KARYA REFERAT
Disusun oleh:
HUSNAN ABIYYU HARIS
16/395080/TK/44372
Dosen Pembimbing:
I Gde Budi Indrawan, S.T., M. Eng., Ph.D
YOGYAKARTA
NOVEMBER
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA REFERAT
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkah dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan
referat ini tepat pada waktunya. Karya referat ini berjudul “Analisis Kestabilan
Lereng Clay shale pada Jalan” dan disusun guna memenuhi mata kuliah referat
serta sebagai pemenuhan salah satu syarat kurikulum wajib program studi strata 1
Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.
Selebihnya, tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, oleh sebab itu
penulis menyadari ada banyak kekurangan dalam karya referat ini, yang masih
memerlukan kritik dan saran dari pembaca sebagai perbaikan untuk yang akan
datang. Akhir kata, semoga karya referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
SARI................................................................................................................................viii
BAB I .................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
BAB IV.............................................................................................................................22
iv
IV.2 Continuum Modelling ..........................................................................22
V.3 Land evolution and slope instability in the Bisaccia area, Southern
Apennines (L. Picarelli, G. Urciuoli, A. Mandolini, M. Ramondini, 2006) .............35
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar III 1 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan lemah berlumpur (Stead, 2015) ................. 20
Gambar III 2 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986) ............................................... 20
Gambar IV 1 Perkembangan pelunakan regangan yang berbeda-beda setiap bagian (after Sainsbury
and Sainsbury 2013)......................................................................................... 22
Gambar V. 1 Kegagalan lereng pada lapisan embankment clay shale KM 97+500 (Irsyam et al., 2006) ..... 30
Gambar V. 4 Hasil dari kestabilan lereng setelah pemasangan bored piles (SF>1,3) ..................... 33
Gambar V. 5 Geological history of the Bisaccia hill according to Di Nocera et al. (1995)................ 35
Gambar V. 6 Landslides in clay shale along steep slopes:(a) a deep slide affecting the hillslope; (b) a
vi
DAFTAR TABEL
Tabel III 1. Klasififikasi shales yang kompak dan tersementasi, Modifikasi Yagiz (2001)........................ 19
Tabel III 2. Sifat Ketenikan dari clay shales (Bell, 2000) .................................................................... 19
Tabel V. 1 Hasil Perbandingan Analisis Stabilitas Lereng (Syafiq dan Luluk, 2013) ............................... 26
vii
SARI
Kestabilan lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan
yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan
galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia, keamanan peralatan
serta kelancaran produksi. Keadaan ini berhubungan dengan terdapat dalam
bermacam-macam jenis pekerjaan, misalnya pada pembuatan jalan, bendungan,
penggalian kanal, penggalian untuk konstruksi, penambangan dan lain -lain.
Pada konstruksi jalan, umum dijumpai adanya tumpukan clay shale dan sangat
umum dijumpai di Indonesia. Clay shale memiliki peran penting dalam stabilitas
lereng, baik secara alami maupun direkayasa. Kompleksitas terminologi dan
klasifikasi clay shale pertama kali ditinjau diikuti dengan kajian singkat dari
pentingnya sifat fisik dan mekanik yang relevan dengan stabilitas lereng serpih.
Mekanisme stabilitas lereng serpih bervariasi serta diuraikan dan
kepentingannya disorot mengacu pada kegagalan lereng serpih internasional
seperti contoh pada bahu jalan. Oleh karena itu diperlukan tinjauan stabilitas
lereng menggunakan diantara metode-metode anilisis kestabilan lereng yaitu
meteode Fellenius, metode Bishop, maupun metode kesetimbangan batas
hingga mendapat nilai safety factor serta dilakukan analisis lanjut menggunakan
software seperti Plaxis.
viii
I
ix
BAB I
PENDAHULUAN
karena sifat dan karakteristik tanah maupun batuan sangat dipengaruhi oleh
material penyusun yang memiliki ikatan kuat sementara tanah terbentuk karena
lempung yang memiliki diameter lebih kecil dari 74 mikron meter. Tekstur butir
penyusunnya adalah partikel halus berukuran dari 0,001 – 0,1 mm. Batuan ini
besar seperti breksi dan konglomerat. Sedangkan golongan butiran halus seperti
batu serpih (clay shale), batu lanau, batu lempung dan napal. Shale yang semula
berdisentegrasi kembali menjadi lanau atau lempung (Widjaja, 2001). Clay shale
pada kerak bumi”. Menurut cerita para pakar, material ini sudah terkubur dan
1
terpadatkan di dalam tanah selama ribuan tahun secara alami.
