Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan tertinggi di
Indonesia. Para mahasiswa mendapatkan ilmu berupa teori-teori pada
jenjang perguruan tinggi. Namun untuk menghadapi dunia kerja,
mahasiswa tidak hanya membutuhkan ilmu secara teoritis, melainkan
mahasiswa membutuhkan pengalaman dan keahlian dalam berkomunikasi
dan bersosialisasi. Oleh karena itu pada perguruan tinggi dibutuhkan mata
kuliah kerja praktek.

Kerja praktek merupakan salah satu kurikulum wajib yang harus


ditempuh oleh mahasiswa S1 Jurusan Mesin, Program Studi Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Makassar. Kerja praktek
merupakan kegiatan akademik yang dilakukan diluar kegiatan belajar-
mengajar dalam ruang kuliah. Kegiatan kerja praktek ini adalah sarana
untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang dunia kerja
dan industri secara lebih aplikatif dengan bekal ilmu yang didapat di
bangku kuliah.

Dengan kegiatan kerja praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat


menambah pengetahuan tentang dunia industri sehingga mahasiswa
mempunyai pandangan tentang arah dan tujuan perkembangan teknologi,
memupuk kreativitas sehingga dapat memahami permasalahan yang
terjadi di dunia industri, mampu menumbuhkan ide-ide baru yang nantinya
berguna bagi kemajuan perkembangan IPTEK di Indonesia yang akan
menunjang perkembangan dunia industri.

Kerja praktek dilaksanakan di PT Semen Tonasa, perusahaan


pembuatan Semen, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi
Selatan, dari tanggal 01 Maret s.d. 31 Maret 2019. Pada kesempatan kali
ini, penulis berkesempatan melakukan kerja praktek di Departemen
Produksi V PT Semen Tonasa, diharapkan dapat memberikan keuntungan

1
untuk pihak-pihak terkait (mahasiswa dan perusahaan). Alasan penulis
memilih PT.Semen Tonasa sebagai tempat pelaksanaan Kerja Praktek
dikarenakan PT.Semen Tonasa merupakan salah satu perusahaan
manufaktur milik pemerintah (BUMN) yang dinaungi oleh Semen
Indonesia dan merupakan pemasok semen terbesar dikawasan Timur
Indonesia pada umumnya dan di Sulawesi Selatan khususnya. oleh
karenanya penulis dapat mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dan
memahami tentang permasalahan ataupun kendala-kendala selama proses
produksi dan terjun langsung kelapangan untuk melihat langsung proses
produksinya serta memberikan solusi dari masalah yang ditemukan bila
diperlukan.

Dari penjelasan tersebut penulis tertarik memilih PT.Semen


Tonasa Pangkep sebagai lokasi diadakannya Program Kerja Praktek.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Secara Umum
a) Mengenal keadaan dunia industri yang akan dihadapi sehingga
dapat melakukan persiapan sebelum terjun langsung
kedalamnya.
b) Mengenal sistem kerja dan organisasi yang ada di perusahaan.
c) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
memperoleh pengalaman dalam hal engineering praktis,
kemampuan berkomunikasi, dan besosialisasi.
d) Memberikan kelengkapan dan pendalaman materi kuliah
melalui pengamatan langsung di lapangan sekaligus
mengimplementasikan ilmu- ilmu yang telah diperoleh
dibangku kuliah.
e) Membantu menyelesaikan masalah teknis yang ada, bila
memungkinkan
f) Memperluas wawasan mahasiswa dalam bidang teknik secara
umum, dan teknik industri secara khusus.

2
1.2.2 Tujuan Secara Khusus

1. Sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan pada


jenjang program S1.
2. Mengetahui dan memahami aliran proses (flow process)
produksi semen di PT. Semen Tonasa khususnya di
Departemen Produksi Tonasa V.
3. Mengetahui prosedur pemeliharaan mesin di PT. Semen
Tonasa khususnya di Departemen Produksi V Seksi
Pemeliharaan Mesin.
4. Menganalisa kendala-kendala teknis di lapangan khususnya di
Departemen Produksi V Seksi Pemeliharaan Mesin dan
memberikan solusi dari kendala tersebut.
5. Mengetahui ruang lingkup,struktur organisasi, dan sistem
manajemen pemeliharaan di PT. Semen Tonasa.

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup penelitian yang di ambil oleh penulis adalah
mengenai Flow Process Produksi Semen pada umumnya serta Sistem
manajemen pemeliharaan di Departemen Produksi Tonasa V Seksi
Pemeliharaan Mesin finish mill.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja praktik dilaksanakan di Departemen Produksi Tonasa V tepatnya di
Seksi Pemeliharaan Mesin Unit Kerja finish mill 5. Pelaksanaan kerja
praktik dimulai pada tanggal 01 Maret sampai dengan 31 Maret 2019.

1.5 Metodologi
Dalam penulisan laporan kerja praktek di PT Semen Tonasa penyusunan
menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan sebagai pedoman dalam penulisan laporan kerja praktek ini.
Metode-metode tersebut adalah :

3
1. Observasi lapangan dengan melihat secara langsung di lapangan dan
melakukan pengamatan serta pengambilan data objek yang ditinjau.
2. Interview, yakni dengan melakukan diskusi dengan pembimbing,
mekanik serta karyawan di Seksi Pemeliharaan Mesin finish Mill 5.
3. Studi literatur dengan cara mencari informasi dari manual book dan
literatur- literatur lain yang berhubungan dengan referensi.

1.6 Manfaat Praktek

Secara Praktis, Manfaat Kerja Praktek ini adalah :

1.6.1 Bagi Perusahaan :

1. Kerja praktek mahasiswa dapat dijadikan sebuah orientasi


untuk memperkenalkan industri-industri dalam negeri serta
mengajarkan pada generasi muda yang akan melanjutkan
bagaimana mengelola dengan baik sumber daya alam.
2. Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia
industri/ perusahaan sehingga perusahaan tersebut dikenal oleh
kalangan akademis.
3. Adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-
mahasiswa yang melakukan Kerja Praktek
4. Perusahaan akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa-
mahasiswa yan melakukan praktek.
5. Adanya orang yang mengaudit perusahaan tanpa mengeluarkan
biaya dengan adanya laporan-laporan magang yang diberikan
kepada perusahaan.

1.6.2 Bagi Perguruan Tinggi :

1. Menjalin kerjasama yang baik dalam bidang pengembangan


teknologi antara pihak perusahaan dalam hal ini PT. Semen
Tonasa Pangkep dengan pihak perguruan tinggi dalam hal ini
Universitas Hasanuddin.

4
2. Dapat memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan,
sebagai bahan informasi untuk mengembangkan kurikulum
yang ada.
3. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa
selama di bangku perkuliahan.

1.6.3 Bagi Mahasiswa :

1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu


yang diperoleh di bangku perkuliahan.
2. Menambah wawasan setiap mahasiswa mengenai dunia
industri.
3. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian
dibidang praktek.

1.7 Sistematika Penulisan

Penyusunan laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Berisikan latar belakang kerja praktik, tujuan, ruang lingkup,


waktu dan tempat pelaksanaa kp, metodologi serta manfaat kerja
praktik. Serta gambaran umum perusahaan yang berisi mengenai
profil perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, visi dan misi
perusahaan, produk, sasaran dan strategi perusahaan, indikator
kerja, sumber pendapatan perseroan, pemegang saham, struktur
organisasi PT Semen Tonasa, perusahaan afiliasi perseroan, unit
pengantonag semen serta fasilitas pendukung.

Bab II Tinjauan Pustaka

Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan


laporan, sistem manajemen pemeliharaan secara umum, prosedur

5
pemeliharaan secara umum serta hubungan antara pemeliharaan
dengan proses produksi.

Bab III Analisa dan Pembahasan

Berisi tentang pengumpulan data-data terkait, analisa aliran proses


pembuatan semen mulai dari penambangan sampai pengepakan
serta pembahasan tugas khusus mahasiswa mengenai sistem
manajemen dan prosedur pemeliharaan mesin-mesin di PT.Semen
Tonasa.

