OLEH :
SANDI GUNAWAN
D211 15 007
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
SKRIPSI
OLEH :
SANDI GUNAWAN
D211 15 007
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mengikuti Ujian
Akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Mesin Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin
JUDUL :
SANDI GUNAWAN
D211 15 007
Mengetahui,
Ketua Departemen Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
iii
DAFTAR ISI
iv
2.5.7 Perencanaan Jembatan ( Girder ) ................................................... 21
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN .............................................. 24
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................. 24
3.2 Sumber Data ............................................................................................ 24
3.3 Spesifikasi Perancangan .......................................................................... 24
3.4 Metode Perancangan ................................................................................ 24
3.5 Diagram Alir Perancangan ...................................................................... 25
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 37 + 1 fibre core ............................. 87
LAMPIRAN 2 Efisiensi Puli ........................................................................... 87
LAMPIRAN 3 Harga faktor m ........................................................................ 88
LAMPIRAN 4 Harga faktor C ........................................................................ 88
LAMPIRAN 5 Harga faktor C1....................................................................... 88
LAMPIRAN 6 Harga faktor C2........................................................................ 88
LAMPIRAN 7 Harga a, z2 dan 𝛽 ..................................................................... 89
LAMPIRAN 8 d/Dmin Sebagai fungsi jumlah lengkungan ............................ 89
LAMPIRAN 9 Ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205) ........................ 89
LAMPIRAN 10 Dimensi roda rem .................................................................. 90
LAMPIRAN 11 Standar JIS G 4051 ................................................................ 90
LAMPIRAN 12 Ukuran-ukuran kait ............................................................... 91
LAMPIRAN 13 koefisien tahanan gesek ......................................................... 92
LAMPIRAN 14 karakteristik bahan roda penggerak....................................... 92
LAMPIRAN 15 karakteristik bahan gesek ...................................................... 93
LAMPIRAN 16 Ukuran gilder......................................................................... 94
viii
DAFTAR SIMBOL
ix
Wg Berat puli dan Hooke kg
N
Wc Umur
Berat tali dalam bulan
angkat kg
C ls Panjang
Faktor alur
yang spiral drum
memberi karakteristik konstruksi tali mm
l1 dan kekuatan Tarik maksimum
Lebar ruang antara bagian kanan bahan
dankawat
kiri dari luar mm
C1L Faktor yang
Panjang tergantung
drum dari diameter tali
keseluruhan mm
𝜔 Tebal dinding drum mm
C2 Faktor yang menentukan faktor peroduksi dan
σ1 operasi tambahan
Tegangan tekan yang tidak diperhitungkan oleh
maksimum kg/mm2
C,C1
F Luas penampang cm2
x
N Umur tali dalam bulan
I Momen inersia cm4
K Faktor keamanan
A1 Luas rata-rata penampang tegak cm2
Hm Tinggi ulir mm
t Kisar ulir mm
xi
g Percepatan gravitasi m/det2
G Berat gilder kg
L1 Panjang gilder cm
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkesimpulan untuk membuat tugas akhir berupa perancangan overhead
travelling crane dengan kapasitas 10 ton.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penggolongan menurut tujuan penggunaan yang ditentukan dengan
memperhatikan kondisi operasi, misalnya : crane dibagi menjadi crane
metallurgi, konstruksi, pelabuhan dan sebagainya.
Menurut dasar rancangannya, pesawat pengangkat digolongkan atas tiga
jenis, yaitu :
1. Mesin Pengangkat ( Hoisting Machine )
Adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik yang di
disain sebagai peralatan pesawat angkat, dan untuk mengangkut dan
memindahkan muatan atau sebagai mekanisme tersendiri bagi crane
atau elevator.
2. Kran ( Crane )
Adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan
rangka untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan
memindahkan muatan yang dapat digantungkan secara bebas atau
dikaitkan pada crane. Untuk jenis crane dapat dilihat pada gambar 2.1
dibawah ini :
3. Elevator
Adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk
mengangkat muatan pada jalur pandu tertentu. Jenis dari Overhead
Travelling Crane ini berdasarkan pembagiannya menurut pembagian
4
Pesawat Angkat, termasuk pada alat pengangkat crane tipe crane yang
dapat bergerak pada rel tertentu ( Rudenko,1996 )
5
Pemuatan ke kendaraan dan pembongkaran muatan ditempat tujuan
sangat berbeda, karena beberapa jenis mesin dapat memuat secara
mekanis, sedangkan pada mesin lainnya membutuhkan alat tambahan
khusus atau bantuan operator.
5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan.
Gerakan penanganan bahan berkaitan erat, bahkan terlibat
langsung dengan proses produksi. Misalnya : crane khusus pada
pengecoran logam, penempaan dan pengelasan; konveyor pada
pengecoran logam dan perakitan; pada permesinan dan pengecatan.
6. Kondisi lokal yang spesifik.
Hal ini meliputi luas dan bentuk lokasi, jenis dan desain gedung,
keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk unit proses,
debu, kelembaban lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas
lainnya, dan temperature ( Rudenko,1996 ).
6
- Setelah benda kerja dipindahkan untuk dilakukan pengerjaan
selanjutnya, maka demikianlah terus menerus cara pengoperasian
Overhead Travelling Crane.
Dalam pengoperasiannya, Overhead Travelling Crane memiliki tiga
gerakan, yaitu :
2.4.1 Gerakan Drum ( Naik – Turun )
Gerakan hoist ini adalah gerakan menaikkan dan menurunkan
beban. Hal ini digerakkan oleh mekanisme perputaran drum yang
dikopel dengan motor listrik dengan sumber daya. Gerakan ini dapat
dihentikan sesuai dengan penempatan yang diinginkan dengan
menggunakan suatu alat penahan atau rem.
2.4.2. Gerakan Hoist Mendatar ( Melintang )
Gerakan hoist ini adalah gerak perpindahan pada arah melintang
yang diatur motor listrik sebagai penggerak daya. Motor listrik akan
menggerakkan roda troli hoist yang dipasang pada jembatan ( girder )
ganda sepanjang panjang crane.
2.4.3. Gerakan Crane ( Horizontal )
Gerakan ini adalah gerakan berpindah pada arah memanjang yang
diatur motor listrik sebagai penggerak daya. Motor listrik akan
menggerakkan roda troli yang dipasang pada jembatan ( girder ) ganda
pada jarak sepanjang jalur pandu lintasan.
7
Tabel 2.1 Tipe-tipe tali untuk crane dan pengangkat ( Rudenko, N, 1996 )
Keuntungan dari tali baja ( Wire Rope ) dibandingkan dengan rantai adalah :
- Ringan
- Tali baru lebih baik terhadap tegangan, bila beban terbagi rata pada
semua jalinan ( Strand )
- Lebih fleksibel sementara beban beban bengkok tidak perlu
mengalami Internal Stress
- Kurang mengalami fatique dan stress
- Kurang mempunyai tendensi untuk berbelit. Peletakan yang terang
pada drum dan cakra, penyambungan yang lebih cepat, mudah
dijepit ( clip ) atau dilekuk ( socket ). Tidak perlu dipegang ( dijepit )
sebelum dipotong atau dimasukkan dalam socket atau clip.
- Wire yang patah sesudah pemakaian yang lama tidak menonjol,
berarti lebih aman dalam pengangkatan, juga tidak akan merusak
wire yang berdekatan ( Rudenko,1996 ).
