Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah Rekayasa Hidrologi
(SI-2231)
Dosen:
Asisten:
Disusun oleh:
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS BESAR
Asisten I Asisten II
Dosen I Dosen II
ii
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Laporan tugas besar merupakan salah satu hasil penerapan materi mata kuliah SI-
2231 Rekayasa Hidrologi. Dalam penulisan laporan ini, banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu seperti:
1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Syahril Badri Kusuma, Ph.D. dan Faizal
Immaddudin Wira Rohmat S.T., M.T., Ph.D. sebagai dosen mata kuliah
Rekayasa Hidrologi yang telah memberikan materi untuk penulisan laporan
tugas besar ini.
2. Edward Widjaja dan Muhammad Zaky Ar-Razzaq Zulkarnain sebagai
asisten dosen yang telah membimbing dan memberikan masukan.
3. Orang tua yang sudah memberikan semangat serta dukungan secara penuh
agar saya bisa menyelesaikan laporan tugas besar ini.
4. Teman-teman kelas 03 angkatan 2019 yang telah membantu memberikan
masukan saat proses pembuatan laporan tugas besar.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan untuk kesempurnaan laporan ini.
Bandung, 21 Februari
Penyusun
iii
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 6
iv
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
v
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
vi
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
vii
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Lokasi Sungai Pemali............................................................. 2
Gambar 1. 2 Konversi Koordinat Geographic dan UTM ................................. 3
viii
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
ix
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
x
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Rekapitulasi Luas DAS ..................................................................... 73
Tabel 3. 2 Curah Hujan Stasiun Bumiayu ........................................................ 73
Tabel 3. 3 Curah Hujan Bulan Januari ............................................................ 75
Tabel 3. 4 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 1995 ................................ 77
Tabel 3. 5 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 1996 ................................ 77
Tabel 3. 6 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 1997 ................................ 77
Tabel 3. 7 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 1998 ................................ 77
Tabel 3. 8 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 1999 ................................ 77
Tabel 3. 9 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 2000 ................................ 78
Tabel 3. 10 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 2001 .............................. 78
Tabel 3. 11 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 2002 .............................. 78
Tabel 3. 12 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 2003 .............................. 78
Tabel 3. 13 Curah hujan rata-rata DAS pada tahun 2004 .............................. 78
Tabel 3. 14 Kecepatan angin rata-rata.............................................................. 83
Tabel 3. 15 Kelembapan rata-rata ..................................................................... 84
Tabel 3. 16 Lama penyinaran rata-rata ............................................................ 84
Tabel 3. 17 Suhu rata-rata.................................................................................. 84
Tabel 3. 18 Hubungan antara T, ea, W, f(t) ...................................................... 86
Tabel 3. 19 Lintang, Bujur, Elevasi Stasiun Tunggul Wulung ....................... 87
Tabel 3. 20 Nilai Ra berdasarkan lintang Stasiun ........................................... 87
Tabel 3. 21 Faktor koreksi.................................................................................. 88
Tabel 3. 22 Hasil Perhitungan Evapotranspirasi ............................................. 88
Tabel 3. 23 Asumsi yang digunakan .................................................................. 90
Tabel 3. 24 Data Setelah Kalibrasi .................................................................... 95
Tabel 3. 25 Hasil Perhitungan Debit Sintetis Tahun Tinjauan....................... 95
Tabel 3. 26 Lanjutan Hasil Perhitungan Debit Sintetis Tahun Tinjauan ...... 96
Tabel 3. 27 Debit Sintetis Tahun 1995-2004 ..................................................... 96
Tabel 3. 28 Data Debit Andalan ........................................................................ 98
Tabel 3. 29 Lanjutan Data Debit Andalan ........................................................ 99
Tabel 3. 30 Lanjutan 2 Data Debit Andalan ................................................... 100
Tabel 3. 31 Besar Debit pada Probabilitas 75%, 80%, dan 90% ................. 100
xi
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
xii
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
xiii
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN DAS .............. 156
LAMPIRAN II UJI KONSISTENSI .............................................................. 157
LAMPIRAN III TABEL KALIBRASI NRECA ........................................... 174
LAMPIRAN IV TABEL HIDROGRAF METODE SCS ............................. 177
LAMPIRAN V TABEL HIDROGRAF METODE SNYDER ..................... 178
LAMPIRAN VI TABEL HIDROGRAF METODE NAKAYASU ............. 179
LAMPIRAN VII PERHITUNGAN CHANNEL ROUTING ....................... 181
LAMPIRAN VIII PERHITUNGAN RESERVOIR ROUTING ................. 182
xiv
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Y = 9211511 Northing
X = 276046 Easting
Zone/Sector = 49M
• Koordinat Geografis
7°7'44"S 108°58'20"E
1.4 Sistematika Laporan
3
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
4
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
5
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Delineasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
2.1.1 Delineasi
6
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
7
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
8
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
9
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
10
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
11
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1. Sungai Lurus
12
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2. Sungai Kekelok
▪ Sub DAS, adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan
mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap
DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS. Pengertian lainnya
adalah suatu wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara
alamiah, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran
sungai yang membentuk bagian wilayah DAS.
13
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
14
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1. DAS Gemuk
b. Berdasarkan Fungsi
15
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1. Bagian Hulu
Bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang
dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkuna daerah
aliran sungai agar tidak terjadi degradasi atau pendangkalan
aliran yang dapat dinilai dari kondisi tutupan vegetasi lahan
daerah aliran sungai, kualitas air, kemampuan menyimpan
air (debit), dan curah hujan.
Bagian hulu daerah aliran sungai berada pada
wilayah yang memiliki kemiringan > 15% serta tingkat
kerapatan drainase yang tinggi. Sungai yang berada pada
bagian hulu cenderung tidak terlalu lebar, berbatu,
memiliki banyak cabang, dan bentuk
lembahnya membentuk huruf V dengan tebing yang
curam akibat aliran sungai yang deras menyebabkan
terjadinya proses erosi pada dasar sungai.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk memberikan
manfaat pada bidang sosial dan ekonomi yang dapat
dinilai dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah,
serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk, dan danau
Bagian tengah daerah aliran sungai memiliki
kemiringan 8-15% dan memiliki tingkat kerapatan
drainase sedang. Bagian ini merupakan wilayah
pengangkutan sedimen dan unsur hara jika terjadi
perubahaan pada bagian hulu. Sungai yang berada
pada bagian tengah umumnya lebih lebar apabila
dibandingkan dengan bagian hulu. Selain itu pada bagian
16
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
17
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
d. Berdasarkan Bentuk
18
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
3. DAS Paralel
19
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑃1 + 𝑃2+. . . +𝑃𝑛
𝑃=
𝑛
Keterangan :
n = Jumlah stasiun
20
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑃𝑥 1 𝑃1 𝑃2 𝑃𝑛
= ( + +. . . + )
𝑁𝑥 𝑛 𝑁1 𝑁2 𝑁𝑛
Keterangan :
𝑃𝑖
∑𝑛𝑖=1
𝑃𝑥 = 𝐿𝑖 2
1
∑𝑛𝑖=1 2
𝐿𝑖
Keterangan :
1
𝑅𝐻 = 𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑃𝑖 =
Keterangan:
RH = Rata-rata hujan
21
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 𝑥 𝐿𝑖
𝑅𝐻 =
∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖
Keterangan :
RH = rata-rata hujan
3. Metode Isohyet
22
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 𝑥 𝐿𝑖
𝑅𝐻 =
∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖
RH = rata-rata hujan
2.3 Evapotranspirasi
2.3.1 Definisi Evapotranspirasi
Evapotranspirasi terdiri dari dua kata yaitu Evaporasi dan Transpirasi.
