Anda di halaman 1dari 20

Proses Pembangkitan Listrik Tenaga Air

(PLTA)

Disusun Oleh:
Kelompok: 1
Kelas: S1 PTE/TTL 2013
Nama Anggota:
1. Ahmad Hanafi

NIM. 13050514054

2. Nur Afandi Alhabsi

NIM. 13050514058

3. Gayuh Septia Wulandari

NIM. 13050514069

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penyusunan makalah yang berjudul Proses Pembangkitan Listrik
Tenaga Air (PLTA) dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Tri Rijanto, M.Pd.,
MT. selaku dosen mata kuliah Pengantar Elektro Teknik yang telah dengan sabar, tekun,
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi,
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun makalah.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 03 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

1.1. Latar Belakang...................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................

1.3. Tujuan................................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................

2.1. Proses Produksi Listrik di PLTA........................................................................

2.2. Kapasitas Pembangkit........................................................................................

11

2.2. Keandalan dan Efisiensi.....................................................................................

13

2.3. Keberlanjutan.....................................................................................................

14

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

15

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................

15

3.2. Saran...................................................................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Sumber daya energi adalah
sumber daya alam yang dapat diolah oleh manusia sehingga dapat digunakan bagi
pemenuhan kebutuhan energi. Sumber daya energi ini disebut sumber energi primer,
yaitu sumber daya energi dalam bentuk apa adanya yang tersedia di alam.
Secara umum, sumber daya energi dapat dibedakan menjadi:
1.

Sumber daya energi konvensional

2.

Sumber daya energi nuklir

3.

Sumber daya energi terbarukan


Berdasarkan asal-muasalnya sumber daya energi bisa diklasifikasikan sebagai

fosil dan non fosil. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara disebut sebagai sumber energi
fosil karena, menurut teori yang berlaku hingga saat ini, berasal dari jasad-jasad organik
(makhluk hidup) yang mengalami proses sedimentasi selama jutaan tahun. Sedangkan
energi non fosil adalah sumber energi yang pembentukannya bukan berasal dari jasad
organik. Termasuk sumber energi non fosil adalah sinar matahari, air, angin, dan panas
bumi.
Dari segi pemakaian sumber energi terdiri atas energi primer dan energi
sekunder. Energi yang langsung diberikan oleh alam dalam wujud aslinya dan belum
mengalami perubahan (konversi) disebut sebagai energi primer. Sementara energi
sekunder adalah energi primer yang telah mengalami proses lebih lanjut.
Tetapi dalam pembahasan ini kami membahas energi air, karena sumber energi
air ini sangat melimpah ketika musim hujan terjadi. Energi air bisa di manfaatkan
sebagai pembangkit energi listrik. Untuk membuat sebuah pembangkit ini harus
membuat penampung air atau waduk sebagai tempat penampung air, waduk ini berada di
tempat yang tinggi agar aliran air yang ditujukan ke roda turbin bisa melaju dengan deras
sehingga bisa memutar roda turbin.
Bila dilihat dari nilai komersial, sumber energi air bisa diklasifikasikan sebagai
energi yang paling mudah didapat dan ramah lingkungan. Dan air pembuangan yang
sudah digunakan bisa digunakan sebagai saluran irigasi untuk mengaliri air di sawah.
Pada pusat listrik tenaga air (PLTA) ini energi listrik yang dihasilkan generator
sangatlah bergantung dari tingkat ketersediaan air yang ada dan sumber-sumber air yang
1