Bab IV Pemecahaan Masalah.

Bab V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran bagi PT. Semen Tonasa


Pangkep khususnya di Departemen Produksi Tonasa V Seksi
Pemeliharaan Mesin.

1.8. Gambaran Umum Perusahaan

1.8.1 Profil Perusahaan

PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan


Timur Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa
Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68
kilometer dari kota Makassar. Perseroan yang memiliki kapasitas
terpasang 5.980.000 ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit
pabrik, yaitu Pabrik Tonasa II, Pabrik Tonasa III, Pabrik Tonasa IV
dan Pabrik Tonasa V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan
proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen
pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk
Unit IV serta 2.500.000 ton semen untuk Unit V. Perseroan
berdasarkan anggaran dasar merupakan produsen semen di Indonesia

6
yang telah memproduksi serta menjual semen di dalam negeri dan
mancanegara sejak tahun 1968.

Proses produksi perseroan bermula dari kegiatan penambangan


tanah liat dan batu kapur di kawasan tambang tanah liat dan
pegunungan batu kapur sekitar pabrik hingga pengantongan semen
zak di unit pengantongan semen. Proses produksi perseroan secara
terus menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna menjamin
kualitas produksi. Lokasi pabrik perseroan yang berada di Sulawesi
Selatan merupakan daerah strategis untuk mengisi kebutuhan semen
di Kawasan Timur Indonesia. Dengan didukung oleh jaringan
distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh delapan unit pengantongan
semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, telah menjadikan
perseroan sebagai pemasok terbesar di kawasan tersebut. Kedelapan
unit pengantongan semen berlokasi di Bitung, Palu, Banjarmasin dan
Ambon dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun
serta di Makassar, Bali dan Samarinda dengan kapasitas masing-
masing 600.000 ton semen per tahun, dan di Pontianak dengan
kapasitas 150.000 ton semen per tahun. Sarana pendukung operasi
lainnya yang berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan
adalah utilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan
kapasitas 2x25 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten
Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.

Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen


Portland (OPC), Semen Non OPC yaitu Tipe Komposit (PCC)
tersebar di wilayah Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua. Didukung dengan merk produk yang solid di
Kawasan Timur Indonesia, perseroan berusaha secara terus menerus
mempertahankan brand image produk dengan menjaga kestabilan
pasokan produk di pasar semen, selain itu dukungan sistem distribusi
yang optimal juga merupakan unsur kesuksesanpenjualan semen

7
perseroan. Disamping itu, penjualan ekspor juga dilakukan perseroan
jika terjadi kelebihan produksi setelah pemenuhan pasar dalam negeri.
Sejak 15 September 1995 perseroan terkonsolidasi dengan PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. (sebelumnya PT Semen Gresik (Persero)
Tbk.) menjadi sebuah holding company. Lebih dari satu dekade
perseroan berbenah dan berupaya keras meningkatkan nilai perseroan
di mata pemegang saham dan stakeholder. Berbagai terobosan strategi
dan program kerja dalam meningkatkan kinerja perseroan secara
terintegrasi terus dipacu untuk mewujudkan visi perseroan menjadi
produsen semen yang terefisien dan mempunyai keunggulan yang
kompetitif diantara para produsen semen lainnya. Di mulai tahun 2009
sampai saat ini, perseroan melaksanakan pembangunan Pabrik Tonasa
V yang nantinya diharapkan beroperasi dengan kapasitas 2.500.000
ton pertahun dengan dukungan pembangkit listrik 2x35MW dengan
pembiayaan proyek tersebut bersumber dari dana sendiri perseroan
dan kredit pembiayaan sindikasi perbankan nasional. Pembangkit
listrik tersebut di targetkan akan beroperasi normal di tahun 2013.

1.8.2 Profil Pabrik

A. Tonasa I
PT Semen Tonasa didirikan sesuai TAP MPRS
No.II/MPRS/1960 tanggal 5 Desember 1960 dengan kepemilikan
100% pemerintah. Tonasa I beroperasi dengan kapasitas 120.000
ton per tahun. Tahun 1984, Tonasa I dihentikan operasionalnya
karena alasan ekonomis.

8
Gambar 1.1. : Pabrik Tonasa 1
Sumber : http://www.sementonasa.co.id/
B. Tonasa II & III
Tahun 1980 Tonasa II beroperasi dengan kapasitas
terpasang 510.000 ton per tahun. Tahun 1991 dilakukan
optimalisasi sehingga kapasitas Tonasa II menjadi 590.000 ton
pertahun. Tahun 1985 Tonasa III beroperasi dengan kapasitas
terpasang 590.000 ton per tahun.

Gambar 1.2 : Pabrik Tonasa 2&3


Sumber : http://www.sementonasa.co.id/
C. Tonasa IV
Tahun 1996 Tonasa IV beroperasi dengan kapasitas 2,3
Juta ton per tahun pada saat yang bersamaan beroperasi pula
power plant 1 dengan kapasitas 2 x 25 MW.

9
Gambar 1.3 : Pabrik Tonasa 4
Sumber : http://www.sementonasa.co.id/
D. Tonasa V
Tonasa V beroperasi secara komersil sejak 1 Pebruari 2013.
Pabrik Tonasa V memiliki kapasitas terpasang 2,5 juta ton per
tahun. Pabrik Tonasa V dan Pembangkit Listrik 2 x 35 MW
diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 19 Februari 2014.

Gambar 1.4 : Pabrik Tonasa 5


Sumber : http://www.sementonasa.co.id/
1.8.3 Visi dan Misi PT Semen Tonasa

 Visi
Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di asia dengan
tingkat efesiensi tinggi.

 Misi

10
1. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan
stakeholders.
2. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dengan kualitas dan harga bersaing serta
penyerahan tepat waktu.
3. Senantiasa berupaya melakukan improvement di segala
bidang, guna meningkatkan daya saing di pasar dan ebitda
margin perusahaan.
4. Membangun lingkungan kerja yang mampu
membangkitkan motivasi karyawan untuk bekerja secara
professional.

1.8.4 Jenis Produk

A. Semen Portland Tipe I (OPC)

Semen Portland Tipe I adalah semen hidrolis yang dibuat


dengan menggiling terak dan gipsum. Semen Portland Tipe I
produksi perseroan memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004
Jenis I dan ASTM C150-2004 Tipe I. Semen jenis ini
digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan
yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti
bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan dan jalan
raya, landasan bandar udara, beton pratekan,
bendungan/saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng,
hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-
lain.

11
Gambar 1.5. Semen Portland Tipe I (OPC)

B. Semen Portland Komposit (PCC)


Semen Portland Komposit adalah bahan peningkat hidrolis
hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum
dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil
pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan
anorganik lain. Semen Portland Komposit produksiPT Semen
Tonasa memenuhipersyaratan SNI 15-7064-2004. Kegunaan
semen jenis ini diperuntukkan untuk kontruksi beton umum,
pasangan batu bata, pelesteran dan acian, selokan, jalan, pagar
dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pra
cetak, beton pra tekan, panel beton, batabeton (paving
block)dan sebagainya.

Gambar 1.6. Semen Portland Komposit (PCC)

12
C. Semen Portland Pozzolan (PPC)
Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang
terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan
pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker
semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur
secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan
antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozzoland
15-40% massa Semen Portland Pozzolan. Semen jenis ini ideal
untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton
umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan
bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai,tanah berair
(rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif,
serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi
seperti bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan
penampungan air.