Evaporasi atau penguapan adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan
cair, dengan spontan menjadi gas (misal air menjadi uap air). Umumnya
penguapan dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika
terpapar pada gas dengan volume signifikan. Rata-rata molekul tidak memiliki
energi yang cukup untuk lepas dari cairan. Bila tidak cairan akan berubah
menjadi uap dengan cepat. Ketika molekul-molekul saling bertumbukan mereka
saling bertukar energi dalam berbagai derajat, tergantung bagaimana mereka
bertumbukan. Terkadang transfer energi ini begitu berat sebelah, sehingga salah
satu molekul mendapatkan energi yang cukup untuk menembus titik didih
cairan. Bila ini terjadi di dekat permukaan cairan molekul tersebut dapat terbang
ke dalam gas dan selanjutnya akan menguap. (Lakitan,1994)
23
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
24
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
25
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
ET = Evapotranspirasi (mm/hari)
C = Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam
W = Faktor bobot tergantung dari temperatur udara dan ketinggian
tempat
Rn = Radiasi neto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)
= Rns - Rnl
Rns = Gelombang pendek radiasi matahari yang masuk
= (1- α) (0,25 - 0,50 n/N) Ra
Ra = Radiasi matahari ekstra terrestrial
Rnl = f(t) f(ed) f(n/N) = Gelombang panjang radiasi neto
N = Maksimum lamanya penyinaran matahari
(1-W) = Faktor bobot f(toC, elevasi, U, dan e)
f(U) = Fungsi kecepatan angin = 0,27 (1+U2/100)
ea-ed = Selisih tekanan uap jenuh dan aktual pada temperatur rata-rata
udara
ea = Tekanan uap aktual tergantung pada posisi lintang lokasi
𝑘𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑒𝑎 x RH
𝑒𝑑 = 𝑒𝑎 x =
100 100
= Tekanan uap jenuh
f(t) = Fungsi efek temperatur pada gelombang panjang radiasi
Tk = Temperatur (K)
f(ed) = Fungsi efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi
== 0,34 − 0,044√𝑒𝑑
f(n/N) = Fungsi efek penyinaran pada gelombang panjang radiasi = (0,1
+ 0,9 n/N)
2) Metode Radiasi
𝐸𝑇 = 𝐶 x 𝑊 x Rs
ET = Evapotranspirasi (mm/hari)
26
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Keterangan :
ET = Evapotranspirasi bulanan (inch)
k = consumptive use coefficient dari tanaman
p = Persentase jam penyinaran matahari bulana per tahun
t = Temperatur (oF)
𝐸𝑇 = 𝐶[𝛾(0,46𝑡 + 8)]
Keterangan :
ET = Evapotranspirasi (mm/hari)
C = Faktor koreksi f(RH , (n/N) , U)
T = Temperatur udara bulanan rata-rata (oC)
𝛾 = Persentase rasio penyinaran matahari harian/tahunan
RH = Kelembapan relative
27
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Keterangan :
ET0 = Evaporasi bulanan (≈ 30 hari , 1 hari = 12 jam)
T = Temperatur udara bulanan rata-rata
Dimana :
ET = Evapotranspirasi
AS = Storage
R = Run-off
H = Hujan
28
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
perbedaan waktu kejadian hujan puncak dan debit puncak, maka semakin
baik kondisi wilayah tersebut dalam menyimpan air di dalam tanah.
29
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Prinsip metode F.J. Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada
tangkapan air, sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi, sebagian juga
akan langsung menjadi direct run- off, dan sebagian lagi akan masuk ke
dalam tanah atau terjadi infiltrasi. Ini mula-mula akan menjenuhkan
permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar
sebagai base flow atau aliran dasar. Hal ini terdapat keseimbangan antara
air hujan yang jatuh dengan moisture dan ground water discharge. Aliran
dalam sungai adlaah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan
base flow.
30
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑊𝑜
𝑊𝑖 =
𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
Dimana
31
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑃
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = (1 − 0.5𝑤𝑖) × 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 + 0.5𝑤𝑖
𝑃𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇
=1
𝑃𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇 = 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 × 𝑃𝐸𝑇 𝑥 𝐶𝑟
𝑃𝐸𝑇
8. Menentukan neraca air/ water balance (NA)
Penentuan nilai 𝑁𝐴 berdasarkan persamaan sebagai berikut:
32
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝐾𝑘 = 𝑁𝐴 𝑥 𝑅𝐾𝐾
𝑃𝑡 = 𝑁𝐴 − 𝐾𝑘
𝑇𝐴 = 𝑃𝑆𝑈𝐵 𝑥 𝐾𝑘
𝑇𝐴 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑇𝐴 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝐴
15. Menentukan nilai aliran air tanah (ATT)
33
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝐴𝐿 = 𝐾𝐾 − 𝑇𝐴
𝐴𝑇 = 𝐴𝐿 + 𝐴𝐴𝑇
𝐴𝑇 × 𝐴𝐷𝐴𝑆
𝑄𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑡𝑖𝑠 =
𝑛ℎ𝑎𝑟𝑖 × 24 × 3600
𝑄𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑡𝑖𝑠 − 𝑄𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑄𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑡𝑖𝑠
= 𝐶𝑂𝑅𝑅𝐸𝐿(𝑄𝑠𝑖𝑛𝑡𝑒𝑠𝑖𝑠; 𝑄𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖)
34
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑚
𝑃=
𝑛+1
n = Total data
FDC berguna untuk banyak keperluan, seperti studi awal dan untuk perbandingan
antara sungai-sungai sesuai dengan karakteristik aliran.
35
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1 1 X−μ 2
f(X) = 𝑒 −2( σ
)
σ√2π
Xt − μ
KT = z =
σ
XT = X + KTS
Keterangan :
Xt : Hujan rencana untuk periode ulang T
X : Rata-rata data pengamatan
K : Faktor frekuensi
S : Standar deviasi data
Z : Variabel strandar normal
• Untuk X > 0
1 1 lnX−μ 2
f(x) = 1 𝑒 −2( σ
)
Xσ√2𝜋
• Untuk X < 0
36
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
XT = X + ( KT x S )
Keterangan :
Keterangan :
Log XT : Nilai logaritma hujan rencana untuk periode ulang T
KT : Variabel standar
S log X : Standar deviasi data dari log X
37
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja
yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”)
kurang dari 5.
𝑘
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖)2
𝑥2 = ∑
𝐸𝑖
𝑖=1
Keterangan:
x^2 = Nilai chi-square
Oi = Frekuensi Observasi
Ei = Frekuensi Ekspektasi
Parameter yang diperlukan pada proses ini adalah nilai confidence level dan
degree of freedom. Selanjutnya dilihat nilai kritis pada tabel di bawah ini:
38
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
39
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
curve), puncak (crest or peak discharge), dan sisi turun (falling limb or reccession
curve).
