Anda di halaman 1dari 74

III. Persiapan Eksplan.

[1] Pilih tunas dari induk yang sehat.


[2] Cuci bersih dan memotong bagian ujung tunas.
[3] Kupas seludang dan iris bonggol hingga ke inti sampai diperoleh jaringan
berbentuk kubus dengan volume 2 cm³.
[4] Rendam eksplan dalam campuran larutan bakterisida dan fungisida.
IV. Inokulasi
[1] Bilas eksplan dengan quadest steril.
[2] Masukkan eksplan dalam larutan clorox 20% kemudian digojok selama 20
menit.
[3] Selanjutnya bilas eksplan dengan aquadest steril selama 15 menit sebanyak
3 kali.
[4] Semprotkan alkohol 70% pada alat dan bahan saat memasukkan dalam
LAF.
[5] Kupas seludang dan mengiris bonggol terluar dalam petridish.
[6] Tanam eksplan dalam media.
[7] Simpan eksplan dalam ruang inkubasi yang bersuhu konstan 22-28ºC.
V. Sub Kultur
Sub Kultur adalah proses memindahkan eksplan ke dalam media yang baru.
Setiap individu bisa dipecah menjadi 5-6 sub kultur dengan maksud dan tujuan
sebagai berikut :
[1] Supaya eksplan tidak tumbuh berdesakan.
[2] Supaya eksplan tidak kehabisan unsur hara pada media sebelumnya.
[3] Supaya pertumbuhannya seragam.
Hasil sub kultur ini dpat dikembangkan lagi ke dalam media MS yang baru
sebanyak 5-6 generasi. Sub kultur yang telah tumbuh akarnya dapat disebut
bibit kecil (plantlet).
I.
Multiplikasi.
Multiplikasi adalah proses pemindahan eksplan pada media baru dengan
membelah bonggol untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping.
VII. Aklimatisasi.
[1] Keluarkan plantlet dari botol dengan menggunakan pinset.
[2] Masukkan plantlet ke dalam nampan berisi air bersih dan membersihkan
agar-agar yang menempel pada akar dengan kuas.
[3] Rendam plantlet dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 10 menit.
[4] Bilas plantlet dengan menggunakan air bersih dalam nampan.
[5] Tanam plantlet dalam bak kompot yang berisi media pasir steril dengan
jarak tanam plantlet dalam kompot 10 x 10 cm.
[6] Tutup plantlet dengan plastik transparan di seluruh bagian atas bak kompot
selama 3 minggu.
[7] Pindahkan bibit ke polibag selama ± 5 minggu, selanjutnya bibit siap di
tanam di lapangan.
Syarat keberhasilan teknik kultur jaringan tumbuhan adalah :
[1] Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar.
[2] Penggunaan media yang sesuai.
[3] Keadaan yang aseptik.
[4] Pengaturan udara yang baik.

Permasalahan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan :


[1] Kontaminasi jamur/bakteri.
[2] Pencoklatan/browning.
[3] Vitrifikasi (pertumbuhan abnormal).
[4] Variabilitas genetik.
[5] Stagnasi pertumbuhan eksplan.
[6] Lingkungan mikro (ruang inkubasi).
[7] Peralatan, listrik,air dan manusia.

CV Agri Bio Tech saat ini juga mengadakan kursus budidaya jaringan untuk
tanaman pisang. Dan untuk budidaya pisang ini sudah ada peserta yang
mengikutinya dari Kalimantan Barat, Jakarta dan Kal;imantan Tengah. 
Berikut dokumentasi peserta kursus budidaya pisang yang ikut di CV Agri Bio
Tech. Dokumen diambil saat peserta kursus dari Kalimantan Tengah di akhir
bulan April 2017.
Saat peserta kursus praktik membuat media untuk menanam eksplan pisang
Saat peserta kursus mencuci eksplan pisang yang akan ditanam dengan teknik
kultur jaringan tumbuhan

 
 Peserta kursus sedang melakukan sterilisasi secara kimia eksplan pisang
sebelum ditanam ke medium kultur yang khusus untuk pisang
 
Proses pemotongan eksplan pisang menjadi ukuran 2 x 2 cm sebelum
akhirnaya dibagi menjadi 4 bagian

Proses penanaman eksplan pisang ke dalam media agar


Proses sub kultur untuk memindah eksplan yang tumbuh ke media yang masih
segar agar pertumbuhan eksplan bisa optimal

Hasil peserta kursus budidaya pisang di CV Agri Bio Tech


Hasil pertumbuhan eksplan pisang di usia 1 minggu
Hasil penanaman eksplan pisang di usia 2 minggu
 Hasil penanaman eksplan pisang di usia 3 minggu

Nampak jelas sekali meskipun media tanpa diberi arang aktif, media setelah
ditanamai eksplan dengan usia 2 minggu masih nampak bagus tidak mengalami
browning. 

Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang dengan
teknik kultur jaringan tumbuhan.
Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang secara
kultur jaringan tumbuhan
Diposting oleh TISSUE CULTURE AND ORCHIDOLOGI di 16.28 
26 komentar:

Anonim10 Juli 2011 05.06


ass. wr. wb..
salam kenal pak, saya harry..
mw tanya pak, ko saya setiap sterilisasi eksplan dari bonggol pisang, hasilnya
kontam terus, padahal saya mengikuti prosedur yang bapak tulis di atas,, satu
lagi, setelah sterlisasi bonggol, harus di tanam di media inisiasi dulu atau bisa
langsung di belah-belah ke media multiplikasi??
Balas

harry10 Juli 2011 05.43


mohon pencerahnya pak, terima kasih.. :D
Balas

TISSUE CULTURE AND ORCHIDOLOGI13 Juli 2011 17.40


Kultur jaringan kalau membahas masalah kontaminasi itu ada beberapa faktor,
yaitu faktor media dan faktor eksplannya. Untuk eksplannya kebanyakan
literatur menulis untuk sterilisasinya mengunakan sterilisasi bahan kimia tapi
ini memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika pakai methode itu belum
juga berhasil bisa memakai methode sterilisasi dengan cara dibakar yaitu
bonggol pisang yang sudah bersih dicelupkan di alkohol dan dibakar 3 kali
setelah dibakar lalu dipotong-potong sesuai prosedur.
Untuk masalah media bisa dibantu dengan menambahkan plant preservative
mixture sebanyak 0,5 ml per liter media. Munkin itu dahulu.
Sebagai catatan dalam kultur jaringan kita harus kreatife apa yan berhasil
dikerjakan di suatu laporan penelitian kalau kita contoh persis belum tentu
lansun jadi perlu kreatifitas kita, dan jujur kalau mau ditulis semua bisa makan
tempat yang banyak. Kultur itu memang unik dikerjakan beda orang akan
berbeda hasilnya walau menggunakan teknik yang sama. Tapi saya selalu
terbuka untuk diskusi silakan kalau masih ada kendala bisa tanya via blog ini
kalau lansung diajari lansung bisa juga tapi ikut kursus yang kami
selenggarakan. Terima kasih.
Balas

TISSUE CULTURE AND ORCHIDOLOGI13 Juli 2011 17.52


Oh ya kebanyakan instansi menggunakan sterilisasi denan bahan kimia seperti
yang tertulis di atas, untuk kantor kami saat ini sudah tidak mengunakan
sterilisasi dengan bahan kimia akan tetapi dengan cara fisik yaitu dengan cara
dibakar.
Balas

harry14 Juli 2011 18.20


Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur jaringan tanaman adalah metode atau teknik dalam mengisolasi bagian
tanaman yaitu sel, jaringan, organ dan protoplasma dan menumbuhkannya pada
media buatan dalam kondisi aseptic didalam ruang yang terkontrol sehingga
bagian-bagian dari tanaman tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman yang lengkap.
Bagian yang ditumbuhkan melalui kultur jaringan dinamakan dengan eksplan.
Eksplan yang digunakan biasanya dari jaringan tumbuhan yang masih muda,
seperti tunas, daun muda dan ujung akar.

Macam-Macam Kultur Jaringan Tumbuhan


Pollen antherkultur merupakan suatu teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan dari benang sari atau serbuk sari.
Cloroplast kultur merupakan teknik kultur jaringan dengan menggunakan
eksplan chloroplast untuk keperluan memperbaiki sifat dari tanaman dengan
membuat varietas baru.
Maristem kultur merupakan suatu teknik kultur jaringan dengan menggunakan
eksplan atau bagian tanaman dari jaringan muda tau meristem.
Protoplast kultur merupakan suatu teknik kultur jaringan dengan menggunakan
bagian tanaman protoplast atau sel hidup yang telah dihilangkan dari dinding
selnya.
Somatic cross atau silangan protoplasma merupakan penyilangan dua macam
protoplasma menjadi satu, kemudian membudidayakannya sehingga menjadi
tanaman yang kecil dengan memiliki sifat baru.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Morfologi Protozoa Dalam


Biologi

Bioteknologi Dalam Tanaman Unggul Baru


Bioteknologi Dalam Pembentukan Varietas Tanaman Unggul Baru. Dalam
penerapan bioteknologi dalam membentuk tanaman baru yang unggul banyak
dikembangkan karena kebutuhan manusia yang terus meningkat. Selain itu
penerapan bioteknologi tanaman dapat memudahkan seorang petani dalam
proses budidaya tanaman. Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat
dengan memanfaatkan bioteknologi yaitu sebagai berikut.

Kentang russet Burbank merupakan kentang yang memiliki kandungan pati


yang tinggi dan mampu menghasilkan kentang goring dan keripik kentang
yang lebih baik.
Tembakau rendah nikotin merupakan jenis tembakau yang dinilai dapat
mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok.
Padi golden rice merupakan pada yang butirannya berwarna kuning seperti
emas dan mengandung karotenoid.
Tomat flavrsavr merupakan jenis tomat yang buah matangnya tidak mudah
membusuk.

Peran Bioteknologi Pertanian Modern


Adapun contoh-contoh aplikasi bioteknologi modern sat sekarang ini. Beberapa
jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi
adalah sebagai berikut:

Padi Golden Rice


Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi
prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah
banyak mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan
bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu
produknya adalah pari jenis golden rice yang dikenalkan pada tahun 2001.
Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang mengalami
kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A
sangat penting untuk penglihatan, respo n kekebalan, perbaikan sel,
pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan
embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning
menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika
merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini
disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk
mensintesis karotenoid.

Kentang Russet Burbank


Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang.
Baik dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa
genetika untuk meningkatkan sifat- sifat unggul kentang. Dalam hal
penyediaan bibit, saat ini teknik kultur jaringan telah banyak digunakan.
Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan bibit dalam jumlah
besar yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah
kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat
menghasilkan kentang goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih
baik karena menyerap lebih sedikit minyak ketika digoreng.

Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman
hortiklutura. Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu
jenis tomat yang buah matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat
berbeda dengan tanaman tomat lain, di mana buah yang matang cepat menjadi
rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna dalam pengiriman buah ke
tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.