Jika bertemu dengan jenis tanah ini, biasanya para ahli geoteknik akan
atasnya, dibandingkan dengan tanah jenis lainnya karena tanah ini akan mudah
sekali lapuk jika kondisi tanah aslinya menjadi terganggu. Terlebih lagi jika
dukung pondasi, kestabilan lereng kontruksi bawah tanah dan lain sebagainya.
(intermediate behavior) tanah dan batuan. Hal ini didukung oleh pernyataan
Budijanto Widjaja (2001) bahwa “clay shale merupakan material transisi antara
tanah dan batuan”. Hal ini yang menyebabkan clay shale mudah sekali
geoteknik.
2
Keberadaan clay shale sangat tidak stabil meskipun berada pada lereng
yang datar. Hal ini memunculkan banyak masalah geoteknik seperti salah satu
contohnya longsor yang terjadi pada Tol Cipularang KM.97 dimana timbunan
Karya referat dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Clay shale pada
Karya referat dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng Clay shale pada
3
1.4 Manfaat Penulisan
dapat mengetahui bagaimana aplikasi dari analisis kestabilan lereng pada jalan
kondisi geologi pada dinding jalan yang tersusun atas clay shale.
sesuai dengan kondisi geologi yang ada dan juga dapat mengurangi kerugian
yang mengontrol.
Karya referat ini dibuat dengan beberapa batasan masalah yakni penulis
stabilitas lereng. Pada bagian clay shale membahas tentang pengertian dan
karakterisasi dari clay shale. Pada analisis stabilitas lereng membahas tentang
pengertian serta metode yang dapat digunakan pada analisis kestabilan lereng
4
5
BAB II
KESTABILAN LERENG
II.1 Pengertian
keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar
seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga
pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan yang berbeda
dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan
seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu
operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan
6
mengganggu kegiatan produksi. Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi
oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya
gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada
dalam keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Karena
penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau
batuan itu akan berusaha untuk mencapai keadaaan yang baru secara alamiah.
Cara ini biasanya berupa proses degradasi atau pengurangan beban, terutama
keadaaan keseimbangan yang baru. Pada tanah atau batuan dalam keadaan
dan tekanan air dari pori. Ketiga hal di atas mempunyai peranan penting dalam
tertentu, seperti sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan
bobot isi yang juga sangat berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan
yang juga mempengaruhi kemantapan lereng. Oleh karena itu dalam usaha
7
untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus diketahui dengan pasti
sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat fisik
aslinya.
tersebut.
b. Data mekanika tanah a. Sudut geser dalam (ɸ) b. Bobot isi tanah atau batuan
8
c. Faktor Luar = Getaran akibat kegiatan peledakan, beban alat mekanis yang
beroperasi, dll.
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari sampel tanah yang
tidak terganggu (Undisturb soil). Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama
data γdryatau bobot satuan isi tanah kering, yaitu : γdry = γ wet / ( 1 + ω).
dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang
dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam. Kekuatan geser batuan
ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban
yang diterima pada permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam satuan berat
per volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan air
dalam batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu lereng tambang
maka gaya geser penyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi
diketahui dari pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa
kestabilan lereng terdiri dari 3 parameter yaitu nilai Bobot isi batuan pada
kondisi asli, kondisi kering dan Bobot isi pada kondisi basah.
9
b. Kohesi
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin
besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari
antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau
batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu
gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material mak a material
terhadapnya.
τnt = σn tan ϕ + c
Dimana :
σn = Tegangan Normal
C = Kohesi
10
Prinsip pengujian direct shear strength test atau juga dikenal dengan
shear box test adalah menggeser langsung contoh tanah atau batuan di bawah
2. Struktur geologi
lereng.
3. Geometri lereng
tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar (b), baik itu lereng tunggal (Single
slope) maupun lereng keseluruhan (overall slope). Suatu lereng disebut lereng
tunggal (Single slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk lebih mudah longsor
dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan
11
penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula dengan sudut lereng,
semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin
tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan
semakin stabil.
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah
dan batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan
kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga akan menerima tambahan
beban air yang dikandung, sehingga menjadikan lereng lebih mudah longsor.
5. Iklim
dalam waktu yang singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan. Untuk
daerah tropis pelapukan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dingin, oleh
karena itu singkapan batuan pada lereng di daerah tropis akan lebih cepat
lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng mudah tererosi dan terjadi
kelongsoran.