Biasanya air dapat mencapai sungai melalui tiga jalan, yaitu :
1. Curah hujan di saluran
Adalah curah hujan yang jatuh langsung pada sungai utama dan anak sungai yang
umumnya termasuk dalam limpasan permukaan dan tidak dipisahkan sebagai
komponen hidrograf.
2. Limpasan permukaan
Adalah aliran air yang mencapai sungai dengan tanpa melalui permukaan air
tanah. Di sini curah hujan terkurangi oleh sebagian dari besarnya infiltrasi, serta
besarnya air yang tertahan dan juga dalam genangan.
3. Aliran air tanah
Adalah yang menginfiltrasi ke dalam tanah, mencapai permukaan tanah
dan menuju sungai dalam beberapa hari atau lebih.
Dalam perencanaan di bidang sumber daya air, seringkali diperlukan data debit
banjir rencana yang realistis. Banjir rencana dengan periode ulang tertentu dapat
dihitung dan data debit banjir atau data hujan. Apabila data yang tersedia hanya
merupakan daya hujan dan karakteristik DAS, salah satu metode yang disarankan
adalah menghitung debit banjir dari data hujan maksimum harian rencana dengan
superposisi hidrograf satuan.
Hidrograf aliran menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran (debit)
di sungai dalam suatu DAS pada suatu lokasi tertentu. Hidrograf aliran suatu DAS
merupakan bagian penting yang diperlukan dalam berbagai perencanaan bidang
sumber daya air. Terdapat hubungan erat antara hidrograf dengan karakteristik
DAS, di mana hidrograf banjir dapat menunjukkan respon DAS terhadap masukan
hujan tersebut.
Menurut definisi, hidrograf satuan sintetis adalah hidrograf limpasan
langsung (tanpa aliran dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan
oleh hujan efektif sebesar satu satuan (1 mm, 1 cm, atau 1 inch) yang terjadi
secara merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap dalam suatu satuan waktu
tertentu.
40
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Metoda hidrograf satuan sitetis adalah metode yang popular digunakan dan
memainkan peranan penting dalam banyak perencanaan di bidang sumber daya air
khususnya dalam analisis debit banjir DAS yang tidak terukur. Metode ini
sederhana karena hanya membutuhkan data-data karakteristik DAS seperti luas
DAS dan panjang sungai. Untuk mengembangkan hidrograf satuan sintetis, bebrapa
metode telah tersedia seperti Nakayasu, Snyder-Alexeyev, SCS, dan GAMA-1
yang sangat popular dan umum digunakan di Indonesia untuk menghitung debit
puncak dan bentuk hidrograf banjir.
41
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Namun pada tugas besar ini, penulis menggunakan metode SCS, Synder, dan
Nakayasu.
42
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Tb
Tb = × Tp
Tp
➢ Menghitung nilai q p
2,08 × A
qp =
Tp × 10
➢ Menentukan nilai t/Tp
𝑡 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
=
𝑇𝑝 𝑇𝑝
➢ Menentukan nilai q/qp
• Jika t/Tp < Tb/Tp : Interpolasi
43
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑞
Dalam model HSS Snyder termuat 2 parameter non fisik yaitu Ct dan Cp
dimana merupakan koefisien-koefisien yang bergantung pada satuan dan ciri DAS
(Wilson, 1993). Besaran nilai Ct dan Cp tersebut diperoleh Snyder dari sejumlah
DAS di dataran tinggi Appalachian Amerika Serikat. Koefisien-koefisien Ct dan
Cp harus ditentukan secara empirik, karena besarnya berubah-ubah antara daerah
yang satu dengan daerah yang lain. Dalam sistem metrik besarnya Ct antara 1
sampai 1,2, sedangkan Cp berada antara 0,59 sampai 0,66 (Soemarto, 1995).
Perhitungan debit banjir rencana dengan hidrografi sintetis satuan metode
Snyder-Alexejev, dimulai dengen mencari parameter yang dibutuhkan terlebih
dahulu. Langkah perhitungan sebagai berikut :
44
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
t p = Ct × (MSL × CSD)0.3
➢ Menentukan Durasi Hujan Teoritis (t r )
Tr adalah tinggi hujan 1 satuan dalam waktu tertentu. Pada perhitungan
hidrograf sautan, tr yang ditentukan adalah 1 jam.
tp
tr =
5.5
1
Tp = t pR + t
2 R
➢ Menentukan nilai q p
Cp
q p = 0,278( )
tp
Dengan menggunakan Cp = 0,59 – 0,66
➢ Menghitung debit puncak HSS (Qp)
Qp = q p × A
➢ Menghitung nilai 𝜆
Qp × Tp
𝜆=
𝑑 ×𝐴
Dengan menggunakan d = 1
➢ Menentukan nilai 𝛼
𝛼 = 1,32𝜆2 + 0,15𝜆 + 0,045
➢ Mentukan nilai X
𝑡
𝑋=
Tp
➢ Mentukan nilai Y
45
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑎(1−𝑋)2
−
𝑌 = 10 X
➢ Menetukan nilai Q
𝑄 = 𝑌 𝑥 𝑄𝑝
➢ Menghitung nilai debit benjir rencana
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑄
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf
46
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑄
47
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2.11 Routing
2.11.1 Channel Routing
Channel routing adalah proses penentuan waktu dan bentuk gelombang
banjir pada titik-titik sepanjang sungai. Untuk kasus routing di saluran,
tampungan dihitung berdasarkan fungsi dari inflow dan outflow. Salah satu
metode yang digunakan dalam channel routing adalah metode Muskingum.
Cara ini hanya berlaku dalam kondisi sebagai berikut:
• Tidak ada anak sungai yang masuk ke dalam bagian memanjang palung
sungai yang ditinjau.
• Penambahan dan kehilangan air oleh curah hujan, aliran masuk atau
keluar air tanah dan evaporasi, kesemuanya ini diabaikan.
𝑆 = 𝐾𝑂 + 𝐾𝑋(𝐼 − 𝑂)
Dengan,
S = volume tampungan
K = koefisien proporsionalitas
I = debit masuk
O = debit keluar
X = faktor beban (0 < X < 0,5)
a. Menghitung koefisien C
∆𝑡 − 2𝐾𝑥
𝐶1 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
∆𝑡 + 2𝐾𝑥
𝐶2 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
2𝐾(1 − 𝑥) − ∆𝑡
𝐶3 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
Dengan syarat C1 + C2 + C3 = 1
48
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑂 = 𝐶1 𝐼𝑗 + 𝐶2 𝐼𝑗−1 + 𝐶3 𝑂𝑗−1
3
𝑂 = 𝐶𝑙𝐻 2
Dengan,
C = koefisien mercu
l = lebar bendung
H = head
1 2
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒 = 𝜋𝐻 ′ (3𝑅 − 𝐻 ′ )
3
1
𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝜋ℎ2 (3𝑅 − ℎ) − 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒
3
d. Menghitung 2S/Δt + O
49
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2𝑆 2𝑆
( + 𝑂)𝑗 = 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤𝑗 + 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤𝑗−1 + ( − 𝑂)𝑗−1
∆𝑡 ∆𝑡
2𝑆 2𝑆
( − 𝑄𝑜𝑢𝑡 )𝑗 = ( + 𝑄𝑜𝑢𝑡 )𝑗 − 2 × 𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑗
∆𝑡 ∆𝑡
50
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Delineasi Daerah Aliran Sungai
Pada pengolahan data ini, menggunakan aplikasi Global Mapper,
QGIS, dan AUTOCAD yang kemudian akan dibandingkan luar hasil dari
QGIS dengan data KL (Galat < 5%).