Tembakau Rendah Nikotin


Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan
karena kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk
mengatasi permasalahan ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang
bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001 jenis tembakau ini diklaim dapat
mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain bebas nikotin,
sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya
dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah
satu yang telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian, Macam, Dan


Contoh Pencemaran Lingkungan Beserta Cara Penanggulangannya Lengkap

Contoh Bioteknologi Bidang Pertanian


Kultur Jaringan
Teknologi kultur jaringan yang merupakan kemajuan besar dalam bidang
pertanian. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya
menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa segala
sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari
teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel
penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-
hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua,
bukan bioteknologi modern. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik in
vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak tanaman
dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya.
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung
akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian
itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman
baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut
jaringan meristematik, tanaman tersebut bisa diperbanyak (Pedrieri, 2001).
Pengertian Ilmu Biologi
Ilmu bologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan
dengan makhluk hidup dan kehidupan. Ilmu biologi dirintis oleh Aristoteles
yang merupakan ilmuwan berkebangsaan Yunani yang kita sebut juga sebagai
perintis biologi. Objek kajian Biologi adalah mempelajari tentang kehidupan
pada berbagai tingkatan organisme
Biologi merupakan salah satu cabang ilmu dari Ilmu Pengetahuan Alam atau
yang biasa kita singkat dengan IPA. Biologi berasal dari dua kata, yaitu ‘bios’
yang berarti hidup dan ‘logos’ yang berarti ilmu. Biologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang makhluk hidup. Tak hanya mempelajari tentang makhluk
hidup saja, tetapi biologi juga mempelajari segala aspek yang menyertainya.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan sandang, pangan, papan, energi,
lingkungan kesehatan bahkan sosial dapat diatasi dengan ilmu biologi.
II. 2 Pengertian Biologi Terapan
Ilmu terapan adalah hal yang bermanfaat untuk kesejahteraan. Biologi terapan
adalah Cabang  biologi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia. Pengetahuan mengenai makhluk hidup dimanfaatkan untuk
memecahkan berbagai macam masalah untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia.
Dalam pengembangan penerapan biologi yang dikenal sebagai biologi terapan,
biologi dapat dihubungkan dengan berbagai ilmu, contohnya kimia, fisika,
matematika serta teknologi informatika sehingga muncullah ilmu-ilmu baru
seperti biokimia (hubungan antara biologi dengan kimia) dan biofisika
(hubungan antara biologi dengan fisika) yang kemudian bergabung dan
membentuk suatu ilmu baru lagi yaitu biologi terapan atau biasa disebut
bioteknologi.
Selain itu, biologi juga berkaitan erat dengan ilmu sosial dan membentuk ilmu-
ilmu baru yang salah satu contohnya adalah psikologi dan biogeografi. Ilmu
terapan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat
manusia di belahan bumi ini. Bidang yang tergolong biologi terapan misalnya
kedokteran, pertanian, perikanan, kesehatan, farmasi, dan bioteknologi.
Jadi Biologi Terapan atau Bioteknologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup dan penggunaan biokimia,
mikrobiologi, serta rekayasa kimia secara terpadu dengan tujuan memperoleh
penerapan teknologi di bidang industri, kesehatan atau kedokteran, dan
pertanian dari kapasitas mikroba, sel atau jaringan sebagai kultur. Selain itu,
bioteknologi juga menghasilkan barang atau jasa untuk kepentingan makhluk
hidup.
 
Penerapan Biologi Terapan
Berdasarkan prosesnya bioteknologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
bioteknologi klasik atau konvensional yang merupakan praktik bioteknologi
yang dilakukan dengan cara dan peralatan sederhana, tanpa melakukan
rekayasa genetika. Bioteknologi klasik atau konvensional, contohnya : bir,
wine, sake, yoghurt, roti, keju, kecap, tempe, tape, dan oncom sedangan
bioteknologi modern merupakan praktik bioteknologi yang diperkaya dengan
rekayasa genetika, yaitu suatu teknik pemanipulasian materi genetika. Pada
teknik tersebut terjadi pemindahan materi genetika (transfer gen) dari satu
makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya. Melalui teknik tersebut manusia
dapat mengontrol produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginannya.
Contohnya, dihasilkannya tanaman tahan hama dan penyakit, buah-buahan
bersifat tahan lama, dan ternak yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah
yang lebih banyak.
 
