Anda di halaman 1dari 18

KERUSAKAN SEL YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS Human

Immunodeficiency Virus
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : BIOLOGI SEL
Dosen Pengampu : MUFTI HATUR RAHMAH S.Si.,M.Si

OLEH:
KELOMPOK 2

SARIPA WAHDA (H0317009)


NUR IFTITA RH (H0317010)
HERYANTO (H0316331)
SALMIATI (H0316362)

PENDIDIKAN BIOLOGI B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah biologi sel yang berjudul Kerusakan Sel Yang
disebabkan Oleh Virus dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah biologi sel. Penulisan makalah
ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: Mufti Hatur Rahmah,
S.Si.,M.Si sebagai dosen pengampu matakuliah biologi sel. Orang tua yang telah banyak
memberikan dukungan dan sumbangan moral maupun material.
Teman-teman yang telah banyak membantu penulisan makalah ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini jauh dari kata sempurna
sehingga sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tercipta makalah yang baik
lagi kedepannya.

Majene, 09 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................ 2
D. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II TUJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Virus ................................................................................ 1
B. Human Immunodeficiency Virus (HIV) ............................................ 4
C. Cara Virus Menginfeksi Sel Manusia ............................................... 4
D. Daur Litik dan Lisogenik Pada Virus ................................................
E. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ..............................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketentuan
dalam konstitusi tersebut dapat dimaknai bahwa Negara memiliki tanggung jawab atas
keberlangsungan kesehatan dan hidup setiap warga negaranya dari segala ancaman
khususnya yang berkaitan dengan gangguan kesehatan warga Negara terhadap penyakit
ataupun virus.
Adapun ancaman terbesar saat ini yang dihadapi khususnya oleh Indonesia adalah
HIV dan AIDS. AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yaitu suatu kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh virus kekebalan tubuh manusia. Virus
tersebut dinamakan HIV (Human Immunodeficiency Virus).
HIV/AIDS merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif untuk dibicarakan. Hal ini
berkaitan dengan sifat yang unik dari penyakit ini. Selain kasusnya yang seperti fenomena
gunung es, stigma dan diskriminasi juga banyak dialami oleh penderita dan keluarganya.
Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan banyak
perlakuan diskriminatif baik dalam hal pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan
maupun dalam hal lainnya. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Virus?
2. Apa yang dimaksud dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) ?
3. Bagaimana cara Virus menginfeksi sel manusia?
4. Bagaimana daur litik dan lisogenik pada Virus?
5. Apa yang dimaksud dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih jelas mengenai infeksi virus pada sel
meanusia sehingga menyebabkan penyakit salah satunya adalah penyakit Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) .