mampu untuk dimanfaatkan serta kondisi geografis yang ada. Seperti pada pusat listrik
tenaga air (PLTA) dinegeri Cina energi listrik yang mampu dihasilkan oleh generator
sampai diatas 1000 MW karena tingkat ketersediaan air yang sangat berlimpah dan
berlangsung dalam periode tahunan, dimana air sebagai sumber energi utamanya diambil
dari aliran sungai kuning (yellow river). Sedangkan pada pusat listrik tenaga air (PLTA)
dengan skala energi listrik yang dihasilkan oleh generator kecil dapat diambil contoh
pada PLTA Sudirman di Banjarnegara, dimana air sebagai sumber energi utamanya
diambil dari aliran beberapa sungai yang ada dan ditampung didalam bendungan/dam,
sehingga hal ini tingkat ketersediaan air sangatlah terbatas.
Persediaan energi di bumi tidak akan bertambah begitu saja bila kita hanya diam
tanpa melakukan sebuah usaha bukan? meskipun ada beberapa energi yang tidak bisa
diperbaharui, bukan berarti kita hanya diam dan menunggu kapan energi itu habis dan
akhirnya punah. Meski kita tidak bisa memperbaharuinya, kita masih bisa memperkecil
resiko punahnya energi itu dengan usaha usaha seperti berikut ini:
Usaha yang harus kita lakukan adalah mempertahankan keberadaan energi di bumi.
Cukup dari hal hal kecil saja yang bisa kita lakukan di sekitar kita, seperti:
1. Menanam pohon, hal ini bisa menambah persedian energi di bumi, berupa air.
2. Mematikan lampu yang tidak terpakai hal ini bisa menghemat energi fosil.
3. Mulai menggunakan energi alternatif yang sudah tersedia.
4. Mulai menggunakan biogas.
5. Memanfaatkan energi surya sebagai pengganti energi listrik.
6. Memanfaatkan air untuk PLTA sebagai penggganti batu bara.
7. Jangan menggunakan kendaraan bermotor apabila jarak yang di tempuh dekat,
hal ini bisa menghemat energi minyak bumi berupa minyak bumi (fosil).
8. Jika bisa, pemerintah tidak usah, mengekspor SDA fosil kenegara lain, lebih baik
di olah sendiri. Karna pengaruhnya lebih besar.
9. Matikan segala alat elektronik ketika sedang tidur.
10. Gunakan barang barang elektronik yang berdaya kecil.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang kami bahas dalam makalah ini, yaitu:
a. Bagaiamana proses pembangkitan energi listrik dengan menggunakan tenaga air?
b. Berapa besar kapasitas energi listrik yang dihasilkan dari PLTA ?
c. Jika air dibumi ini sudah habis, bagaimana cara menanggulanginya ?
1.3. Tujuan
Pada makalah ini memiliki tujuan:
a. Mengenalkan proses terjadinya pembangkitan energi listrik di PLTA.
b. Menunjukkan besar kapasitas energi listrik yang dihasilkan PLTA.
c. Memberikan cara menanggapi keberlanjutan dan efisiensi dari PLTA.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Produksi Listrik di PLTA

Gambar Pipa pesat PLTA Bengkok Dago


Pada dasarnya energi adalah suatu besaran yang dimiliki oleh setiap benda yang
ada di alam ini, namun dari energi yang dikandung oleh setiap benda tersebut ada yang
dapat dimanfaatkan dengan mudah dan ada yang memerlukan usaha yang keras untuk
memanfaatkannya.

Memang untuk dapat menganbil manfaat dari energi yang

terkandung pada suatu benda diperlukan adanya suatu proses perubahan atau konversi
energi terlebih dahulu sehingga dapat bermanfaat dan berdaya guna.
Panas merupakan suatu bentuk energi yang dimiliki atau terkandung pada bahan
bakar seperti batubara atau minyak bumi. Namun energi panas yang terkandung pada
bahan bakar tersebut baru akan berguna jika telah melalui suatu proses perubahan atau
konversi energi. Minyak bumi mengandung energi panas yang akan muncul lewat suatu
proses pembakaran. Proses paling sederhana untuk pemanfaatan bahan bakar minyak
misalnya jika kita memakai minyak tanah (kerosin) pada kompor minyak
tanah. Pembakaran minyak tanah akan menghasilkan panas yang dapat dipakai untuk
memasak makanan dan minuman.
4