A. Bioteknologi Pada Tumbuhan
v  Rekayasa Genetika
Dalam bidang pertanian rekayasa genetika juga dapat difungsikan sebagai
kegiatan utama dalam ruang lingkup bioteknologi. Rekayasa genetika
merupakan salah satu teknologi yang potensial sebagai alternatif pemecahan
masalah pangan dunia untuk menghasilkan tanaman transgenik. Tanaman
transgenik merupakan tanaman yang mempunyai gen asing di dalam
genomnya. Gen asing pada umumnya berasal dari bakteri atau tanaman lain
yang membawa sifat tertentu. Sifat yang dibawa oleh gen asing ini merupakan
sifat unggul yang tidak dimiliki tanaman inang. Tanaman transgenik telah
banyak dilepas sebagai tanaman pangan dengan tujuan seperti tahan insekta,
tahan herbisida, mengandung vitamin dan gizi tinggi, tahan penyimpanan
jangka panjang, dan toleran terhadap lingkungan secara langsung berperan
dalam meningkatkan produktifitas. Tanaman transgenik yang tahan terhadap
insekta akan menurunkan frekuensi aplikasi pestisida. Pengurangan pemakaian
pestisida sama artinya dengan tidak memasukkan bahan-bahan kimia
berbahaya ke dalam lingkungan, sehingga dampak pencemaran lingkungan
dapat dikurangi. Resiko dari produk transgenik tidak akan lebih besar dari
produk hasil persilangan alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang
mungkin terjadi antara lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik.
Sehingga sampai saat ini fakta menunjukkan bahwa kelompok tanaman ini
telah memberi banyak manfaat khususnya dalam dunia pertanian karena
memiliki produktivitas dan kualitas tinggi serta lebih ramah lingkungan.
Teknik-teknik untuk Rekayasa Genetika, seperti teknik transfer nukleus, teknik
pemotongan, penyambungan dan penyisipan gen, dimana teknik-teknik ini
bertujuan untuk mencari atau menciptakan jenis tanaman dengan sifat unggul
tertentu (tanaman transgenik). Teknik-teknik rekayasa genetika seperti ini
biasanya dilanjutkan dengan suatu teknik yang disebut Kloning. Istilah Klon
merupakan garis turunan individu-individu yang secara genetik identik. Klon
juga diartikan sebagai usaha membuat satu atau lebih replika (duplikat) suatu
individu, sel, ataupun gen. Pengaplikasian yang sudah berhasil dilakukan
adalah pada terciptanya tanaman budi daya yang mampu menghasilkan
insektisida sendiri, sehingga tanaman tersebut tidak perlu disemprot insektisida
lagi saat di lahan pertanian nantinya. Contoh jenis tanaman pangan yang telah
berhasil di rekayasa dengan tiujuan tersebut adalah tanaman buah apel, pir,
kol/kubis, brokoli, dan kentang. Teknik rekayasa genetika ini juga sudah
berhasil menciptakan tanaman budi daya yang mampu mengikat nitrogen bebas
sendiri dari udara, sehingga tanaman tersebut tidak perlu diberi pupuk nitrogen
sintetik lagi saat di lahan pertanian nantinya. Contoh jenis tanaman yang sudah
berhasil direkayasa untuk tujuan tersebut adalah pada padi dan gandum.
2.1 Rekayasa Genetik
v  Kultur Jaringan
Kultur jaringan adalah teknik menumbuhkan jaringan atau sel menjadi individu
baru pada media khusus yang asptik. Kultur jaringan sel tumbuhan dapat
tumbuh pada kultur (media tumbuh) yang cukup mengandung nutrienbat.
Prinsip dasar kultur jaringan dan sel adalah bahwa sel yang diisolasikan akan
mengembangkan potensi dasarnya (totipotensi). Potongan daun cocor bebek,
misalnya, dapat tumbuh membentuk akar, batang, dan daun menjadi tanaman
cocor bebek yang baru dengan sifat individu unggul.
Dengan menggunakan teknik kultur Jaringan, tanaman yang sudah diketahui
berkhasiat sebagai obat, atau pun tanaman budi daya yang sudah diketahui
keunggulan mutunya, dapat diproduksi dengan waktu singkat, dalam jumlah
yang banyak, tanpa memerlukan lahan yang luas, dan dengan kondisi steril.
Teknik kultur jaringan ini termasuk salah satu usaha kloning, dimana individu-
individu baru yang dihasilkan akan sama persis atau identik dengan suatu
tanaman yang sudah diketahui manfaat maupun keunggulannya. Adapun
contoh-contoh tanaman budi daya yang sudah berhasil diperbanyak dengan
teknik kultur jaringan tersebut antara lain tanaman kelapa sawit, tanaman
anggrek, tanaman pisang barangan, dan wortel.
 
 
2.2 Kultur Jaringan
v  Proyek genom
Proyek genom adalah proyek menyekuen urutan DNA setiap kromosom dari
ujung ke ujung. Proyek genom pada tanaman sangat menjanjikan untuk
mendapatkan informasi terlengkap tentang seluruh sifat biologis tanaman.
Informasi ini akan membantu kita memahami bagaimana gen-gen
menyebabkan tanaman mampu melaksanakan segala aktivitasnya sebagai
makhluk hidup.
Tanaman menyediakan materi untuk kebutuhan industri seperti minyak, tekstil,
bahan bakar dan obat-obatan. Nenek moyang kita dahulu meningkatkan
kualitas tanaman dengan menyeleksi tanaman berdasarkan sifat dan karakter
yang diinginkan melalui proses persilangan yang panjang. Sifat unggul dari
satu tanaman liar digabungkan ke tanaman lain sehingga terbentuk tanaman
baru dengan beberapa karakter yang lebih bagus. Proses panjang ini telah
memungkinkan lahirnya revolusi hijau, dalam hal ini produk pertanian
teroptimalkan sampai menyamai pertambahan jumlah penduduk. Meskipun
demikian, ledakan pendudu terutama di negaranegara berkembang yang diikuti
oleh berkurangnya lahan-lahan pertanian untuk pemukiman menyebabkan
pertanian tidak seimbang lagi. Dengan demikian, usaha persilangan yang
memakan waktu lama dengan sendirinya tidak mampu meningkatkan hasil
produksi untuk mencukupi kebutuhan pangan pada masa mendatang. Untuk itu
diperlukan satu teknologi baru guna meningkatkan produksi pangan secara
lebih cepat. Adapun targetnya adalah untuk mengisolasi gen-gen yang
memberikan sifat unggul, seperti sifat tahan penyakit, sifat toleran pada tanah
bergaram, dan sifat alami lainnya, di antaranya gen yang mengatur
pembentukan minyak biji-bijian atau waktu berbunga yang semuanya
berdampak pada hasil panen.
 