4
D. Manfaat
Mahasiswa mampu mengetahui mengenai bagaimana virus menginfeksi sehingga
menyebabkan penyakit pada manusia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Virus
Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat
bereproduksi (hidup) didalam sel yang hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
tersebut karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri.
Virus merupakan parasit obligat intraseluler. Virus mengandung asam nukleat DNA atau
RNA sajatetapi tidak kombinasi keduanya, dan yang diselubungi oleh bahan pelindung
terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Istilah virus biasanya
merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota (organisme multisel dan
banyak jenis organisme sel tunggal) dan istilah bakteriofaga atau faga dipakai untuk virus
yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan organisme lain yang tidak berinti
sel). Selama siklus replikasi dihasilkan banyak sekali salinan asam nukleat dan protein
selubung virus. Protein-protein selubung tadi dirakit untuk membentuk kapsid yang
membungkus dan menstabilkan asam nukleat virus terhadap lingkungan ekstra sel serta
memfalitasi perlekatan penetrasi virus saat berkontak dengan sel-sel baru yang rentan.
Infeksi virus dapat memiliki efek yang kecil atau bahkan tidak memiliki efek sama sekali
pada sel penjamu tetapi dapat pula menyebabkan kerusakan atau kematian sel.
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai mahluk hidup karena dia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas.Oleh karna karakteristiknya yang khas ini,
virus selalu teasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada manusia (misalnya, virus HIV,
DHF ), pada hewan (misalnya, virus flu burung), atau pada tanaman (misalnya, virus
mozaik tembakau/TMV). Penelitian virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit
mozaik yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan menjadikan tanaman
tersebut memiliki bercak-bercak. Seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1883, Adolf Meyer,
menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika tanaman yang ditelitinya
menjadi sakit setelah disemprot dengan getah dari tanaman yang sakit. Dari hasil
penelitiannya, Meyer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri
yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Dimitri Ivanowsky pada tahun 1892 yang berasal dari Rusia menemukan bahwa getah
daun tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan
penyakit bakteri, lalu ia menyimpulkan bahwa bakteri tersebut berbentuk lebih kecil,
6
sehingga masih dapat melewati penyaring yang dipakainya, atau bakteri tersebut
mengeluarkan toksin yang masih dapat menembus saringannya. Pada tahun 1897
penelitian ini dilanjutkan oleh peneliti Belanda yang bernama Martinus Beijerinck, ia
menyatakan bahwa agens infeksi yang ada dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat
bereproduksi karena kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang meskipun
telah ditransfer beberapa kali antar tanaman. Akhirnya disimpulkan bahwa patogen mosaik
tembakau bukan merupakan bakteri tetapi merupakan sejenis cairan hidup pembawa
penyakit.
Virus merupakan agen infeksius terkecil (diameter sekitar 20 nm hingga300 nm) dan
hanya mengandung satu jenis asam nukleat (RNA atau DNA) sebagai genom mereka.
Asam nukleat tersebut terbungkus dalam suatu selubung protein yangdikelilingi sebuah
membran yang mengandung lipid dan keseluruhan unit infeksius tersebut dinamakan
virion. Cara berkembang virus berbeda dengan cara berkembang biak bakteri. Bakteri
berkembang biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel (binary fission),
sedangkan pada virus perkembangbiakannya terjadi dengan cara perbanyakan diri dari
partikel asam nukleat virus sesudah virus menginfeksi suatu sel. Virus tidak mempunyai
ribosom dan partikel ribonukleoprotein yang mempunyai peran dalam proses sintesis
protein. Selain itu virus pada umumnya kebal atau resisten terhadap antibiotik, akan tetapi
peka atau sensitif terhadap interveron. Agar dapat hidup virus harus selalu berada didalam
sel organisme hidup lainnya (obligate intraseluler), sehingga virus tidak dapat dibiakkan
di dalam medium buatan. Seperti halnya riketsia dan klamidia, virus hanya dapat
dibiakkan pada kultur jaringan atau kultur sel (tissue culture atau sellular culture).