6. Gaya luar
beban alat mekanis yang beroperasi diatas lereng, getaran yang diakibatkan
12
II.3 Klasifikasi Kelongsoran
dari suatu lereng dan juga struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut.
Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda, maka jenis longsorannya pun
Menurut Made Astawa Rai, Dr. Ir, (1998) longsoran pada kegiatan
dalamnya.
13
2. Longsoran Baji (wedge failure)
oleh adanya struktur geologi yang berkembang. Perbedaannya adalah adanya dua
struktur geologi (dapat sama jenis atau berbeda jenis) yang berkembang dan
a. Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus bidang diskontinyu
(i) lebih besar dari pada sudut geser dalam (ϕ) dan lebih kecil
Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan yang keras
dengan bidang-bidang lemah tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan sudut bidang gelincirnya.
alam, terutama pada tanah dan batuan yang telah mengalami pelapukan
sehingga hampir menyerupai tanah. Pada batuan yang keras longsoran busur
hanya dapat terjadi jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
yang rapuh atau lunak serta banyak mengandung bidang lemah, maupun pada
14
II.4 Metode Analisis Kestabilan Lereng
1. Metode Fellenius
kali oleh Fellenius (1936) bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel
Fellenius menganggap gaya –gaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri dari
sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang
longsor. Dengan anggapan ini keseimbangan arah vertikal dan gaya-gaya yang
cara hitungan sederhana dan kesalahan hitungan yang dihasilkan masih pada
sisi aman.
2. Metode Bishop
15
Metode ini digunakan dalam menganalisa kestabilan lereng dengan
Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik
pusat busur lingkaran bidang luncur. Tahap selanjutnya dalam proses analisis
potongan untuk menganalisis kasus yang sederhana. Untuk profil lereng yang
kompleks atau yang terdiri dari banyak material yang berbeda, jumlah elemen
merupakan perkalian antara tinggi h dan berat jenis tanah atau batuan (),
tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi muka air tanah dari
dasar elemen (hw) dan berat jenis air (w) dan kemudian lebar elemen (b).
Disamping parameter tersebut kuat geser dan kohesi juga diperlukan di dalam
perhitungan.
selisih lebih besar dari 0,001 terhadap faktor keamanan yang diasumsikan,
16
perhitungan sebagai asumsi kedua dari F. Demikian seterusnya hingga
perbedaan antara ke dua F kurang dari 0,001, dan F yang terakhir tersebut
adalah faktor keamanan yang paling tepat dari bidang longsor yang telah
dibuat.
Metode Analisis stabilitas lereng yang digunakan pada studi ini adalah
= cinput / creduksi
dengan:
17
BAB III
Clay shale
berukuran lempung (Yusuf, 2017). Kelongsoran pada tanah jenis clay shale
tersebut dapat terjadi sebelum kondisi jenuh total tercapai. Dalam rangka
kelongsoran, sehingga tingkat kejenuhan pada clay shale sesaat sebelum runtuh
dapat diketahui. Penelitian clay shale dilaksanakan dengan pengujian sifat fisis
lalu dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanis juga secara kimia. Pengujian-
pengujian sifat fisis yakni, pengujian berat isi, kadar air dan batas atterberg.
(XRD) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Variabel yang diuji memiliki
variasi nilai derajat kejenuhan yang didapat dari pengaturan nilai koefisien β
sebesar 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0 saat pengujian triaksial. Selanjutnya,
beberapa nilai sudut geser dalam dan kohesi yang diperoleh dari pengujian
18
Penelitian ini juga menghasilkan grafik korelasi tingkat kejenuhan terhadap
Tabel III 1. Klasififikasi shales yang kompak dan tersementasi, Modifikasi Yagiz (2001)
Terdapat beberapa sifat keteknikan dari clay shale, dimana Bell (2000)
Material WC (%) LL (%) PI (%) C peak (kPa) ϕpeak (o) C res (kPa) ϕres (o)
Bearpaw
Unweathered shale 19-27 50-150 30-130 70-150 30-35 10 16
Weathered Shale 25-36 80-150 30-131 40 20-38 0 5-7
Edmonton Bentonic Shale 26-45 155-220 40 14 0 8-10
Edmonton Clay Shale 10-20 40-100 60 14-24 0 10-17
Pierre Fm
Unweathered Shale 15-38 55-204 35-175 250-300 31.8-47.7
Weathered Shale 26-38 133 103 70-110 17-31.6 3.6 11.9
Upper Lias Clay 5-17 23 0 5-11
19
2. Kekuatan Geser, Celah dan Pelunakan
permukaan yang bercelah, tekanan air pori negatif, dan mengalami p elunakan.
puncak dan titik terendah kekuatan geser serta kerapuhan (Stead, 2015).
