REKAYASA PELABUHAN
GELOMBANG DAN PASANG SURUT AIR LAUT
Disusun Oleh :
TUGAS BESAR
REKAYASA PELABUHAN
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
Dosen Pengampu
Diketahui Oleh :
Ketua Prodi S1 Teknik Sipil
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan laporan ini.
Guna memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Rekayasa Pelabuhan di
Universitas Sangga Buana YPKP Bandung
Laporan ini disusun berdasarkan materi yang telah kami dapat di bangku
perkuliahan Rekayasa Pelabuhan. Laporan ini di susun oleh kami selaku penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Karena keterbatasan kami dalam pertemuan maupun dalam
pengumpulan data. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan Yang Maha Esa akhirnya laporan ini dapat terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Sangga Buana. Kami sadar bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya,
Bapak Doni Romdhoni Witarsa, ST., MT. kami meminta segala macam
komentar, saran, kritik dan pertanyaan-pertanyaan guna menyempurnakan laporan
ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
2.1 Gelombang.....................................................................................................3
2.2 Wavelet...........................................................................................................4
1.Refraksi........................................................................................................5
2.Refleksi........................................................................................................5
3.Difraksi........................................................................................................6
ii
3.1 Lokasi Penelitian.....................................................................................11
3.2 Data.........................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................16
4.2 Gelombang...................................................................................................17
4.2.4 Fetch......................................................................................................22
BAB V PENUTUP................................................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................32
5.2 Saran........................................................................................................34
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Wavelet Ricker dengan minimum, zeo dan maximum phase..............4
Gambar 2.2 Refraksi gelombang.............................................................................5
Gambar 2.3 Refleksi gelombang..............................................................................6
Gambar 2.4 Difraksi gelombang di belakang rintangan..........................................7
Gambar 2.5 Berbagai jenis breakwater sisi tegak....................................................8
Gambar 2.6 Breakwater sisi miring.........................................................................8
Gambar 3.1 Peta Lokasi………….………………………………………………11
Gambar 4.1 Pantai..................................................................................................16
Gambar 4.2 Batas Garis Pantai..............................................................................17
Gambar 4.3 Gelombang Laut.................................................................................18
Gambar 4.4 Constructive Wave.............................................................................19
Gambar 4.5 Destructive Wave...............................................................................19
Gambar 4.6 Capillary Wave...................................................................................20
Gambar 4.7 Sketsa Definisi Gelombang................................................................21
Gambar 4.8 Hindcasting Gelombang.....................................................................22
Gambar 4.9 Distribusi Tinggi Gelombang.............................................................23
Gambar 4.10 Faktor koreksi beda suhu di laut dan di darat. Sumber : SPM’ 84...24
Gambar 4.11 Hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat Sumber :
SPM’84..................................................................................................................24
Gambar 4.12 Pasang Surut.....................................................................................27
Gambar 4.13 Elevasi Muka Air Laut.....................................................................29
iii
DAFTAR TABEL
1
1.3 Rumusan Masalah
1 Apa saja klasifikasi gelombang?
2 Bagaimana caramendapatkan besaran jenis pasang surut menggunakan
metode Admiralty?
3 Bagaimana cara menentukan elevasi muka air laut di pantai?
1.4 Batasan Masalah
1. Data yang diambil yaitu data sekunder, data yang digunakan berupa
pasang surut dalam 2 bulan ( Mei dan Juni 2013 dengan koordinat 3°
47' 30" S - 102° 15' 04" T).
2. Data pasang surut yang diperoleh dihitung berdasarkan metode
admiralty
3. Penelitian dilakukan di perairan Kabupaten Bengkulu Tengah
2
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/ grafik sinusoidal. Salah satunya
gelombang laut yang disebabkan oleh angin, angin di atas lautan mentransfer
energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/ bukit, dan berubah menjadi
apa yang kita sebut sebagaigelombang.
Ada dua tipe gelombang, ditinjau dari sifat-sifatnya yaitu :
Gelombang pembangun/ pembentuk pantai (Constructivewave).
Gelombang perusak pantai (Destructivewave).
3
2.2. Wavelet
Wavelet adalah gelombang yang berukuran lebih kecil dan pendek bila
dibandingkan dengan sinyal pada sinusoidal pada umumnya, di mana
energinya terkonsentrasi pada selang waktu tertentu yang digunakan sebagai
alat untuk menganalisa transien, non-stasioneritas, dan fenomena varian
waktu. Metode untuk menganalisis gelombang sinyal yang terlokalisir dapat
menggunakan wavelet transformation.