 
 
 
2.3 Proyek Genom
v  Teknik mutasi buatan
Teknik Mutasi Buatan merupakan usaha merubah susunan atau jumlah materi
genetik/DNA dengan menggunakan radiasi sinar radioaktif (sinar X, alpha,
beta dan gamma) atau dengan senyawa kimia (kolkisin).
Teknik mutasi dengan sinar gamma biasanya ditujukan untuk menghasilkan
biji-biji tanaman padi dan palawija, agar berumur pendek (cepat dipanen),
hasilnya banyak dan tahan terhadap serangan hama wereng. Selain itu, terdapat
teknik mutasi buatan lainnya, yakni teknik perendaman biji-biji tanaman
perkebunan dan pertanian dalam senyawa kolkisin, senyawa ini menyebabkan
tanaman mempunyai buah yang besar dan tidak berbiji; misalnya buah
semangka, pepaya, jeruk, dan anggur tanpa biji. Namun sayangnya tanaman ini
tidak dapat menghasilkan tanaman baru sebagai keturunannya, karena buah-
buahan yang dihasilkan tidak memiliki organ reproduksi yaitu biji.
 
 
 
 
 

BAB II . ISI
PERTANIAN KONVENSIONAL DAN MODERN

A.    Pengertian Sistem Pertanian Konvensional


Kata konvensional berasal dari kata konvensi. Istilah konvensi awalnya
digunakan untuk menyatakan atau mengkomunikasikan segala sesuatu yang
didasarkan kepada kesepakatan.  Kesepakatan itu  dilakukan oleh sejumlah atau
banyak orang, Jumlahnya  yang meliputi sebuah lembaga, daerah tertentu atau
yang berskala internasional.Selanjutnya sebutan konvensional, adalah
sebuah kata yang menujukan sifat. Yakni, untuk menyatakan segala sesuatu
kegiatan (bersama) atau tindakan berdasarkan konvensi. Artinya setiap konsep
yang akan dikerjakan pelaksanaannya harus berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang telah disepakati. atau perundang-undangan. Biasanya setiap orang yang
terkait dengannya telah memahaminya, sehingga proses kegiatan dapat berjalan
dengan baik.
Pertanian konvensional mulai dikenal di Indonesia ketika VOC menguasai
nusantara. Orang Belanda   mengusahakan perkebunan sendiri dengan memilih
tanah-tanah yang paling baik bagi perkebunannya. Cara untuk mendapatkan
tanah yang baik adalah menggunakan cara penggundulan hutan  dan
menjadikan hutan untuk pertanian konvensional monokultur seperti teh,
tembakau,coklat, dan kopi. Akibat dari hal ini adalah rusaknya kesetabilan
alam dan lingkungan secara ekologi.
Pada zaman kolonial, masyarakat pribumi sering menggunakan praktek ladang
berpindah. Praktek tersebut sering dilakukan  didaerah luar Jawa. Para petani
kecil membuka lahan dengan membakar hutan. Tanah baru tersebut ditananami
padi huma, ubi kayu, dan beberapa tanaman pangan lain. Setelah 2 atau 3 kali
panen, produktiifita lahan menurun, sehingga mereka berpindah ke hutan lain
untuk melakukan praktek yang sama. Tanah atau lahan yang ditinggalkan itu
dibiarkan begitu saja sehingga  dikuasai oleh tanaman Imperata cylindrica atau
alang-alang. Cara ladang tersebut secarajelasdapat menimbulkan kerusakan
tanah

           System pertanian konvensional ini memiliki tujuan untuk meningkatkan


hasil produksi tanaman dengan penambahan unsur eksternal (pupuk kimia dan
pestisida) sehingga didapatkan produksi yang tinggi. Selain itu, teknologi yang
digunakan pada system ini telah maju dan berkembang. Namun, dampak
negatif yang dihasilkan berupa peningkatan produksi tidak bertahan lama. Hal
ini karena terjadi penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu dalam
tanah yang dapat meracuni tanaman sehingga system ini dianggap tidak arif
lagi. Pada perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan
panca usaha tani sebagai acuan pengembangan program yang dilakukan.
           Metode  aplikasi pestisida dalam pertaian di Indonesia secara umum
dilakukan dengan cara spraying  (penyemprotan), fogging (pengapasan),
dusting (pengehembusan), perawatan benih, dipping (pencelupan), fumigation,
Injection (suntikan), dan drenching (penyiraman). Dari cara-cara tersebut,
petani konvensional Indonesia sering menggunakan teknik spraying.
Diperkirakan, 75% penggunaan pestisida dilakukan dengan cara disemprotkan
dari udara. Bentuk formulasi pestisida yang diaplikasikan dengancara
disemprotkan meliputi WP, EC, EW, WSC, SP, FW, WDG (Djojosumarto,
2000).
           Pada pertanian konvensional di Indonesia, penggunaan pestisida telah
mengalami beberapa kejadian yang merugikan, diantaranya adalah
meningkatnya serangan hama tertentu setelah  pengaplikasian insektisida pada
padi. Selain  itu, munculnya ledakan hama sekunder berupa hama ganjur
sesudah penyemprotan  intensif dengan  fosfamidon untuk mengendalikan
hama penggerek padi di daerah pantai Utara jawa Barat pada tahun 1960/1970
(Djojosumarto, 2000).
           Gliessmann (2007) menyatakan bahwa pendekatan dan praktek
pertanian konvensional terutama untuk peningkatan produksi pangan telah
diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang.
Menurut Gliessmann, teknologi pertanian konvnsional tersebut bertumpu pada
tehnik-tehnik budidaya sebagai berikut:
1.      Pengolahan Tanah Intensif.                                             . 
2.       Budidaya Monokultur.                                                                        
3.      Aplikasi Berbagai Pupuk Sintetik.                                               
4.      Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi.                   
5.       Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia. 
6.      Manipulasi Genom Tanaman dan Binatang yang menghasilkan varietas
varietas unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa
genetik.

