Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI GEOTHERMAL DI INDONESIA

Panas bumi (geothermal) di Indonesia merupakan salah satu sumber daya energi yang
memiliki cadangan dengan jumlah sangat besar (bahkan terbesar di dunia yaitu 75 GWh), namun
sampai saat ini –di tengah krisis energi yang melanda berbagai tempat di Indonesia, termasuk
ancaman kekurangan pasokan energi untuk Jawa— pemanfaatan panas bumi di Tanah Air masih
sangat kecil, sebesar 1,042 GW atau hanya 3,8%. Terkait dengan geologi Indonesia yang memiliki
jumlah gunung api (volcanoes) terbanyak di dunia, potensi panas bumi tersebar dalam berbagai
skala di sekitar jalur gunung berapi di Tanah Air. Sebagai sumberdaya energi, panas bumi
memiliki berbagai sifat unggul yaitu potensi cadangannya yang besar, produksi emisi yang sangat
kecil, dan energinya dihasilkan terus menerus oleh alam di banyak di tempat di tanah air. Bagian
terbesar dari pemanfaatan panas bumi adalah untuk pembangkitan tenaga listrik, dimana tenaga
dari uap panas bumi (yang kering dan bersih) dimanfaatkan untuk memutar turbin yang selanjutnya
menghasilkan tenaga listrik. Potensi panas bumi – dalam jumlah yang kecil-- juga dapat
dipergunakan untuk keperluan sebagai pengering, pemanas (heat) maupun sebagai tempat tujuan
rekreasi atau peristirahatan yang menawarkan kolam air panas. Pemanfaatan panas bumi ini dibagi
menjadi direct-use dan indirect-use :
1. Indirect-use
Penggunaan tidak langsung sumber geotermal indirect-use adalah penggunaan
energi panas dari sumber geotermal dengan terlebih dahulu mengonversinya ke bentuk
energi lain seperti energi listrik. Wood (1973) menyatakan penggunaan energi
geotermal tidak langsung (indirect-use) adalah pemanfaatan uap mentah melalui heat
exchanger yang digunakan untuk mendidihkan ulang kondesat primer menjadi uap
murni dengan tekanan rendah. Aplikasi dari pemanfaatan geothermal secara tidak
langsung digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), yang
pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada
PLTU uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap
berasal dari reservoir panasbumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka
uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik.
Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran fluida dua
fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses pemisahan pada
fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke dalam separator,
sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari
separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin. Masih ada beberapa sistem
pembangkitan listrik dari fluida panas bumi lainnya yang telah diterapkan di lapangan,
diantaranya: Single Flash Steam, Double Flash Steam, Multi Flash Steam, , Combined
Cycle, Hybrid/fossil–geothermal conversion system.

Salah satu wilayah yang dijadikan lokasi PLTP adalah Sarulla yang berada di
kawasan Gunung Toba. Wilayah ini memiliki potensi panas bumi yang cukup besar.
Menurut cataran sejarah, Gunung Toba dahulu merupakan gunung berapi aktif yang
meletus sekitar 7000 tahun lalu. Gunung Toba diprediksi masih merupakan gunung
berapi tetapi panasnya tidak terakumulasi di dalam perut bumi tetapi mengalir keluar
dalam bentuk air panas. Air panas inilah yang digunakan sebagai penggerak turbin
untuk menghasilkan listrik. PLTP Sarulla merupakan salah satu pembangkit listrik
terbesar di dunia. PLTP ini dibagi menjadi tiga unit yang dikembangkan di dua lokasi,
yaitu di Silangkitang dengan kapasitas 1X110 Mega Watt (MW); dan 2 unit di Namora
-I-Langit (NIL) dengan kapaistas 2X110 MW. Jadi, kapasitas PLTP ini mencapai
2X110 MW yang menjadikannya salat satu PLTP terbesar di dunia.

2. Direct-use
Sumber energi geotermal untuk kepentingan non-listrik dikenal sebagai sumber
energi geotermal yang digunakan secara langsung “direct-use”. Sumbernya berasal dari
sistem hidrotermal yang berada di dalam bumi sebagai akibat adanya aktivitas vulkanis
dan tektonis. Umumnya dijumpai dalam fasa air dan uap panas dengan temperatur
rendah. Berdasarkan DOE National Laboratory (2004), kategori temperatur sumber
energi geotermal direct-use adalah berentalpi rendah hingga menengah dengan kisaran
temperatur pada (20 -150)°C atau (68 -302) °C. Menurut Johannesson dan Chatenay
(2014), penggunaan langsung sumber geotermal (direct-use) adalah penggunaan energi
panas atau fluida geotermal dari sumbernya tanpa terlebih dahulu diubah menjadi
energi lain, misalnya energi listrik.
Gambar 1. Penggolongan pemanfaatan sumber energi geotermal golongan direct berdasarkan
temperatur dan fase zat (modifikasi Lindal (1973)
Menurut Johannesson dan Chatenay (2014), pemanfaatan sumber geotermal golongan direct-use
untuk pembangkit listrik dry steam, flash steam dan binery system jarang dilakukan terutama
karena alasan ekonomis. Dalam penggunaan panas bumi secara langsung, berikut contoh
aplikasinya.
1. Sektor Pertanian
Dalam usaha menekan perekonomian agar terus berkembang dari segi biaya produksi,
beberapa subsektor yang merupakan pengguna panas (heat user) seperti hortikultura,
akuakultur (perikanan), dan jasa-jasa pengolahan hasil pertanian (pengeringan hasil panen,
penadahan hasil panen, dan lain-lain) dapat ditekan dengan penggunaan sumber energi
panas bumi entalpi rendah yang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimum di
wilayah usaha sebagai wilayah terbuka.
2. Subsektor Hortikultura
Subsektor hortikultura merupakan sub-bagian pertanian yang membudidayakan tanaman
seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias Faktor utama keberhasilan budidaya
tanaman ini, umumnya adalah pada pengontrolan temperatur ruang penanaman. Dengan
kemajuan teknologi, sumber panas ruangan dapat berasal dari energi panas bumi sebagai
alternatif energi energi fosil.
3. Subsektor Akuakultur atau Perikanan
Menurut Surana (2010), pada saat ini di Indonesia fasilitas yang memanfaatkan fluida
geotermal sebagai akuakultur atau ternak ikan hanya berada di provinsi Lampung. Metode
yang digunakan adalah menggabungkan air panas geotermal dengan air sungai sebagai
media pertumbuhan ikan lele.
4. Sektor Pariwisata
Secara luas pemanfaatan langsung sumber energi geotermal dengan entalpi rendah adalah
sebagai pemandian air panas dan kolam renang. Berdasarkan data BPPT, pemanfaatan
energi geotermal dalam aplikasi ini, tidaklah diketahui banyak jumlahnya.

Anda mungkin juga menyukai