Gambar 2.1 Wavelet Ricker dengan minimum, zeo dan maximum phase.
2.3. DeformasiGelombang
4
1. Refraksi
2. Refleksi
5
Gambar 2.3 Refleksi gelombang
3. Difraksi
6
Gambar 2.4 Difraksi gelombang di belakang rintangan
7
Gambar 2.5 Berbagai jenis breakwater sisi tegak
8
persamaan gelombang adalah sebagai berikut.
1) Zat cair adalah homogen dan tidak termampatkan, sehingga rapat
masa adalah konstan.
2) Tegangan permukaandiabaikan.
3) Gaya coriolis ( akibat perputaran bumi di abaikan ).
4) Tekanan pada permukaan air adalah seragam dankonstan.
5) Zat cair adalah ideal, sehingga berlaku aliran takrotasi.
6) Dasar laut adalah horizontal, tetap dan impermeable sehingga
kecepatan vertikal di dasar adalahnol.
7) Amplitudo gelombang kecil terhadap panjang gelombang dan
kedalaman air.
9
C. Persamaan gelombang hyperbola
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2. Data
Data berupa data pasang surut dalam kurun waktu 2 (dua) bulan, yaitu
bulan Mei dan bulan Juni 2013 dengan koordinat stasiun pengamatan pada
03° 47' 30" S - 102° 15' 04" T, terletak di stasiun Pulau Baai. Data diperoleh
dari instansi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun
11
Bengkulu, berupa data sekunder. Peta lokasi wilayah penelitian, dan data
lainnya yabng diperluka juga dihimpun dari instansi-instansi terkait. Kajian
penelitian sebelumnya juga Fadilah et al, Menentukan Tipe Pasang 3
diperlukan sebagai tambahan pengetahuan dan referensi.
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data
pengamatan pasang surut air laut sesaat dan data pengamatan GPS
kinematik di kapal. Sedangkan data sekundernya yaitu nilai undulasi
yang didapatkan dari model geoid global dan data navigasi serta orbit
yang digunakan untuk koreksi perhitungan data pengamatan GPS.
Peralatan dalam penelitian penelitian ini meliputi perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras yang digunakan diantaranya adalah GPS
geodetik tipe Topcon Hyper Pro, digunakan untuk pengamatan GPS metode
kinematik di kapal. Dalam pengamatan GPS terdiri dari base dan rover,
agar dalam pengolahan data GPS dapat dilakukan secara diferensial.
Selain menggunakan GPS, dalam pengamatan pasut juga menggunakan
palem pasut yang dipasang di pinggir dermaga. Palem pasut digunakan
untuk pengamatan pasut secara langsung. Perangkat lunak yang dipakai
terdiri dari perangkat lunak pengolahan data dan perangkat lunak penyajian
hasil pengolahan data. Dalam pengolahan data, perangkat lunak yang
digunakan adalah aplikasi pengolahan data GPS yaitu RTKLIB versi
2.4.2. Sedangkan untuk pengolahan data EGM2008 menggunakan
perangkat lunak Force versi 2.0.9p. Perangkat lunak tersebut dipakai untuk
mendapatkan nilai mentah data pengukuran, untuk proses lebih lanjutnya
menggunakan Matlab R2013a.
12
pengamatan masih berupa data asli yang dihasilkan oleh receiver GPS.