1. Tarikan yang dialami tali baja (Sw)
- Berat Gancu ( Grabs ) dan Hooke = Wg
- Berat angkat = Wc
Maka berat total Q yang diangkat menjadi :
Q = Wg + Wc (1)
Untuk menghitung tarikan maksimum yang dialami tali baja dapat
menggunakan rumus :
𝑄
𝑆𝑤 = (2)
𝑛 𝜂 𝜂1
8
Dimana :
Sw = Tarikan maksimum pada tali baja dari sistem puli ( Kg )
Q = Total berat muatan yang diangkat ( Kg )
n = Jumlah muatan puli ( tali penggantung ) yang menyangga muatan
η = Effisiensi puli
η1 = Effisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya
ketika menggulung pada drum, diasumsikan = 0,98
Dimana :
F ( 222 ) = Luas penampang tali baja ( cm2)
Sw = Tarikan maksimum pada tali ( Kg)
σb = Tegangan putus kawat baja ( Kg/cm2)
K = Faktor keamanan tali
9
d = Diameter tali ( mm )
Dmin = Diameter minimum puli / drum
Diameter kawat tali baja dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝜋
𝐴 = 𝐹(𝑖) = √ δ2 𝑖 (4)
4
4. 𝐹(𝑖)
δ=√ (5)
𝜋𝑖
Dimana :
F (i) = Luas penampang tali baja = 0,7857 cm
δ = Diameter serat dari tali baja ( mm )
i = Jumlah serat dalam tali baja = 114 serat
Diameter tali baja dapat dihitung :
d = 1,5 . δ . i ( mm ) (6)
10
Tabel 2.2. Diameter roda puli untuk kawat baja ( Rudenko, N. 1996 )
1. Diameter Puli
Untuk menghitung puli dapat dipakai rumus :
𝐷𝑚𝑖𝑛
= 𝑁𝐵 (7)
𝑑1
Dimana :
Dmin = Diameter tali baja ( mm )
𝑑1 = Diameter minimum puli ( mm )
NB = jumlah lengkungan yang terjadi pada tali kawat baja
𝑄 𝐾𝑔
𝑃= ( ) (8)
𝑙. 𝑑 𝑐𝑚2
Dimana :
P = Tekanan pada tali (Kg/cm2)
l = Panjang bus tali = ( 1,5 – 1,8 ) d
Q = Beban puli (kg)
d = Diameter poros puli ( cm )
11
2.5.3 Perencanaan Drum ( Tromol )
Drum ( tromol ) berfungsi untuk menggulung tali pada operasi
pengangkatan dan penurunan. Secara umum drum tersebut terbuat dari
bahan besi tuang dan besi cor, dan dilengkapi dengan groove ( berupa
alur ) yang berfungsi untuk mengatur gulungan agar dapat tersusun rapi
dan mengurangi gesekan.
1. Diameter Drum
Untuk menghitung diameter drum dapat dipakai rumus :
D ≥ e1 . e . d (mm) (9)
Dimana :
D = Diameter drum pada dasar alur ( mm )
d = Diameter tali ( mm )
e1 = Faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi
operasinya
e = Faktor yang tergantung pada kondisi tali
12
Dimana :
z = Jumlah lilitan tali pada drum untuk 1 tali baja ( lilitan )
H = Tinggi angkat
i = Jumlah suspensi puli, diambil dari tabel daya guna
( effisiensi ) puli
D = Diameter drum
3. Panjang Alur Spiral Drum ( Helical Groove )
Untuk menghitung panjang alur spiral (Helical Groove) digunakan
rumus :
ls = z . S1 ( mm ) (11)
Dimana :
L = Panjang alur spiral ( Helical Groove ) ( mm )
z = Jumlah lilitan
S1 = Kisar ( Pitch )
4. Panjang Drum Keseluruhan
Dalam perencanaan ini, maka panjang drum keseluruhan adalah :
𝐻. 𝑖
𝐿 = +[ + 7] 𝑠 + l1 (12)
𝜋. 𝐷
Dimana :
L = Panjang drum keseluruhan ( mm )
H = Tinggi angkat maksimum ( mm )
D = Diameter Drum ( mm )
S = Kisar ( pitch )
i = Perbandingan sistem tali
l1 = Lebar ruang antara bagian kanan dan kiri dari luar
5. Tebal Dinding Drum
Tebal dinding drum dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus empiris:
ω = 0,02 D + ( 0,6 s/d 1,0 ) (13)
13
Dimana :
ω = Tebal dinding drum ( cm )
D = Diameter drum ( cm )
6. Menghitung Tegangan Maksimum Drum
Selama dioperasikan, drum dipengaruhi oleh pembebanan puntir,
bengkokan ( lentur ), dan tekanan ( compression ). Dua tegangan
yang pertama menghasilkan tegangan yang nyata pada drum yang
sangat panjang, sedangkan efek dari tekanan adalah sangat besar.
Untuk hal ini haruslah diperiksa terlebih dahulu.
Untuk menghitung tegangan tekan maksimum pada drum
digunakan rumus :
𝑆
σ1 = 𝜔.𝑠 (14)
Dimana :
σ1 = Tegangan tekan maksimum ( Kg/mm2)
S = Gaya tarik maksimum pada bagian tali ( Kg )
ω = Tebal dinding drum ( mm )
s = Kisar ( Pitch ) ( mm )
14
2. Pemeriksaan Kait
Pemeriksaan kait meliputi :
1. Tegangan ( kekuatan ) tarik pada ulir
2. Panjang minimum ulir
3. Kekuatan pada mulut kait dan tangkainya, meliputi tegangan
pada penampang I – II dan penampang III – IV
15
2.5.5 Perencanaan Motor
A. Pemilihan Motor Pengangkat Hoist
Untuk mencari daya motor dihitung dengan rumus :
𝑄. 𝑉
𝑁𝑚 = (15)
75. 𝜂
Dimana :
Q = Kapasitas angkat + berat pulley dan kait
v = Kecepatan Angkat
η = efisiensi transmisi
1. Pemerikasaan Motor Terhadap Beban Lebih
Momen statis :
𝑁𝑚
𝑀𝑠𝑡 = 71620. (16)
𝑛
Momen dinamis :
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑉
𝑀𝑑𝑖𝑛 = + (17)
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡. 𝜂
Dimana :
δ = Koefisien transmisi yang dipengaruhi masa yang
bergerak
ts = waktu start ( 1,5 s/d 5 detik )
n = putaran motor
Q = Kapasitas angkat + brat kait dan pulley
v = Kecepatan angkat
η = Efisiensi mekanis
Momen maximum yang terjadi pada motor adalah :
16
Daya penggerak trolley adalah :
𝑊. 𝑉
𝑁= (19)
75. 𝜂
Dimana :
w = Tahanan terhadap gerak
v = kecepatan
η = Efisiensi
1. Pemeriksaan Motor Terhadap Beban Lebih
Momen ststis yang terjadi :
𝑁
𝑀𝑠𝑡 = 71620.
𝑛
Momen Dynamis :
δD𝐺 2 . 𝑛 0,975. 𝐺 1 . 𝑉 2
𝑀𝑑𝑖𝑛 = + (20)
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑠 . 𝜂
Dimana :
δ = Koefisien transmisi
ts = Waktu start
n = Putaran motor
η = Efisiensi
v = Kecepatan melintang
G1 = (Berat beban + Berat trolley)
C. Perancangan Motor Penggerak Memanjang
Perecanaan Daya Motor :
𝑊. 𝑉
𝑁=
75. 𝜂
Dimana :
v = Kecepatan memanjang
η = Efisiensi
17
w = Tahanan terhadap gerak
W1 = 𝛽 ( 𝑄 + 𝐺𝑜 + 𝐺 )𝜔 (21)
Dengan :
Q = Kapasitas angkat
Go = Berat trolley
G = Berat girder
ω = Faktor traksi ( koefisien tahanan gerak )
𝑁
𝑀𝑠𝑡 = 71620.
𝑛
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝐺. 𝑣 2
𝑀𝑑𝑖𝑛 = +
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑠 . 𝜂
𝑁
𝑀𝑟𝑜𝑡𝑒𝑑 = 71620. (22)
𝑛
𝑀𝑚𝑎𝑥
= ⋯ < (2,5) (23)
𝑀𝑟𝑜𝑡𝑒𝑑
18
crane, muatan, dan sebagainya ), yang mana efek secara mekanis
diperoleh dengan gesekan. Rem yang digunakan pada mekanisme
pengangkat ini adalah jenis rem sepatu ganda. Rem sepatu atau blok
dapat di desain dengan sepatu luar atau dalam. Rem sepatu luar adalah
jenis rem yang umum digunakan pada mesin pengangkat, sedangkan
rem sepatu dalam hanya ditujukan untuk penggunaan crane yang
dipasang pada truck.
1. Pemilihan Roda Rem
Untuk pemilihan roda rem dapat dipilih berdasarkan dari data
teknis motor yang digunakan, yaitu Putaran dan Daya
2. Pemeriksaan Rem Penahan ( nilai pv )
Momen gaya pada poros motor adalah :
𝑁
𝑀 = 71620. (24)
𝑛
Dimana :
M = Momen gaya pada poros motor ( Kg – cm )
N = Daya motor ( Hp )
n = Putaran motor ( rpm )
3. Penentuan Momen Gaya Pengereman
Momen statik yang diakibatkan muatan pada poros rem bila rem
menjadi :
𝑄𝑣𝑛
𝑁𝑏𝑟 = (25)
75
Dimana :
Q = Bobot muatan yang diangkat
v = Kecepatan
n = Putaran motor
19
Maka momen statiknya adalah :
𝑁𝑏𝑟
𝑀𝑠𝑡 = 71620.