Proses konversi energi lain yang sangat kita kenal adalah pada kendaraan
bermotor dimana bahan bakar minyak berupa premium atau solar dipakai pada
kendaraan bermotor. Premium atau solar tersebut merngalami proses pembakaran pada
ruang bakar mesin kendaraan bermotor. Dengan adanya pembakaran bahan bakar maka
akan timbul gaya dorong yang menimbulkan gerak translasi pada piston, gerakan
translasi piston tersebut selanjutnya oleh poros engkol (crankshaft) diubah menjadi
gerakan putar yang diteruskan pada ban kendaraan bermotor sehingga menjadi alat
transportasi yang dapat membawa manusia dan barang ke tempat yang diinginkan.
Proses konversi energi dari bahan bakar menjadi gerakan kendaraan bermotor tersebut
merupakan contoh pemanfaatan energi setelah diubah (dikonversi) pada bentuk energi
lainnya yang lebih bermanfaat.
Salah satu bentuk energi yang sangat mudah dimanfaatkan bagi kehidupan
manusia pada zaman modern ini adalah energi listrik. Energi listrik ini sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia , mulai dari lingkungan rumah tangga sebagai alat penerangan,
peralatan rumah tangga seperti pompa, kipas angin, rice cooker, air condition, radio,
televise, computer, alat-alat hiburan, sampai di pabrik-pabrik dan industry, transportasi,
kesehatan, pertanian, komunikasi, dan berbagai bidang kehidupan lainnya, tidak akan
terlepas dari pemanfaatan tenaga listrik.
Batubara misalnya merupakan sumber energi panas yang besar, energi panas
tersebut akan muncul jika terjadi proses pembakaran. Namun jika energi batubara
tersebut diubah menjadi energi listrik maka pemanfaatannya akan menjadi sangat
beragam dan jauh berguna, karena sebagaimana disebutkan di atas, energi
listrik mempunyai kegunaan yang sangat besar pada berbagai bidang kehidupan.
Proses perubahan energi panas yang terkandung pada batubara tersebut menjadi
energi listrik berlangsung pada sebuah pembangkit tenaga listrik, yaitu pada sebuah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Dengan demikian kita
mengenal berbagai macam Pembangkit Listrik yang berfungsi untuk mengubah atau
mengkonversi energi-energi primer menjadi energi listrik. Jenis-jenis pembangkit listrik
lainnya adalah PLTU minyak, PLTU gas, PLTG, PLTP, PLTN dan PLTA.

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR


PLTA adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan air sebagai energi
primernya. Pada dasarnya energi air yang dimanfaatkan tersebut adalah energi potensial ,
yaitu energi yang berdasarkan pada perbedaan ketinggian. Energi potensial tersebut akan
timbul jika air mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah.
Energi aliran air tersebut dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin air yang
dihubungkan dengan sebuah generator listrik. Putaran generator tersebut selanjutnya
diubah menjadi energi listrik.
Komponen kompnen dasar PLTA berupa:
1. Dam
Fungsi utama dan dibangun ialah untuk menampung air dalam jumlah besar karena
turbin memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil.
2. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi mekanik. Air akan
memukul sudusudu dari turbin sehingga turbin berputar. Perputaran turbin ini
dikopel ke generator sehningga generator ikut berputar.
3. Generator
Berfungsi untuk mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Energi mekanik ini
diperoleh dari putaran turbin yang dikopel ke generator dengan bantuan gearbox.
4. Transmisi
Berfungsi untuk menyalurkan listrik dari pembangkit menuju gardu distribusi.
5. Reservoir air
Berfungsi untuk menstabilkan debit air yang mengalir dengan cara memompa air
dalam keadaan lower sedangkan beban dalam kondisi puncak.
Untuk dapat memahami proses perubahan dari energi potensial air menjadi
energi listrik yang berlangsung pada suatu PLTA, berikut kita lihat suatu gambar
skematik yang memperlihatkan susunan bangunan, khususnya saluran air (waterway)
pada suatu PLTA. Dalam hal ini penulis mengambil contoh saluran air pada PLTA
Musi.