Sehingga data pengamatan tersebut harus dikonversi kedalam bentuk
Receiver Independent Exchange Format (RINEX) agar dapat diproses pada
RTKLIB. Dalam pemrosesannya, data yang diperlukan adalah data RINEX
base dan rover. Data tambahan untuk pengolahan RINEX GPS adalah
informasi navigasi (*.n) dan orbit satelit (*.sp3). Hasil dari pengolahan
data RINEX GPS berupa koordinat lintang, bujur, dan tinggi ellipsoid dari
receiver GPS yang berada di kapal. Koordinat tersebut merupakan
koordinat sepanjang jalur pemeruman. Proses pengolahan data selanjutnya
adalah pengolahan data EGM2008. Hasil dari pengolahan data EGM2008
adalah nilai undulasi pada tiap titik koordinat jalur pemeruman. Informasi
yang diperlukan untuk mendapatkan nilai undulasi adalah koordinat
lintang dan bujur yang dihasilkan dari pengolahan data RINEX GPS
sebelumnya. Perangkat lunak yang digunakan adalah Force versi 2.0.9p,
untuk menjalankannya menggunakan script yang sudah disediakan oleh
penyedia data EGM2008. Informasi undulasi ini diperlukan untuk mereduksi
nilai tinggi ellipsoid yang dihasilkan GPS menjadi tinggi orthometrik,
relatif terhadap model geoid EGM2008. Penentuan tinggi pasut GPS
dilakukan relatif terhadap base GPS menggunakan script Matlab. Script
Matlab merupakan sebuah program yang berisi algoritma perhitungan pasut
GPS yang nantinya dijalankan di perangkat lunak Matlab. Nilai tinggi
ellipsoid base dan rover yang telah direduksi menjadi tinggi orthometrik
kemudian dicari nilai beda tingginya. Nilai beda tinggi (dH) kemudian
direduksi dengan nilai tinggi titik base terhadap nol rambu pasut. Nilai dH
yang telah tereduksi ini yang digunakan sebagai nilai pasut yang diamati oleh
GPS. Dalam pengolahan data pasut GPS, hal yang menjadi tantangan
adalah jumlah data yang dihasilkan. Pengamatan pasut menggunakan GPS
akan menghasilkan data dengan interval pengamatan mencapai 1Hz atau
dengan kata lain setiap detik akan merekam data. Sedangkan data
pengamatan pasut sesaat interval pengamatan paling cepat yaitu 5 menit.
Untuk mengatasi ketimpangan interval tersebut maka dalam pemrosesan
data pasut GPS diperlukan proses penyaringan dan penghalusan terhadap
13
data tersebut. Dimana setelah dilakukan penyaringan dan penghalusan
diharapkan data dan grafik yang dihasilkan akan mendekati pengamatan
pasut sesaat. Metode penyaringan dan penghalusan data pasut GPS
menggunakan Moving Average Filtering. Metode ini merupakan
penyaringan data menggunakan rata–rata data sepanjang rentang data yang
telah ditentukan, dengan rentang data harus bilangan ganjil .
Dalam pendefinisian tinggi muka air laut menggunakan GPS perlu
adanya komponen vertikal yang digunakan untuk reduksi nilai tinggi
ellipsoid yang didapatkan menggunakan GPS. Komponen vertikal tersebut
didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan dan hasil dari
pengolahan data sekunder. Berdasarkan Gambar 2.3, komponen vertikal
terbagi menjadi dua yaitu komponen di kapal dan komponen di stasiun base
GPS, sebuah model separasi sederhana dapat didefinisikan dengan menarik
rambu pasut menggunakan sipat datar ke titik base. Model separasi
sederhana merupakan selisih antara ellipsoid dengan chart datum. Penentuan
model separasi sederhana ini umumnya hanya berlaku untuk wilayah lokal
saja, karena model separasi yang ditentukan hanya berada satu titik
dengan asumsi nilai variasi geoid dan topografi permukaan laut minimum .
Dalam penentuan tinggi muka air laut pada penelitian penelitian ini
dilakukan relatif terhadap titik base, sehingga model separasi sederhana
tidak dipakai dalam perhitungan, tetapi nilai tinggi titik base terhadap nol
rambu pasut yang dipakai dalam perhitungan. Tinggi base terhadap nol
rambu pasut (ZBM) didapatkan dari pengukuran sipat datar. Untuk dapat
menentukan tinggi ellipsoid titik BM maka perlu mengetahui tinggi
antenna pada base (Zant.B). Sehingga tinggi ellipsoid BM dapat dihitung
dengan persamaan.
Sedangkan untuk mendapatkan tinggi ellipsoid permukaan air, perlu
adanya informasi tinggi antenna dari permukaan air. Tinggi antenna rover ke
permukaan air diasumsikan tetap, dengan kata lain tidak terpengaruh oleh
gerakan kapal dan pengaruh dinamika laut lainnya. Sehingga dapat ditulis
dalam persamaan.
14
Informasi undulasi diperlukan unutk mengubah tinggi ellipsoid
menjadi tinggi orthometrik. Nilai undulasi didapatkan dari model geoid
global EGM2008, sehingga tinggi orthometrik yang didapatkan
merupakan tinggi orthometrik relatif terhadap EGM2008. Nilai undulasi
yang diperlukan meliputi undulasi di titik base dan unduasi di tiap titik rover.