2. Klik ctrl + O pada keyboard, dan pilih file peta yang telah diberikan,
yaitu w001001.adf maka aplikasi akan memproses dan akan muncul
gambar sebagai berikut.
51
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
52
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
4. Setelah itu, akan muncul suatu Dialog Box, kemudian pilih tab
Projection, dan klik menu dragdown pada Projection, dan pilih UTM,
dan terakhir klik OK.
53
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
6. Kemudian akan muncul suatu Dialog Box, isilah data koordinat yang
diperoleh dari data pada stasiun debit yang diperoleh dari data KL, dan
masukkan ke dalam Input Coordinate yang bertipe koordinat
Geographic, lengkap dengan derajat, menit, dan detiknya. Untuk
koordinat lintang maka diisi pada sumbu Y dan koordinat bujur diisi
pada sumbu X. Karena konfigurasi awalnya adalah koordinat untuk
utara dan timur merupakan positif, maka untuk koordinat lintang yang
merupakan lintang selatan, diberi tanda negatif. Setelah memasukkan
koordinat, klik Convert To, maka akan muncul hasil konversi ke dalam
bentuk UTM yang selanjutnya akan digunakan.
54
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
55
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
9. Maka akan muncul Dialog Box baru dan klik tab Export Bound,
kemudian Draw a Box. Tujuannya adalah untuk menggambar kotak
wilayah yang mencakup area di sekitar outlet sungai yang telah ditandai.
Kemudian simpan pada tempat yang diinginkan.
Selanjutnya, akan digunakan aplikasi QGIS yang bertujuan untuk
memperoleh bentuk DAS sesuai outlet sungai yang dimiliki, dan akan
dibuat bentuk poligon thiessen-nya.
56
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2. Selanjutnya, buka file DEM yang telah diperoleh dari Global Mapper.
Caranya adalah dengan menekan ctrl + alt + T yang berfungsi dalam
menampikan Processing Toolbox pada bagian kanan tampilan layar.
57
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Selanjutnya cari file DEM yang telah di-export dari Global Mapper dan
drag ke QGIS muncul seperti gambar di bawah ini.
3. Selanjutnya, klik SAGA pada Processing Toolbox yang ada pada bagian
kanan layar, kemudian klik Terrain Analysis-Hydrology.
4. Selanjutnya, klik Fill sinks (Wang & Liu), maka akan muncul dialog
box.
58
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
59
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
60
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
6. Setelah proses Run selesai, maka akan terlihat bentuk outlet sungai
sebagai berikut.
Gambar 3. 18 Tampilan baru dialog box Channel Network and Drainage Basin.
7. Selanjutnya ingin ditampilkan sungai dan anak sungai secara lebih jelas,
maka pada Layers Box di kiri tampilan layar, un-checklist Drainage
Basin, Flow Direction, dan data DEM yang telah dipakai pada saat di
awal. Maka hasilnya akan seperti gambar di bawah ini.
61
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
8. Pada tahap ini, ingin direkam titik stasiun pengamatan debit, maka lihat
terlebih dahulu koordinat yang dimiliki sebelumnya pada Global
Mapper, dan cocokkan dengan koordinat pada aplikasi QGIS. Titik
direkam merupakan titik hilir dari outlet sungai yang diinginkan, maka
perkirakan jarak tertentu dari titik aslinya dengan tetap mengikuti aliran
anak sungai. Saya melakukan ini dengan manual.
62
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
10. Klik Run, dan setelah selesai, maka didapat bentuk Daerah Aliran
Sungai yang telah kita bidik sesuai outlet-nya dan daerah di sekitarnya.
Cek terlebih dahulu apakah luas sungai yang dibidik berapa pada
rentang galat 5% dari luas aslinya. Jika lebih dari 5%, maka silahkan
lakukan ulang lagi. Dari data yang didapat mengenai luas DAS awal,
diketahui bahwa Sungai Pemali memiliki luas 855,90 km2 . Sedangkan,
berdasarkan bidikan, didapat bahwa luas sungainya adalah 871,625015
km2 . Maka luas yang didapat dari hasil bidikan masih berada pada
rentang galat sesuai ketentuan dengan galat 1,9%.
63
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
64
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
13. Tarik titik pada ujung peta kemudian hapus atau delete sehingga hanya
tersisa Daerah Aliran Sungai-nya.
65
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
14. Setelah mendapat bentuk final DAS, maka selanjutnya langkah yang
dilakukan adalah memindahkan data DAS yang telah dimiliki ke
aplikasi AUTOCAD untuk diolah lebih lanjut. Dimulai dengan klik
Menu Project, kemudian Import/Export, dan selanjutnya Export Project
to DXF. Beri nama file untuk di-save kemudian simpan di tempat yang
diinginkan.
66
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
67
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
68
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
6. Lalu hapus alat bantu yang berupa busur dan segitiga, dan gunakan fitur
hatch untuk membedakan warna luas DAS yang diwakili oleh stasiun
yang berbeda.
69
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
70
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
380,76 km2, luas yang diwakili stasiun bumijawa 160,93 km2, luas yang
diwakili stasiun notog 330,32 km2. Sehingga, jumlah luas total DAS
adalah 872,01 km2.
71
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
72
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
73
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑃𝑖
∑𝑛𝑖=1 2
𝑃𝑥 = 𝐿𝑖
1
∑𝑛𝑖=1 2
𝐿𝑖
Namun, karena dari ketiga stasiun tidak terdapat data yang hilang,
maka tidak dilakukan metode pencarian ini.
Grafik uji konsistensi ini dapat dilihat pada 36 grafik yang telah
dibuat yang terdiri dari grafik data curah hujan tiap bulannya pada tiap
stasiun, dengan masing-masing menggunakan data 10 tahun. Uji konsistensi
data dapat dilakukan dengan membuat grafik tipe scatter, lalu plot data rata-
rata hujan kumulatif sebagai sumbu horizontal dan data hujan kumulatif
stasiun debit yang dipilih sebagai sumbu vertikal. Lalu checklist Trendline,
Display Equation on chart, dan Display R-squared value on chart. Berikut
adalah contoh tabel dan grafik uji konsistensi data untuk ketiga stasiun pada
bulan Januari.
74
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
75
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dapat dilihat pada ketiga contoh grafik di atas, ketiga grafik tersebut
memiliki nilai R-Squared di atas 99% yang menandakan bahwa data curah hujan
pada ketiga stasiun debit untuk bulan Januari memiliki kekonsistensian yang baik.
76
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Metode Aritmatika
𝑛
1 534 + 974 + 687
𝑅ℎ = ∑ 𝑃𝑖 = = 732 𝑚𝑚
𝑛 3
𝑖=1
• Metode Thiessen
∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 𝑥 𝐿𝑖 (534𝑥380,76) + (974𝑥160,93) + (687𝑥330,32)
𝑅ℎ = =
∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖 380,76 + 160,93 + 330,32
= 673,1601
77
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
78
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
79
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
4. Geser kursor ke kolom data iklim dan geser lagi ke data harian, lalu klik
data harian.