Sedangkan gambar selanjutnya merupakan gambar potongan yang lebih

rinci pembangkit listrik tenaga air mulai dari bendungan, pipa pesat, turbin, generator,
trafo dan transmission line.
6

Gambar skematik Waterway PLTA Musi dari Intake ke Reregulating Dam / RRD
(sumber PLN Sektor Bengkulu)

Gambar potongan PLTA (sumber HowstuffWorks 2001)


Suatu PLTA biasanya dibangun pada suatu sungai yang mempunyai terjunan air
sehingga terdapat perbedaan ketinggian air antara bagian hulu sungai dengan sebelah
hilirnya. Semakin besar beda ketinggiannya maka akan semakin besar energi listrik yang
dapat dibangkitkan oleh PLTA tersebut. Agar terdapat perbedaan ketinggian yang lebih
besar pada suatu PLTA biasanya dibuat waduk dengan cara membendung aliran sungai
sehingga elevasinya naik, waduk juga berfungsi untuk menampung dan menyimpan air
sehingga dapat dimanfaatkan pada musim kemarau dimana aliran air di sungai tidak
cukup untuk mengoperasikan PLTA.
7

Waduk PLTA Cirata


Waduk tersebut sebenarnya adalah sebuah danau yang dibuat dengan cara
membuat bendungan pada sungai. Dengan demikian jika PLTA tersebut memanfaatkan
air dari danau alam, maka tidak perlu lagi dibuat bendungan atau waduk. Selanjutnya air
yang tertampung pada waduk atau danau alam dialirkan melewati pintu pengambilan air
(intake) melewati saluran air. Saluran air yang mendatar tersebut dapat berupa saluran
terbuka (open channel), maupun saluran tertutup (tunnel), jika merupakan saluran
tertutup disebut sebagai saluran tekan (headrace tunnel) selanjutnya dialirkan melalui
pipa pesat (penstock).
Sebelum melalui pipa pesat, air biasanya melewati bangunan yang disebut
tangki pendatar (surge tank) yang berfungsi sebagai pengaman pipa pesat apabila terjadi
perubahan tekanan secara tiba-tiba pada pipa pesat akibat beroperasinya katup utama
(inlet valve). Namun jika pipa pesat tidak terlalu panjang seperti pada gambar kedua,
maka tidak diperlukan tangki pendatar. Setelah melewati pipa pesat, air masuk ke turbin
air melalui katup utama yang berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dari pipa
pesat ke turbin. Air tersebut memutar sudu-sudu turbin (runner) dan kembali ke sungai
melalui saluran pembuangan akhir (tailrace).
Poros turbin yang berputar tersebut dikopel dengan suatu generator sehingga
generator ikut berputar dan menghasilkan energi listrik pada tegangan tertentu sesuai
dengan generatornya. Selanjutnya tegangan tersebut dinaikkan pada trafo utama (main
8

transformer). Listrik yang telah dinaikkan tegangannya oleh trafo utama tersebut
disalurkan ke system interkoneksi tenaga listrik melalui suatu gardu induk (sub-station).
Besar energi yang dapat dibangkitkan pada pembangkit listrik tenaga air ditentukan oleh
2 (dua) faktor, yaitu :
1. Beda ketinggian antara bagian atas aliran air sebelum masuk pipa pesat dengan
ketinggian air saat keluar pipa pesat, atau lazim disebut sebagai Head.
2. Debit aliran air yang mengalir melalui pipa pesat dan menggerakkan turbin
Dengan