Gambar 1 Macam-macam virus

7
B. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah
putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian, orang tersebut dapat menularkan virusnya
kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat
suntik dengan orang lain, Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka
orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang
pada kulit, paru, saluran penernaan, otak dan kanker.
Menurut data Kemenkes RI (2015), pada tahun 2010-2012 Jumlah kasus baru HIV
positif di Indonesia cukup stabil, kemudian pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami
peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2010 jumlah kasus baru HIV positif sebesar
21.591 kasus kemudian meningkat secara signifikan pada tahun 2014 yaitu sebesar 32.711
kasus baru. Peningkatan jumlah kasus baru AIDS selalu terjadi setiap tahunnya, hingga
puncaknya pada tahun 2013 tercatat 10.163 kasus kemudian terjadi penurunan jumlah
kasus baru pada tahun 2014 yaitu sebesar 5.494 kasus dengan jumlah kumulatif kasus
AIDS sampai dengan akhir 2014 sebesar 65.790 kasus.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan virusvirus sejenisnya umumnya ditularkan
melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal,
anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-
cairan tubuh tersebut.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) mempengaruhi hampir semua organ tubuh.
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker
leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. Biasanya penderita AIDS
memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari),
pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan. Infeksi
oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS juga tergantung pada tingkat kekerapan
terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung antarindividu
yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi
HIV di dunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria atau kondom wanita yang
8
dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya serta
kemungkinan hamil.
HIV adalah virus RNA yang termasuk ke dalam famili Retroviridae. Retrovirus
adalah nama yang diberikan kepada virus-virus RNA yang mengadakan replikasi melalui
DNA intermediate di dalam sel, yang informasi genetiknya dikatalisis oleh enzim RNA-
directed DNA polymerase atau yang disebut reverse transcriptase. Di dalam famili
Retroviridae ini HIV termasuk ke dalam subfamili Lentivirinae (Bahas Latin: lentus =
lambat), karena infeksi berjalan secara lambat yaitu berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun sejak invasi ke dalam sel sampai akhirnya menimbulkan gejala-gejala
klinik.
HIV merupakan virus RNA berbentuk sferis dengan diameter 100 nm, terdiri dari
bagian inti (core) berbentuk silindris dan dikelilingi oleh selubung (envelope) sehingga
virus ini peka terhadap inaktivasi. Inti virus terdiri dari untaian RNA, protein struktural
dengan protein utama p7 dan p9, serta enzim-enzim reverse transcriptase, integrase dan
protease yang diperlukan pada proses replikasi virus.
Envelop virus tersusun oleh lapisan lipid bilayer dengan adanya 70 – 80 buah tonjolan
(knoblike projection) yang tertanam pada permukaan selubung lipid dengan dua macam
glikoprotein yaitu gp 120 dan gp 41. Gp 120 berperan pada pengikatan HIV dengan sel
yang mempunyai reseptor CD4+ sedangkan gp 41 bertanggung jawab terhadap fusi antara
virus dengan membran sel inang ketika virus akan memasuki sel inang.
Struktur RNA genom sepanjang 10 kilo pasang basa meliputi 3 gen utama yang
mengkode pembentukan struktur-struktur virus, yaitu gen gag (group associated antigen)
yang mengkode pembentukan protein, gen pol (polymerase) yang mengatur pembentukan
enzim-enzim reverse transcriptase, protease dan endonuklease serta gen env (envelope)
yang mengatur pembentukan glikoprotein envelop. Selain itu pada HIV-1 masih ada 6 gen
tambahan, 3 di antaranya adalah gen tat (transactivation of transcription), rev (regulator of
expression of virion), dan nef (negative regulatory factor).
Struktur polipeptida utama dari inti adalah p24, polipeptida lain yang terdapat
sekeliling inti adalah p17, sedangkan polipeptida yang membentuk kompleks dengan RNA
virus adalah p15. Polipeptida-polipeptida serta glikoprotein di atas bersifat antigenik
sehingga di dalam serum penderita yang terinfeksi HIV akan terbentuk antobodi terhadap
antigen-antigen tersebut.

9
Gambar 2 struktur Virus
C. Cara Virus Menginfeksi Sel Manusia
Baik infeksi bakteri maupun infeksi virus, keduanya sama-sama disebabkan oleh
mikroba. Seperti namanya, infeksi bakteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri,
dan infeksi virus adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Terkadang, kedua infeksi ini
mempunyai tanda-tanda yang sama pada orang yang terkena infeksi tersebut, seperti
batuk-batuk, demam, hidung berair, diare, radang, muntah, dan lemas. Akan tetapi, bakteri
dan virus adalah dua mikroba yang berbeda dan cara pengobatan untuk kedua jenis infeksi
tersebut sama sekali berbeda.
Bakteri adalah mikroba yang termasuk keluarga Prokaryotes. Bakteri memiliki
dinding sel yang tipis tapi keras, dan membran yang seperti karet melindungi cairan di
dalam sel tersebut. Bakteri dapat berkembang biak sendiri, yaitu dengan cara pembelahan.
Hasil penelitian fosil-fosil menyatakan bahwa bakteri sudah ada sejak 3,5 miliar tahun
yang lalu. Bakteri dapat hidup di berbagai keadaan lingkungan, termasuk lingkungan-
lingkungan yang ekstrem, seperti lingkungan yang sangat panas atau sangat dingin, di
lingkungan yang mengandung radioaktif, dan di dalam tubuh manusia.
Virus adalah mikroba yang tidak bisa hidup tanpa menempel pada inangnya. Virus
baru bisa berkembang biak bila menempel dengan makhluk hidup lain. Ukuran virus juga
jauh lebih kecil daripada bakteri. Setiap virus memiliki material genetik, antara RNA atau
DNA. Biasanya, virus akan menempel di suatu sel dan mengambil alih sel tersebut untuk
mengembangbiakkan virus-virus lain sampai akhirnya sel tersebut mati. Atau pada kasus
lain, virus mengubah sel normal menjadi sel yang berbahaya untuk kesehatan. Sebagian
besar virus bisa menyebabkan penyakit berbanding terbalik dengan bakteri. Virus juga
“pemilih”, alias menyerang sel tertentu secara spesifik.