80
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
81
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
7. Masukin stasiun dan tanggal yang ingin diambil datanya, yaitu Stasiun
Meteorologi Tunggul Wulung, Kab Cilacap, Jawa Tengah dengan data yang
ingin ditinjau pada 1 Januari 1995 hingga 31 Desember 2004.
82
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
10. Letakan Pivot Table pada sheet baru, kemudian atur penempatan data
klimatologi yang ingin diolah, sehingga akan muncul tampilan Pivot Table
yang sudah jadi. Lakukan seterusnya untuk pengolahan data klimatologi
yang lain.
83
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dimana :
ET = Evapotranspirasi
84
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
ea-ed = Selisih tekanan uap jenuh dan aktual pada temparatur rata-rata udara
𝑘𝑒𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑒𝑎 𝑥 𝑅𝐻
𝑒𝑑 = 𝑒𝑎 𝑥 = = Tekanan Uap Jenuh
100 100
1. Suhu = 27,3584 °C
2. Kelembapan udara = 83,0226%
3. Lama penyinaran = 4,168301 jam
4. Kecepatan angin = 1,416129 m/s
85
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
83,0226
𝑒𝑑 = 26,7243 x = 22,1871
100
3. Dari data kecepatan angin, maka dapat ditentukan nilai f(U) dengan
perhitungan sebagai berikut.
𝑈 1,41613
𝑓(𝑈) = 0,27 x (1 + ) = 0,27 x (1 + )
100 100
Maka didapatkan f(U) sebesar 0,27382
86
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dengan lokasi Stasiun Tunggul Wulung yang berada pada 7,719 LS,
maka didapatkan nilai Ra sebesar 16,05674 MJ/m2/hari.
5. Menghitung Rs
Dengan didapatkannya nilai Ra , dapat dihitung nilai Rs sebesar:
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,5 x 0,347358)16,05674
Maka didapatkan hasil bahwa Rs = 6,803371 MJ/m2/hari.
6. Menghitung Rns
Dapat dihitung Rns dengan menggunakan Ra
𝑅𝑛𝑠 = (1 − 0,25) x 6,803371
Maka, didapatkan Rns sebesar 5,102528 MJ/m2/hari.
= 0,3 − 0,044√22,1871
= 0,132736
87
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑛
𝑓 ( ) = (0,1 + 0,9 x 0,347358 )
𝑁
= 0,412623
9. Menentukan Rnl
Dengan data f(t) , f(ed) dan f(n/N) yang telah dihitung, dapat dihitung nilai
Rnl dengan perhitungan sebagai berikut:
𝑛
𝑅𝑛𝑙 = 𝑓(𝑡) x 𝑓(𝑒𝑑) x 𝑓 ( )
𝑁
𝑅𝑛𝑙 = 16,1611 x 0,132736 x 0,412623
88
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Pada kolom 4 dan kolom 5, isi dengan data curah hujan bulanan rata-rata
DAS dan data evapotranspirasi harian yang telah dihitung pada bagian 3.3,
kemudian kalikan dengan jumlah hari pada bulan tersebut.
• Selanjutnya, nilai debit sintetis dapat dihitung dari nilai aliran total.
89
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Hitung nilai korelasi antara debit sintetis yang didapat dengan debit
observasi / aliran real yang didapat dari data debit KL. Nilai korelasi
diusahakan mendekati satu dengan error sekecil mungkin. Error dihitung
dengan menjumlahkan error pada kedua tahun. Minimalkan error dan
maksimalkan nilai korelasi dengan menggunakan SOLVER pada Microsoft
Excel.
• Hitung nilai delta Wo antara nilai Wo bulan Desember pada tahun pertama
tinjauan dengan nilai Wo bulan Januari pada tahun kedua tinjauan.
Usahakan minimalkan nilai delta Wo hingga mendekati 0.
• Ambil nilai-nilai parameter yang memiliki korelasi aliran total dan aliran
real paling tinggi, error terkecil.
90
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dari grafik dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan yang cukup signifikan
pada bulan Januari hingga beberapa bulan berikutnya pada tahun tinjauan pertama
yaitu tahun 1995, kemudian juga pada bulan Februari hingga beberapa bulan
berikutnya pada tahun tinjauan kedua yaitu tahun 1996. Hal ini kemungkinan besar
dikarenakan jumlah curah hujan yang sangat tinggi pada daerah tersebut serta
ketidakakuratan dalam pengambilan koordinat stasiun hujan.
91
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Wo = 653,01936
T awal = 128,66362
Cet = 0
PSUB = 0,8
GWF = 0,5621772
𝑊𝑜 653,01936
𝑊𝑖 = = = 1,875
100 + (0,2 x 1241,45) 100 + (0,2 x 1241,45)
• R/PET
Perbandingan antara curah hujan dengan evapotranspirasi potensial.
𝑅 673,160
= = 5,594
𝑃𝐸𝑇 120,334
• AET/PET
Jika nilai R/PET < 1, dan Wi < 2, maka AET/PET dapat
dihitung sebagai berikut.
𝐴𝐸𝑇 𝑅
= (1 − 0,5𝑊𝑖) x + 0,5𝑊𝑖
𝑃𝐸𝑇 𝑃𝐸𝑇
Jika diluar ketentuan di atas, maka AET/PET = 1
Karena R/PET > 1, maka :
𝐴𝐸𝑇
=1
𝑃𝐸𝑇
92
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝐴𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇 = x 𝑃𝐸𝑇 x Cet
𝑃𝐸𝑇
𝐴𝐸𝑇 = 1 x 120,334 x 0 = 0 𝑚𝑚
93
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑃𝑡 = 5,520 𝑚𝑚
• Tambahan Air Tanah (TA)
Tambahan air tanah merupakan perkalian antara kelebihan
kelengasan dengan nilai parameter subsurface (PSUB).
𝑇𝑎 = 𝑃𝑆𝑈𝐵 x 𝐾𝑘
𝑇𝑎 = 0,8 x 667,641 = 534,112 𝑚𝑚
• Tampungan Air Tanah Awal (Tawal)
Tampungan air tanah awal merupakan tampungan air tanah akhir
pada periode sebelumnya dikurangi dengan aliran air tanah.
Tawal Januari = 128,66362, maka :
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 𝐹𝑒𝑏𝑟𝑢𝑎𝑟𝑖 = 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖 − 𝐴𝐴𝑇𝐽𝑎𝑛𝑢𝑎𝑟𝑖
= 662,776 − 372,598 = 290,178
• Tampungan Air Tanah Akhir (Takhir)
Tampungan air tanah akhir adalah jumlah antara tampungan air
tanah awal dengan tambahan untuk air tanah awal.
𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑇𝑎 + 𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙
= 534,112 + 128,664 = 662,776 𝑚𝑚
• Aliran Air Tanah (AAT)
Aliran air tanah adalah hasil perkalian tampungan air tanah akhir
dengan nilai GWF atau suatu indeks yang menujukkan banyaknya
air yang keluar dari tampungan air tanah menjadi aliran.
𝐴𝑇𝑇 = 𝐺𝑊𝐹 𝑥 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐴𝐴𝑇 = 662,776 x 0,562 = 372,598 𝑚𝑚
• Aliran Langsung (AL)
Aliran langsung adalah pengurangan kelebihan kelengasan dengan
tambahan air tanah awal.