𝑛𝑏𝑟
Dimana :
𝑛𝑏𝑟 = Kecepatan poros pengereman
Momen gaya dinamik saat pengereman diacu pada poros rem adalah :
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝐺. 𝑣 2 𝜂
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑏𝑟
Dimana :
δ = Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa
mekanisme transmisi
Vtali = V . i (27)
Dimana:
V = kecepatan angkat
i = perbandingan transmisi pulley
20
2. Kecepatan putaran drum :
𝑉𝑡𝑎𝑙𝑖
𝜂𝑑𝑟𝑢𝑚 = (28)
𝜋 .𝐷
Itotal = i1 + i2 + i3 (29)
𝜂1
Atau 𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝜂
𝑑𝑟𝑢𝑚
Dimana :
η1 = putaran roda gigi 1 (pinion)
Total perbandingan transmisi motor hoist dinyatakan dengan :
𝑍2 𝑍4 𝑍6
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥 𝑥
𝑍1 𝑍3 𝑍5
21
Sesuai pada gambar bahwa untuk mengetahui besarnya defleksi
′
𝐺 5𝐿31
𝛿 = (30)
𝐸. 𝐼𝑥 384
Dimana :
δ’ = Defleksi terhadap bobot sendiri ( cm )
E = Modulus Elastisitas
G = Bobot girder
Ix = Modulus terhadap sumbu x
L1 = Panjang girder
Defleksi akibat beban bergerak di dua beban P ( gaya pada
masing-masing roda troli ) ditempatkan secara simetris pada bagian
tengah jembatan ( girder ) seperti yang terlihat pada dibawah ini
Dimana :
𝛿′′= Defleksi akibat beban bergerak ( cm )
22
P1 = Gaya pada masing-masing troli
P1 = Kg ,585360 4 ,3244219000 = +
E = Modulus Elastisitas = 2,2 x 10 6 Kg/cm2
Ix = Modulus lembam terhadap sumbu x = 1,9 x 10 6 cm4
B = Jarak antara roda troli hoist = 140 cm
Defleksi total untuk masing-masing jembatan ( girder ) adalah :
23
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
24
3.5 Diagram alir Perancangan
MULAI
Studi literatur
Pengimputan
data spesifikasi
perancangan
tidak
Tidak Melebihi Batas
Aman
sesuai
Pembahasan
Hasil
Selesai
25
BAB IV
PERHITUNGAN
4.1 Perencanaan Mekanisme Pengangkatan
4.1.1 Perencanaan Tali
Mulai
𝐷𝑚𝑖𝑛
Menentukan nilai 𝑑
26
A
Ya
Selesai
27
1. beban yang dialami tali baja
1. Berat puli dan Hooke Wg = 255 kg
2. Berat angkat Wc = 10000 kg
Maka berat total Q yang diangkat menjadi :
Q = Wg +Wc
= 255 + 10000
= 10255 kg
Dimana :
Sw = Tarikan maksimum pada tali baja dari sistem puli ( kg )
Q = Total berat muatan yang diangkat ( kg )
n = Jumlah tali penggantung = 4
η = Effisiensi puli = 0,95
η1 = Effisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya
ketika menggulung pada drum, diasumsikan = 0,98
Maka :
10255
𝑆𝑤 = = 2745,70 𝑘𝑔
4𝑥0,95𝑥0,98
Tipe tali baja yang dipilih adalah menurut standart United rope
works, Roterdam Holland yaitu 6 x 37 = 222 + 1c ( lampiran 1 )
Dimana :
Beban patah : Pb = 24500 kg
Kekuatan patah : 𝜎𝑏 = 180 kg/mm2
Berat tali : Wtali = 1,430 kg/m
Diameter tali : d = 20,8 mm
28
Faktor keamanan dengan kondisi pembebanan sedang/medium,
ditentukan K= 5,5 (lit 1, hal 42)
Maka tegangan maksimum tali yang diizinkan
𝑃𝑏
Sizin = 𝐾
(Rudenko, hal 40 )
24500
Sizin = 5,5
= 4454,54 kg
18000
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = 3272,72 kg/cm2
5,5
𝑆𝑤
𝐹(222) = (Rudenko, hal 39 )
𝜎𝑏 𝑑
− 𝑥36000
𝐾 𝐷𝑚𝑖𝑛
Dimana :
F ( 222 ) = Luas penampang tali baja ( cm2)
Sw = Tarikan maksimum pada tali ( kg)
σb = Tegangan putus kawat baja ( kg/cm2)
K = Faktor keamanan tali
d = Diameter tali ( mm )
Dmin = Diameter minimum puli / drum
Untuk menentukan luas penampang tali baja diperlukan perbandingan
diameter drum minimum dengan diameter tali. Untuk jumlah
lengkungan 3 [ Number Of Bend ( NB ) ], maka harga d / Dmin = 23
( Lampiran 8 )
Maka :
2745,70
𝐹(222) = = 1,70 c𝑚2
18000 1
− 23 𝑥36000
5,5
29
Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah :
𝑆𝑤
𝜎𝑡 =
𝐹222
2745,70
𝜎𝑡 = 2,93
= 1615,11 kg/cm2
Dimana :
30
Dengan bantuan faktor m, (lampiran 3 )
Didapat harga-harga untuk m (1,50) sebesar 230000 dan m(1,62)
sebesar 255000 Dengan melakukan interpolasi nilai Z1 pada m(1,53)
dapat dicari,yaitu :
1,53 − 1,50
𝑍1 = [ ] (230000 − 255000) + 255000 = 252000
1,62 − 1,50
𝑍1
𝑁= (Rudenko, hal 83 )
𝑎. 𝑍2. 𝜑. 𝛽
Dimana :
𝑍1 = jumlah lengkungan berulang yang mengakibatkan kerusakan
pada tali
a = jumlah siklus rata-rata perbulan
𝑍2 = jumlah siklus berulang persiklus
𝜑 = hubungan lansung antara jumlah lengkungan dan jumlah putus
tali
𝛽 = faktor perubahan gaya tekan
Untuk mencari umur tali diatas, faktor a, 𝑍2 , 𝜑, 𝛽, dapat diambil dari
( lampiran 7) sebagai berikut :
a = 3400
𝑍2 = 5
𝛽 = 0,3
𝜑 = 2,5
Maka :
252000
𝑁= = 19,76 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
3400.5.0,3.2,5
31
4.1.2 Perencanaan Puli
Mulai
𝑆𝑤
𝜎𝑡 =
(𝐿). (𝑑)
Ya
Selesai
32
Ukuran-ukuran utama dari puli dapat diketahui menggunakan tabel
3.2, dengan melakukan interpolasi untuk d = 20,8 mm didapat :
20,8 − 19,5
𝑎=[ ] (65 − 55) + 55 = 57,88
24,0 − 19,5
Maka dengan cara yang sama dapat diperoleh ukuran-ukuran utama puli
lainnya yaitu :
b = 42,88 r = 12,72
c = 10 r1 = 5,0
e = 1,5 r2 = 5,0
h = 32,01 r3 = 17,86
i = 15,86 r4 = 11,44
Dimana :
Dmin = Diameter minimum puli
𝑑1 = Diameter tali baja = 20,8 mm
NB = jumlah lengkungan yang terjadi pada tali kawat baja = 23
Maka :
𝐷𝑚𝑖𝑛 = 23𝑥20,8 = 478,4 mm
33
2. Diameter Poros Puli
Untuk menentukan diameter poros puli digunakan rumus :
Qg 𝑘𝑔
𝑃= ( ) (Rudenko, hal 72)
𝑙. 𝑑 𝑐𝑚2
Dimana :
P = Tekanan pada tali = 75 kg/cm2 diasumsikan kecepatan
angkat 0,1 m/det (lit. 1, hal 72)
l = Panjang bus tali = ( 1,5 dan 1,8 ) d, dipilih 1,8 d
Q = Beban puli = 10255 kg
d = Diameter poros puli ( cm )
Qg = beban tiap puli
i = perbandingan transmisi system puli,i pada system ini
berjumlah 2
10255
𝑄𝑔 = = 5112,5 𝑘𝑔
2
Maka :
5112,5 𝑘𝑔
75 kg/𝑐𝑚2 = ( )
1,8. 𝑑 𝑐𝑚2
5112,5 2
𝑑2 = 𝑐𝑚
135
𝑑 = 6,15 cm
Sedangkan panjang bush adalah L = l.d = 1,8.6,15 = 11,07 cm
Untuk memeriksa kekuatan puli harus ditinjau dari tegangan tali
maksimum (Sw) yang terjadi, yaitu sebesar 3222,34 Kg maka tegangan
tarik yang terjadi :
𝑆𝑤
𝜎𝑡 =
(𝐿). (𝑑)
Dimana :
L = Panjang bush
d = Diameter tali
34
Maka :
3222,34
𝜎𝑡 = = 12,93
(11,07). (20,8)
Bahan puli dipilih dari bahan baja S 30 C dengan kekuatan tarik
48 kg/mm2. Dengan demikian, berdasarkan pemeriksaan diatas maka
puli yang dirancang aman untuk digunakan karena harga tegangan
tarik yang terjadi lebih kecil dari tegangan tarik yang diizinkan.