Gambar III 1 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan lemah berlumpur (Stead, 2015)
Gambar III 2 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986)Gambar III 3 Cohesion Loss dan kekuatan geses batuan
lemah berlumpur (Stead, 2015)
Gambar III 4 Zona Kuat Geser Tanah Clay shale (Gartung, 1986)
20
3. Struktur dan Aktifitas Tektonik
pengurangan kekuatan geser akibat pemotongan dan tektonisasi lapisan shale. Karena
sifatnya yang lunak, sering terjadi keretakan sepanjang sudut kecil hingga permukaan
bidang gesekan subhorizontal dengan tidak adanya kohesi residual dan sudut gesekan
rendah.
4. Komposisi
Clay shales tersusun atas lanau, lempung, mineral lempung, dan butiran
kuarsa (Stead, 2015). Umumnya berwarna abu-abu dan kadang berwarna berbeda di
kondisi tertentu. Shale yang berwarna hitam memiliki kandungan karbon lebih dari 1%
dan menunjukkan lingkungan yang mengalami reduksi. Shale yang berwarna merah,
besi besi oksida (hematit-merah), besi hidroksidda (goetit – hijau), dan limonit (kuning).
oleh kaolinit, monmorilonit, dan ilit. Kemudian dari pembentukan ilite, juga
menghasilkan silika, sodium, kalsium, magnesium, besi, dan juga air. Unsur-unsur yang
dilepaskan ini akan membentuk kuarsa autigenik, rijang, kalsit, dolomit, ankerit,
hematit, dan albit, semuanya berasal dari mineral minor yang ditemukan di shale
21
BAB IV
sepanjang bagian yang berbeda dari permukaan yang retak untuk mementingkan
(Rocscience, 2014).
perkembangan kegagalan suatu lereng. Metode ini umum digunakan pada saat
Gambar IV 1 Perkembangan pelunakan regangan yang berbeda-beda setiap bagian (after Sainsbury and Sainsbury 2013)
22
IV.3 Discontinuum Modelling
23
BAB V
STUDI KASUS
V.1 .1 Pendahuluan
geografi di berbagai tempat yang memiliki curah hujan tinggi serta struktur
geologi dan sifat rembesan tanah pada daerah setempat serta daerah potensi
gempa, hal ini masih diperparah dengan minimnya kesadaran masyarakat akan
Pada umumnya tanah clay shale sangat rentan terhadap perubahan iklim
dan cuaca. Hal ini mengakibatkan terjadinya fissures dan pelapukan tanah (soil
Proses ini secara otomatis mengakibatkan turunnya kuat geser tanah. Kuat
bisa dipicu pula oleh masuknya air permukaan ke dalam timbunan lereng yang
24
Proyek jalan tol Semarang – Solo paket VI merupakan salah satu
prioritas bagian program nasional pembangunan Jalan Tol Trans Jawa (Trans
Java Toll Road) bersama ruas jalan tol yang lain di Provinsi Jawa Tengah. Jalan
jalan nasional secara khusus di Jawa Tengah dan juga bagi perkembangan
jalan tol tersebut berpotensi longsor. Seperti yang terjadi pada Sta. 22+700 s/d.
Dari hasil pengujian N-SPT diketahui bahwa tanah pada lapisan 2 dan
Degradation) dari kondisi awal tanah clay shale yang belum terekspose atau
penelitian Skempton dengan beberapa kondisi yaitu kondisi Fully Softened dan
kondisi Residual. Dalam proses analisis ini ada 3 (tiga) kondisi yang akan
tanah :
1. Kondisi Awal
3. Kondisi Residual
mengurangi kuat geser tanah clay shale pada lapisan 2 dan lapisan 4 pada
analisis metode elemen hingga pada software Plaxis V 8.2. maka hasilnya dapat
Tabel V. 1 Hasil Perbandingan Analisis Stabilitas Lereng (Syafiq dan Luluk, 2013)
angka keamanan seperti yang ditampilkan pada Tabel V.1, pada kondisi fully
PERENCANAAN KONSTRUKSI
Tabel V.2.