𝐴𝐿 = 𝐾𝐾 − 𝑇𝑎
𝐴𝐿 = 667,641 − 534,112 = 133,528 𝑚𝑚
• Aliran Total (AT)
Aliran total adalah total dari aliran yang langsung mengalir ke
saluran dengan aliran air tanah.
𝐴𝑇 = 𝐴𝐴𝑇 + 𝐴𝐿
94
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
95
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
96
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
97
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
keperluan irigasi atau waduk. Dalam penentuan debit andalan digunakan metode
Weibull Plotting dengan langkah-langkah sebagai berikut :
• Urutkan data debit sintetis dari yang paling besar hingga yang terkecil
• Hitung probabilitas dari masing-masing debit dengan rumus sebagai berikut.
Dengan keterangan :
P = Probabilitas
m = Urutan dari debit terbesar ke terkecil (ranking)
n = jumlah data
• Hitung debit andalan untuk probailitas 75%, 80%, dan 90% dengan
menggunakan interpolasi menggunakan fungsi FORECAST pada Microsoft
Excel.
Data debit andalan yang telah diurutkan adalah sebagai berikut.
98
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
99
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Data debit andalan untuk 75%, 80%, dan 90% dicari dengan menggunakan
interpolasi dari dua data yang mengapit nilai probabilitas tersebut, pada laporan
tugas besar ini digunakan fungsi FORECAST pada Microsoft Excel, hasilnya
adalah sebagai berikut.
Dari tabel di atas, didapatkan debit andalan dengan probabilitas 75% adalah
sebesar 35,2017 m3/s, probabilitas 80% adalah sebesar 25,7935 m3/s, dan
probabilitas 90% adalah sebesar 14,3702 m3/s.
100
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
250,000
Debit (m3/s)
200,000
150,000
100,000
50,000
0,000
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Probabilitas
• Ambil data Curah Hujan Maksimum tiap bulan dari data BMKG dari ketiga
stasiun yang ditinjau (Notog, Bumijawa, Bumiayu).
• Susun dengan rapih data curah hujan maksimum setiap stasiunnya dalam
jangka waktu sesuai yang ditinjau. Data dapat dilihat pada ketiga tabel
dibawah.
101
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Setelah itu, kita menghitung curah hujan maksimum dari ketiga stasiun yang
berpengaruh kepada DAS menggunakan metode Thiessen. Berikut saya
cantumkan tabel luas pengaruh dari setiap stasiun yang digunakan dan table
hasil perhitungan metode thiessen.
102
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
103
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑘 = 1,345
104
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Setelah curah hujan maksimal diurutkan dari yang paling besar, data
tersebut diubah kedalam bentuk logaritma dengan formula LOG
pada excel.
105
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑘 = 1,345
106
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
|𝑅𝑡 − 𝑅|
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑅
|137,676 − 132,457|
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = = 0,039
132,457
• Setelah mendapatkan error pada 10 tahun yang ditinjau, maka dapat
mencari total dari error 10 tahun dengan menggunakan formula
SUM pada excel. Maka didapatkan total dari error adalah 0,354.
• Berikut tabel hasil perhitungan Distribusi Lognormal
107
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑚
𝑃=
𝑛+1
1
𝑃= = 0,090909
11
• Menghitung periode ulang (Tr) dengan menggunakan rumus :
1
𝑇𝑟 =
𝑃
𝑇𝑟 = 11 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
• Mencari nilai Yt dengan rumus :
𝑇𝑟 − 1
𝑌𝑡 = −ln (−𝑙𝑛 )
𝑇𝑟
11 − 1
𝑌𝑡 = − ln (−𝑙𝑛 ) = 2,351
11
• Didapatkan nilai Yn dan Sn yang konstan dikarenakan data yang
digunakan hanya 10 sampel.
𝑌𝑛 = 0,495
𝑆𝑛 = 0,947 ≈ 0,95
• Akan dicari k untuk distribusi gumbel dengan rumus :
𝑌𝑡 − 𝑌𝑛
𝑘=
𝑆𝑛
2,351 − 0,495
𝑘= = 1,954
0,947
• Setelah mendapatkan k, dapat mencari Rt dengan rumus:
𝑅𝑡 = 𝑅 𝑏𝑎𝑟 + 𝑘. 𝑆𝑅
𝑅𝑡 = 113,312 + 1,954.16,795 = 146,125 𝑚𝑚
• Setelah mendapatkan curah hujan maksimum teori, maka dapat
mencari error nya dengan rumus sebagai berikut :
|𝑅𝑡 − 𝑅|
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 =
𝑅
|146,125 − 132,457|
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = = 0,103
132,457
• Setelah mendapatkan error pada 10 tahun yang ditinjau, maka dapat
mencari total dari error 10 tahun dengan menggunakan formula
SUM pada excel. Maka didapatkan total dari error adalah 0,374
• Berikut tabel hasil perhitungan Distribusi Gumbel
108
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
• Setelah curah hujan maksimal diurutkan dari yang paling besar, data
tersebut diubah kedalam bentuk logaritma dengan formula LOG
pada excel.
Seterusnya akan menggunakan perhitungan tahun 1995, didapatkan
Log R = 2,122
• Rata-rata logaritma curah hujan maksimum dicari dengan
menggunakan fungsi AVERAGE, maka didapatkan :
𝐿𝑜𝑔 𝑅 𝑏𝑎𝑟 = 2,050
• Standar deviasi logaritma curah hujan maksimum dicari dengan
menggunakan fungsi STDEV.S, maka didapatkan:
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑅 = 0,066
• Skewness juga akan dicari untuk distribusi log pearson dengan
menggunakan fungsi SKEW, maka didapatkan :
𝑆𝑘𝑒𝑤 = −0,413
• Menghitung probabilitas Weibull dengan cara :
𝑚
𝑃=
𝑛+1
109
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1
𝑃= = 0,090909
11
• Menghitung periode ulang (Tr) dengan menggunakan rumus :
1
𝑇𝑟 =
𝑃
𝑇𝑟 = 11 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑘 = 1,285
110
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
111
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
= 4,3 ≈ 5
• Menghitung Panjang kelas dengan persamaan sebagai berikut:
1
𝐼𝑛𝑡 = x 100%
𝐾
1
𝐼𝑛𝑡 = x 100% = 20%
5
Maka panjang kelas dibagi setiap 20%. Batas atas dan bawah yang
didapatkan adalah 20%, 40%, 60%, dan 80%.
112
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
113
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
114
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
115
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
116
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝐷 = |𝐹(𝑍) − 𝑃|
𝐷 = |0,127 − 0,0909| = 0,036
• Setelah menghitung data 10 tahun untuk curah hujan maksimum,
selanjutnya dilihat nilai D yang terbesar di antara 10 data tersebut
harus lebih kecil dari nilai keyakinan Kolmogorov-Smirnov dengan
confidence level sebesar 0,05 dan banyak data sebanyak 10 yaitu
0,410. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.