10
Misalnya, virus-virus tertentu menyerang sel pada pankreas, sistem pernapasan, dan
darah. Pada kasus tertentu, virus juga menyerang bakteri. Durasi tanda-tanda terinfeksi
virus biasanya terjadi sebentar tetapi akut, sedangkan tanda-tanda terinfeksi bakteri
biasanya terjadi selama 10-14 hari secara terus-menerus. Kalau memang diperlukan,
dokter biasanya meminta untuk tes darah atau tes urine untuk mengkonfimasi diagnosis,
atau melakukan tes kultur untuk mengidentifikasi tipe bakteri atau virus yang menginfeksi
Anda.
Infeksi virus adalah masuknya virus kedalam tubuh inang (manusia, hewan, tumbuh-
tumbuhan termasuk bakteri) melalui siklus lisis dan lisogenik sampai timbul gejala sakit.
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya. Ada
yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh sehingga
akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar. Infeksi akut merupakan infeksi yang
berlangsung dalam jangka waktu cepat namun dapat juga berakibat fatal. Infeksi kronis
merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada risiko gejala penyakit muncul
kembali.
Proses dasar infeksi virus adalah sildus replikatif virus. Respons seluler terhadap
infeksi tersebut dapat berkisar dari efek yang tidak terlihat pada sitopatologi disertai
kematian sel sampai dengan hiperplasia atau kanker. Penyakit virus adalah suatu
abnormalitas berbahaya yang disebabkan oleh infeksi virus pada organisme pejamu.
Penyakit klinis pada seorang pejamu terdiri dari tanda dan gejala yang jelas. Sindrom
terdiri dari sekelompok tanda dan gejala yang spesifik. Infeksi virus yang tidak
menyebabkan gejala apapun pada pejamu disebut asimtomatik (subklinis). Pada
kenyataannya, sebagian besar infeksi virus tidak menyebabkan penyakit.

Gambar 3 Siklus hidup virus didalam sel

11
Patogenesis virus adalah proses yang terjadi ketika virus menginfeksi pejamu.
Patogenesis penyakit adalah suatu bagian dari kejadian selama infeksi yang menyebabkan
manifestasi penyakit pada pejamu. Sebuah virus bersifat patogenik terhadap pejamu
tertentu jika dapat menginfeksi dan menyebabkan tanda-tanda penyakit pada pejamu
tersebut. Sebuah strain virus tertentu lebih virulen dibanding strain lainnya jika ia secara
umum menyebabkan penyakit yang lebih berat pada pejamu yang peka. Virulensi virus
pada hewan yang tidak mengalami luka (intak) sebaiknya tidak dikacaukan dengan
sitopatogenisitas untuk sel yang dikultur; virus sangat sitosidal secara in vitro, mungkin
tidak berbahaya secara in vivo dan sebaliknya, virus nonsitosidal mungkin menyebabkan
penyakit berat.
Untuk dapat menyebabkan penyakit, virus harus masuk ke dalam tubuh pejamu,
berkontak dengan sel yang rentan, bereplikasi, dan menyebabkan kerusakan sel.
Pemahaman terhadap mekanisme patogenesis virus pada tingkat molekuler diperlukan
untuk merancang strategi antivirus yang efektif dan spesifik. Banyak pengetahuan kita
tentang patogenesis virus berdasarkan pada model hewan, karena sistem tersebut dapat
secara mudah dimanipulasi dan dipelajari.
Langkah-langkah spesifik yang terlibat dalam patogenesis virus adalah sebagai berikut
virus masuk ke dalam sel, replikasi virus primer, penyebaran virus, kerusakan seluler,
respons imun pejamu, pemusnahan virus atau terjadinya infeksi persisten, dan pelepasan
virus.
Agar terjadi infeksi pada pejamu, virus pertama kali harus menempel dan masuk ke
salah satu sel di permukaan tubuh kulit, saluran pernapasan, saluran urogenital, atau
konjungtiva. Sebagian besar virus masuk ke pejamunya melalui mukosa saluran
pernapasan atau gastrointestinal. Pengecualian terutama pada virus yang langsung
dimasukkan ke aliran darah olehjarum (hepatitis B, human immunodeficiency virus (HIV),
melalui transfusi darah, atau melaui vektor serangga (arbovirus). Virus biasanya
bereplikasi di port d’entree, Beberapa seperti virus influenza (infeksi pernapasan) dan
norovirus (infeksi gastrointestinal), menyebabkan penyakit di port d’entree dan biasanya
tidak mengalami sistemik lebih lanjut. Virus tersebut menyebar secara lokal melalui
permukaan epitel, tetapi tidak terdapat penyebaran ke tempat yang jauh.

12
Gambar 4 Mekanisme penyebaran virus melalui tubuh pada infeksi virus manusia
D. Fase Litik Dan Lisogenik Virus
Langkah pertama reproduksi virus adalah sebagai berikut:
a. Adsorpsi
Ujung ekor virus melekat pada bagian situs tertentu yang komplemen pada
dinding sel.
b. Penetrasi.
Enzim lisozim yang dibawa ekor virus, mencerna dinding sel dan virus
menyuntikkan DNA-nya ke dalam sel dengan bantuan seludang kontraktil. Pada
proses ini hanya DNA yang masuk ke dalam sel, sedangkan bagian lain termasuk
seludang tetap tinggal di luar sel.
c. Replikasi, perakitan dan lisis
Segera setelah infeksi, virus mengambil alih perlengkapan metabolik sel inang.
Akibatnya asam nukleat sel inang lebih banyak merakit asam nukleat virus
ketimbang asam nukleat selnya sendiri. Dengan cara ini asam nukleat virus sebagai
calon virus baru terus dibentuk, sampai pada satu saat jumlah virus baru terlampau
banyak dan sel bakteri jadi pecah atau lisis. Virus-virus baru ini selanjutnya keluar
dan menginfeksi sel lainnya. Daur ini disebut daur litik.

Gambar 5 Reproduksi Tipe Litik

13
Tidak semua infeksi pada sel bakteri oleh fage berlangsung sebagaimana tipe litik
yang lebih banyak menghasilkan partikel virus dan berakhir dengan lisis. Suatu
hubungan yang sama sekali berbeda dikenal sebagai lisogeni, dapat berkembang
anatara virus dan bakteri inangnya. Pada lisogeni, DNA virus fage tenang itu tidak
mengambil alih fungsi gen-gen sel, tetapi menjadi tergabung kedalam DNA inang dan
menjadi profage pada kromosom bakteri, berlaku seperti gen. Pada keadaan ini bakteri
bermetabolisme dan berbiak secara normal, dengan DNA virusnya diteruskan kepada
setiap sel anak melalui semua generasi berikutnya. Pada suatu kesempatan dengan
sebab yang belum diketahui, DNA virus terlepas dari kromosom sel dan selanjutnya
masuk ke daur litik. Proses ini disebut induksi spontan. Dalam status profage gen-gen
virus tidak terekspresikan, namun bila terinduksi seperti sel terkena radiasi, atau
pengaruh zat kimia profage dapat terinduksi menjadi terlepas dari genom sel bakteri
inang, dan masuk ke daur litik.
Virus menginfeksi inang dengan cara menginjeksi isi kepala virus (asam nukleat
virus) melalui sebuah lubang tusukan yang dibuatnya pada dinding sel. Asam nukleat
virus itu kemudian mengendalikan metabolism sel dan mengarahkan bakteri itu untuk
mensisntesis lebih banyak asam nukleat serta bahan-bahan lain yang diperlukan untuk
membuat partikel virus yang lengkap. Dalam waktu singkat partikel-partikel virus baru
yang terbentuk itu dibebaskan oleh pecahnya dinding sel secara tiba-tiba yaitu lisis,
dan menjadi bebas untuk menginfeksi bakteri-bakteri lain yang rentan.