B.     Dampak Pertanian Konvensional


  Dari pengalaman selama berpuluh tahun di semua negara, penerapan
pertanian konvensional tidak membawa keadaan yang lebih baik tetapi justru
menimbulkan masalah-masalah baru. Penerapan teknologi pertanian
konvensional secara luas dan seragam mengakibatkan dampak negatif bagi
lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Menurut
Gliessmann (2007) dampak samping pertanian konvensional meliputi:
1.      Degradasi dan Penurunan Kesuburan Tanah.
2.      Penggunaan Air Berkelebihan dan Kerusakan Sistem Hidrologi.
3.      Pencemaran Lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di
lingkungan dan makanan.
4.      Ketergantungan petani pada Input-input Eksternal.
5.      Kehilangan Diversitas Genetik seperti berbagai jenis tanaman dan
varietas tanaman pangan lokal/tradisional.
6.      Peningkatan kesenjangan Global antara negara-negara industri dan
negara-negara berkembang 
7.      Kehilangan Pengendalian Komunitas Lokal terhadap Produksi Pertanian

Pertanian Konvensional mengakibatkan kerusakan lingkungan serta semakin


menghabiskan energi dari sumberdaya alam tidak terbarukan. Harga energi
semakin lama semakin meningkat karena persediaan bahan bakar fosil semakin
habis. Dilihat dari sisi ekonomi, keuntungan yang diperoleh dari pertanian
konvensional semakin menurun. Fenomena pertanian konvensional dengan
segala dampak sampingnya tersebut tidak hanya terjadi di luar negeri tetapi
sudah dan sedang terjadi diIndonesia, termasuk dalam pelaksanaan program
ketahanan pangan. Kondisi lingkungan dan ekonomi di ekosistem persawahan
kita sudah sedemikian kritis sehingga sulit untuk melaksanakan kegiatan
intensifikasi pertanian secara efektif dan efisien. Berbagai bentuk pemborosan
ekonomi, lingkungan dan sosial budaya sedang terjadi di lahan-lahan sawah
dan pedesaan saat ini. Kita akan mewarisi generasi mendatang dengan
kerusakan dan biaya lingkungan yang sangat mahal yang sulit untuk
dikembalikan lagi.
Dengan kesadaran manusia akan lingkungan dan masa depan bumi, praktek
Pertanian Konvensional secara bertahap harus diubah dan dikonversikan
menjadi Pertanian Berkelanjutan yang bertumpu pada kemampuan,
kemandirian dan kreativitas petani dalam mengelola sumberdaya lokal yang
mereka miliki. Dukungan politik Pemerintah terhadap konversi pertanian
konvensional ke pertanian berkelanjutan harus jelas, tegas dan konsisten agar
ekosistem pertanian di Indonesia dapat segera diselamatkan dan dihindarkan
dari kerusakan yang lebih parah.

C.    Manfaat Pertanian Konvensional


A.     Fungsi Ekonomi
1.      Pertanian Masal: Ketika Indonesia menggunakan sistem pertanian
konvensional, pada tahun1965 terjadi kemrosotan harga karet dunia.
Dikarenakan Indonesia  tidak mendiversifikasi jenis tanaman yang
dibudidayakan, akibatnya Indonesia tidak mampu menangani pasar dan
perusahaan karet dan petani karet mengalami kerugian (Kartasapoetra et. al.,
1985).

B.     Fungsi Sosial
1.      Organisasi Penyuluh Pertanian: Pada masa pertanian konvensional
sedang marak  terjadi, di Indonesia terjadi berbagai terobosan  baru yang
dilakukan, diantaranya adalh  adanya organisasi penyuluh pertanian.
Organisasi  tersebut bersistem piramida dengan dasar yangluas di tingkat desa.
Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Tanggal 29
Januari 1961 No. Per. 72/1/30 (IPB, 2002).
2.      Program BIMAS: Pertanian konvensional dikenal juga dengan pertanian
massal. Disebut pertanian massal karena pertanian konvensional secara fungsi
sosial menggunakan banyak  elemen masyarakat untuk suksesinya. Program
BIMAS diawali dengan kegiatan Demonstrasi Masal oleh IPB di Karawang
pada 1964/65-1965/1966, sejak 1966 pemerintah menetapkan kebi-jakan
Bimbingan Masal (BIMAS). Dalam organisasi BIMAS tersebut Perguruan
Tinggi terlibat secara aktif, meskipun keberadaan mahasiswa sebagai tenaga
penyuluh bersifat sementara (selama satu musim). Program BIMAS yang
terkenal  adalah KUD atau Koperasi Unit Desa, Lembaga Kredit (BRI Unit
Desa), PPL atau  Penyuluh Pertanian Lapang, sistem kerja Latihan dan
Kunjungan (LAKU) atau Training and Visit (TV). Ada kejelasan tugas
penyuluh pertanian (PPL, PPM, dan PPS) sebagai tenaga fungsional yang
hanya dibebani tugas penyuluhan dan dibebaskan dari tugas-tugas sampiran
yang semestinya menjadi beban tugas aparat struktural. Dengan adanya
program BIMAS, secara tidak langsung meningkatkan kualitas  SDM
Indonesia  untuk terlatih dan meningkatkan interaksi  sosial antar masyarakat
petani dan  masyarakat sipil (IPB, 2002).