4.1.3 Perencanaan Drum ( Tromol )
35
36
1. Diameter Drum
Untuk menghitung diameter drum dapat dipakai rumus :
Dimana :
D = Diameter drum pada dasar alur ( mm )
d = Diameter tali ( mm )
e1 = Faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi
operasinya (oprasi yang dipilih adalah sedang/medium) = 25
(lit. 1, hal 41)
e = Faktor yang tergantung pada kondisi tali = 0,90 (lit. 1, hal 42)
Maka :
D ≥ 25x0,90x20,8
D = 468 mm
37
C1 = 5,28
S2 = 28,15
C2 = 14,22
R2 = 2,14
2. Jumlah Lilitan Tali Pada Drum
Untuk menentukan jumlah lilitan pada drum dengan dua arah
gulungan digunakan rumus :
𝐻. 𝑖
𝑧= +2 (Rudenko, hal 74)
𝜋. 𝐷
Dimana :
z = Jumlah lilitan tali pada drum untuk 1 tali baja ( lilitan )
H = Tinggi angkat = 8 m
i = perbandingan system tali = 2
D = Diameter drum
Maka :
8000𝑥 2
𝑧= + 2 = 10,88 = 11 𝑙𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑛
3,14𝑥468
38
Dimana :
L = Panjang drum keseluruhan ( mm )
H = Tinggi angkat maksimum = 8000 mm
D = Diameter Drum = 468 mm
S = Kisar ( pitch ) = 23,44 mm
i = Perbandingan sistem tali = 2
l = Lebar ruang antara bagian kanan dan kiri dari luar
5S = 5x23,44 = 117,2 mm
Maka :
2.8000.2
𝐿=[ + 12] 23,44 + 117,2
3,14.468
32000
𝐿=[ + 12] 23,44 + 117,2
1469,52
𝐿 = 908,9 = 909 𝑚𝑚
Dimana :
ω = Tebal dinding drum ( cm )
D = Diameter drum (mm)
6. Menghitung Tegangan Maksimum Drum
Untuk menghitung tegangan tekan maksimum pada drum
digunakan rumus :
𝑆𝑤
σ1 = (𝑘𝑔/𝑚𝑚2 ) (Rudenko, hal 76)
𝜔.𝑠
Dimana :
σ1 = Tegangan tekan maksimum ( kg/mm2)
Sw = Gaya tarik maksimum pada bagian tali ( kg )
39
ω = Tebal dinding drum ( mm )
s = Kisar ( Pitch ) ( mm )
Maka :
2745,70
σ1 = = 6,05 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
19,36.23,44
40
41
Gambar 4.2. Titik berat dan Penampang Kait
Sumber : Pesawat-pesawat Pengangkat ( Syamsir A. Muin )
Untuk penampang mendatar A – B pada Gambar 3:
h = r1 = 130 mm
p = b1 = 40 mm
o = b2 = 110 mm
a = w = 120 mm
Luas penampang
F = 0,5 . h ( b1 + b2 ) (literatur 3)
F = 0,5 . 130 ( 40 + 110 ) = 97,5 cm2
h3 (b1 + b2 )2 + 2. b1 . b2
I= . (literatur 3)
36 b1 + b2
1303 (40 + 110 )2 + 2.40. 110
I= . = 1273 𝑐𝑚4
36 40 + 110
Jarak titik berat penampang A - B ke titik A :
h b1 + 2 b2
𝑒𝑎𝑏1 = . ( literatur 3 )
3 b1 + b2
42
130 40 + 2.110
𝑒𝑎𝑏1 = . = 7,5 𝑐𝑚
3 40 + 110
Jarak titik berat penampang A - B ke titik B :
h 2 b1 + b2
𝑒𝑎𝑏2 = . (literatur 3)
3 b1 + b2
130 2. 40 + 110
𝑒𝑎𝑏2 = . = 5,5 𝑐𝑚
3 40 + 110
Momen lengkung pada penampang A – B :
𝑀𝑏 = 𝑊𝑐. 𝑧
𝑄
𝑧= + 𝑒𝑎𝑏2
2
12
𝑧= + 5,5 = 11,5
2
𝑀𝑏 = 10000 . 11,5 = 115000 kg-cm
𝑄 𝑀𝑏 . 𝑒𝑎𝑏1
𝜎𝑡 𝐴 = −
𝐹 𝐼
11000 115000. 7,5
𝜎𝑡 𝐴 = − = −574,97 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
97,5 1273
𝑄 𝑀𝑏 . 𝑒2
𝜎𝑡 𝐴 = −
𝐹 𝐼
11000 115000. 5,5
𝜎𝑡 𝐵 = − = −394,29 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
97,5 1273
𝜎𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 58 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
43
Sehingga 𝜎𝑖 > 𝜎𝑡 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝜎𝑖 > 𝜎𝑡 𝐵 , maka kekuatan kait pada daerah
kritis, aman.
r2 = h = 115 mm
t = b1 = 50 mm
s = b2 = 85 mm
h( b1 + b2 )
𝐴=
2
115( 50 + 85)
𝐴= = 77,62 𝑐𝑚2
2
Pada perencanaan ini baut yang dipilih adalah jenis ulir metris ( M64 ),
maka berdasarkan tabel ukuran standar ulir kasar metris diperoleh (
lampiran 17)
Diameter luar (d0) = 60,103 mm
Diameter dalam (d1) = 57,505 mm
Diameter efektif (d2) = 64 mm
Tinggi ulir ( H ) = 3,248 mm
Kisar ( t ) = 6 mm
Untuk menghitung tegangan tarik pada ulir digunakan rumus :
4 .𝑄
𝜎𝑡 =
𝜋(𝑑1 )2
4 . 10000
𝜎𝑡 = = 385,24 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
3,14 (5,7505)2
Sehingga didapatkan hasil 𝜎𝑖 > 𝜎𝑡 , dengan demikian mur kait yang
digunakan aman
Panjang minimum ulir kait :
4. 𝑊𝑐. 𝑡
𝐻𝑚 = (lit. 1, hal 86)
𝜋. (𝑑𝑜 − 𝑑1 )2 𝑃
Dimana :
44
Hm = Panjang minimum ulir ( mm )
Wc = Beban pada kait = 10000 Kg
p = Tegangan tekan aman ( baja dengan baja ) = 300-350 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
Maka :
4.10000.0,6
𝐻𝑚 = = 299 𝑐𝑚 = 29,9 𝑚𝑚
3,14. (6, 42 − 5,75052 )350
Agar kait dapat bergerak dengan bebas terhadap benda lintang (cross-
piece), maka digunakan bantalan tekan (thrust bearing). Dari Gambar di
bawah ini, kita dapatkan ukuran-ukuran utama bantalan tersebut :
45
Dudukan kait dipasang pada dua buah plat pendukung (shackle)
seperti yang terdapat pada Gambar 5.
Dimana :
lk = Panjang dudukan kait = 20 cm
dk = diameter luar cincin dudukan bantalan = 7 cm
Maka :
10000
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠 = (20 − 0,5. (7)) = 41250 𝑘𝑔. 𝑐𝑚
4
Besar momen perlawanan lengkung ialah :
(𝑏 − 𝑑1 ). ℎ2
𝑤𝑏 = (lit. 1, hal 98)
6
(20 − 7). 4,42
𝑤𝑏 = = 41,94 𝑐𝑚2
6
Tegangan lengkung yang terjadi ialah :
𝑀𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎𝑏 =
𝑤𝑏
46
41250
𝜎𝑏 = = 983,54 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
41,94
𝜎𝑡 = 7600 kg/cm2
Perhitungan Schakle :
Schakle (Gambar 6) berfungsi sebagai penumpu kait, pemikul kait dan
pulley pembawa beban. Pada schakle ini terdapat terdapat beberapa
daerah kritis yang perlu diperhatikan terhadap adanya tegangan.
Ukuran – ukuran yang direncanakan/asumsi adalah sebagai berikut :
d = Diameter poros dudukan kait = 70 mm
s = tebal sakel = 40 mm
b = lebar sakel = 200 mm.