demikian

untuk

mengetahui

besar

daya

listrik

yang

dapat

dihasilkan dari sebuah sungai atau saluran, maka diperlukan data besar laju aliran air
serta head yang tersedia dari sungai tersebut. Debit atau laju aliran air adalah besar air
(dalam m3 atau liter) yang mengalir per satuan waktu tertentu pada cross section dari
sungai. Laju aliran air tersebut biasanya diukur dalam meter kubik per detik (m3/s) atau
liter per detik (l/s).
Sedangkan yang dimaksud dengan head atau tinggi jatuh adalah perbedaan
ketinggian (level) air antara reservoir atas (sebelum masuk pipa pesat) dengan ketinggian
tempat terletaknya turbin air.
Disamping faktor Head dan Debit tersebut di atas, maka yang tak kalah
pentingnya dalam menentukan besar daya yang akan dihasilkan oleh sebuah pembangkit
listrik tenaga air adalah faktor efisiensi. Efisiensi tersebut merupakan perkalian dari
efisiensi komponen-komponen yang dipakai pada seuatu pembangkit listrik tenaga air,
yaitu mencakup efisiensi laju aliran air pada pipa pesat, efisiensi turbin, efisiensi sistem
transmisi mekanik, efisiensi generator, transformer dan sistem transmisi energi listrik.
Daya teoritis (P) yang dapat dihasilkan oleh laju aliran air dan ketinggian
tertentu berbanding lurus (proporsional) dengan head H dan laju aliran (Q), sebagai
berikut :
P = x g x Q x H x

Dimana :
P

= daya yang dihasilkan

( kW )

= berat jenis air

( kg / m3 )

= percepatan gravitasi

( m / s2 )

= debit aliran air

( m3 /s )

= tinggi jatuh, head

(m)

= efisiensi total
Sebagai contoh dari penggunaan rumus tersebut dapat kita coba menghitung

daya PLTA Saguling yang terdiri dari 4 turbin dengan kapasitas masing-masingnya
178,8 Mega Watt.
Dari brosur yang ada tercantum bahwa PLTA Saguling mempunyai Head
normal sebesar 355,7 meter dan debit pada Head normal sebesar 4 x 54,8 m3/detik.
Jika kita masukkan pada rumus di atas, maka kita akan peroleh angka sebagai berikut :
178.800 kW = 9,8 x 1 x 54,8 x 355,7 x
Sehingga kita peroleh besar efisiensi

= 93,60 %

Angka 93, 60 % tersebut merupakan angka yang normal yang cukup baik dari
efisiensi turbin Francis pada suatu PLTA. Hal yang sama dapat kita lakukan untuk
PLTA-PLTA yang lain, yaitu dengan cara memasukkan data kapasitas daya, debit dan
head pada rumus di atas, sehingga diperoleh besar efisiensi total.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial
(dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran aiyang berasal dari dam atau air
terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik
menjadi energi listrik (dengan bantuan generator). Energi listrik yang dibangkitkan dari
ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pembangkit ini merupakan salah satu sumber
energi listrik utama yang ada di Indonesia. Keberadaan pembangkit ini diharapkan
mampu memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat Indonesia.
Pada PLTA sendiri memiliki 5 jenis, yaitu:

10

a) PLTA Jenis DAM /Bendungan


PLTA

memanfaatkan bendungan yang melintang di sungai untuk menaikkan

permukaan air dibagian hulu sungai guna membangkitkan energi potensial yang
lebih besar sebagai pembangkit listrik.
b) PLTA Berdasarkan Aliran Sungai
PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river) Banyak dipakai dalam PLTA
saluran air/terusan, jenis ini membangkitkan listrik dengan memanfaatkan aliran
sungai itu sendiri secara alamiah.
a. PLTA Dengan Kolam Pengatur (Regulatoring Pond)
Pembangkit lisstrik jenis ini dibuat dengan cara mengatur aliran sungai setiap hari
atau setiap minggu dengan menggunakan kolam pengatur yang dibangun melintang
sungai dan membangkitkan listrik sesuai dengan beban.
c) Pusat Listrik Jenis Waduk (Reservoir)
Pembangkit lisstrik jenis ini dibuat dengan cara membangun suatu waduk yang
melintang sungai, sehingga terbentuk seperti danau buatan, atau dapat dibuat dari
danau asli sebagai penampung air hujan sebagai cadangan untuk musim kemarau.
d) PLTA Jenis Pompa (Pumped Storage)
PLTA memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan ketika musim hujan atau pada
saat pemakaian tenaga listrik berkurang saat tengah malam, pada waktu ini sebgian
turbin berfungsi sebagai pompa untuk memompa air yang di hilir ke hulu, jadi
pembangkit ini memanfaatkan kembali air yang dipakai saat beban puncak dan
dipompa ke atas lagi saat beban puncak terlewati.