Tabel V. 2 Hasil Perbandingan Analisis Kestabilan Lereng
26
Dari Tabel V.2 maka dapat dipilih solusi penanganan longsor dengan
Penanganan tersebut juga harus nilai safety factor (SF) yang memenuhi
dengan merubah geometri lereng dan memasang bored pile pada 2 elevasi yang
berbeda adalah yang paling tepat digunakan sebagai perkuatan lereng di lokasi
sebesar 1,433 nilai ini lebih besar dari yang disyaratkan 1,40.
N-SPT >50 sheet pile tidak akan bisa masuk ke dalam tanah.
27
V.1 .3 Kesimpulan
terjadi di proyek Jalan Tol Semarang-Solo Paket VI Sta. 22+700 s/d. 22+775
adalah:
22+700 s/d. 22+775 sebesar 0,875. Angka keamanan ini lebih kecil
bored pile.
28
minimal disyaratkan yaitu sebesar 1,4 sehingga dapat disimpulkan
29
V.2 KEGAGALAN LERENG PADA TANAH CLAY SHALE KM 97 + 500
(Irsyam, 2007)
V.2 .1 Pendahuluan
salah satu yang paling vital jalan raya di Indonesia yang mendukung jaringan
tol tersebut dibangun pada tahun 2004 hingga 2005 dan sedang dibangun dibuka
untuk angkutan umum pada Maret 2005. Karena topografi dan geologis
Syaratnya, jalan raya harus melewati perbukitan dan lembah di atas serpih tanah
Gambar V. 1 Kegagalan lereng pada lapisan embankment clay shale KM 97+500 (Irsyam et al., 2006)
tanggul lereng pada clay shale lapisan. Rekaman indikator pemantauan lereng
dari ujung tanggul sampai ke puncak tanggul pada median jalan raya.
30
Gambar V. 2 Hasil dari pengamatan indicator kelerengan (Irsyam, 2007)
Cipularang sudah bisa diduga yang disebabkan oleh penurunan kekuatan serpih
yang sesuai, prediksi yang tepat dari parameter kekuatan geser yang terdegradasi
clay shale menjadi sangat penting. Sayangnya, tidak ada uji laboratorium
kemiringan yang ditunjukkan pada Gambar V.2 menjadi kritis karena pesawat
parameter clay shale pada kondisi rusak dapat dievaluasi dengan melakukan
dan hasil pengeboran dalam setelah lereng kegagalan. Analisis dilakukan dengan
31
parameter prediksi kekuatan geser dari clay shale. Kekuatan geser parameter
Tabel V. 4 Parameter dari Bored PilesTabel V. 5 Parameter yang dihitung berdasarkan studi parametrik
32
Sekelompok tiang bor dipilih sebagai solusi yang paling cocok untuk
serta kondisi topografi di lokasi sementara biaya masih dianggap efektif (Irsyam,
et al., 2006). Jenis penguatan telah berhasil mengatasi kegagalan lereng dalam
ruang katup pembangkit listrik (Irsyam et al., 1999). Panjang tiang bor harus
dapat memotong bidang kegagalan dan ketahanan pasif tanah ke tumpukan bor
keamanan dengan nilai lebih dari 1,3 dan kapasitas momen lentur kelompok
tiang bor adalah lebih dari yang dibutuhkan.Tiang pancang dibangun sekitar
bulan Oktober 2006. Saat musim hujan tahun lalu, sekitar November 2006
hingga Januari 2007, dengan beberapa kali hujan lebat, catatan indikator
Gambar V. 4 Hasil dari kestabilan lereng setelah pemasangan bored piles (SF>1,3)Tabel V. 7 Parameter dari Bored Piles
Gambar V. 5 Hasil dari kestabilan lereng setelah pemasangan bored piles (SF>1,3)
33
V.2 .3 Kesimpulan
besar disebabkan oleh PT adanya lapisan kekuatan geser rendah dari lempung
berlumpur dan serpih lempung lapuk. Parameter kuat geser yang dihitung balik
2. Sekelompok tiang bor dipilih sebagai solusi yang paling tepat untuk
waktu serta kondisi topografi di lokasi Padahal biayanya masih dianggap efektif.
menstabilkan lereng.
34
V.3 Land evolution and slope instability in the Bisaccia area, Southern Apennines
35
Steep slopes in clay shale are subjected to either deep slides or shallow
mudslides. A couple of examples are shown in Fig. V.6. The first photograph
(Fig. V.6a) shows quite a deep slide along a flank of the Bisaccia hill: the slide
develops in grey clay shales, involving a brown conglomerate block. The second
photograph (Fig. V.6b) shows a shallow mudslide in grey clay shales.