Gambar 6 Daur Lisogenik.

14
Dalam daur lisogeni ini ada beberapa fase yang sama dengan yang dialami oleh daur
litik yaitu:
a. Pada saat adsorpsi ini prosesnya sama dengan apa yang dialami daur litik. Yaitu
mula-mula ujung ekor virus lamda akan menempel pada bagian dinding sel bakteri
dan memasukkan DNAnya ke dalam tubuh bakteri
b. Selanjutnya terjadi fase penggabungan, setelah DNA virus lamda masuk ke dalam
tubuh bakteri, selanjutnya DNA virus menyisip kedalam DNA bakteri atau
melakukan penggabungan. Mula-mula DNA bakteri putus. Kemudian DNA virus
menggabungkan diri diantara benang yang putus tersebut dan akhirnya terbentuk
DNA sirkuler baru yang telah disipi DNA virus. Sehingga di dalam DNA bakteri
terkandung materi genetik virus.
c. Kemudian pada fase berikutnya terjadi fase pembelahan, yaitu jika bakteri akan
melakukan pembelahan diri, maka profage juga ikut membelah diri. Sehingga
terbentuklah dua sel anak bakteri yang mengandung profage yang identik. Hal ini
terjadi secara terus- menerus selama bakteri yang mengandung profage masih mampu
membelah diri. Maka jumlah inang yang Mengandung profage semakin banyak
sesuai jumlah inang yang ditumpanginya.
E. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit defisiensi
imunitas seluler yang didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu CD4 (Lymphocyte T-
helper). Sejak awal HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, para klinisi
telah melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4 pasien sebagai indikator penurunan sistem
imun dan untuk memantau risiko progresivitas dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun
1990, para klinisi mulai juga memantau secara rutin viral load HIV, yang secara langsung
mengukur jumlah virus HIV dalam darah.
Terdapat satu kasus Human Imunodeficiency Virus/Acquired Imunodeficiency
Syndrome (HIV/AIDS) baru setiap 25 menit di Indonesia. Setiap lima kasus HIV/AIDS,
satu di antaranya berusia di bawah 25 tahun.
Kabupaten Sragen menjadi salah satu kabupaten dengan risiko tinggi penyebaran
HIV/AIDS di Jawa Tengah. Jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Sragen
mencapai 400 orang berdasarkan data tahun 2015. Penanggulangan HIV/AIDS di
kabupaten Sragen yang belum sepenuhnya dijalankan secara maksimal menjadi penyebab
penanganan kasus ini seperti berjalan di tempat.
15
Terapi antiretroviral (ARV) merupakan satu-satunya pengobatan HIV/AIDS. Salah
satu masalah dalam pemberian ARV yang menjadi perhatian adalah efek samping yang
merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia, insomnia, serta adanya gangguan
penglihatan dan pengecapan. Efek samping tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita HIV/ AIDS dan dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien sehingga
efektivitasnya menjadi belum optimal. Adanya peningkatan kualitas hidup pada ODHA
juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Semakin tinggi kualitas hidup ODHA,
semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengatasi penyakit tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk mengurangi efek samping
pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Jamu telah lama digunakan untuk
menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Hal ini diperkuat dengan hasil Riskesdas
tahun 2013 bahwa sebanyak 46,4% penduduk Jawa Tengah menggunakan jamu sebagai
pengobatan tradisional,5 dan terdapat potensi untuk menjadikan jamu sebagai terapi
komplementer bagi pasien HIV/AIDS.
Terapi antiretroviral (ARV) merupakan satu-satunya pengobatan HIV/AIDS. Salah
satu masalah dalam pemberian ARV yang menjadi perhatian adalah efek samping yang
merugikan, seperti mual, anxietas, anoreksia, insomnia, serta adanya gangguan
penglihatan dan pengecapan. Efek samping tersebut dapat memengaruhi kualitas hidup
penderita HIV/ AIDS dan dapat berakibat pada berkurangnya kepatuhan pasien sehingga
efektivitasnya menjadi belum optimal. Adanya peningkatan kualitas hidup pada ODHA
juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Semakin tinggi kualitas hidup ODHA,
semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengatasi penyakit tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan suatu terobosan untuk mengurangi efek samping
pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Jamu telah lama digunakan untuk
menjaga kesehatan dan mengobati penyakit. Budaya minum jamu sangat erat dengan
kebudayaan masyarakat. Hal ini diperkuat dengan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa
sebanyak 46,4% penduduk Jawa Tengah menggunakan jamu sebagai pengobatan
tradisional, dan terdapat potensi untuk menjadikan jamu sebagai terapi komplementer bagi
pasien HIV/AIDS. Penurunan daya tahan tubuh penderita HIV/AIDS berakibat pada
munculnya infeksi oportunistik dan juga berbagai komplikasi. Seringkali kematian ODHA
disebabkan oleh komplikasi yang dideritanya, oleh karena itu diperlukan suatu
imunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh ODHA guna mengurangi
terjadinya infeksi. Peningkatan daya tahan tubuh diperlukan untuk perubahan kualitas
hidup ODHA sehingga ODHA dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
16
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah ini dengan topic Kelainan pada Sel, maka dapat kami
simpulkan:
a. Virus adalah suatu jasad renik yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop elektron yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya
dapat bereproduksi (hidup) didalam sel yang hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel tersebut karena virus tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Virus merupakan parasit obligat intraseluler..
b. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih
di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum tentu
membutuhkan pengobatan.
c. Virus adalah mikroba yang tidak bisa hidup tanpa menempel pada inangnya. Virus baru
bisa berkembang biak bila menempel dengan makhluk hidup lain. Ukuran virus juga
jauh lebih kecil daripada bakteri. Setiap virus memiliki material genetik, antara RNA
atau DNA. Biasanya, virus akan menempel di suatu sel dan mengambil alih sel tersebut
untuk mengembangbiakkan virus-virus lain sampai akhirnya sel tersebut mati.
d. Fase litik dan lisogenik merupakan daur hidup virus untuk berkembang biak dalam
tubung inang yang ditumpanginya
e. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit defisiensi
imunitas seluler yang didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yang merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu CD4
(Lymphocyte T-helper).
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan. Kami menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Besar harapan kami
semoga makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi pembaca pada umumya dan
terutama pemakalah pada khususnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arwam, Ahmad, Ali Dkk. 2010. Perilaku Dan Resiko Penyakit HIV-AIDS di Masyarakat
HIV-AIDS. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 13. Nomor 4. Halaman
206-219 (file:///C:/Users/Asus/Downloads/2640-4559-1-SM%20(1).pdf)