D.    Pertanian Modern
Pertanian modern atau dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi
menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju.  Keuntungan (profit)
komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per
hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisida, bibit unggul, dll) dan
sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Konsep-konsep teori
ekonomi seperi biaya tetap dan biaya variable, tabungan, investasi, dan jumlah
keuntungan, kombinasi faktor-faktor yang optimal, kemungkinan produksi
yang optimum, harga-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang
sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
E.     Manajemen Pertanian Modern
 Manajemen pertanian modern menitik beratkan pada segi:
1.      Produktivitas
2.      Efisiensi
1.      Produktivitas
Merupakan upaya untuk menaikkan jumlah produksi dari lahan pertanian yang
tersedia.Faktor – faktor yang dapat menunjang hasil produksi antara lain:
- Lahan
- Kesuburan tanah
- Bibit yang di gunakan
- Tenaga kerja
- Pupuk
- Aspek manajemen pengolahan hasil
      -Modernisasi alat pertanian

2.Efisiensi
Efisiensi menurut pengertian ilmu ekonomi di bagi menjadi tiga :
a.       Efisiensi teknis
b.      Efisiensi alokatif (harga)
c.       Efisiensi ekonomi
·         Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis apabila
faktor produksi yang di pakai menghasilkan produksi yang maksimum.
·         Efisiensi harga di lihat dari profit (keuntungan) yang di dapatkan.
·         Efisiensi ekonomi yaitu apabila usaha pertanian tersebut mencapai
efisiensi teknis dan harga
Di Indonesia Gebrakan revolusi hijau terlihat pada dekade 1980-an. Saat itu,
pemerintah mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit
impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya. Hasilnya, Indonesia sempat
menikmati swasembada beras. Namun pada dekade 1990-an, petani mulai
menghadapi serangan hama, kesuburan tanah merosot, ketergantungan
pemakaian pupuk yang semakin meningkat dan pestisida yang tidak manjur
lagi. Corporate Farming adalah sebuah sistem pertanian dengan menerapkan
cara panggarapan lahan yang relatif luas secara bersamasama dalam satu sistem
pengelolaan oleh sebuah perusahaan atau korporasi.
F.     Ciri-Ciri Pertanian Modern
                Napitupulu (2000) menyatakan bahwa pertanian modern sebagai
pertanianyang tangguh dan efisien apabila dikelola secara professional dan
memiliki keunggulan untuk memenangkan persaingan.Pertanian modern
seperti itu, memiliki ciri-ciri:
1.      Usahanya merupakan industri/perusahaan pertanian, memenuhi skala
ekonomi,menerapkan teknologi maju dan spesifik lokasi, menghasilkan produk
segar danolahan yang dapat bersaing di pasar global, dikelola secara
profesional.
2.      Petani mampu mengambil keputusan rasional dan inovatif, memiliki
jiwakewirausahawan, memiliki menajemen yang modern dan profesional,
memilikiinformasi ke pasar global.
3.      Organisasinya memiliki asosiasi diantara petani yang kuat dan berjenjang
dari tingkatdesa ke tingkat nasional, bisa mengakses lembaga keuangan dan
lembaga bisnislainnya.
4.      Aturan mainnya memncerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan
mikro sertaoperasional berpihak kepada petani, khususnya konteks
perdagangan global.
Aturan mainnya memncerminkan adanya kesadaran tingkat makro dan mikro
sertaoperasional berpihak kepada petani, khususnya konteks perdagangan
global.Sedangkan pertanian modern yang maju, efisien dan tangguh itu
mempunyai kemampuan(Rasahan, 2000):
§  Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan
§  Mengelola keterkaitan ke belakang dan kedepan yang erat dengan kegiatan
ekonomilainnya
§  Menyerap dan mendiversifikasikan tenaga-tenaga produktif di pedesaan
sekaligus pemerataan kesejahteraan pedesaan.
§  Antisipasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan strategis baik tingkat
domestik,regional dan internasional.
Jadi, usaha tani modern merupakan usaha tani yang sifatnya komersial, yang
selalu dinamis dan luwes dan produktivitasnya selalu meningkat. Usaha tani
yang modern,memerlukan keterampilan, sarana produksi, alat-alat pertanian
dan kredit untuk menerapkan teknologi yang selalu berkembang itu didalam
usaha taninya. Untuk mengembangkan usaha tani modern, akan memerlukan
bantuan dari
pihakluar,memerlukan“agrisupport”yang berupa penyuluhan, penyediaan saran
a produksi,  alat-alat pertanian dan kredit, kesempatan pemasaran dari
hasil usaha taninya (Hadisapoetro, 1972). 
Seluruh kegiatan pembinaan usahatani modern, baik kegiatanagriculture yang
dilakukan petani dalam usahataninya masing-masing atau
kegiatan agrisupport  yang dilakukan oleh pihak swasta, koperasi
dan pemerintah, tetap memerlukan agri climate atau iklim berusaha-tani yang
berupa keadaan politik, ekonomi sosial dan budaya yang stabil
            Untuk mewujudkan pertanian modern sebagaimana disampaikan
diatas, dibutuhkan beberapa syarat mendasar sebagai berikut (Yudohoesodo,
2002):
a.       Pemberian luas lahan yang memenuhi skala ekonomi mikro pada setiap
keluarga tani 
b.      Mekanisasi dalam rangka optimalisasi tenaga kerja
c.       Pembangunan pertanian dilakukan secara agribisnis untuk menjadikan
para petani berpikir dan bekerja secara ekonomis untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
d.      Meningkatkan keseimbangan antara kesempatan kerja pertanian dan
pembangunanagro-industri di desa agar ketahanan ekonomi rakyat meningkat
e.       Membangun desa-desa menjadi pusat kegiatan ekonomi.

