran permukaan. Banyak saluran-saluran drainase di
kota-kota besar yang tidak berfungsi secara maksimal. Bahkan saluran drainase yang
awalnya difungsikan untuk menaggulangi banjir inilah yang menjadi salah satu penyebab
banjir. Faktor-faktor yang menyebabkannya, antara lain:
1. Elevasi permukaaan saluran lebih tinggi dari permukaan jalan, sehingga proses
pengaliran pun berlawanan dari rencana.
2. Arah aliran saluran drainase tidak sesuai dengan arah aliran sungai.
3. Terjadinya ketidaksinambungan jaringan antara drainase lama dan drainase baru.
4. Kerusakan saluran yang disebabkan penggalian-penggalian pipa.

Upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pembenahan saluran drainase, antara lain:

1. Mengubah saluran terbuka menjadi saluran tertutup

5
2. Menambah kedalaman saluran drainase
3. Membuat peraturan yang tegas tentang penggalian di saluran drainase

Pembuatan Kolam Retensi

Kolam retensi adalah sebuah lubang hasil pengerukan yang digunakan sebagai tempat
penampungan air sementara. Kolam retensi merupakan salah satu penanggulangan banjir
yang populer sekarang. Namun terdapat sebuah kendala dalam penerpannya yaitu lahan yang
akan digunakan. Kota-kota besar yang sangat memerlukan kolam retensi selalu terbentur
dengan permasalahan lahan ini. Hal ini membuat pemerintah harus benar-benar
memperhatikan ketepatan lokasi perencanaan, agar kolam retensi yang sedikit tersebut dapat
memaksimalkan fungsinya guna mendapat manfaat yang besar.

4.2 Pendekatan Non-Struktural

Pendekatan non-struktural merupakan langkah yang paling sulit dilakukan karena melibatkan
banyak orang. Hasil yang ingin dicapai dari langkah ini adalah kesadaran diri masyarakat tentang
lingkungan. Banyak upaya yang telah dilakukan mulai dari pembuatan hukum yang mengatur hal
itu sampai dengan penyuluhan-penyuluhan. Namun semuanya dinilai tidak efektif. Karena kembali
kepada pola pikir yang berkembang ditengah masyrakat. Pola pikir yang menganggap pihak
pemerintah dan hukum adalah sebuah aturan yang mengikat dan menguntungkan pemerintahan
sendiri. Hal ini membuat masyarakat tidak mau mematuhi hukum walaupun untuk kebaikan
masyarakat sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan

1. Pemerintah bisa mengadakan kerja bakti di lingkungan pemerintahan secara berkala untuk
menularkan kebiasaan baik melalui teladan seperti ini.
2. Pemerintah harus mengembangkan dan memelihara visi lingkungan hidup tanpa
menggembar-gemborkan suatu standard operating processing (SOP).
3. Pemerintah harus memberikan solusi dan gagasan kreatif tentang lingkungan. Hal ini
dilakukan agar masyarakat melakukannya dengan kemauan sendiri dikarenakan adanya
manfaat yang jelas di mata orang awam.
4. Pemerintah memberikan seminar tentang pemanfaatan sampah secara sederhana kepada
masyrakat golongan rendah. Sehingga muncul kesadaran diri guna menyelamat
lingkungan juga untuk mengubah tingkat sosial.
5. Pemerintah harus memperbanyak tempat sampah. Minimnya jumlah tempat pembuangan
sampah inilah yang membuat masyarakat membuang sampah sembarang.

Anda mungkin juga menyukai