Sehingga untuk menghitung beda tinggi base dengan rover menggunakan
persamaan.
Nilai beda tinggi (dH) memiliki nilai yang berbeda dengan pasut
pengamatan. Acuan dari dH merupakan titik BM/base sedangakan acuan
pasut pengamatan adalah nol rambu pasut. Maka untuk dapat menyamakan
acuan antara pasut GPS dengan pasut pengamatan perlu informasi beda
tinggi antara rambu pasut dengan BM (ZBM). Sehingga pasut GPS relatif
terhadap titik base dapat dihitung dengan persamaan.
Selain itu untuk mengetahui keakuratan terhadap pasut pengamatan palem,
maka perlu dihitung nilai RMSE (Root Mean Squared Error) dengan rumus.
15
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pantai
16
Gambar 4.2 Batas Garis Pantai
4.2. Gelombang
Gelombang laut adalah satu fenomena alam yang sering terjadi di laut.
Gelombang laut merupakan peristiwa naik turunnya permukaan laut secara
vertikal yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
17
Gambar 4.3 Gelombang Laut
18
Gambar 4.4 Constructive Wave
19
disebabkan karena tegangan permukaan dan tiupan angin yang tidak
terlalu kuat. Gelombang angin (seas/wind wave), merupakan
gelombang dengan panjang gelombang mencapai 130 meter, periode
0,2-0,9 detik, dan disebabkan oleh :
Angin kencang.
Gelombang Alun (Swell wave), merupakan gelombang yang panjang
gelombangnya dapat mencapai ratusan meter, periodenya sekitar 0,9 –
15 detik, dan disebabkan oleh angin yang bertiup lama.
Gelombang Pasang Surut (Tidal Wave), merupakan gelombang yang
panjang gelombangnya dapat mencapai beberapa kilometer,
periodenya antara 5 – 25 jam, dan disebabkan oleh ?uktuasi gaya
gravitasi matahari dan bulan.
20
Gambar 4.7 Sketsa Definisi Gelombang
21
Gambar 4.8 Distribusi Tinggi Gelombang
4.2.4 Fetch
Fetch adalah daerah pembangkit gelombang laut yang dibatasi oleh
daratan yang mengelilingi laut tersebut. Daerah fetch adalah daerah dengan
kecepatan angin konstan. Sedangkan jarak fetch merupakan jarak tanpa
rintangan dimana angin sedang bertiup. Arah fetch bisa datang dari segala arah,
yang besarnya dapat dihitung sebagai berikut :
Σ Fcos α
Feff = ……………….....……….(1)
Σ cos α
dimana :
Feff : Fetch efektif
F : Panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke
ujung akhir fetch.
α : Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan
pertambahan 6º sampai sudut sebesar 42º pada kedua sisi dari arah angin.
22
Koreksi Elevasi Kecepatan angin yang digunakan adalah kecepatan angin
yang diukur pada elevasi 10 meter. Jika data angin didapat dari
pengukuran pada elevasi yang lain (misalnya y meter), maka dapat
dikonversi dengan persamaan :
1
10
U (10 )=U (Y )( ) 7 ………………...........(2)
Y
Dimana :
U(10) = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m.
y = Ketinggian pengukuran angin (y < 20 m)
Koreksi Stabilitas Koreksi ini diperlukan, jika terdapat perbedaan
temperatur antara udara dan air laut. Besarnya koreksi dilambangkan
dengan RT, dimana :
U=RT×U10 ………….............................(3)
Jika tidak terdapat perbedaan data temperature, maka RT = 1.1 (SPM’88, hal
330)
Gambar 4.9 Faktor koreksi beda suhu di laut dan di darat. Sumber : SPM’
84
Koreksi Lokasi Pengamatan Jika data angin yang dimiliki adalah data
angin pengukuran di darat, perlu dilakukan koreksi untuk mendapatkan
nilai kecepatan di laut. Faktor koreksi dilambangkan dengan RL, yang
nilainya disajikan Gambar 2. Di dalam gambar tersebut, Uw adalah
kecepatan angin di atas laut, sedangkan UL adalah kecepatan angin di
23
darat. Apabila data kecepatan angin disuatu perairan memerlukan
penyesuaian atau koreksi terhadap elevasi, koreksi stabilitas dan efek
lokasi maka dapat digunakan persamaan:
U=RT×RL×U10………………………………………(4)
Gambar 4.10 Hubungan antara kecepatan angin di laut dan di darat Sumber
: SPM’84
24
menjalar tanpa dipengaruhi oleh dasar laut. Pada daerah transisi dan dangkal,
penjalaran gelombang dipengaruhi oleh kedalaman perairan. Sedangkan
difraksi gelombang dapat terjadi apabila tinggi gelombang di suatu titik pada
garis didekatnya yang mengakibatkan perpindahan energi sepanjang puncak
gelombang ke arah tinggi gelombang yang lebihkecil.