A B
37
BAB VI
KESIMPULAN
geoteknik di sekitar konstruksi jalan yang didominasi oleh clay shale melalui
b. Analisis kestabilan lereng clay shale pada bahu jalan dapat menentukan tingkat
keamanan dari hasil analisis-analisis yang dilakukan secara presisi dan dapat
lereng.
38
DAFTAR PUSTAKA
Alhadar S., Asrida, L., Prabandiyani, S., Hardiyati, S., 2014, ANALISIS STABILITAS
LERENG PADA TANAH CLAY SHALE PROYEK JALAN TOL SEMARANG-SOLO
PAKET VI STA 22+700 SAMPAI STA 22+775, Paper, Jurnal Karya Teknik Sipil V.3,
No.2 pp 336-344
Bell,F.G., 2000, Engineering Properties of Soils and Rocks. Malden, MA, Blackwell
Sci., pp. 202-221.
Bishop, A.W., 1955, The Measurement of Soil in the Triaxial Test, Edward Arnold Ltd.
2nd Ed
Bowless J. E, 1989, Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi
Kedua, Erlangga: Jakarta.
Di Nocera, S., Fenelli, G. B., Iaccarino, G., Pellegrino, A., Picarelli, L., and Urciuoli,
G., 1995, An example of the geotechnical implications of geological history,
in: Proc. 11th Europ. Conf. on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
“The interplay between Geotechnical Engineering and Engineering Geology”,
Copenhagen, 8, 39–48.
Fellenius, W., 1927, Erdstatische Berechnungen, Revised Edition, W. Ernst u. Sons,
Berlin.
Gartung, Erwin, 1986, Clay Geosynthetic Barries, A.A. Balkema Publisher.
Irsyam, M., Surono, A., Himawan, A. and Nugroho, A., 2006, Laporan Disain
Penanganan Kelongsoran Timbunan Badan Jalan KM 97+500 Tol
Cipularang, LAPI ITB-PT. JASA MARGA (persero).
Irsyam, M., Tami, D., Sadisun, I. A., Karyasuparta, S. R. and Tatang, A. H., 1999,
Solving landslide problem in shale cut slope in the construction of the Valve
Chamber of the Tulis Hydro Electric Power, Journal of ’99 Japan-Korea Joint
Symposium on Rock Engineering, ISSN 0917 - 2580, Fukuoka, Japan.
Lampitiello, S., Olivares, L., and Silvestri, F., 2001, Numerical simulation of seismic
and post-seismic response of Bisaccia hill, Proc. TC-4 satellite conf. on
“Lesson Learned from Recent Strong Earthquakes”, Istanbul.
Leet L.D., 1971, Physical Geology, New Jersey: Prentice Hall, Inc
Made Astawa Rai, Dr. Ir dan Anung Dri Prasetya, Ir., 1998, Kemantapan Lereng
Batuan, Kursus Pengawas Tambang.
Olivares, L. 1997, Caratterizzazione dell’argilla di Bisaccia in condizioni monotone,
cicliche e dinamiche e riflessi sul comportamento del “Colle” a seguito del
fenomeno del 1980, PhD Thesis, Universita` di Napoli Federico II.
Pellegrino, A., Picarelli, L., and Urciuoli, G. 2004, Experiences of mudslides in Italy,
Proc. Int. workshop on “Occurrence and Mechanisms of Flow-Like Landslides
in Earthfills and Natural Slopes”, Sorrento, 191–206, edited by: Picarelli, L.,
Patron, Bologna.
Picarelli, L. and Urciuoli, G., 1993, Effetti dell’erosione in argilliti di alta plasticita,
Rivista Italiana di Geotecnica, 17, 29–47.
Rahardjo, P. P., Margono, M., Widjaja, B., 2001, Penelitian Clayshale di Bukit Sentul,
Bogor, Paper, Jurnal Geoteknik HATTI, Oktober, Jakarta. (ISSN 0853-0810)
Rocscience (2014) Slide V6 and phase 2.8, Documentation
Sainsbury D.P., Sainsbury B.,2013, Three-dimensional analysis of pit slope stability in
anisotropic rock masses, In: Dight PM (ed) 650 D. Stead 123 Slope stability
2013, 2013 Australian Centre for Geomechanics, Perth, pp 683–696
39
Yagiz. S., 2001, Overview of classification and engineering properties of shales for
design considerations, In: Proceedings of construction institute, ASCE 2001
Civil, Houston, pp 156–165
40