Nim : 20011014022
Juruasan : Agroteknologi Reg. B
Mata kuliah : Bioteknologi
Teori Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk menjadi individu yang
sempurna bila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai. Teori totipotensi dikemukakan
oleh G. Heberland pada tahun 1898. Pada tahun 1950, F.C. Steward dan
mahasiswanya dari Cornell University memperoleh tanaman wortel utuh dari sel somatik
sel floem akar wortel. Tahapan dalam totepotensi sel-sel wortel sehingga terbentuk
individu baru adalah sebagai berikut: Floem akar tanaman wortel – Dipotong kecil-kecil
masing-masing 2 mg – Ditumbuhkan pada media bernutrein – Sel-sel membelah,
terbentuk kalus (jaringan yang belum terdeferensiasi) – Kalus dipisahkan dalam media
nutrisi – Kalus membelah diri membentuk embrio – Terbentuk tanaman baru
Berdasarkan sifat totipotensi, satu bagian tanaman dapat diklon menjadi tanaman
identik secara genetik. Usaha memperoleh sutau individu baru dari satu sel atau jaringan
dikenal sebagai kultur jaringan.
Adanya sifat totipotensi pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh
anakan seragam dalam jumlah banyak dan cepat.sel-sel tumbuhan dapat bersifat
totipotensi (berpotensi penuh), yaitu sel-sel tersebut dapat mempertahankan
potensi zigot untuk membentuk semua bagian organisme matang.
Media untuk inisiasi awal yang terdiri dari garam makro dan media knop ditambah
garam mikro dari media MS (Murashige dan Skoog).
Media multiplikasi terdiri dari garam makro dan mikro dari media MS.
Media pengakaran berupa media MS.
Zat pengatur tumbuh yang digunakan berupa 6-benzylamino acid (BAP), naphtalene
acetid acid (NAA), dan indole butryric acid (IBA).
Media tumbuh berupa gula dan lain-lainnya perlu disterilisasi. Hal ini dikarenakan
media tersebut merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi cendawan dan
bakteri. Bila lingkungan mendukung, mikroorganisme akan tumbuh cepat dan
menutupi permukaan kultur bahan tanaman, di samping itu juga akan merusak
bahan tanaman dan menyebabkan tanaman mati.
b) Sterilisasi dan isolasi bagian tanaman.
Persiapan sterilisasi dan isolasi yang dilakukan meliputi pemilihan bahan
tanaman dan sterilisasi permukaan agar bahan tanaman bebas dari mikroorganisme
yang menjadi kontaminan. Berikut ini tahap-tahap sterilisasi dan isolasi ;
Cuci bersih bahan tanaman yang diambil dari lapangan, buang bagian yang kotor
dan mati dan buang juga daun-daun hingga tersisa bagian pucuk dengan 1-2
lembar daun kecil.
Rendam pucuk selama 10 menit di dalam larutan deterjen encer.
Rendam pucuk di dalam larutan agrimisin 1g/100 ml selama 2 jam.
Kegiatan selanjutnya dikerjakan dalam laminar air flow cabinet
c) Penanaman pucuk di dalam media inisiasi.
Pekerjaan ini dilakukan dalam lingkungan kerja yang aseptik yaitu di
dalam laminar air flow cabinet. Pada inisiasi awal bisanya sukar didapatkan kultur
yang bersih dari bakteri dan cendawan.
d) Peletakan kultur (media yang telah ditanami pucuk).
Kultur diletakkan di atas rak didalam ruang kultur atau ruang tumbuh yang bersih.
Cahaya untuk perbanyakan in vitro berasal dari lampu TL yang dipasang pada rak.
Lampu 40 watt dipasang pada ketinggian 50 cm dari rak kultur untuk menyinari daerah
seluas 40 x 100 cm.
e) Pengamatan dan subkultur.
Kultur yang bersih (bebas kontaminasi bakteri dan cendawan) disebut kultur yang
aksenik. Pucuk yang aksenik akan menunjukkan pertumbuhan dalam waktu 4 minggu,
setelah 4 minggu pucuk dipindahkan ke media multiplikasi.
Dalam media multiplikasi, pucuk kecil akan membentuk tunas-tunas baru dalam 12-
15 hari. Multiplikasi pertama menghasilkan 5-7 tunas, tunas yang diperoleh kemudian
dipecah dan ditanam secara terpisah pada media multiplikasi. Proses pemecahan dan
penanaman dalam media baru disebut subkultur. Dalam sub kultur pelipatan tunas
berulang kembali, setiap 4 minggu dapat dilakukan sub kultur, stelah 5 kali sub kultur
akan diperoleh antara 900-1000 tunas. Tunas-tunas tersebut kemudian diakarkan dalam
media pengakaran.
f) Aklimatimasi pucuk.
Setelah akar sempurna dan mencapai panjang kira-kira 3 cm atau lebih (berumur 3
minggu), tanaman dapat dikeluarkan dan dilanjutkan dengan tahap aklimatisasi untuk
selanjutnya dipindahkan ke pembibitan. Masa aklimatisasi ini merupakan masa yang
sangat kritis dikarenakan tanaman kecil yang diperoleh (planlet) harus belajar berdiri
sendiri untuk beralih dari kondisi heterotrof menjadi autotrof.
Perubahan yang drastis dari kultur jaringan dalam botol dan laboratorium ke
lapangan adalah perubahan kelembaban, suhu dan intensitas cahaya. Untuk menjaga
kelembaban yang tinggi maka planlet harus disungkup sekitar 2 minggu, intensitas
cahaya dijaga dengan memberikan naungan dari paranet atau dapat menggunakan
bilah-bilah bambu. Sementara suhu yang baik sekitar 23-25˚C pada siang hari ditempat
dengan altitude tinggi atau dengan penyemprotan air secara berkala ditempat
aklimatisasi.
a) Contoh Eksplan
Untuk lebih memahami jenis eksplan dapat dilihat beberapa contoh eksplan yang
diambil dari daun, tangkai bunga dan anther Eksplan kemudian diletakkan dalam
media kultur yang sesuai. Eksplan tadi akan terus membelah membentuk masa sel
yang belum terdifferensiasi, yaitu kalus. Kalus kemudian dipindah dalam media
differensiasi yang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kecil atau
planlet.
c) Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Eksplan dapat berasal dari : daun, tunas, cabang, batang, akar, embrio, kotiledon,
hipokotil, epikotil
d) Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang
melakukan kultur jaringan juga harus steril.
e) Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung
reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di
tempat yang steril dengan suhu kamar.
f) Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan
akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan
dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur.
Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna putih atau
biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
g) Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit dan udara luar.
Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif.
Unsur hara makro, meliputi: nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), dan sulfur (S).
Unsur mikro, meliputi: boron (B), cobalt (Co), tembaga (Cu), Iodium (I), besi (Fe),
mangan (Mn), molybdenum (Mo), dan seng (Zn).
Vitamin (vitamin B1) dan Myo-inositol.Untuk beberapa formula media ada juga yang
ditambahkan niasin dan piridoksin (B6).
Gula (sukrosa) berfungsi sebagai sumber energi.
Zat pengatur tumbuh berfungsi untuk merangsang dan mengontrol pertumbuhan.
Agar-agar berfungsi sebagai pemadat media.
Arang aktif berfungsi sebagai penyerap senyawa racun (jika diperlukan).
Air suling (aquades) berfungsi sebagai pelarut.