Danang, Peristiwan Dkk. 2018. Perubahan Kualitas Hidup Dan Nilai CD4+ Pasien
HIV/AIDS Dengan Pemberian Ramuan Jamu Imunostimulun Di Sragen. Jurnal Farmasi
Klinik Indonesia. Volume 7. Nomor 4. Halaman 227-235
(file:///C:/Users/Asus/Downloads/15907-58933-1-PB%20(1).pdf)

Irma, Yudi Dkk. 2016. Hubungan Karakteristik ODHA Dengan Kejadian Loss To Follow Up
Terapi ARV di Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. Volume 12. Nomor 1
(https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/4822)

Linda, Sawitri. 2009. Viral Load Pada Infeksi HIV. Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan
Kelamin. Volume 21. Nomor 1 (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
Viral%20Load%20Vol%2021%20No%201.pdf)

Wahyuningsih, Siti. 2017. Implementasi Kebijakan Pencegahan Dan Penanggulangan


Human Immunodeficiency/Aquired Immunedefiency Syndrom (HIV/AIDS) dikota
Surakarta. Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS. Volume 5. Nomor 2
(https://jurnal.uns.ac.id/hpe/article/view/18298)

Iis Kurniati. 2018. Virologi. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Edisi Tahun
2018.

18

Anda mungkin juga menyukai