Q= 11 ton,
47
Gambar 4.5. Penampang Lintang Sakel
Sumber : Mesin Pengangkat ( Rudenko, N. 1996 )
Pemeriksaan tegangan :
Pada penampang A1 - B1 :
𝑄
𝜎𝑡 =
2. 𝑏. 𝑠
10255
𝜎𝑡 = = 62,5 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
2.20.4
Pada penampang A2 - B2 :
𝑊𝑐
𝜎𝑡 =
2. (𝑏 − 𝑑). 𝑠
10000
𝜎𝑡 = = 76,15 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
2. (20 − 7).4
Pada penampang A3 - B3 :
𝑊𝑐
𝜎𝑡 =
2. 𝑑. 𝑠
10000
𝜎𝑡 = = 178,57 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
2.7.4
48
Bahan sakel adalah baja S 30 C dengan kekuatan tegangan tarik = 48
kg/mm2. Tegangan tarik izinnya adalah :
𝜎𝑡
𝜎𝑡𝑖 = 𝐾
4800
𝜎𝑡𝑖 = = 872,72 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
5,5
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa 𝜎𝑡𝑖 > 𝜎𝑡 , maka sakel aman
untuk digunakan.
49
1. Untuk mencari daya motor dihitung dengan rumus :
𝑄. 𝑉
𝑁𝑚 = (Rudenko, hal 234)
75. 𝜂
Dimana :
Q = Kapasitas angkat + berat pulley dan kait = 10255 kg
v = Kecepatan Angkat, direncanakan, v = 5 m/min = 0,083 m/det
η = effisiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan tiga
pasangan roda gigi penggerak
Maka :
10255.0,083
𝑁𝑚 = = 14,18 𝐾𝑤
75.0,8
50
Maka dipilih elektromotor dengan 𝑁𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 20 Kw, putaran (n) =
950 rpm disesuaikan dengan standar, jumlah kutub 6 buah, momen
girasi rotor (GDrate = 2,57 kg-m2).
Momen gaya ternilai dari motor (Mrated) adalah :
𝑁𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 71620.
𝑛
20
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 716,2. 950 = 15,07 kg-m
𝜎 = 5500 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝜎
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝐾
Maka :
5500
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = 687,5 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
8
𝜎𝑝 = 0,7. (𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 )
Momen gaya dinamik waktu start yang diacu pada poros motor. Kita
pilih kopling fleksibel untuk poros motor dengan diameter luar D = 300. Momen
51
GD2 kopling = 4.g.I (Rudenko, hal 289)
Dimana :
Maka :
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑉 2
𝑀𝑑𝑦𝑛 = + (Rudenko, hal 293)
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑠 . 𝜂
Dimana :
δ = Koefisien transmisi yang dipengaruhi masa yang
bergerak (1,1-1,25)
ts = waktu start ( 3 s/d 8 detik )
n = putaran motor
Q = Kapasitas angkat + berat kait dan pulley
v = Kecepatan angkat
η = Efisiensi mekanis
Maka :
1,25.2,6. 950 0,975.10255. 0,0832
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 3 950.3.0,8
= 2,77 Kg-m
Momen statis poros motor yang terjadi :
𝑁
𝑀𝑠𝑡 = 71620. (Rudenko, hal 300)
𝑛
14,18
𝑀𝑠𝑡 = 71620. 950
= 1251,46 kg-cm = 10,69 kg-m
52
Momen maximum yang terjadi pada motor adalah :
𝑀𝑚𝑎𝑥
< (2,5) (Rudenko, hal 296)
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑
13,46
< (2,5)
15,07
53
Transmisi (roda gigi) pada motor pengangkat direncanakan 3 tingkat
seperti pada gambar berikut :
54
Kecepatan putaran drum :
𝑉𝑡𝑎𝑙𝑖
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚 = ( 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 1, 235 )
𝜋. 𝐷
10
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚 = = 6,80 𝑟𝑝𝑚
3,14.0,468
Total perbandingan transmisi diambil 3 tingkat :
Itotal = I1 + I2 + I3
𝑛
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐼𝑑𝑟𝑢𝑚 =
𝑛𝑑𝑟𝑢𝑚
950
𝐼𝑑𝑟𝑢𝑚 = = 140
6
Total perbandingan transmisi motor hoist dinyatakan dengan :
𝑍1 𝑍4 𝑍6
𝐼𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑋 𝑋
𝑍2 𝑍3 𝑍5
Roda gigi yang digunakan adalah roda gigi lurus ( spur gear )
dengan sudut tekan kerja α =20o, bahan roda gigi pinion adalah S 45 C
yang memiliki kekuatan tarik σb1 =58 kg / mm2 dan tegangan lentur ijin
σa1 = 30 kg / mm2 . Untuk roda gigi besar, bahannya : S 35 C dengan
kekuatan tarik σb2 = 52 kg / mm2 dan tegangan lentur yang diijinkan σa2
= 26 kg / mm2.
Direncanakan jarak poros a = 200 mm dan dari tabel diperoleh
modul m = 4.
Diameter roda gigi dihitung dengan menggunakan rumus : ( literature
1. hal 220 )
2. 𝑎 2.200
𝑑1 = = = 80 𝑚𝑚
1+𝑖 1+4
2. 𝑎. 𝑖 2.200.4
𝑑2 = = = 320 𝑚𝑚
1+𝑖 1+4
Maka jumlah roda gigi :
𝑑1 80
𝑍1 = = = 20
𝑚 4
𝑑2 320
𝑍2 = = = 80
𝑚 4
55
Dengan perbandingan gigi 20 : 80 = 4 maka jumlah gigi roda pinion
diambil Z1 = 20 dan Z2 = 80.
Putaran roda gigi dua :
𝑛. 𝑍1 950.20
𝑛2 = = = 237,5
𝑍2 80
Roda gigi 2 dan roda gigi 3 dihubungkan dengan satu poros.
Maka : n2=n3= 237,5 Rpm. Dengan mengambil modul m2 =4 dan I2 =5
dan a2 = 150 mm, Maka didapat :
2. 𝑎2 2.150
𝑑3 = = = 50
1 + 𝑖2 1 + 5
2. 𝑎2 . 𝑖2 2.150.5
𝑑4 = = = 250
1 + 𝑖2 1+5
Jumlah gigi Z3 dan Z4 dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑑3 50
𝑍3 = = = 12,5 = 13
𝑚 4
𝑑4 250
𝑍4 = = = 62,5 = 63
𝑚 4
𝑍4 63
𝑖2 = = = 4,84
𝑍3 13
Perbandingan transimisi i2 = 4,84 mendekati dengan 5 sehingga diambil
Z3 = 13 dan Z4 = 63 buah, Putaran roda gigi 4 :
𝑛3 . 𝑍3 237,5.13
𝑛4 = = = 49
𝑍4 63
Untuk menghitung roda gigi 5 dan roda gigi 6 sama seperti roda gigi 2
dan roda gigi 3, dengan :η4 = η5 = 49 Rpm, m = 4, i3 =7 dan a3 150,
maka diperoleh :
2. 𝑎3 2.150
𝑑5 = = = 37,5
1+𝑖 1+7
2. 𝑎3 . 𝑖3 2.150.7
𝑑6 = = = 262,5
1 + 𝑖3 1+7
Jumlah gigi Z5 dan Z6 dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑑5 37,5
𝑍5 = = = 9,37 = 9
𝑚 4
56
𝑑6 262,5
𝑍6 = = = 65,62 = 64
𝑚 4
𝑍6 64
𝑖3 = = = 7,11
𝑍5 9
Perbandingan transmisi i3 = 7,11 mendekati dengan 7, maka diambil Z5
= 9 buah dan Z6 = 64 buah, Pemeriksaan putaran drum η6 :
𝑛5 . 𝑍5 49.9
𝑛6 = = = 6,89 𝑟𝑝𝑚
𝑍6 64
Dari hasil perhitungan transimisi diatas, dengan putaran motor η1 = 950
Rpm dan putaran drum η6 = 6,89 Rpm, maka perbandingan transimisi
dinyatakan cukup layak untuk perencanaan pengangkat hoist.
57
1. Penentuan Momen Gaya Pengereman
Momen statik yang diakibatkan muatan pada poros rem bila rem
menjadi :
𝑄. 𝑣. 𝜂
𝑁𝑏𝑟 = 𝐾𝑤 (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 292 )
75
Dimana :
Q = Bobot muatan yang diangkat = 10255 kg
v = Kecepatan = 0,083 m/det
58
𝜂 = efesiensi total mekanis = 0,8
10255.0,083.0,8
𝑁𝑏𝑟 = = 9,07 𝐾𝑤
75
Maka momen statiknya adalah :
′
𝑁𝑏𝑟
𝑀𝑠𝑡 = 71620. (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 292 )
𝑛𝑏𝑟
Maka :
′
9,07
𝑀𝑠𝑡 = 71620. = 7,83 𝑘𝑔. 𝑚
950
Momen gaya dinamik saat pengereman diacu pada poros rem adalah :
′
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑣 2 𝜂
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑏𝑟 𝑛. 𝑡𝑏𝑟
Dimana :
δ = Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa
mekanisme transmisi (δ = 1,1-1,25), dipilih 1,25
v = Kecepatan angkat drum = 0,083
η = Effisiensi total mekanisme = 0,8
t br = Waktu pengereman = 1 detik
GD2 = Momen girasi akibat komponen yang terpasang pada
poros motor = 2,6 kg-m2
Maka :
′
1,25.2,6. 950 0,975.10255. 0,0832 . 0,8
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 1 950.1
= 8,28 𝑘𝑔. 𝑚
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
′ ′
𝑀𝑏𝑟 = 𝑀𝑑𝑦𝑛 + 𝑀𝑠𝑡
59
Tekanan yang diperlukan untuk menggerakkan rem dengan sepatu
ganda dapat dihitung dengan rumus :
𝑀𝑏𝑟
𝑆=
𝐷. 𝜇
Dimana :
151,1
𝑆= = 929,84 𝑘𝑔
0,25.0,65
𝜋. 𝐷. 𝐵. 𝛽
𝐹𝑟 = (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 181 )
360
Dimana :
B = Lebar sepatu (direncanakan = 80 mm)
𝛽 = Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (60° 𝑠/𝑑 120°)
Maka :
3,14.25.8.120
𝐹𝑟 = = 209,33 𝑐𝑚2
360
𝑆 929,84
𝑃= = = 4,44 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑟 209,33
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang
diizinkan yaitu untuk bahan asbes yang tanpa lapisan serat kuningan,
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = 6 kg/cm2, dengan demikian bahan yang dipilih adalah tepat.
(Rudenko, hal 144 )
60
4.2 Perencanaan Mekanisme Traversing
4.2.1 Perencanaan Roda Troli
61
Troli dirancang sedemikian rupa sebagai tempat bergantungnya puli
dan hook. Disamping harus dapat menahan beban yang diangkat, troli
juga berfungsi sebagai pembawa beban yang melintas di atas rel pada
girder.
Gaya maksimum yang bekerja pada troli adalah :
𝑄+𝑞
𝑃𝑚𝑎𝑥 =
4
Dimana :
q = berat trolli (500) kg diasumsikan
Maka :
10255 + 500
𝑃𝑚𝑎𝑥 = = 2688,75 𝑘𝑔
4
Faktor perhitungan kecepatan gelinding adalah:
Htroli = (0,2 s/d 1)Vw
Dimana :
Vw = kecepatan gelinding direncanakan 0,33 m/det
Maka :
Htroli = 1 x 0,33 = 0,33 m/det
Dalam menentukan diameter roda penjalan kita harus beranjak dari
tegangan tekan satuan local yang ditentukan dengan rumus :
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 . 𝐻𝑡𝑟𝑜𝑙𝑖
𝜎1 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 600√ (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 260 )
𝑏. 𝑟
Dimana :
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = beban yang bekerja pada roda
b = lebar permukaan kerja rel rata 5,5 cm
r = jari-jari permukaan rel = 0,4 cm
2688,75.0,33
𝜎1 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 600√ = 12049,39 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
5,5.0,4
Tekanan tekan lokal yang ditentukan dengan rumus diatas tidak boleh
melebihi nilai yang ditunjukkan pada (lampiran 14) , maka dipilih
62
material roda troli steel 5 dengan tegangan tekan satuan lokal aman,
14000 kg/cm2.
Tahanan akibat gesekan pada roda troli adalah :
𝑊1 = 𝛽(𝑄 + 𝑞)𝜔 (Rudenko, hal 239 )
Dimana :
𝛽 = koefisien (1,4)
𝜔 = faktor traksi, untuk D=300 dan d=60, maka 𝜔 = 23 kg/ton
( lampiran 17 )
Maka :
𝑊1 = 1,4(10,255 + 0,5)23 = 346,31 𝑘𝑔
𝑊1 . 𝑉
𝑁𝑚 =
75. 𝜂
Dimana :
W = Tahanan untuk menggerakkan troli
v = Kecepatan jalan troli (Direncanakan = 0,33 m/detik)
η = Effesiensi mekanisme pengerak, diasumsikan 0,8 dengan tiga
pasang roda gigi penggerak
Maka :
346,31 .0,33
𝑁𝑚 = = 1,90 𝐾𝑤
75.0,8
63
5
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 716,2. = 2,98 𝑘𝑔 − 𝑚
1200
𝜎 = 5500 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝜎
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝐾
Maka :
5500
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = 687,5 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
8
𝜎𝑝 = 0,7. (𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 )
Kita pilih kopling fleksibel untuk poros motor dengan diameter luar
Dimana :
Maka :
64
Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah :
2
𝐺𝐷2 = ( 𝐺𝐷𝑟𝑜𝑡𝑜𝑟
2
) + ( 𝐺𝐷𝑘𝑜𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 )
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝐺. 𝑉 2
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑠 . 𝜂
Dimana :
δ = Koefisien transmisi yang dipengaruhi masa yang
bergerak (1,1-1,25)
ts = waktu start ( 3 s/d 8 detik )
1,25.0,25. 1200 0,975.10755. 0,332
𝑀𝑑𝑦𝑛 = + = 0,72 𝑘𝑔 − 𝑚
375. 3 1200.3.0,8
Momen ststis poros motor yang terjadi :
𝑁
𝑀𝑠𝑡 = 71620.
𝑛
1,90
𝑀𝑠𝑡 = 71620. = 137,27 𝐾𝑔 − 𝑐𝑚 = 1,13 𝑘𝑔 − 𝑚
1200
1,85
< (2,5)
2,98
65
Kecepatan roda penggerak dapat dihitung dengan rumus :
𝑣
𝑛𝑡−𝑤 = (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 240 )
𝜋. 𝐷
Dimana :
v = kecepatan troli ( 20 m/menit )
D = Diameter roda ( 0,3 m )
Maka :
20
𝑛𝑡−𝑤 = = 21,23 𝑟𝑝𝑚
3,14.0,3
66
2. 𝑎 2.200
𝑑1 = = = 50 𝑚𝑚
1+𝑖 1+7
2. 𝑎. 𝑖 2.200.7
𝑑2 = = = 350 𝑚𝑚
1+𝑖 1+7
Maka jumlah roda gigi :
𝑑1 50
𝑍1 = = = 25
𝑚 2
𝑑2 350
𝑍2 = = = 175
𝑚 2
Dengan perbandingan gigi 175 : 25 = 7 maka jumlah gigi
roda pinion diambil Z1 = 25 dan Z2 = 175.
Putaran roda gigi dua :
𝑛. 𝑍1 1200.25
𝑛2 = = = 171,42 𝑟𝑝𝑚
𝑍2 175
Roda gigi 2 dan roda gigi 3 dihubungkan dengan satu poros. Maka :
n2=n3= 171,42 Rpm. Dengan mengambil modul m2 =2 dan I2 =8 dan a2
= 200 mm, maka didapat :
2. 𝑎2 2.200
𝑑3 = = = 44,44
1 + 𝑖2 1 + 8
2. 𝑎2 . 𝑖2 2.200.8
𝑑4 = = = 355,55
1 + 𝑖2 1+8
Jumlah gigi Z3 dan Z4 dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑑3 44,44
𝑍3 = = = 22,22 = 22
𝑚 2
𝑑4 355,55
𝑍4 = = = 177,77 = 177
𝑚 2
𝑍4 65
𝑖2 = = = 5,9
𝑍3 11
Perbandingan transimisi i2 = 8,04 mendekati dengan 8 sehingga
diambil Z3 = 22 dan Z4 = 177 buah, Putaran roda gigi 4 :
𝑛3 . 𝑍3 171,42.22
𝑛4 = = = 21,30 𝑟𝑝𝑚
𝑍4 177
67
Dari hasil perhitungan transimisi diatas, dengan putaran motor η1 =
1200 Rpm dan putaran drum η6 = 21,30 Rpm, maka perbandingan
transimisi dinyatakan cukup layak untuk perencanaan penggerak hoist.
′
𝑊. 𝑣
𝑁𝑏𝑟 =
𝜂. 75
Dimana :
W = tahanan akibat gesekan roda troli = 346,31 𝑘g
v = Kecepatan = 0,33 m/det
𝜂 = efesiensi total mekanis = 0,8
′
246,31.0,33
𝑁𝑏𝑟 = = 1,90 𝐻𝑃
75.0,8
′
𝑁𝑏𝑟
𝑀𝑠𝑡 = 71620. ( Rudenko, ℎ𝑎𝑙 292 )
𝑛𝑏𝑟
Maka :
′
1,90
𝑀𝑠𝑡 = 71620. = 113,39 𝑘𝑔 − 𝑐𝑚 = 1,13 𝑘𝑔 − 𝑚
1200
Momen gaya dinamik saat pengereman diacu pada poros rem adalah :
′
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑣 2 𝜂
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑏𝑟 𝑛. 𝑡𝑏𝑟
Dimana :
δ = Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa
68
mekanisme transmisi (δ = 1,1-2,5), dipilih 1,5
t br = Waktu pengereman = 1 detik
Maka :
′
1,5.0,25. 1200 0,975.10755. 0,332 . 0,8
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 1 1200.1
= 1,96 𝑘𝑔. 𝑚
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
′ ′
𝑀𝑏𝑟 = 𝑀𝑑𝑦𝑛 + 𝑀𝑠𝑡
Dimana :
309
𝑆= = 30,9 𝐾𝑔
25.0,4
𝜋. 𝐷. 𝐵. 𝛽
𝐹𝑟 = ( Rudenko, ℎ𝑎𝑙 181 )
360
Dimana :
B = Lebar sepatu (direncanakan = 80 mm)
𝛽 = Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (60° 𝑠/𝑑 120°)
Maka :
3,14.25.8.60
𝐹𝑟 = = 104,66 𝑐𝑚2
360
69
Tekanan satuan antara sepatu dan roda rem adalah :
𝑆 30,9
𝑃= = = 0,29 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝐹𝑟 104,66
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang
diizinkan yaitu untuk bahan asbes tanpa lapisan serat kuningan, P = 6
kg/cm2, dengan demikian bahan yang dipilih adalah tepat.
70
Maka tekanan maksimum yang terjadi pada roda adalah :
4530 10000 + 755 100 − 65
𝑃𝑚𝑎𝑥 = + .
4 2 100
= 3014,62
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 . 𝐻
𝜎1 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 600√
𝑏. 𝑟
Dimana :
𝑃𝑚𝑎𝑘𝑠 = beban yang bekerja pada roda
b = lebar permukaan kerja rel rata 5,5 cm
r = jari-jari permukaan rel = 0,4 cm
3014,62.0,41
𝜎1 𝑚𝑎𝑘𝑠 = 600√ = 18154 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
4,5.0,3
71
kg/ton ( grafik 180 )
Maka :
𝑊1 = 1,4(4,530 + 10 + 0,755)28 = 599,17 𝑘𝑔
Dimana :
W = Tahanan untuk menggerakkan roda jalan
η = Effesiensi mekanisme pengerak, diasumsikan 0,8 dengan tiga
pasang roda gigi penggerak
Maka :
599,17.0,41
𝑁= = 4,09 𝐾𝑤
75.0,8
5
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑 = 716,2. = 3,58 𝑘𝑔 − 𝑚
1000
𝜎 = 5500 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
𝜎
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 =
𝐾
72
k = faktor keamanan untuk pengangkat kran, diambil k = 8, karena
gerakan motor yang dirancang memiliki gerakan dinamis dua arah. (lit 1
hal 29)
Maka :
5500
𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 = = 687,5 𝑘𝑔/𝑐𝑚2
8
𝜎𝑝 = 0,7. (𝜎𝑖𝑧𝑖𝑛 )
Dimana :
Maka :
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑉 2
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑠 𝑛. 𝑡𝑠 . 𝜂
Dimana :
δ = Koefisien transmisi yang dipengaruhi masa yang
73
bergerak (1,1-1,25)
ts = waktu start ( 3 s/d 8 detik )
Maka :
1,25.0,526. 1000 0,975.15285. 0,412
𝑀𝑑𝑦𝑛 = + = 1,62 𝑘𝑔. 𝑚
375. 3 1000.3.0,8
Momen ststis poros motor yang terjadi :
𝑁
𝑀𝑠𝑡 = 71620.
𝑛
5
𝑀𝑠𝑡 = 71620. = 358,1 𝑘𝑔 − 𝑐𝑚 = 3,58 𝑘𝑔 − 𝑚
1000
𝑀𝑚𝑎𝑥
< (2,5)
𝑀𝑟𝑎𝑡𝑒𝑑
5,2
< (2,5)
3,58
Dimana :
v = kecepatan troli ( 25 m/menit )
D = Diameter roda ( 0,2 m )
74
Maka :
25
𝑛𝑡−𝑤 = = 39,80 𝑟𝑝𝑚
3,14.0,2
75
𝑑2 250
𝑍2 = = = 125
𝑚 2
Dengan perbandingan gigi 25 : 125 = 5 maka jumlah gigi
roda pinion diambil Z1 = 25 dan Z2 = 125.
Putaran roda gigi dua :
𝑛. 𝑍1 1000.25
𝑛2 = = = 200 𝑟𝑝𝑚
𝑍2 125
Roda gigi 2 dan roda gigi 3 dihubungkan dengan satu poros. Maka :
n2=n3= 200 Rpm. Dengan mengambil modul m2 =2 dan I2 =5 dan a2 =
150 mm, maka didapat :
2. 𝑎2 2.150
𝑑3 = = = 50
1 + 𝑖2 1 + 5
2. 𝑎2 . 𝑖2 2.150.5
𝑑4 = = = 250
1 + 𝑖2 1+5
Jumlah gigi Z3 dan Z4 dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑑3 50
𝑍3 = = = 25
𝑚 2
𝑑4 250
𝑍4 = = = 125
𝑚 2
𝑍4 125
𝑖2 = = =5
𝑍3 25
Perbandingan transimisi i2 = 5 sehingga diambil Z3 = 25 dan Z4 =
125 buah, Putaran roda gigi 4 :
𝑛3 . 𝑍3 200.25
𝑛4 = = = 40 𝑟𝑝𝑚
𝑍4 125
Dari hasil perhitungan transimisi diatas, dengan putaran motor η1 =
1000 Rpm dan putaran drum η4 = 40 Rpm, maka perbandingan
transimisi dinyatakan cukup layak untuk perencanaan penggerak hoist.
76
4.3.4 Perencanaan Pengereman Mekanisme Travelling
1. Penentuan Momen Gaya Pengereman
Jenis rem yang dipergunakan pada mekanisme traversing
𝑊. 𝑣
𝑁𝑏𝑟 =
𝜂. 75
Dimana :
W = tahanan akibat gesekan roda troli = 599,17 Kg
v = Kecepatan = 0,41 m/det
𝜂 = efesiensi total mekanis = 0,8
599,17.0,41
𝑁𝑏𝑟 = = 4,09 𝐻𝑃
75.0,8
𝑁𝑏𝑟
𝑀𝑠𝑡 = 71620. (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 292 )
𝑛𝑏𝑟
Maka :
4,09
𝑀𝑠𝑡 = 71620. = 292,92 𝑘𝑔 − 𝑐𝑚 = 2,92 𝑘𝑔 − 𝑚
1000
Momen gaya dinamik saat pengereman diacu pada poros rem adalah :
δG𝐷2 . 𝑛 0,975. 𝑄. 𝑣 2 𝜂
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 𝑡𝑏𝑟 𝑛. 𝑡𝑏𝑟
Dimana :
δ = Koefisien yang memperhitungkan pengaruh massa
mekanisme transmisi (δ = 1,1-2,5), dipilih 1,5
t br = Waktu pengereman = 2 detik
77
Maka :
1,5.0,526. 1000 0,975.15285. 0,412 . 0,8
𝑀𝑑𝑦𝑛 = +
375. 1 1000.1
= 4,10 𝑘𝑔 − 𝑚
Momen gaya yang diperlukan untuk pengereman adalah :
𝑀𝑏𝑟 = 𝑀𝑑𝑦𝑛 − 𝑀𝑠𝑡
Dimana :
118
𝑆= = 1475 𝑘𝑔
0,20.0,4
𝜋. 𝐷. 𝐵. 𝛽
𝐹𝑟 = (Rudenko, ℎ𝑎𝑙 181 )
360
Dimana :
B = Lebar sepatu (direncanakan = 80 mm)
𝛽 = Sudut kontak antara roda dan sepatu rem (60° 𝑠/𝑑 120°)
Maka :
3,14.20.8.80
𝐹𝑟 = = 111,64 𝑐𝑚2
360
𝑆 1475
𝑃= = = 13,21 kg/c𝑚2
𝐹𝑟 111,64
78
Harga tekanan satuan ini masih dalam batas tekanan satuan yang
diizinkan yaitu untuk bahan asbes yang ditekan secara hidrolik dengan
serat kuningan pada logam, P = 15 kg/cm2, dengan demikian bahan
yang dipilih adalah tepat.
4.4 Perencanaan Jembatan ( Girder )
79
Jembatan atau girder merupakan bagian terpenting pada sebuah crane,karena
girder berfungsi sebagai landasan rel roda jalan.
1. Pemeriksaan Terhadap Defleksi
Defleksi jembatan ( girder ) utama yang berlebihan akan menyebabkan
seluruh jembatan bergetar dan hal ini akan berpengaruh pada
pengoperasian crane. Perhitungan defleksi didasarkan pada pengaruh
bobot sendiri ( δ ’ ) dan defleksi akibat gerak troli pada waktu membawa
beban ( δ ” )
Untuk mengetahui besarnya defleksi terhadap beban sendiri digunakan
rumus :
𝐺 5𝐿31
𝛿′ = ( Rudenko, ℎ𝑎𝑙 320 )
𝐸. 𝐼𝑥 384
Dimana :
δ ’ = Defleksi terhadap bobot sendiri ( cm )
E = Modulus Elastisitas = 2,2 x 10 6 Kg/cm2 ( Lit.1 Hal 320 )
Dari hasil survey pada PT. Growth Sumatra Industry, Ltd diperoleh :
G = Bobot girder G = 2265 Kg
Ix = Modulus terhadap sumbu x = 66600 cm4
L1 = Panjang girder = 1500 cm
Maka :
2265 5. 15003
𝛿′ = = 0,38 𝑐𝑚
2,2𝑥106 . 118000 384
80
𝑃1
𝛿′′ = (𝐿 − 𝑏)[𝐿2 + (𝐿 + 𝑏)2 ]
48. 𝐸. 𝐼𝑋
Dimana :
𝛿′′= Defleksi akibat beban bergerak ( cm )
P1 = Gaya yang ditumbulkan oleh troli yang pada desain
dengan 4 troli = 3250 / 2 = 1625 kg
E = Modulus Elastisitas = 2,2 x 106 Kg/cm2
Ix = Modulus lembam terhadap sumbu x = 66600 cm2
b = Jarak antara roda troli hoist = 120 cm
Maka :
1344,37
𝛿 ′′ = (1500 − 120)[15002 + (1500 + 120)2 ]
48.2,2𝑥106 . 118000
= 0,72 𝑐𝑚
Defleksi total untuk masing-masing jembatan ( girder ) adalah :
𝛿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝛿 ′ + 𝛿′′
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Jenis mesin pemindah bahan yang direncanakan adalah tipe Overhead
Traveling Crane yang akan direncanakan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.
Berdasarkan perhitungan sederhana serta mengikuti standar–standar yang
ada dalam perencanaan mesin pengangkat dan elemen mesin, maka dapat
disimpulkan bahwa sebuah mesin pengangkat dengan kapasitas angkat 10
ton, yang dihitung secara teoritis dapat dioperasikan, adapun spesifikasi
peralatan sebagai berikut :
1. Karakteristik Utama
- Kapasitas angkat : 10 ton
- Lebar ruangan : 15 meter
- Panjang ruangan : 60 meter
- Tinggi Angkat : 8 meter
- Kecepatan angkat : 5 m / menit
- Kecepatan melintang : 20 m / menit
- Kecepatan memanjang : 25 m / menit
2. Karakteristik Komponen–Komponen Mekanisme
A. Mekanisme Pengangkatan (Hoisting)
Tali Baja Mekanisme Pengangkat
- Jenis tali : 6 x 37 = 222 + 1c
- Diameter : 20,8 mm
- Beban patah : 24500 Kg
-
Kekuatan patah : 180 kg/mm2
- Berat tali : 1,430 Kg/m
- Umur tali : 19,76 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
82
Puli mekanisme Pengangkat
- Jenis : Puli tetap dan bebas
- Diameter : 478,4 mm
- Jumlah : 2 buah
- Diametar poros puli : 61,5 mm
- Bahan puli : baja S 30 C Standar JIS G 4051
Drum Mekanisme Pengangkat
- Jenis : Drum ganda / Alur spiral kiri dan
kanan
- Diameter : 468 mm
- Panjang : 909 𝑚𝑚
- Jumlah lilitan : 11 lilitan
- Tebal dinding : 19,36 mm
- Bahan : baja Cr 5
Kait ( Hooke )
- Bahan kait : Baja karbon S 35 C, JIS G 4051
- Jenis baut kait : Ulir metris M 684
- Tegangan tarik ulir kait : 423,89 𝐾𝑔/𝑐𝑚2
- Panjang minimum ulir kait : 29,9 𝑚𝑚
Motor Penggerak Mekanisme Pengangkat
- Daya : 20 HP
- Putaran : 950 rpm
Roda Gigi Gerak Hoist
- Kecepatan putaran drum : 6,89 rpm
- Bahan roda gigi pinion : Baja karbon S 45 C, JIS G 4051
- Bahan roda gigi besar : Baja karbon S 35 C, JIS G 4051
- perbandingan transmisi : 3 tingkat
Rem Mekanisme Pengangkatan
- Jenis rem : Rem sepatu ganda
- Diameter rem : 250 mm
- Lebar rem : 80 mm
83
- Daya statik pengereman ( N br ) : 9,07 Hp
- Momen pengereman ( M br ) : 15,11 Kg – m
- Bahan Sepatu Rem : Asbes
B. Mekanisme Traversing
Roda Troli
- Bahan roda troli : steel 5
- Diameter : 300 mm
- Diameter poros : 60 mm
Motor Penggerak Mekanisme Traversing
- Daya : 5 HP
- Putaran : 1200 rpm
Roda Gigi Gerak Hoist
- Kecepatan roda penggerak : 21,23 rpm
- Bahan roda gigi pinion : Baja karbon S 45 C, JIS G 4051
- Bahan roda gigi besar : Baja karbon S 35 C, JIS G 4051
- perbandingan transmisi : 2 tingkat
Rem Mekanisme Traversing
- Jenis rem : Rem sepatu ganda
- Diameter rem : 250 mm
- Lebar rem : 80 mm
- Daya statik pengereman ( N br ) : 1,90 Hp
- Momen pengereman ( M br ) : 3,09 𝑘𝑔 − 𝑚
- Bahan Sepatu Rem : Asbes
C. Mekanisme Traveling
Roda crane
- Bahan roda crane : steel 65 T
- Diameter : 200 mm
- Diameter poros : 45 mm
Motor Penggerak Mekanisme Traveling
- Daya : 5 HP
- Putaran : 1000 rpm
84
Roda Gigi Mekanisme traveling
- Kecepatan roda penggerak : 39,80 rpm
- Bahan roda gigi : Baja karbon S 45 C, JIS G 4051
- Bahan roda gigi besar : Baja karbon S 35 C, JIS G 4051
- perbandingan transmisi : 2 tingkat
Rem Mekanisme Traveling
- Jenis rem : Rem sepatu ganda
- Diameter rem : 200 mm
- Lebar rem : 80 mm
- Daya statik pengereman ( N br ) : 4,09 Hp
- Momen pengereman ( M br ) : 1,18 𝑘𝑔 − 𝑚
- Bahan Sepatu Rem : Asbes
5.1 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan berdasarkan atas hasil yang
diperoleh pada perancangan overhead travelling crane, yaitu :
1. Agar nantinya penggunaan overhead travelling crane ini tidak melebihi
batas kapasitas dan waktu penggunaan
2. Diharapkan pada operator agar melakukan pengecekan dan perawatan
secara berkala pada peralatan-peralatan pengangkat seperti tali, motor,
puli, dan lain-lain.
85
DAFTAR PUSTAKA
1995.
Jakarta,1984.
86
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tegangan tarik maksimum berbagai diameter tali dan beban patah
untuk tali baja : tipe : 6 x 37 + 1 fibre core
87
Lampiran 3 : Harga faktor m
88
Lampiran 7 : Harga a, z2 dan 𝛽
89
Lampiran 10 : Dimensi roda rem
90
Lampiran 12 : Ukuran-ukuran kait
91
Lampiran 13 : koefisien tahanan gesek
92
Lampiran 15 : karakteristik bahan gesek
93
Lampiran 16 : Ukuran gilder
94
Lampiran 17 : Penurunan rumus persamaan defleksi
Pada kasus balok yang ditumpu sederhana dan dibebani secara merata
(Gambar 2), momen lentur pada suatu penampang mn, pada jarak x dari tumpuan
kiri adalah :
95
Dengan meninjau kondisi batas tumpuan, Mmaks terjadi pada x = L/2 dan pada
𝑑𝑦
lokasi tersebut tidak terjadi rotasi = 0, sehingga persamaannya menjadi :
𝑑𝑥
Pada kasus merata terletak penuh di sepanjang bentang, maka rotasi maksimum
akan terjadi di x = 0 atau x = L, sehingga diperoleh :
96
Pada kasus beban merata terletak penuh di sepanjang bentang, maka lendutan
maksimum akan terjadi di x = L/2, sehingga diperoleh :
97