117
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
118
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
119
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑌𝑡 − 𝐿𝑜𝑔 𝑅 𝑏𝑎𝑟
𝐾=
𝑆 𝐿𝑜𝑔 𝑅
Dengan nilai K merupakan nilai k pada hasil perhitungan distribusi
Gumbel sebelumnya, maka :
𝑌𝑡 − 2,050
1,954 =
0,066
𝑌𝑡 = 2,179
• Selanjutnya, Menghitung Tr dengan formula:
𝑇𝑟 − 1
𝑌𝑡 = −ln (−𝑙𝑛 )
𝑇𝑟
𝑇𝑟 − 1
2,179 = − ln (−𝑙𝑛 )
𝑇𝑟
𝑇𝑟 = 9,348
• Selanjutnya, Menghitung F(Z) dengan formula :
1
𝐹(𝑍) =
𝑇𝑟
1
𝐹(𝑍) = = 0,107
9,348
• Menghitung galat (D) dengan menggunakan formula :
𝐷 = |𝐹(𝑍) − 𝑃|
𝐷 = |0,107 − 0,0909| = 0,016
• Setelah menghitung data 10 tahun untuk curah hujan maksimum,
selanjutnya dilihat nilai D yang terbesar di antara 10 data tersebut
harus lebih kecil dari nilai keyakinan Kolmogorov-Smirnov dengan
confidence level sebesar 0,05 dan banyak data sebanyak 10 yaitu
0,410. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut.
120
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
121
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
122
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
123
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dimana R24 yang dihitung merupakan hasil besar curah hujan rencana pada
perhitungan sebelumnya sehingga akan dihitung intensity duration curve untuk
periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100, dan 200 tahun. Perhitungan ini menggunakan
durasi hujan atau t selama 5, 10, 15, 20, 30, 60, 120, 240, 300, 720, dan 1440 menit
dengan rumus mononobe. Contoh perhitungan memakai t=0,083 jam dan R2.
2
𝑅24 24 3
𝐼= x( )
24 𝑡
2
113,312 24 3
𝐼= x( ) = 205,90 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
24 0,083
Berikutnya akan dibentuk grafik IDC terhadap berbagai periode ulang yang
ditunjukkan pada grafik di bawah ini.
124
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
125
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Selain data diatas, dibutuhkan juga perhitungan curah hujan efektif. Untuk
perhitungan curah hujan efektif hanya menggunakan curah hujan dengan periode
ulang 100 tahun dikarenakan pada umumnya target infrastruktur yang dibangun
dapat sampai berumur 100 tahun.
Parameter yang didapatkan akan digunakan dalam perhitungan hidrograf
sebagai berikut.
Tahapan-tahapan dalam menentukan curah hujan efektif adalah sebagai berikut.
126
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
127
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Tb
Tb = × Tp
Tp
Tb = 5 × 8,35
𝑇𝑏 = 41,77 𝑗𝑎𝑚
➢ Menghitung nilai q p
2,08 × A
qp =
Tp × 10
2,08 × 855,11
qp =
8,35 × 10
q p = 21,29 𝑚3 /𝑠
Maka sudah didapatkan parameter-parameter dasar untuk
perhitungan HSS SCS.
128
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
q = 0,03 × 21,29
q = 0,57
➢ Menghitung nilai debit benjir rencana
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑞
129
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
tp
tr =
5.5
7,85
tr =
5.5
t r = 1,43 𝑗𝑎𝑚
130
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1
Tp = t pR + t
2 R
1
Tp = 7,75 + 𝑥1
2
Tp = 8,25 jam
➢ Menentukan nilai q p
Cp
q p = 0,278( )
tp
0,6
q p = 0,278( )
7,85
q p = 0,02
Dengan asumsi nilai Cp sebesar 0,6
➢ Menghitung debit puncak HSS (Qp)
Qp = q p × A
Qp = 0,02 × 855,11
Qp = 18,16
➢ Menghitung nilai 𝜆
Qp × Tp
𝜆=
𝑑 ×𝐴
18,16 × 8,25
𝜆=
1 × 855,11
𝜆 = 0,18
Dengan asumsi nilai d sama dengan 1
➢ Menentukan nilai 𝛼
131
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
➢ Mentukan nilai X
𝑡
𝑋=
Tp
Contoh perhitungan nilai X untuk jam ke-1 sebagai berikut :
1
𝑋=
8,25
𝑋 = 0,12
➢ Mentukan nilai Y
𝑎(1−𝑋)2
𝑌 = 10− X
𝑌 = 0,19
➢ Menetukan nilai Q
𝑄 = 𝑌 𝑥 𝑄𝑝
Contoh perhitungan nilai Q untuk jam ke-1 sebagai berikut :
𝑄 = 0,19 𝑥 18,16
132
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
𝑄 = 3,53
➢ Menghitung nilai debit benjir rencana
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑄
𝑡𝑔 = 0,4 + 0,058 × 𝐿
133
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Dengan menggunakan 𝛼 = 2
134
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
135
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2,4
𝑡
𝑄 = 𝑄𝑝 x ( )
𝑇𝑝
1 2,4
𝑄 = 13,13 x ( ) = 1,72
2,33
➢ Menghitung nilai debit benjir rencana
𝑄𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = ∑ 𝑅𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 𝑄
3.11 Routing
3.11.1 Channel Routing
Langkah perhitungan menggunakan Channel Routing sebagai berikut :
a. Menghitung koefisien C
∆𝑡 − 2𝐾𝑥
𝐶1 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
∆𝑡 + 2𝐾𝑥
𝐶2 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
136
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2𝐾(1 − 𝑥) − ∆𝑡
𝐶3 =
2𝐾(1 − 𝑥) + ∆𝑡
Dengan syarat C1 + C2 + C3 = 1
137
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
dan seterusnya.
c. Menghitung outflow tiap jam dengan nilai debit masuk (inflow)
didapat dari debit Snyder
𝑂 = 𝐶1 𝐼𝑗 + 𝐶2 𝐼𝑗−1 + 𝐶3 𝑂𝑗−1
Contoh perhitungan pada jam ke-4, didapatkan nilai debit Inflow (I),
sebesar 2,36. Maka
𝐶2 𝐼𝑗−1 = 0,61 × 0 = 0
𝐶3 𝑂𝑗−1 = 0,35 × 0 = 0
138
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
139
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
- ∆𝐻 = 0,1 𝑚
- 𝐶 = 3,1
- Lebar Bendung = 13 + 5 × 𝐶𝑂𝑆(112) = 15,28
- Bentuk Reservoir = Setengah Bola
8000+112
- Jari-Jari Reservoir(R) = ( ) = 405,6
20
140
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
3
𝑄 = 𝐶𝑙𝐻 2
3
𝑄 = 3,1 × 15,28 × 0,12
𝑄 = 1,5
1 2
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒 = 𝜋𝐻 ′ (3𝑅 − 𝐻 ′ )
3
1
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒 = 𝜋 × 2002 × (3 × 405,6 − 200)
3
𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒 = 42597141,33
141
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1
𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝜋(𝐻 ′ + 𝐻)2 × (3𝑅 − (𝐻 ′ + 𝐻)) − 𝑉𝑏𝑎𝑠𝑒
3
1
𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 = 𝜋(200 + 0,1)2 × (3 × 405,6 − (200 + 0,1)) − 42597141,33
3
𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒 = 38414,27
d. Menghitung 2S/Δt + O
Untuk perhitungan pada waktu ke-1 :
2𝑆 2 × 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑎𝑔𝑒
+𝑂 = + 𝑄𝑜𝑢𝑡𝑓𝑙𝑜𝑤
∆𝑡 ∆𝑡
2𝑆 2 × 38414,27
+𝑂 = + 1,5
∆𝑡 3600
2𝑆
+ 𝑂 = 22,84
∆𝑡
142
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
120
100
80
60
40
20
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
-20
2s/delta t +O (m^3/s)
143
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
dan seterusnya.
2𝑆
g. Menentukan ∆𝑡 + 𝑂
2𝑆 2𝑆
( + 𝑂) = 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤𝑗 + 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤𝑗−1 + ( − 𝑂)
∆𝑡 𝑗 ∆𝑡 𝑗−1
144
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
2𝑆 2𝑆
( − 𝑄𝑜𝑢𝑡 )𝑗 = ( + 𝑄𝑜𝑢𝑡 )𝑗 − 2 × 𝑄𝑜𝑢𝑡 𝑗
∆𝑡 ∆𝑡
2𝑆
( − 𝑄𝑜𝑢𝑡 )𝑗 = 1464,83 − 2 × 18,29 = 1428,25
∆𝑡
145
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Lalu juga dibuat grafik perbandingan antara Debit Inflow dan Debit
Outflow. Perbandingan dilakukan untuk melihat apakah kondisi data sudah
ideal. Diperoleh grafik perbandingan debit seperti berikut :
146
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
1800,00
1600,00
1400,00
1200,00
Inflow
1000,00 (m3/s)
Debit
800,00 Outflow
600,00 (m3/s)
400,00
200,00
0,00
0 20 40 60 80 100 120
-200,00
Waktu
𝑄𝑜𝑢𝑡𝑓𝑙𝑜𝑤 1414,16
= = 0,9090 = 90,9%
𝑄𝑖𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤 1555,66
147
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
BAB IV
RESUME
Penulis memulai pengerjaan tugas besar SI-2231 Rekayasa Hidrologi
dimulai dengan diberikan data mengenai nama sungai, debit sungai, koordinat
sungai, beserta luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditinjau oleh asisten tugas
besar terkait. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan delineasi pada DAS.
Delineasi DAS dilakukan dengan menggunakan aplikasi Global Mapper, QGIS,
dan AUTOCAD. Global Mapper digunakan untuk mengolah data peta sebelum
mencari DAS-nya, dimulai dengan pemberian tampilan peta Pulau Jawa, dan
setelah melalui serangkaian tahapan, output dari penggunaan aplikasi ini adalah
tampilan peta dan potongan peta yang sesuai dengan koordinat yang telah
diberikan. Penggunaan koordinat yang diberikan dalam bentuk UTM (Universal
Transverse Mercator) harus dikonversi menjadi tipe Geographic untuk dapat diolah
dalam aplikasi Global Mapper. Kemudian, file potongan peta tersebut disimpan
dalam bentuk ekstensi DEM untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan
aplikasi QGIS. Bentuk potongan peta dapat dilihat pada Gambar 3.10. Selanjutnya,
QGIS akan memproses file DEM yang diperoleh dari Global Mapper. Pada QGIS,
akan didapatkan bentuk DAS sesuai bidikan koordinat yang dimiliki, beserta data
luas sungai yang dibidik. Dalam tahapan ini, terdapat syarat bahwa luas sungai hasil
bidikan pada QGIS harus berada pada rentang galat sebesat 5% dari luas sungai
yang asli agar dapat diterima. Didapatkan bahwa Sungai Pemali memiliki luas asli
sebesar 855,90 km2 , sedangkan luas Sungai Pemali berdasarkan bidikan adalah
872,01 km2 . Kemudian, potong dan simpan bentuk DAS yang telah diolah dalam
bentuk ekstensi DXF untuk selanjutnya diolah pada aplikasi AUTOCAD. Bentuk
dan data parameter DAS termasuk luas DAS dapat dilihat pada Gambar 3.26.
148
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
hujannya terdapat tahun yang sama dengan data stasiun pengamatan debit seperti
yang telah diberikan di awal. Penulis memilih 3 Stasiun hujan untuk DAS yang
sudah ditentukan, yaitu Stasiun Bumiayu, Stasiun Bumijawa dan Stasiun Notog.
Selanjutnya, dengan melakukan langkah-langkah dalam pembuatan Poligon
Thiessen, didapatkan bentuk Poligon Thiessen DAS dengan 3 stasiun hujan
memiliki luas pengaruhnya masing-masing yang dapat dilihat pada Gambar 3.34.
149
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Cilacap ini dirasa cukup dekat dengan DAS yang ditinjau. Perhitungan
evapotranspirasi dilakukan dengan menggunakan metode Modified Penman karena
metode ini memiliki tingkat ketelitian yang relatif tinggi dikarenakan memiliki
cakupan data meteorologi yang lebih lengkap dibanding dengan metode lain.
150
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
dianggap tidak cocok dikarenakan Dmaks yang dimiliki melebihi Dmaks kritis.
Selanjutnya dipilih distribusi dengan error terkecil yang dapat dilihat pada Tabel
3.58. Distribusi tersebut adalah distribusi Normal dengan error sebesar 4,977%.
151
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
Routing ini juga dilakukan untuk mengetahui besar pengurangan nilai debit
puncak dan lag time yang dibutuhkan hujan untuk memengaruhi debit pada daerah
tersebut jika terjadi banjir atau tidak.
152
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
BAB V
1. Debit sintetis Daerah Aliran Sungai Pemali Juana-Pemali Notog untuk setiap
bulannya selama 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 3. 27.
2. Nilai debit banjir rencana pada Daerah Aliran Sungai Citarum-Majalaya
berdasarkan Metode SCS terdapat pada Tabel 3. 63, untuk Metode terdapat
pada Tabel 3. 66, dan untuk Metode Nakayasu terdapat pada tabel Tabel 3.
68.
3. Hubungan debit masuk dan debit keluar dari channel routing yang telah
didesain terdapat pada Tabel 3. 71 dan visualisasinya pada Gambar 3. 57,
sedangkan untuk reservoir routing yang telah didesain terdapat pada Tabel 3.
75 dan visualisasinya pada Gambar 3. 60
5.2 Saran
Untuk kedepannya, dapat meninjau DAS yang terdapat stasiun hujan dan stasiun
meteorologi di dekat DAS tersebut, tentunya stasiun tersebut datanya tidak hilang
agar hasil yang didapatkan di akhir tugas besar reliable dengan keadaan
sebenarnya.
153
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia. 2019, “Daerah Aliran Sungai”. Diakses dari
http://www.statistikolahdata.com/2013/04/analisis-chi-square.html,
diakses pada 9 April 2020 pada pukul 20.15 WIB.
http://j2-fajar-fa.blogspot.com/2016/12/daerah-aliran-sungai-DAS-
lengkap.html. Diakses pada 28 Februari 2020 pada pukul 19.00 WIB.
154
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
https://media.neliti.com/media/publications/127408-ID-analisis-data-curah-hujan-
yang-hilang-de.pdf, diakses pada 13 Maret 2020 pada pukul 19.25 WIB.
155
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
LAMPIRAN
LAMPIRAN I CURAH HUJAN RATA-RATA BULANAN DAS
156
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
157
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
158
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
159
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
160
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
161
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
162
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
163
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
164
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
165
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
166
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
167
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
168
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
169
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
170
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
171
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
172
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
173
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
174
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
175
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
176
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
177
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
178
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
179
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
180
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
181
Shalahuddin Akmal - 15019112
SI-2231 Rekayasa Hidrologi
182
Shalahuddin Akmal - 15019112