G.    Negara-Negara Dengan Pertanian Modern


Daftar yang saya buat ini merupakan berdasarkan apa yang saya ketahui saja,
berdasarkan pada informasi dan data yang saya dapatkan dari berbagai sumber,
terlebih saya belum pernah berkesempatan untuk melihat secara langsung
sistem pengelolaan pertanian di negara tersebut. Inilah daftar negara-negara
yang menurut saya pertaniaannya patut di contoh :
1. Jepang
Sebagai negara dengan budaya teknologi yang tinggi, Jepang menerapkan juga
teknologi untuk bidang pertaniannya. Pertanian di negara ini sangat diatur
secara detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan teknologi namun tetap
ramah lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan Pertaniannya
PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar
Warisan Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS). Dengan porsi lahan
pertanian hanya 25 % saja, masyarakat Jepang benar-benar memanfaatkan
lahan mereka secara efisien, mereka menanam di pekarangan, ruang bawah
tanah, pinggiran rel kereta, di atas gedung, pokoknya setiap lahan yang dapat
dimanfaatkan mereka optimalkan.
Pasca Tsunami yang meluluh lantahkan sebagian lahan pertaniannya, jepang
merencanakan sitem pertanian yang lebih modern. Sistem pertanian yang
dijalankan oleh robot, seperti traktor tanpa awak, mesin tanam dan mesin
panen. Untuk menghalau hama jepang akan menggunakan teknologi lampu
LED.
2. Belanda
Menurut saya negara ini sangat mengagumkan dalam hal pengelolaan
pertaniannya. Dengan luas wilayah yang relatif kecil bila dibandingkan
Indonesia, pada tahun 2011 Belanda mampu menjadi negara peringkat 2 untuk
negara pengekspor produk pertanian terbesar didunia dengan nilai ekspor
mencapai 72,8 miliar Euro. Produk andalannya adalah benih dan bunga. Sektor
pertanian merupakan pendorong utama ekonomi di Belanda dengan
menyumbang 20% pendapatan nasionalnya.
Kunci dari majunya pertanian di Belanda adalah Riset. Kebijakan-kebijakan
dan teknologi di adopsi dari riset-riset yang dilakukan para ahli. Salah satu
pusat riset pertanian yang terkenal disana adalah universitas Wageningen.
3. Amerika Serikat
Amerika Serikat terkenal sebagai penghasil kacang kedelai, gandum, kapas,
kentang dan tembakau di dunia. Harga produk-produk tersebut sangat
mempengaruhi  harga di dunia. Pertanian di sana dikerjakan dengan luas
kepemilikan lahan yang luas, dikerjakan dengan teknologi pertanian yang
hampir separuhnya dilakukan oleh mesin. Sistem irigasi dalam pengelolaan air
pun di buat lebih efisien.
4. Taiwan
Hasil ekspor produk pertanian di negara ini adalah USD 11,8 miliar atau 1,5%
pendapatan nasionalnya. Seperti juga di negara dengan pertanian lainnya,
separuh pengerjaan dilakukan dengan teknologi canggih. Contohnya dalam
penanaman padi, mereka menerapkan sistem yang sangat berbeda dengan
Indonesia. Bila di Indonesia bibit padi di semai pada satu hamparan sebelum
dipindah pada lahan sawah, di Taiwan bibit padi dimasukan suatu wadah pot
segi empat dengan ketinggian 2 cm, saat tanam menggunakan mesin dengan
kecepatan 3 jam/ha. Cara ini dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta
menghasilkan pertumbuhan padi lebih baik, karena pada saat tanam tidak perlu
mencabut bibit dari persemaiaan yang akan membuat tanaman stress dan
memerlukan waktu untuk adaptasi.

Dari kesemua negara yang saya sebutkan tadi, ada “benang merah” yang
membuat mereka maju dan terdepan dalam teknologi pertaniaan, yaitu
dukungan pemerintahnya melalui kebijakan-kebijakan yang berpihak terhadap
petani, mengatur dan menata pengelolaan pertanian menjadi teratur, tertata dan
mensejahterakan. Kita dalam hal sumberdaya manusia Indonesia pun tak kalah
hebat, tinggal bagaimana menciptakan suasana yang kondusif di pertanian kita.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      System pertanian konvensional ini memiliki tujuan untuk meningkatkan


hasil produksi tanaman dengan penambahan unsur eksternal (pupuk kimia dan
pestisida) sehingga didapatkan produksi yang tinggi. Selain itu, teknologi yang
digunakan pada system ini telah maju dan berkembang. Namun, dampak
negatif yang dihasilkan berupa peningkatan produksi tidak bertahan lama. Hal
ini karena terjadi penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu dalam
tanah yang dapat meracuni tanaman sehingga system ini dianggap tidak arif
lagi. Pada perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan
panca usaha tani sebagai acuan pengembangan program yang dilakukan.

2.      Pertanian modern atau dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi


menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju.  Keuntungan (profit)
komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per
hektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisida, bibit unggul, dll) dan
sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Konsep-konsep teori
ekonomi seperi biaya tetap dan biaya variable, tabungan, investasi, dan jumlah
keuntungan, kombinasi faktor-faktor yang optimal, kemungkinan produksi
yang optimum, harga-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang
sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

DAFTAR PUSTAKA

   Asparno, marzuki. 1990. pertanian modern dan masalahnya. Andi Offset.


Yogyakarta: erlangga.

  Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta:


Kanisius.

  Gardner,F.P.,R.Brent pearce dan Roger Mitchel.1991. Budidaya tanaman


modern.      Penerbit universitas Indonesia: Jakarta.

  Hendarto, kuswanto. 2010. Teknologi pertanian modern. Gramedia: Jakarta.


  Kartasapoetra A.G dkk.. 1985. Teknologi  Konesrvasi  Tanah  dan  Air.
Jakarta: Rineka Cipta.

   Mardikanto, Totok. 2007. “Pengantar Ilmu Pertanian”.Pusat


PengembanganAgrobisnis dan Perhutanan Sosial: Surakarta.

Diposting 25th March 2014 oleh Anonymous

Anda mungkin juga menyukai