Gambar 1.7. Semen Portland Ponzzolan (PPC)

1.8.5. Sasaran dan Strategi Perusahaan


Sasaran utama perseroan adalah meningkatkan nilai
perusahaan kepada shareholders dan stakeholder dengan strategi
yang berfokus pada kegiatan bisnis utama, yaitu menambang,
memproduksi dan memasarkan produksinya untuk menjamin
sustainability perseroan dalam jangka panjang. Perseroan juga
berkomitmen untuk mempertahankan kekuatan finansialnya dengan

13
manajemen likuiditas yang sehat untuk memenuhi pembiayaan
investasi dan pembayaran kewajiban perusahaan serta pertumbuhan
arus kas perseroan secara berkelanjutan. Selain itu perseroan terus
melakukan inovasi kerja dalam operasional perusahaan, inovasi kerja
dipacu utamanya atas kegiatan kegiatan inti produksi yang dapat
menjamin sustainabilitas kinerja perseroan. Sustainabilitas perseroan
merupakan pendekatan terpadu terhadap kinerja perusahaan di
bidang lingkungan, sosial dan ekonomi, dimana ketiga bidang
tersebut saling terkait satu sama lain.
1.8.6. Indikator Kerja
Perseroan menggunakan volume produksi, penjualan, laba
komprehensif, ebitda serta rasio keuangan sebagai indikator kunci
kinerja. Perseroan dianggap berkinerja bagus jika berhasil
melampaui target produksi dan penjualan maupun laba komprehensif
serta ebitda. Selain itu perseroan berkewajiban mempertahankan
covenant ratio atas DSR dan DSCR yang telah ditetapkan dalam
perjanjian kredit pembiayaan Pabrik Tonasa V yang pembiayaannya
memperoleh sumber dana pinjaman dari PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk. dengan sindikasi banknya. Sedangkan untuk proyek
pengembangan baru, IRR minimum merupakan target pengembalian
yang diharapkan perusahaan.
1.8.7. Sumber Pendapatan Perseroan
Sumber pendapatan perseroan yang besar berasal dari hasil
penjualan semen dalam negeri, khususnya di Kawasan Timur
Indonesia. Kondisi saat ini, konsumsi semen nasional yang tinggi
telah memberikan keuntungan harga yang kompetitif bagi produsen
semen nasional. Oleh karena itu, pasar semen dalam negeri tetap
merupakan pasar utama yang potensial untuk memperoleh
keuntungan yang optimal. Mengingat tantangan yang semakin
meningkat ke depan, perseroan tidaklah terlena menikmati kondisi
tersebut. Dengan penuh kesadaran, manajemen senantiasa

14
melakukan berbagai strategi alternatif terbaik yang dapat
meningkatkan performa perseroan dengan efisiensi operasional yang
optimal dan strategi keuangan perseroan yang kuat.
1.8.8. Pemegang Saham

Gambar 1.8 Pemegang saham PT Semen Tonasa


Sejak 15 September 1995 perseroan terkonsolidasi dengan PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. (sebelumnya PT Semen Gresik
(Persero) Tbk.) menjadi sebuah holding company. Lebih dari satu
dekade perseroan berbenah dan berupaya keras meningkatkan nilai
perseroan di mata pemegang saham dan stakeholder. Berbagai
terobosan strategi dan program kerja dalam meningkatkan kinerja
perseroan secara terintegrasi terus dipacu untuk mewujudkan visi
perseroan menjadi produsen semen yang terefisien dan mempunyai
keunggulan yang kompetitif diantara para produsen semen lainnya.
1.8.9 Budaya Perusahaan (CHAMPS)
Budaya PT Semen Tonasa dikenal dengan istilah CHAMPS,
Budaya CHAMPS merupakan sebuah terobosan yang diterapkan
oleh manajemen PT semen Tonasa agar dapat memotivasi semua
karyawan untuk bekerja sesuai prosedur dan mementingkan
kepuasan pelanggan diatas segalanya. Adapun deskripsi dari budaya
CHAMPS adalah :

1. C Complete with a clear & synergized vision.


Ciptakan visi jelas yang sinergis untuk bersaing Mampu
mengarahkan seluruh sumber daya dan kapabilitas perusahaan

15
secara baik dan tepat untuk berkompetisi mencapai cita-cita
sinergis korporasi.

2. H Have high spirit for continuous learning.


Hidupkan semangat belajar terus-menerus Mau dan terbuka
belajar secara terus-menerus agar dapat bekerja baik dan
mampu beradaptasi terhadap berbagai perkembangan dan
perubahan yang terjadi dalam lingkungan industry

3. A Act with high accountability


Amalkan tugas dengan akuntabilitas tinggi Mampu
diandalkan dan memiliki tanggung jawab atas
perkataa,tindakan serta keputusan yang diambil,

4. M Meet customer expectation


Mantapkan usaha untuk penuhi harapan pelanggan Mampu
memenuhi harapan dan keinginan serta kebutuhan pelanggan
atas produk serta layanan secara fokus, responsif dan sesuai
standar prosedur yang berlaku.

5. P Perform ethically with high integrity


Praktekkan etika bisnis dengan integritas tinggi Mampu
menunjukkan falsafah, sikap hidup dan tindakan yang sesuai
dengan nilai-nilai moral dan etika yang luhur serta tidak
tergoyahkan oleh apapun juga.

6. S Strengthen teamwork
Senantiasa tingkatkan kerjasama Mampu melakukan
pekerjaan secara bersama-sama untuk mewujudkan hasil

16
kinerja terbaik dan yang mmberi nilai tambahan terbaik bagi
perusahaan dan seluruh pemangku jabatan.

17
1.8.10. Struktur Organisasi PT Semen Tonasa

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR PRODUKSI DIREKTUR KEUANGAN

DEPT. INTERNAL DEPT. BAHAN DEPT.


AUDIT BAKU AKUNTANSI DAN
KEUANGAN

DEPT.
DEPT.OF PUBLIC PRODUKSI DEPT. SDM
RELATIONS & TONASA 2/3
LEGAL
BERAU OF
SECTION OF MANAGEMENT
DEPT. OF SYSTEM
PROCUREMENT
DEPT. LINE 5
PRODUKSI TROUBLESH
TONASA 4 OOTING
BERAU OF
STAF AHLI DIRUT ENVIRONTMEN
& PROPER
DEPT. SECTION OF
PRODUKSI
BEREAU OF LINE 5 KILN &
TONASA 5 LINE 5 CM
OPERATION
STAF PROYEK CLINKER
STRATEGIS PRODUCTION
DEPT.
PERANCANGAN SECTION OF
STAF DANA TEKNIK LINE KILN 5 &
PENSIUN
BEREAU OF CM MACHINE
LINE 5 MAINT
CEMENT
DEPT. POWER
PLANT production
STAF KOPERASI
KARYAWAN BEREAU OF
SECTION OF
CEMENT
DEPT. LINE KILN 5 &
BACKING CM ELCT INS
PRODUCTION
PLANT I MAINT
STAF YKST PLANNING &
CONTROL

STAF TOPABIRING BEREAU OF


CEMENT
BACKING
PLANT II
STAF PKM

STAF TONASA LINE

Gambar 1.9 Struktur Organisasi PT Semen Tonasa

18
Manajemen PT. Semen Tonasa menyususn unit organisasi sebagai
berikut:

A. Dewan Direksi yang terdiri dari :


1) Direktur Utama

2) Direktur Komersil

3) Direktur Keuangan

4) Direktur Produksi

1) Direktur Utama membawahi departemen :


1. Departemen Sekretaris Perusahaan

2. Departemen CSR dan Umum

3. Departemen Internal Audit

4. Staf Ahli Dirut

5. Staf Proyek Strategis

2) Direktur Komersil membawahi Departemen :


1. Departemen Pengadaan & Pengendalian Persediaan

2. Departemen Penjualan

3. Departemen Perancangan dan Analisa Pasar

4. Departemen Distribusi Transportasi

3) Direktur Keuangan membawahi Departemen :


1. Departemen Keuangan

2. Departemen Sumber Daya Manusia (SDM)

19
4) Direktur Produksi membawahi Departemen :
1. Departemen Bahan Baku

2. Departemen Produksi Tonasa 2/3

3. Departemen Produksi Tonasa 4

4. Departemen Produksi Tonasa 5

5. Departemen Perancangan Teknik

6. Departemen Power Plant

7. Departemen Jaminan Mutu & Lingkungan

1.8.11. Perusahaan Afiliasi Perusahaan

Lebih dari dua dekade, perseroan dalam menjalankan


bisnisnya didukung oleh perusahaan afiliasi yang berlokasi di
sekitar perusahaan dengan bidang bisnis yang saling berhubungan
dengan bisnis utama perseroan. Dukungan bisnis tersebut dibidang
transportasi darat dan laut, tenaga kerja bongkar muat angkutan
semen, pengelola pensiun karyawan perusahaan serta bidang
konstruksi beton dan jasa bengkel. Berikut disajikan informasi
singkat tentang perusahaan afiliasi tersebut. PT Prima Karya
Manunggal merupakan perusahaan yang variatif dalam
mengembangkan bidang usahanya. Selain sebagai penyedia jasa
konstruksi dan pengangkutan darat untuk semen PT Prima Karya
Manunggal juga sebagai distributor produk perseroan. Untuk
kegiatan pengangkutan darat bahan mentah dan barang jadi,
perseroan mendapat dukungan dari PT EMKL Topabiring sejak
Juli 1989. Sedangkan kegiatan strategis perusahaan dalam rangka
pengangkutan semen curah melalui laut, PT Pelayaran Tonasa
Lines telah setia mendistribusikan produk perseroan ke unit
pengantongan yang tersebar di berbagai lokasi sejak Februari 1989.
Dalam rangka kegiatan bongkar muat serta yang terkait, sejak Juli
1989 PT Biringkassi Raya telah bermitra dengan perseroan. Untuk
20
menjamin kelancaran pasokan kantong, angkutan darat serta
penyediaan tenaga alih daya, perseroan melakukan
kerjasamadengan Koperasi Karyawan Semen Tonasa. Selain yang
bersifat komersial, perseroan juga membentuk entitas yang
bergerak dalam kegiatan untuk mendukung kesejahteraan seluruh
pihak terkait. Pada tahun 1966 telah dibentuk Yayasan
Kesejahteraan Semen Tonasa (YKST) yang bergerak dalam bidang
pendidikan, olahraga, rekreasi kolektif dan sebagainya. Sedangkan
dalam rangka memberikan kesinambungan kesejahteraan bagi para
purna bakti, perseroan membentuk Dana Pensiun Semen Tonasa
sebagai pengelola jaminan hari tua.

1.8.12. Unit Pengantongan Semen

Sebagai pendukung jaringan distribusi Semen Tonasa di


daerah pasar, Perseroan memiliki 9 unit pengantongan semen
(UPS) atau Packing Plant yang meliputi :

1. Ups Biringkassi Pangkep


Kapasitas 5 x 300.000 ton per tahun
Alamat : Jl. Kaptain Pahlawan Laut, Pelabuhan Khusus
Biringkassi PT Semen Tonasa
2. Ups Makassar
Kapasitas 2 x 300.000 ton per tahun
Beroperasi sejak tahun 1996
Alamat : Jl. Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar, Sulawesi
Selatan
3. Ups Bitung
Kapasitas 2 x 300.000 ton per tahun
Beroperasi sejak tahun 1966
Alamat : Jl. Pelabuhan Nusantara, Bitung
4. Ups Palu
Kapasitas 300.000 ton per tahun

21
Beroperasi sejak tahun 2000
Alamat : Kecamatan Tuwaeli, Kabupaten Donggala, Palu,
Sulawesi Tengah
5. Ups Samarinda
Kapasitas 2 x 300.000 ton per tahun
Beroperasi sejak tahun 1997
Alamat : Jl. Gaya Baru RT 09, Kel. Rawa Makmur, Desa
Tempurejo, Palaran, Samarinda, 75243
6. Ups Celukan Bawang Bali
Kapasitas 2 x 300.000 ton per hari
Beroperasi sejak tahun 1998
Alamat : Jl. Pelabuhan Celukan Bawang, Bali
7. Ups Banjarmasin
Kapasitas 300.000 ton per hari
Beroperasi sejak tahun 1997
Alamat : Kompleks Pelabuhan Trisakti, Jl. Barito Hilir No.9
Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70119
8. Ups Lapuko Kendari
Kapasistas 300.000 ton per tahun
Alamat : Kecamatan Lapuko, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi
Tenggara
9. Ups Mamuju
Kapasitas 300.000 ton per tahun
Beropersi sejak tahun 2014
Alamat : Dusun Bekengkeng, Belang-Belang Kec kaluku. Kab.
Mamuju- Sulawesi Barat.

1.8.13. Fasilitas Pendukung

Sarana penunjang operasi perusahaan yang berkontribusi besar


terhadap pencapaian target perusahaan adalah:

 Pembangkit Listrik BTG

22
Empat unit pembangkit listrik tenaga uap atau Boiler Turbin
Generator (BTG) Power Plant dengan kapasitas 2 X 25 MW
dan 2 x 35 MW yang berlokasi di area Pelabuhan Biringkassi,
Kabupaten Pangkep, sekitar 17 km dari lokasi pabrik.

 Pelabuhan Khusus Biringkassi


Pelabuhan Biringkasi yang dapat disandari oleh kapal dengan
muatan sampai 15.000 DWT berjarak 17 km dari lokasi pabrik.

 Coal Unloading
Fasilitas Coal Unloading System yang berlokasi di area
Biringkassi dengan kapasitas pembongkaran mencapai 1000
ton/jam

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeliharaan (Maintenance)

2.1.1 Definisi Pemeliharaan

Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering


dipermasalahkan antara bagian pemeliharaan dan bagian produksi.
karena bagian pemeliharaan dianggap yang memboroskan biaya,
sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi juga yang
membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk
yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak,
tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan
perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K.
Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan
pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan
mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein


artinya merawat, menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah
suatu kobinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu
kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih
jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan
memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan/kerusakan mesin.
(Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer dan Barry Render,
(2001) dalam bukunya “operations Management” pemeliharaan
adalah : “all activities involved in keeping a system’s equipment in
working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan
yang di dalamnya adalah untuk menjaga sistem peralatan agar
bekerja dengan baik.

24
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam
bukunya “Production Management” pemeliharaan (maintenance)
adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk
menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).

Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah


kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik
dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/penggantian yang
diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan


bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun
memperbaiki peralatan perusahaan agar dapat melaksanakan
produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang
telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

Gambar 2.1 Konsep strategi pemeliharaan yang baik membutuhkan karyawan


dan prosedur yang baik

25
2.1.2 Tujuan Pemeliharaan

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang


pemeliharaan dan bagian lainnya bagi suatu pabrik adalah
pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan perbaikan (repair)
mahal. (Setiawan F.D, 2008).

Menurut Daryus A, (2008) dalam bukunya manajemen


pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama dapat
didefenisikan sebagai berikut:

1) Untuk memperpanjang kegunaan asset,


2) Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang
dipasang untuk produksi dan mendapatkan laba investasi
maksimum yang mungkin,
3) Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan
yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
4) Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
Sedangkan Menurut Sofyan Assauri, 2004, tujuan
pemeliharaan yaitu :

1) Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai


dengan rencana produksi,
2) Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa
yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi
yang tidak terganggu,
3) Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan
yang di luar batas dan menjaga modal yang di investasikan
tersebut,
4) Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah
mungkin, dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara
efektif dan efisien,
5) Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat
26
membahayakan keselamatan para pekerja,
6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengaan suatu
perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama
perusahaan yaitu tingkat keuntungan yang sebaik mungkin dan
total biaya yang terendah.

2.1.3 Fungsi Pemeliharaan

Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi


pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis
dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan
agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan
optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.

Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya


pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :

1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang


bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu
panjang,
2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan berjalan dengan lancar,
3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari
mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan,
4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan
baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus
dilaksanakan dengan baik pula,
5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin
dan peralatan produksi yang digunakan,
6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik,
maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,

27
7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan
produksi dalam perusahaan, maka pembebanan mesin dan
peralatan produksi yang ada semakin baik.

2.1.4 Kegiatan-Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut


Manahan P. Tampubolon, (2004) meliputi berbagai kegiatan
sebagai berikut:

1) Inspeksi (inspection)
Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau
pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah
untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai
peralatan atau fasilitas produksi yang baik untuk menjamin
kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya
kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi dan berusaha
untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan
melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh dari hasil
inspeksi.

2) Kegiatan teknik (engineering)


Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang
baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan
yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian
terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam
kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan
perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan
dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh
karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan terutama
apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak

28
didapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang
dibutuhkan.

3) Kegiatan produksi (Production)


Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang
sebenarnya, yaitu merawat, memperbaiki mesin-mesin dan
peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarakan
atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik,
melaksankan kegiatan service dan pelumasan (lubrication).
Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-
usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4) Kegiatan administrasi (Clerical Work)


Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biaya-
biaya yang terjadi dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang
dibutuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa
yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan
perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut, komponen
(spareparts) yag tersedia di bagian pemeliharaan. Jadi dalam
pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan scheduling,
yaitu rencana kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa,
dilumasi atau di service dan di resparasi.

5) Pemeliharaan bangunan (housekeeping)


Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan
gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya.

29
2.1.5 Masalah Efisiensi Pada Pemeliharaan

Menurut Manahan P. Tampubolon, (2004) dan Sofyan


Assauri, (2004). Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan
terdapat 2 persoalan yang dihadapi oleh suatu perusahaan yaitu
persoalan teknis dan persoalan ekonomis

1) Persoalan teknis
Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan
persoalan yang menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan
kemungkinan–kemungkinan yang menimbulkan kemacetan
yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang tidak
baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk
dapat menjaga atau menjamin agar produksi perusahaan dapat
berjalan dengan lancar. Maka dalam persoalan teknis perlu
diperhatikan hal-hal berikut:

a. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau


merawat peralatan yang ada, dan untuk memperbaiki atau
meresparasi mesin-mesin atau peralatan yang rusak,

b. Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan


harus disediakan agar tindakan-tindakan pada bagian pertama
diatas dapat dilakukan.

Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara


perusahaan agar dapat mencegah ataupun mengatasi kerusakan
mesin yang mungkin saja dapat terjadi, sehingga dapat
mengganggu kelancaran proses produksi.

2) Persoalan ekonomis
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping
persoalaan teknis, ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan
ini menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan agar
kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat
30
dilakukan secara efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan
ekonomis adalah bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan
agar efisien. Dengan memperhatikan besarnya biaya yang
terjadi dan tentunya alternative tindakan yang dipilih untuk
dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun
biaya-biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah
biaya-biaya pengecekan, biaya penyetelan, biaya service, biaya
penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi.

Perbandingan biaya yang perlu dilakukan antara lain untuk


menentukan:

a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) atau


pemeliharaan korektif (Corrective maintenance) saja.
Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu diperbandingkan
adalah:

• Jumlah biaya-biaya perbaikan yang diperlukan akibat


kerusakan yang terjadi karena tidak adanya
pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance),
dengan jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan
yang diperlukan akibat kerusakan yang terjadi
walaupun telah diadakan pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance), dalam jangka waktu tertentu.

• Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang


akan dilakukan terhadap suatu peralatan dengan harga
peralatan tersebut,
• Jumlah biaya-biaya pemeliharaan dan perbaikan yang
dibutuhkan oleh suatu peralatan dengan jumlah
kerugian yang akan dihadapi apabila peralatan tersebut
rusak dalam operasi produksi.

31
b. Peralatan yang rusak diperbaiki dalam perusahaan atau di
luar perusahaan. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu
diperbandingkan adalah jumlah biaya yang akan
dikeluarkan untuk memperbaiki peralatan tersebut di
bengkel perusahan sendiri dengan jumlah biaya perbaikan
tersebut di bengkel perusahaan lain. Disamping
perbandingan kualitas dan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk pengerjaannya.

c. Peralatan yang rusak diperbaiki atau diganti. Dalam hal ini


biaya-biaya perlu diperbandingkan adalah:

• Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai


dari peralatan tersebut,

• Jumlah biaya perbaikan dengan harga peralatan yang


sama di pasar.

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa


walaupun secara teknis pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) penting dan perlu dilakukan untuk menjamin
bekerjanya suatu mesin atau peralatan. Akan tetapi secara
ekonomis belum tentu selamanya pemeliharaan pencegahan
(preventive maintenance) yang terbaik dan perlu diadakan untuk
setiap mesin atau peralatan. Hal ini karena dalam menentukan
mana yang terbaik secara ekonomis. Apakah pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) ataukah pemeliharaan
korektif (Corrective Maintenance) saja. Harus dilihat faktor-faktor
dan jumlah biaya yang akan terjadi. Disamping itu harus pula
dilihat, apakah mesin atau peralatan itu merupakan strategic point
atau critical unit dalam proses produksi ataukah tidak, jika mesin
atau peralatan tersebut merupakan strategic point atau critical unit,
maka sebaiknya di adakan pemeliharaan pencegahan (preventive

32
maintenance) untuk mesin atau peralatan itu. Hal ini dikarenakan
apabila terjadi kerusakan yang tidak dapat diperkirakan, maka akan
mengganggu seluruh rencana produksi.

2.2 Jenis-Jenis Pemeliharaan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan


pemeliharaan dikategorikan dalam dua cara (Corder, Antony, K. Hadi,
1992), yaitu :

1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)


Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan
secara terorginisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu
yang akan datang, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Corder, Antony, K. Hadi, (1992) Pemeliharaan terencana


dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:

a) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)


Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah
inspeksi periodik untuk mendeteksi kondisi yang mungkin
menyebabkan produksi terhenti atau berkurangnya fungsi mesin
dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk menghilangkan,
mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin ke
kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri
kondisi abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan
cacat atau kerugian.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2001) dalam


bukunya “Operations Management” preventive maintenance
adalah : “A plan that involves routine inspections, servicing, and
keeping facilities in good repair to prevent failure”. Artinya
preventive maintenance adalah sebuah perencanaan yang
memerlukan inspeksi rutin, pemeliharaan dan menjaga agar
33
fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak terjadi kerusakan di
masa yang akan datang. Ruang lingkup pekerjaan preventive
termasuk : inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan,
sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar
dari kerusakan.

Menurut Dhillon B.S, (2006) dalam bukunya


“maintainability, maintenance, and reliability for engineers” ada 7
elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
yaitu:

a) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian


tertentu untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya,
mesin, listrik, dan karakteristik lain untuk standar yang pasti,
b) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan
dalam akurasi untuk material atau parameter perbandingan
untuk standar yang pasti,

c) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat


menentukan pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan
listrik,

d) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk


unsur variabel tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,

e) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan,


dan seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya
dari kegagalan baru jadi,

f) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang


atau siklus waktu pemakaian atau memakai untuk
mempertahankan tingkat toleransi yang ditentukan,

34
g) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang
ditentukan elemen variabel untuk mencapai kinerja yang
optimal.

b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance)


adalah pemeliharaan yang dilakukan secara berulang atau
pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian
(termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk
memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. (Corder, Antony, K.
Hadi, 1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama
untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul diantara
pemeriksaan, juga overhaul terencana.

Menurut Jay Heizer dan Barry Reder, 2001 pemeliharaan


korektif (Corrective Maintenance) adalah : “Remedial maintenance
that occurs when equipment fails and must be repaired on an
emergency or priority basis”. Pemeliharaan ulang yang terjadi
akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena
keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.

Menurut Dhillon B.S, (2006) Biasanya, pemeliharaan


korektif (Corrective Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak
direncanakan, tindakan yang memerlukan perhatian lebih yang
harus ditambahkan, terintegrasi, atau menggantikan pekerjaan telah
dijadwalkan sebelumnya.

Dengan demikian, dalam pemeliharaan terencana yang


harus diperhatikan adalah jadwal operasi pabrik, perencanaan
pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-faktor
yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan,
sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan. ( Daryus A, 2007). Jadi, pemeliharaan terencana

35
merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan
darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan lainya
yaitu:

• Pengurangan pemeliharaan darurat,

• Pengurangan waktu nganggur,

• Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi,

• Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk


pemeliharaan dan produksi,

• Memperpanjang waktu antara overhaul

• Pengurangan penggantian suku cadang, membantu


pengendalian sediaan,

• Meningkatkan efisiensi mesin,

• Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa


diandalkan,

• Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian


mesin.

2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)


Pemeliharaan tak terencana adalah pemeliharaan darurat, yang
didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan
tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya
produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk keselamatan
kerja. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Pada umumya sistem
pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang
digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya,
peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya
perbaikan atau pemeliharaan. Secara skematik dapat dilihat sesuai
dibawah ini.

36
Pemeliharaan

Pemeliharaan
Pemeliharaan
terencana
tak terencana

Pemeliharaan Pemeliharaan
pencegahan korektif Pemeliharaan
(preventive (corrective darurat
maintenance) maintenace)

Gambar 2.2 Diagram alir dari pembagian pemeliharaan

Menurut Daryus A, (2007) dalam bukunya Manajemen Pemeliharaan


Mesin membagi pemeliharaan menjadi:

1) Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)


Pemeliharaan pencegahan adalah pemeliharaan yang dibertujuan
untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara pemeliharaan yang
direncanakan untuk pencegahan.

2) Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)


Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi
fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat di terima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan
sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi
rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

3) Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance)


Pemeliharaan berjalan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan
dalam keadaan bekerja. Pemeliharan berjalan diterapkan pada

37
peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani
proses produksi.

4) Pemeliharaan prediktif (Predictive Maintenance)


Pemeliharaan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya
perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari
system peralatan. Biasanya pemeliharaan prediktif dilakukan
dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor yang canggih.

5) Pemeliharaan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)


Pekerjaan pemeliharaan ini dilakukan ketika terjadinya kerusakan
pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku
cadang, alat-alat dan tenaga kerjanya.

6) Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)


Pemeliharan darurat adalah pekerjaan pemeliharaan yang harus
segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang
tidak terduga.

7) Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance)


Pemeliharaan berhenti adalah pemeliharaan yang hanya dilakukan
selama mesin tersebut berhenti beroperasi.

8) Pemeliharaan rutin (routine maintenance)


Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan secara
rutin atau terus-menerus.

9) Design out maintenance


Design out maintenance adalah merancang ulang peralatan untuk
menghilangkan sumber penyebab kegagalan dan menghasilkan
model kegagalan yang tidak lagi atau lebih sedikit membutuhkan
maintenance.

38
2.3 Hubungan Pemeliharaan dengan Proses Produksi

Pemeliharaan menyangkut juga terhadap proses produksi sehari-


hari dalam menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap
berada pada kondisi yang baik dan siap selalu untuk digunakan. Kegiatan
hendaknya tidak mengganggu jadwal produksi.

Menurut Sofjan Assauri (2004) agar proses produksi berjalan


dengan lancar, maka kegiatan pemeliharaan yang harus dijaga dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menambah jumlah peralatan dan perbaikan para pekerja bagian


pemeliharaan, dengan demikian akan di dapat waktu rata-rata
kerusakan dari mesin yang lebih kecil,
2) Menggunakan pemeliharaan pencegahan, karena dengan cara ini dapat
mengganti parts yang sudah dalam keadaan kritis sebelum rusak,
3) Diadakannya suatu cadangan di dalam suatu system produksi pada
tingkat kritis, sehingga mempunyai suatu tempat parallel apabila
terjadi kerusakan mendadak. Dengan adanya suku cadangan ini, tentu
akan berarti adanya kelebihan kapasitas terutama untuk tingkat kritis
tersebut, sehingga jika ada mesin yang mengalami kerusakan,
perusahaan dapat berjalan terus tanpa menimbulkan adanya kerugian
karena mesin-mesin menganggur,
4) Usaha-usaha untuk menjadikan para pekerja di bidang pemeliharaan
ini sebagai suatu komponen dari mesin-mesin yang ada, dan untuk
menjadikan mesin tersebut sebagai suatu komponen dari suatu sistem
produksi secara keseluruhan,
5) Mengadakan percobaan untuk menghubungkan tingkat-tingkat sistem
produksi lebih cermat dengan cara mengadakan suatu persediaan
cadangan diantara berbagai tingkat produksi yang ada, sehingga
terdapat keadaan dimana masing-masing tingkat tersebut tidak akan
sangat tergantung dari tingkat sebelumnya.

39
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Data

Dalam pelaksanaan kerja praktik di PT.Semen Tonasa Pangkep,


penulis mengambil data mengenai aliran pendinginan cooler pada proses
kerja mill terhadap pembuatan semen, kendala-kendala yang mungkin
terjadi selama mesin-mesin produksi berjalan, serta analisis tugas khusus
dari Kepala Seksi Pemeliharaan Mesin Unit mekanik finish mill mengenai
Sistem Manajemen Pemeliharaan dan Prosedur Pemeliharaan yang
diterapkan di PT.Semen Tonasa Pangkep. Adapun rincian analisanya
sebagai berikut :

3.1.1 Deskripsi Proses Pembuatan Semen di PT.Semen Tonasa

Gambar 3.1 Flow Produksi Semen PT Semen Tonasa

40
Dalam proses produksi semen khususnya di PT.Semen Tonasa
terdapat beberapa bahan baku untuk kemudian diolah sebelum
menjadi semen.

Adapun jenis bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan


semen adalah :

Jensi-Jenis Bahan Baku Perbandingan Berat (%)


Batu Kapur 80 – 85
Tanah Liat 6 – 10
Pasir Silika 6 – 10
Pasir Besi 1
Gypsum (tambahan) 3–5

Tabel 3.1 Jenis-jenis bahan baku semen

Gambar 3.2 Jenis-Jenis Bahan Baku Semen

Sebenarnya proses pembuatan semen itu intinya mengabil


oksida-oksida yang terkandung di lima bahan baku di atas yang
pada akhirnya membentuk mineral-mineral baru yang membentuk
komposisi semen.

Proses pembuatan semen di PT.Semen Tonasa, secara garis besar


melalui tahap sebagai berikut :

1. Penghancuran (Crushing) Bahan Baku

41
Alat utama untuk penghancuran bahan mentah adalah
Crusher, sedangkan alat pendukungnya adalah :

a. Dump Truck
b. Hopper
c. Feeder
Bahan baku hasil penambangan dari tempat
penambangan, diangkut menggunakan dump truck dan
kemudian dicurahkan kedalam hopper. Fungsi dari hopper ini
adalah sebagai tempat penampungan awal sebelum masuk ke
tempat penghancuran bahan mentah (crusher).

Hopper yang digunakan untuk menampung batu kapur


tidak menggunakan kisi-kisi pada bagian atasnya, sedangkan
yang menampung tanah liat, silika dan pasir besi menggunakan
kisi-kisi. Kisi-kisi ini berguna untuk menyaring bahan yang
ukuran diameternya lebih besar dan diperkirakan dapat
mengganggu sistem kerja crusher. Alat penghancur crusher
dilengkapi dengan sebuah alat untuk mengumpankan bahan
kedalamnya yang dinamakan feeder.

Crusher yang digunakan untuk mengancurkan batu


kapur terdiri dari dua bagian, bagian pertama disebut vibrator,
yang berfungsi untuk mengayak atau menyaring batu kapur
sehingga batu kapur yang ukurannya lebih kecil akan langsung
jatuh menuju belt conveyor. Batu kapur yang tertinggal akan
secara langsung menuju bagian kedua, yaitu bagian yang
memiliki alat penghancur yang dinamakan hammer. Setelah
mengalami penghancuran, batu kapur tersebut akan jatuh
kedalam belt conveyor yang sama.

42
Hammer Crusher terdiri atas :
- Rotor, complete hammer
- Transmisi (Pulley, V-Belt)
- Motor drive
- Casing/body, complete liner
- Grate basket

Gambar 3.3 Hummer Crusher

2. Penyimpanan dan Pengumpulan Bahan Baku.


Setelah mengalami proses pengancuran, bahan-bahan
tersebut dikirim ke tempat penyimpanan yaitu stock pile atau
tempat penyimpanan dengan menggunakan belt conveyor.

Selain itu terdapat juga alat penunjang dalam


penyimpanan bahan baku yang disebut stack dan reclaimer.

Gambar 3.4 Reclaimer Batu Kapur.

Umumnya stock pile dibagi atas dua bagian, yaitu sisi


kanan dan sisi kiri hal ini dilakukan untuk menunjang proses.
Jika stock pile bagian kanan sedang digunakan sebagai
masukan proses, maka sisi bagian kiri akan di isi bahan baku
dari crusher. begitu juga sebaliknya.

43
Reclaimer sendiri berfungsi sebagai untuk
memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke
belt conveyor dengan kapasitas tertentu.

Selanjutnya bahan baku dikirim menggunakan belt


conveyor menuju tempat penyimpanan kedua yang merupakan
awalan proses pembuatan semen yaitu bin.

Untuk proses pengumpulan bahan baku diatur oleh


weight feeder, yang diletakkan tepat dibawah bin. Prinsip kerja
weight feeder ini mengatur kecepatan scavenger conveyor yaitu
alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu dan
mengatur jumlah bahan baku yang ada sehingga pada
scavenger conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

3. Penggilingan dan Pengeringan Bahan Baku.


Setelah bahan baku tercampur didalam bin, maka itulah
yang disebut raw material, proses selanjutnya adalah raw
material dibawa masuk kedalam unit operasi yang disebut Raw
Mill (RM). Sementara itu udara panas masuk kedalam bagian
bawahnya. Material yang sudah tergiling halus akan terbawa
udara panas keluar Raw Mill melaui bagian atas alat tersebut.

Gambar 3.5 Verticcal Raw Mill Tonasa V

Bahan baku masuk kedalam verticcal roller mill (raw


mill) pada bagian tengah (tempat penggilingan) sementara itu
44
udara panas masuk kedalam bagian bawahnya. Material yang
sudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw mill
melalui bagian atas alat tersebut.

Vertical roller mill memiliki bagian yang disebut


classifier yang berfungsi untuk mengendalikan ukuran partikel
yang boleh keluar dari raw mill. Partikel dengan ukuran besar
akan dikembalikan kedalam raw mill untuk mengalami
penghalusan selanjutnya sampai ukurannya mencapai ukuran
yang diharapkan.

Sementara itu partikel yang ukurannya telah memenuhi


kebutuhan akan terbawa udara panas menuju cyclon. Cyclon
berfungsi memisahkan antara partikel yang cukup halus dan
partikel yang terlalu halus (debu), partikel yang cukup halus
akan turun kebagian bawah cyclon dan dikirim ke blending silo
untuk mengalami pengadukan dan homogenisasi. Partikel yang
terlalu halus (debu) akan terbawa udara panas menuju
electrostatic precipitator. Alat ini berfungsi menangkap debu-
debu tersebut sehingga tidak terlepas ke udara. Efisiensi alat ini
adalah 95-98 %. Debu-debu yang tertangkap, dikumpulkan
didalam dust collector, sementara itu udara akan keluar melalui
stack.

4. Pencampuran (Blending) dan Homogenisasi


Tempat yang digunakan untuk mencampur dan
menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan
media pengaduk adalah udara. Bahan baku masuk dari bagian
atas blending silo, oleh karena itu alat transportasi yang
digunakan untuk mengirim bahan baku hasil penggilingan
blending silo adalah bucket elevator. Blending silo dilengkapi

45
dengan alat pendeteksi ketinggian (level indicator), jika
blending silo penuh maka pemasukan bahan baku akan terhenti
secara otomatis.

5. Pemanasan Awal (Pre-Heating).


Raw Meal kemudian masuk ke sebuah unit operasi yang
disebut dengan Pre-heater. Pre-heater ini terdiri dari beberapa
siklon, umunya terdiri dari 4-5 siklon (4-5 stage) seperti
gambar berikut.

Gambar 3.6 Pre-Heater

Setelah mengalami homogenisasi didalam blending silo,


material terlebih dahulu ditampung didalam kiln feed bin, bin
ini merupakan tempat umpan yang akan masuk kedalam pre-
heater. Pre-heater befungsi sebagai pemanasan awal material
sebelum masuk keproses selanjutnya. Media pemanasannya
sama halnya seperti di raw mill yaitu menggunakan udara
panas dari kiln. Didalam pre-heater material dipanaskan
melalui empat tahap pemanasan dan satu tahap kalsinasi dan
dari proses kalsinasi itulah maka akan terbentuk oksida-oksida
pembentuk klinker.

46
6. Pembakaran (Firring)
Setelah keluar dari Pre-heater, material ini disebut
dengan Kiln Feed. Kiln Feed ini masuk ke unit operasi
pembentuk klinker (terak) yang disebut dengan Rotary Kiln,
Rotary kiln adalah alat berbentuk silinder memanjang
horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu.
Kemiringan rotary kiln yang digunakan di Tonasa V adalah
sekitar 2˚ dengan arah menurun, dari ujung material masuk (in-
let), sedangkan diujung lain adalah tempat terjadinya
pembakaran bahan bakar (burning zone). Jadi material akan
mengalami pembakaran dari temperatur yang rendah ke
temperatur yang tinggi. Pengontrolan tingkat suhu pada tanur
putar diatur oleh CCR (central control room). Dialam tanur
putar dilapisi batu tahan api, batu tersebut berfungsi untuk
menahan suhu panas tanur putar saat beropersi dan agar
menjaga kemanan tanur putar agar tidak meleh.

Gambar 3.7 Rotary Kiln V

Daerah proses yang terjadi didalam tanur putar (rotary


kiln) dapat dibagi atas empat bagian yaitu :

1. Daerah Transisi
47
2. Daerah Pembakaran
3. Daerah Pelelehan
4. Daerah Pendinginan
Didalam tanur putar terjadi proses kalsinasi (hingga
100%), Sintering dan Clinkering. Temperatur material yang
masuk kedalam tanur putar adalah 800 – 900 ˚C sedangkan
temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1300 –
1450 ˚C.

7. Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan
clinker adalah cooler. Cooler ini dilengkapi dengan alat
penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin
yang disebut grate dan alat pemecah clinker (Clinker Breaker).
Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan didalam
tanur putar, clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan
didalam cooler sebelum disimpan didalam clinker silo.
Tujuan utama Clinker didinginkan tiba-tiba didalam
cooler adalah :
1) Heat recuperation
2) Keamanan (safety) dalam melakukan transportasi dan
storage Kualitas Klinker itu sendiri.
Selanjutnya clinker dikirim ke tempat penampungan
clinker (Dome) dengan menggunakan alat transportasi pan
conveyor

48
Gambar 3.8 Dome Clinker V
Sebelum sampai di dome, clinker akan melalui sebuah
alat pendeteksi kandungan kapur bebas, jika kandungan kapur
bebas clinker melebihi batas yang diharapkan maka clinker
akan dipisahkan dan disimpan didalam bin tersendiri. Kapasitas
Dome Clincer di PT Semen Tonasa adalah 100.000 ton. Untuk
saat ini PT Semen tonasa terfokus pada penjualan clinker saja
dikarenakan produksi semen sangat menurun dari tahun-tahun
sebelumnya.
8. Penggilingan Akhir (Finish Mill).

Klinker hasil pembakaran kiln ditransfer ke bin clinker


atau tempat penampungan clinker menggunakan pan conveyor,
setelah itu clinker dibawa dari bin menuju mill menggunakan
belt conveyor, selama dibawa menggunakan belt conveyor
clinker dicampur dengan bahan tambahan seperti batu kapur,
gypsum dan trash yang masing-masing keluar dari bin yang
sudah terkomposisi secara otomatis. setelah itu material masuk
kedalam ball mill untuk digiling, terdapat 2 chamber atau
ruangan didalam mill. Proses penggilingan terjadi karena
adanya impact antara material dengan grinding ball dan impact
antara material dengan liner body. Chamber pertama
berkapasitas 114 ton dan chamber kedua berkapasitas 296 ton,
hasil gilingan di
chamber pertama berdiameter 60-100 setelah terjadi
proses impact material mengecil menjadi diameter 15-60.

49
Setelah material halus kemudian dibawa menggunakan screw
conveyor menuju separator, dan partikel debu semen akan
ditangkap oleh EP untuk proses finish juga menggunakan udara
dari mill fan. Material campuran tadi kemudian dibawa menuju
separator menggunakan bucket output dan air slide, didalam
separator kemudian dipisah kembali antara material yang halus
dengan material yang kurang halus atau mengandung besi.
Material yang kurang halus akan kembali dibawa ke mill untuk
dihaluskan kembali menggunakan hantaman dari grinding ball.
Material yang telah dipisahkan didalam separaor akan menuju
ke cyclon dengan menggunakan sirkulasi udara dan keluar
kemudian dibawa oleh air slide menuju bucket silo kemudian
diangkat menggunakan bucket silo menuju top silo untuk
selanjutnya di packing pada mesin packer atau dalam bentuk
curah.

Gambar 3.9 Flow Produksi Finish Mill Tonasa V


Setelah material campuran halus kemudian dibawa
menggunakan screw conveyor menuju separator dan debu-debu
partikel dialirkan ke EP untuk proses finish juga menggunakan
50
udara dari mill fan. Material campuran dibawa ke separator
menggunakan bucket output. Didalam separator dipisah antara
material yang halus dengan material yang mengandung besi
atau masih berdiameter besar kemudian di reject atau
dikembalikkan utuk digiling didalam mill. Material yang halus
kemudian dibawa ke cyclon dengan menggunakan sirkulasi
udara dan kemudian keluar melalui output separator dan
dibawa menuju top silo menggunakan bucket elevator untuk
selanjutnya di packing.Untuk Finish Mill Tonasa V sistem
menggunakan mesin pack.

3.2 Pembahasan Tugas Khusus Mahasiswa

3.2.1 menurunkan temperature output oli pada cooler


3.2.1.1. pengertian cooler
Cooler adalah salah satu alat yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya over heating (panas berlebih) dengan cara
mendinginkan suatu fraksi panas dengan menggunakan media
cairan dingin, sehingga akan terjadi perpindahan panas dengan
fluida yang panas ke media yang pendingin tanpa adanya
perubahan suhu.
Pada pabrik semen tonasa cooler dengan heat exchanger
berbentuk plate heat exchanger. Plate heat exchanger adalah suatu
alat perpindahan panas yang berbentuk frame yang diberi plate
sebagia sekat- sekat. Plate heat exchanger ( PHE) berfungsi
sebagai system pemanasan atau pendinginan dari suatu system
produksi.

51
Gambar 3.10 plate heat exchanger
PHE yang banyak dijumpai di industry dapat dikelompokan
menjadi dua jenis:
 Glue Type
Type glue memerlukan lem untuk memasang gasket pada
plat PHE. Lem yang digunakan ialah lem yang
mempunyai ketahana terhadap panas yang baik.

Gambar 3.11 glue pada plate heat exchanger


 Clip type
Pada sisi luar gasket memiliki clip – clip, sehingga dalam
pemasangannya cukup menancapkan clip – clip ke lubang
yang terdapat pada plat. Pemasangan gasket pada tipe clip
lebih mudah dan ringkas jika dibandingkan dengan tipe
glue.

52
Gambar 3.12 tipe clip pada plate heat exchanger

53
BAB IV

KEGIATAN KERJA PERAKTEK

4.1. Kendala Unit Kerja


a. Kerusakan impeller
Impeller adalah semacam piringan berongga dengan sudut-
sudut melengkung di dalamnya dan dipasang pada poros yang
digerakkan oleh motor listrik, mesin uap atau turbin uap. Pada
bagian samping dari impeller dekat dengan poros ,
dihubungkan dengan saluran isap , dan cairan (air, minyak, dll)
masuk ke dalam impeller yang berputar melalui saluran
tersebut.

Gambar 4.1 perbaikan impeller

b. PMC
Preventive maintenance merupakan pemeliharaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan atau cara perawatan yang
direncanakan untuk pencegahan. Pemeliharaan pencegahan di
pabrik Tonasa 5 meliputi improvement (perbaikan),

54
Conditioning monitoring, dan periodically. Pada PMC ialah
perbaikan pada system mill dan membersihkan cooler

Gambar 4.2 membersihkan cooler pada mill

c. Pemasakan motor pengerak belt conveyor

Gambar 4.3 proses penarikan motor penggerak belt conveyor

55
Gambar 4.4 proses pemsangan motor penggerak belt conveyor

56
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pengerjaan laporan praktik ini
adalah

1. Mengenal sistem kerja dan organisasi yang ada di perusahaan.


2. Mengetahui dan memahami aliran proses pembuatan semen di PT
Semen Tonasa.
3. Mengetahui prosedur pemeliharaan mesin di PT Semen Tonasa
khususnya di Departemen Produksi Tonasa V Seksi Pemeliharaan
mekanik finish Mill.
4. Memahami sistem produksi terkhusus pada mekanik finisih mill.
5. Sebagai tugas khusus tentang penurunan temperature output oli pada
cooler dari 58℃ menjadi 45 ℃ mengetahui masalah – masalah yg
biasa terjadi pada cooler sehingga temperature output oli pada cooler
dapat turun menjadi 45 ℃ .
6. Mengetahui sistem manajemen pemeliharaan yang diterapkan di PT
Semen Tonasa khususnya di Departemen Produksi Tonasa V Seksi
Pemeliharaan mekanik finish mill.
5.2 Saran

Beberapa hal berikut kira dapat menjadi masukan bagi Departemen


Produksi Tonasa IV dan Tonasa V secara umum dan Seksi Pemeliharaan
Mesin Unit Mekanik Finish Mill secara khusus demi kemajuan semua unit
kedepannya, antara lain :

1. Memperbanyak sosialisai atau OJT tentang Manajemen Pemeliharaan


di setiap unit kerja.
2. Menerapkan kedisiplinan penuh untuk masalah pencatatan historis
harian kerja disetiap unit agar apa yang telah dikerjakan dapat segera
dilaporkan pada saat brieving berikutnya.

57
3. Untuk kerja sama timnya dipertahankan.

58
DAFTAR PUSTAKA
Apri, Heri, Iswanto.2008. Manajemen Pemeliharaan Mesin-Mesin. Retrieved
from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/949/1/08E0070.pdf

Ardian, Aan. 2013. Handout Perawatan dan Perbaikan Mesin. Retrieved from :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/aan-ardian-mpd/2c-
handout-perawatan-dan-perbaikan-mesin.pdf

Bistream.2011.Chapter II Pemeliharaan (Maintenance). Retrieved from


:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32833/4/Chapter%20II.
pdf

Musa, Herdi.2009. Pemeliharaan Umum Mesin Pabrik Semen. Pangkep. Diktat


PT Semen Tonasa

PT.Semen Tonasa. 2001. Flow Chart Maintenance Mesin-Mesin Tonasa 4.


Pangkep. PT.Semen Tonasa.

PT.Semen Tonasa.2001. Flow Process Cement. Pangkep. PT Semen Tonasa.

https://docplayer.info/50375473-Jurnal-teknik-its-vol-6-no-1-2017-issn-print.html

59
LAMPIRAN

60
FOTO DAN DOKUMENTASI KEGIATAN

Pengukuran belt conveyor

Membersihkan impeller

61
Proses penarikan motor penggerak belt conveyor

Pemasangan pipa pembuangan air compressor

62
Perbaikan cooler

Membersihkan area pabrik tonasa IV

63
PRESENTASE KERJA PRAKTEK

64

Anda mungkin juga menyukai