Gelombang pecah berbeda bentuknya, pada prinsipnya tergantung pada
tinggi dan periode gelombang serta perubahan kemiringan laut. Bentuk
gelombang pecah diklasifikasikan menjadi empat kategori (Iversen, 1952;
Hayami, 1958; Wiegel, 1964; Galvin, 1968, 1972) dalam Horikawa (1988),
yaitu spilling, plunging, surging dan collapsing. Triatmodjo (1999)
menyatakan bahwa gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringan, yaitu
perbandingan antara tinggi dan panjang gelombang. Di laut dalam
kemiringan gelombang maksimum, sedangkan gelombang mulai tidakstabil.
Posisi dengan kemiringan tersebut, kecepatan partikel di puncak
gelombang sama dengan kecepatan rambat gelombang. Kemiringan yang
lebih tajam dari batas maksimum menyebabkan kecepatan partikel di
puncak gelombang lebih besar dari kecepatan rambat gelombang, sehingga
terjadi ketidakstabilan. Pergerakan gelombang menuju laut dangkal
tergantung dari kedalaman relatif d/L dan kemiringan laut m. Gelombang dari
laut dalam bergerak menuju pantai bertambah kemiringannya sampai tidak
stabil dan pecah pada kedalaman tertentu, disebut kedalaman gelombang
pecah (db) Munk (1949) dalam Triatmodjo(1999).
Pada pertumbuhan gelombang laut dikenal beberapa istilah seperti :
1. Fully developed seas, kondisi di mana tinggi gelombang mencapai harga
maksimum (terjadi jika fetch cukuppanjang).
2. Fully limited-condition, pertumbuhan gelombang dibatasi oleh fetch.
Dalam hal ini panjang fetch (panjang daerah pembangkit angin) dapat
dibatasi oleh garis pantai atau dimensi ruang dari medanangin
3. Duration limited-condition, pertumbuhan gelombang dibatasi oleh
lamanya waktu dari tiupanangin
4. Sea waves, gelombang yang tumbuh di daerah medan angin. Kondisi
gelombang di sini adalah curam yaitu panjang gelombang berkisar antara
25
10 sampai 20 kali lebih tinggigelombang
5. Swell waves (swell), gelombang yang tumbuh (menjalar) di luar medan
angin. Kondisi gelombang di sini adalah landai yaitu panjang gelombang
berkisar antara 30 sampai 500 kali tinggi gelombang, (Ningsih2000).
Pada umumnya bentuk gelombang di alam adalah sangat rumit dan sulit
digambarkan secara matematis (Triatmodjo, 1999; CHL, 2002). Kerumitan
tersebut akibat perambatan yang tidak linier, tiga dimensi dan mempunyai
bentuk yang acak (suatu deret gelombang mempunyai tinggi dan periode
berbeda). Beberapa teori yang ada hanya menggambarkan bentuk
gelombang yang sederhana dan merupakan pendekatan gelombang alam.
Ada beberapa teori dengan berbagai kerumitan dan ketelitian untuk
menggambarkan gelombang di alam, diantaranya adalah teori Airy, Stokes,
Gerstner, Mich, Knoidal, dan teori gelombang tunggal (solitari wave). Teori
gelombang Airymerupakan gelombang amplitudo kecil, sedang teori yang
lain adalah gelombang amplitudo terbatas (finite amplitudewaves).
Pengembangan pemahaman gelombang yang lebih lanjut adalah
menentukan spektrum gelombang, yang menyatakan permukaan laut nyata
sebagai superposisi dari sejumlah besar gelombang yang menjalar dengan
periode, amplitudo, dan arah yang berbeda-beda (Bowden, 1983 dalam
Massel, 1994). Bila distribusi energi gelombang hanya tergantung pada
frekwensi, maka distribusi energi tersebut dinamakan spektrum searah atau
spektrum frekwensi. Spektrum ini dikemukakan berdasarkan pada
pengamatan gelombang laut. Spektrum gelombang laut kadang-kadang
memiliki pola yang sangat rumit dimana terlihat spektrum frekwensi yang
memliki puncak lebih dari satu. Bentuk spektrum ini merupakan respon dari
sejumlah mekanisme. Salah satunya adalah superposisi beberapa sistem
gelombang yang mendekati titik pengamatan. Spektrum yang umum dikenal
antara lain spektrum Pierson-Moskowitz (1964), spektrum
Bretschneider(1959),spektrumGoda(1985),danspektrumJONSWAP(1973).
26
4.3 Pasang Surut
27
Nilai setiap parameter pasang surut disajikan pada tabel berikut.
Komponen Interval pengamatan
Pasang Surut setiap jam
Utama Periode Kecepatan Kategori
(jam) sudut
(°/jam)
M2 12,42 28,98 Semidiurnal
S2 12,00 30,00 Semidiurnal
N2 12,66 28,44 Semidiurnal
K2 11,97 30,08 Semidiurnal
K1 23,93 15,04 Diurnal
O1 25,82 13,94 Diurnal
P1 24,06 14,96 Diurnal
M4 6,21 57,96 Periode Panjang
MS4 6,10 58,98 Periode Panjang
S4 6 60,00 Periode Panjang
28
O 1+ K 1
F=
M 2 + S2
Hasil perhitungan bilangan Form di atas selanjutnya di klasifikasikan
dalam tabel untuk melihat jenis pasang surut suatu perairan.
Bilangan Form Jenis Pasang Surut
0.00 < F < 0.25 Pasang surut harian ganda
0.25 < F < 1.5 Pasang surut campuran, condong harian ganda
Pasang surut campuran, condong harian
1.5 < F < 3
tunggal
F>3 Pasang surut harian tunggal
Tabel 4.3 Jenis Pasang Surut
29
yang dicapai pada saat air surut dalam satu siklus
pasangsurut.
c) Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL),
adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 18,6tahun.
d) Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL),
adalah rerata dari muka air rendah selama periode 18,6tahun.
e) Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air
rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air
rendahrerata.
f) Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL),
adalah air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau
bulanmati.
g) Muka air rendah terendah (lowest low
waterlevel,LLWL),adalahairterendah pada saat pasang
surut purnama atau bulanmati.
h) Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air
tinggi dalam satu hari, seperti dalam pasang surut tipe
campuran.
i) Lower low water level, adalah air terendah dari dua air
rendah dalamsatu hari.
Elevasi yang cukup penting yaitu muka air tinggi tertinggi dan
muka air rendah terendah. Muka air tinggi tertinggi sangat
diperlukan untuk perencanaan bangunan pantai, sedangkan mua
air rendah terendah sangat diperlukan untuk perencanaan
pembangunan pelabuhan.
Elevasi muka air rencana dapat ditentukan menggunakan
komponenpasang surut melalui perhitungan rumus-rumus
sebagai berikut:
MSL = S0
HHWL = S0 + Z
MHW = Z0 + (M2+S2)
30
L
LLWL = S0 – (M2 +S2 + N2 + K1 + O1 + P1 + M4 +
MS4)
MLWL = Z0 – (M2 + S2)
Z0 = M2 + S2 + N2 + K2 + K1 + O1 + P1 + M4 +
MS4
31
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
A. Klasifikasi Gelombang
a. Berdasarkan sifatnya, ada dua macam gelombang laut, yaitu :
1. Gelombang Laut Pembangun/Pembentuk Pantai (Constructive
Wave), merupakan gelombang yang ketinggiannya kecil
kecepatannya rendah, dan saat gelombang tersebut pecah di
pantai akan mengangkut sedimen (material pantai).
2. Gelombang Laut Perusak Pantai (Destructive wave),
merupakan gelombang laut dengan ketinggian dan kecepatan
rambat yang besar, dan ketika gelombang ini menghantam
pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan
mengangkut material pantai ke tengah laut.
32
B. Cara mendapatkan besaran jenis pasang surut menggunakan metode
Admiralty
33
5.2 Saran
Dengan mengenal lebih mengenai gelombang laut diharapkan akan
menambah wawasan kami sebagai penyusun, dan sarannya apabila ada
pengetahuan dan penelitaina yang terbaru mengenai gelombang laut mohon
bisa diberitakan kepada mahasiswa.
34
DAFTAR PUSTAKA