2.4. Kapasitas Pembangkit


PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila
mempunyai daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan dalam proses pembangkitan. Pada proses pembangkitan energi
listrik, jumlah air yang masuk pada waduk/dam beserta besar air yang tersedia dalam
waduk/dam dan perhitungan besar air yang dialirkan melalui pintu saluran air untuk
menggerakkan turbin, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki. oleh sebab itu kontrol
terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air harus
dilakukan dengan baik, sehingga dalam proses bembangkitan tenaga listrik tersebut dapat
dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun
11

pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun
pada musim kemarau panjang.
Pada prinsipnya PLTA mengolah energi potensial air diubah menjadi energi
kinetis dengan adanya head, lalu energi kinetis ini berubah menjadi energi mekanis
dengan adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu energi mekanis ini berubah
menjadi energi listrik melalui perputaran rotor pada generator. Jumlah energi listrik yang
bisa dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal yaitu: jarak tinggi air
(head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).
Untuk bisa menghasilkan energi listrik dari air, harus melalui beberapa tahapan
perubahan energi, yaitu:
1.

Energi Potensial
Energi potensial yaitu energi yang terjadi akibat adanya beda potensial, yaitu
akibat adanya perbedaan ketinggian. Besarnya energi potensial dapat diketahui
melaui persamaan berikut:
Dimana:
Ep : Energi Potensial
Ep = m . g . h

2.

: massa (kg)

: gravitasi (9.8 kg/m2)

: head (m)

Energi Kinetis
Energi kinetis yaitu energi yang dihasilkan akibat adanya aliran air sehingga
timbul air dengan kecepatan tertentu yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Ek = 0,5 m . v

Ek : Energi kinetis
m : massa (kg)
v : kecepatan

Kapasitas PLTA diseluruh dunia ada sekitar 675.000 MW ,setara dengan 3,6
milyar barrel minyak atau sama dengan 24 % kebutuhan listrik dunia yang digunakan
oleh lebih 1 milyar orang. sedangkan Total pembangkit kelistrikan yang dimiliki

12

Indonesia saat ini adalah sebesar 25.218 MW, yang terdiri atas 21.769 MW milik PLN
dan 3.450 MW milik swasta.
Besar kapasitas suatu pembangkit menurut Mesonyi dinyatakan terbagi menjadi
beberapa jenis diantaranya:
Pembangkit listrik yang paling kecil sampai dengan

: 100 kW

Kapasitas PLTA yang terendah sampai dengan

: 1000 kW

Kapasitas menengah PLTA sampai dengan

: 10000 kW

Kapasitas tertinggi diatas

: 10000 kW

Penggunaan tenaga air mungkin merupakan bentuk energi tertua yang pernah
dikenal manusia. Perbedaan vertikal antara batas atas dengan batas bawah bendungan
dimana terletak turbin air, yang dikenal dengan tinggi terjun. Tinggi terjun air dapat
mempengaruhi tekanan air sehingga berdampak pada energi yang dihasilkan. Berikut ini
beberapa macam PLTA berdasarkan ketinggian tekanan air:

PLTA dengan tekanan air rendah kurang dari

: dibawah 15 m

PLTA dengan tekan air menengah berkisar

: 15 m 70 m

PLTA dengan tekanan air tinggi berkisar

: 71 m 250 m

PLTA dengaan tekanan air yang sangat tinggi

: diatas 250 m

2.3. Keandalan dan Efisiensi


Pembangkit ini merupakan salah satu sumber energi listrik utama yang ada di
Indonesia. Keberadaannya diharapkan mampu memenuhi pasokan listrik bagi
masyarakat Indonesia, selain yang berasal dari bahan bakar batu bara. Keberadaan
beberapa waduk besar di Indonesia adalah salah satu alasan untuk menjadikan
pembangkit dari sektor tenaga air ini sebagai plihan utama. Jumlah air yang melimpah di
indonsia dikembangkan secara besar untuk menciptakan energi listrik yang dapat
menyuplai sebagian besar kebutuhan listrik di indonesia. Pengembangan pembangkit
energi listrik tenaga air ditujukan untuk menciptakan biaya produksi yang murah pada
listrik di Indonesia.
Ditinjau dari segi lingkungan PLTA tidak menimbulkan masalah akan
timbulnya limbah. Pembangkit tenaga sektor air ini merupakan suatu pembangkit yang
memanfaatkan air yang merupakan sumber energi yang abadi. Tidak seperti sumber
13

energi lainnya seperti batu bara, fosil, dll. Pada pengaplikasian pembangkit tenaga air.
Air melintas melalaui turbin tanpa kehilangan kemampuan pelayanan untuk wilayah di
hilirnya. Dan tanpa mengakibatkan timbulnya limbah.
Ditinjau dari ketersediaan jumlah air yang melimpah. Pembangkit listrik tenaga
air dapat dikembangkan secara maksimal, sehingga menghasilkan kuatias yang baik dan
dapat menekan biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTA sangat rendah.
2.4. Keberlanjutan
PLTA mulai dikembangkan di Indonesia secara bertahap pada tahun 1900.
Masa itu merupakan era dimana penggunaan bahan bakar minyak merupakan sumber
energi utama di dunia. Pengembangan PLTA tidak terlalu diprioritaskan oleh karena itu
progresnya berjalan lambat. Sedangkan sekarang, pengembangan PLTA mulai di tinjau
ulang dan dikembangkan secara serius. Hal tersebut dikarena penggunaan bahan bakar
minyak mengahasilkan banyak polusi lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan air yang
mempunyai keuntungan untuk kelestarian lingkungan. Meskipun air tersebut sisa dari
suatu pembangkit. Dan ditinjau dari segi kuantitas persediaan bahan bakar minyak
mulai menipis. Selain itu PLTA yang pada dasarnya memanfaatkan energi air sebagai
obyek utama pembangkit ialah sumber abadi yang tidak akan habis seperti sumber
energi lainnya.
Beberapa alasan tambahan bahwa PLTA lebih menguntungkan dibandingkan
tipe generator lain adalah :
1.

Persediaan air cenderung tidak habis dan dapat diperbaharui.

2.

Ramah Lingkungan.

3.

Tidak memerlukan bahan bakar.

4.

Periode mulainya terjadi secara terus menerus.

5.

Pengoperasiannya sederhana dan biaya perawatannya murah.

6.

Hampir tidak ada resiko meledak.

14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Keberlanjutan PLTA
Indonesia mempunyai 1 iklim yaitu iklim tropis dan mempunyai 2 musim yaitu
musim kemarau dan musin penghujan. Yang merupakan salah satu sumber energi listrik
utama yang ada di Indonesia. Pada musim penghujan sumber energi air sangat melimpah.
Energi air dapat manfaatkan sebagai pembangkit energi listrik. Cara untuk membuat
sebuah pembangkit energi listik yaitu harus membuat penampung air atau waduk sebagai
tempat penampungan air, waduk harus berada di tempat yang tinggi agar aliran air yang
ditujukan ke arah roda turbin bisa melaju dengan cepat dan deras sehingga dapat
memutar roda turbin. Keberadaan beberapa waduk besar di Indonesia adalah salah satu
alasan untuk menjadikan pembangkit dari sektor tenaga air ini sebagai plihan utama.
Apabila dilihat dari nilai komersial, sumber energi air diklasifikasikan sebagai energi
yang paling mudah didapat dan ramah lingkungan karena sumber energi ini hanya
menggunakan sumber air dan tidak dapat menimbulkan limbah maupun polusi
lingkungan. Serta air pembuangan yang sudah digunakan bisa digunakan sebagai saluran
irigasi untuk mengaliri air di sawah. Pada pusat listrik tenaga air (PLTA) ini energi listrik
yang dihasilkan generator sangatlah bergantung dari tingkat ketersediaan air yang ada
dan sumber-sumber air yang mampu untuk dimanfaatkan serta kondisi geografis yang
ada.
Sekarang ini pengembangan PLTA mulai di tinjau ulang dan dikembangkan
secara serius. Hal tersebut dikarena penggunaan bahan bakar minyak mengahasilkan
banyak polusi lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan air yang mempunyai keuntungan
untuk kelestarian lingkungan. Meskipun air tersebut sisa dari suatu pembangkit. Dan
ditinjau dari segi kuantitas persediaan bahan bakar minyak mulai menipis. Selain itu
PLTA yang pada dasarnya memanfaatkan energi air sebagai obyek utama pembangkit
ialah sumber abadi yang tidak akan habis seperti sumber energi lainnya.
B. Kebutuhan Listrik Bertambah
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik
dikemudian hari yang diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga
tahun 2020. Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan menjadi suatu masalah
15

bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebijakan-kebijakan


yang diambil PLN sebagai BUMN penyedia energi listrik semakin menunjukkan
bahwa PLN sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik nasional (Rudy,
2008).
Krisis listrik yang selama ini terjadi disebabkan karena adanya
permasalahan di PLN dan masyarakat. Permasalahan yang timbul di PLN
diantaranya, kapasitas pembangkit listrik yang terbatas khususnya pada WBP
(Waktu Beban Puncak), keterbatasan untuk investasi pembangkit dan jaringan baru,
tarif yang belum mencapai tingkat keekonomian serta keterbatasan energi primer
dan biaya BBM yang tinggi. Sedangkan permasalahan yang ada di masyarakat
diantaranya yaitu : tingkat pertumbuhan demand yang cukup tinggi, tuntutan terhadap
mutu dan keandalan tenaga listrik, pola konsumsi tidak seimbang anatara WBP dan
LWPB (Luar Waktu Beban Puncak), masih terdapat masyarakat yang belum
menikmati listrik.
3.2. Saran
Dalam menanggapi keberlanjuta PLTA dan meningkatnya kebutuhan listrik setiap
tahunnya kami menyarankan:
1. Untuk mempertahankan keberlanjutan dan memperbarui keberadaan energi air di
bumi maupun sumber tenaga air yaitu perlu melakukan beberapa usaha yang harus
kita lakukan yaitu dari hal hal kecil di sekitar kita, seperti: Menanam pohon yang
dapat menambah persedian energi di bumi yaitu berupa air, mematikan lampu
yang tidak terpakai hal ini bisa menghemat energi fosil, mulai menggunakan
energi alternatif yang sudah tersedia, memanfaatkan air untuk PLTA sebagai
penggganti batu bara, dll.
2. Dengan bertambah banyaknya kebutuhan yang terus meningkat terutama di
Indonesia sebaiknya kita menggunakan energi listrik seperlunya saja, karena itu
dapat menghemat energi listrik dan juga faktor ekonomi. Dengan menghemat
energi listrik setiap hari maka kapasitas pembangkit listrik waktu beban puncak,
keterbatasan untuk investasi pembangkit dan jaringan baru, tarif yang belum
mencapai tingkat keekonomian serta keterbatasan energi primer dan biaya
BBM yang tinggi dapat teratasi.

16

DAFTAR PUSTAKA
http://www.vale.com/indonesia/bh/business/energy/our-hydro-power-plant-inindonesia/pages/default.aspx, diakses pada tanggal 02 Maret 2015.
http://ichsandi.blogspot.com/2011/05/pusat-listrik-tenaga-air-plta.html, diakses pada tanggal
02 Maret 2015.
http://cae-corp.blogspot.com/2012/10/listrik-adalah-kebutuhan-yang-sangat.html,
pada tanggal 01 Maret 2015.

diakses

http://www.beritasatu.com/nasional/173119-ketersediaan-air-tentukan-masa-depanketahanan-pangan-dan-energi.html, diakses pada tanggal 02 Maret 2015.


http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1101089425&9, diakses pada tanggal 27
Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai