CV Agri Bio Tech saat ini juga mengadakan kursus budidaya jaringan untuk
tanaman pisang. Dan untuk budidaya pisang ini sudah ada peserta yang
mengikutinya dari Kalimantan Barat, Jakarta dan Kal;imantan Tengah.
Berikut dokumentasi peserta kursus budidaya pisang yang ikut di CV Agri Bio
Tech. Dokumen diambil saat peserta kursus dari Kalimantan Tengah di akhir
bulan April 2017.
Saat peserta kursus praktik membuat media untuk menanam eksplan pisang
Saat peserta kursus mencuci eksplan pisang yang akan ditanam dengan teknik
kultur jaringan tumbuhan
Peserta kursus sedang melakukan sterilisasi secara kimia eksplan pisang
sebelum ditanam ke medium kultur yang khusus untuk pisang
Proses pemotongan eksplan pisang menjadi ukuran 2 x 2 cm sebelum
akhirnaya dibagi menjadi 4 bagian
Nampak jelas sekali meskipun media tanpa diberi arang aktif, media setelah
ditanamai eksplan dengan usia 2 minggu masih nampak bagus tidak mengalami
browning.
Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang dengan
teknik kultur jaringan tumbuhan.
Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang secara
kultur jaringan tumbuhan
Diposting oleh TISSUE CULTURE AND ORCHIDOLOGI di 16.28
26 komentar:
Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman
hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu
jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat
berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi
rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke
tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.
BAB II . ISI
PERTANIAN KONVENSIONAL DAN MODERN
B. Fungsi Sosial
1. Organisasi Penyuluh Pertanian: Pada masa pertanian konvensional
sedang marak terjadi, di Indonesia terjadi berbagai terobosan baru yang
dilakukan, diantaranya adalh adanya organisasi penyuluh pertanian.
Organisasi tersebut bersistem piramida dengan dasar yangluas di tingkat desa.
Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Tanggal 29
Januari 1961 No. Per. 72/1/30 (IPB, 2002).
2. Program BIMAS: Pertanian konvensional dikenal juga dengan pertanian
massal. Disebut pertanian massal karena pertanian konvensional secara fungsi
sosial menggunakan banyak elemen masyarakat untuk suksesinya. Program
BIMAS diawali dengan kegiatan Demonstrasi Masal oleh IPB di Karawang
pada 1964/65-1965/1966, sejak 1966 pemerintah menetapkan kebi-jakan
Bimbingan Masal (BIMAS). Dalam organisasi BIMAS tersebut Perguruan
Tinggi terlibat secara aktif, meskipun keberadaan mahasiswa sebagai tenaga
penyuluh bersifat sementara (selama satu musim). Program BIMAS yang
terkenal adalah KUD atau Koperasi Unit Desa, Lembaga Kredit (BRI Unit
Desa), PPL atau Penyuluh Pertanian Lapang, sistem kerja Latihan dan
Kunjungan (LAKU) atau Training and Visit (TV). Ada kejelasan tugas
penyuluh pertanian (PPL, PPM, dan PPS) sebagai tenaga fungsional yang
hanya dibebani tugas penyuluhan dan dibebaskan dari tugas-tugas sampiran
yang semestinya menjadi beban tugas aparat struktural. Dengan adanya
program BIMAS, secara tidak langsung meningkatkan kualitas SDM
Indonesia untuk terlatih dan meningkatkan interaksi sosial antar masyarakat
petani dan masyarakat sipil (IPB, 2002).
D. Pertanian Modern
Pertanian modern atau dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi
menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Keuntungan (profit)
komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per
hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisida, bibit unggul, dll) dan
sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Konsep-konsep teori
ekonomi seperi biaya tetap dan biaya variable, tabungan, investasi, dan jumlah
keuntungan, kombinasi faktor-faktor yang optimal, kemungkinan produksi
yang optimum, harga-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang
sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
E. Manajemen Pertanian Modern
Manajemen pertanian modern menitik beratkan pada segi:
1. Produktivitas
2. Efisiensi
1. Produktivitas
Merupakan upaya untuk menaikkan jumlah produksi dari lahan pertanian yang
tersedia.Faktor – faktor yang dapat menunjang hasil produksi antara lain:
- Lahan
- Kesuburan tanah
- Bibit yang di gunakan
- Tenaga kerja
- Pupuk
- Aspek manajemen pengolahan hasil
-Modernisasi alat pertanian
2.Efisiensi
Efisiensi menurut pengertian ilmu ekonomi di bagi menjadi tiga :
a. Efisiensi teknis
b. Efisiensi alokatif (harga)
c. Efisiensi ekonomi
· Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis apabila
faktor produksi yang di pakai menghasilkan produksi yang maksimum.
· Efisiensi harga di lihat dari profit (keuntungan) yang di dapatkan.
· Efisiensi ekonomi yaitu apabila usaha pertanian tersebut mencapai
efisiensi teknis dan harga
Di Indonesia Gebrakan revolusi hijau terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,
pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit
impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya, Indonesia sempat
menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an, petani mulai
menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot, ketergantungan
pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida yang tidak manjur
lagi. Corporate Farming adalah sebuah sistem pertanian dengan menerapkan
cara panggarapan lahan yang relatif luas secara bersamasama dalam satu sistem
pengelolaan oleh sebuah perusahaan atau korporasi.
F. Ciri-Ciri Pertanian Modern
Napitupulu (2000) menyatakan bahwa pertanian modern sebagai
pertanianyang tangguh dan efisien apabila dikelola secara professional dan
memiliki keunggulan untuk memenangkan persaingan.Pertanian modern
seperti itu, memiliki ciri-ciri:
1. Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian, memenuhi skala
ekonomi,menerapkan teknologi maju dan spesifik lokasi, menghasilkan produk
segar danolahan yang dapat bersaing di pasar global, dikelola secara
profesional.
2. Petani mampu mengambil keputusan rasional dan inovatif, memiliki
jiwakewirausahawan, memiliki menajemen yang modern dan profesional,
memilikiinformasi ke pasar global.
3. Organisasinya memiliki asosiasi diantara petani yang kuat dan berjenjang
dari tingkatdesa ke tingkat nasional, bisa mengakses lembaga keuangan dan
lembaga bisnislainnya.
4. Aturan mainnya memncerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan
mikro sertaoperasional berpihak kepada petani, khususnya konteks
perdagangan global.
Aturan mainnya memncerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan mikro
sertaoperasional berpihak kepada petani, khususnya konteks perdagangan
global.Sedangkan pertanian modern yang maju, efisien dan tangguh itu
mempunyai kemampuan(Rasahan, 2000):
§ Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan
§ Mengelola keterkaitan ke belakang dan kedepan yang erat dengan kegiatan
ekonomilainnya
§ Menyerap dan mendiversifikasikan tenaga-tenaga produktif di pedesaan
sekaligus pemerataan kesejahteraan pedesaan.
§ Antisipasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan strategis baik tingkat
domestik,regional dan internasional.
Jadi, usaha tani modern merupakan usaha tani yang sifatnya komersial, yang
selalu dinamis dan luwes dan produktivitasnya selalu meningkat. Usaha tani
yang modern,memerlukan keterampilan, sarana produksi, alat-alat pertanian
dan kredit untuk menerapkan teknologi yang selalu berkembang itu didalam
usaha taninya. Untuk mengembangkan usaha tani modern, akan memerlukan
bantuan dari
pihakluar,memerlukan“agrisupport”yang berupa penyuluhan, penyediaan saran
a produksi, alat-alat pertanian dan kredit, kesempatan pemasaran dari
hasil usaha taninya (Hadisapoetro, 1972).
Seluruh kegiatan pembinaan usahatani modern, baik kegiatanagriculture yang
dilakukan petani dalam usahataninya masing-masing atau
kegiatan agrisupport yang dilakukan oleh pihak swasta, koperasi
dan pemerintah, tetap memerlukan agri climate atau iklim berusaha-tani yang
berupa keadaan politik, ekonomi sosial dan budaya yang stabil
Untuk mewujudkan pertanian modern sebagaimana disampaikan
diatas, dibutuhkan beberapa syarat mendasar sebagai berikut (Yudohoesodo,
2002):
a. Pemberian luas lahan yang memenuhi skala ekonomi mikro pada setiap
keluarga tani
b. Mekanisasi dalam rangka optimalisasi tenaga kerja
c. Pembangunan pertanian dilakukan secara agribisnis untuk menjadikan
para petani berpikir dan bekerja secara ekonomis untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
d. Meningkatkan keseimbangan antara kesempatan kerja pertanian dan
pembangunanagro-industri di desa agar ketahanan ekonomi rakyat meningkat
e. Membangun desa-desa menjadi pusat kegiatan ekonomi.
Dari kesemua negara yang saya sebutkan tadi, ada “benang merah” yang
membuat mereka maju dan terdepan dalam teknologi pertaniaan, yaitu
dukungan pemerintahnya melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap
petani, mengatur dan menata pengelolaan pertanian menjadi teratur, tertata dan
mensejahterakan. Kita dalam hal sumberdaya manusia Indonesia pun tak kalah
hebat, tinggal bagaimana menciptakan suasana yang kondusif di pertanian kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA