Anda di halaman 1dari 8

Aisya Nur Hafiyya Kristanto

03411640000032
Geoteknik B
!
Ujian Akhir Semester

1) Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode geofisika beserta contoh kasusnya, baik dalam
geoteknik dan lingkungan
Metode Kelebihan Kekurangan

Geolistrik Resistivity • perangkat akuisisi sedikit / ringan


• penetrasi kedalaman kurang baik
• akuisisi tidak memakan waktu
(maks 1000-1500 kaki di bawah
• hasil penampang mudah permukaan)

diinterpretasi
• tidak dapat membedakan air
• mampu mendeteksi struktur mengalir dan statis

patahan dan kekar


• tidak efektif di daerah karst

• efektif untuk pengukuran near-


sruface (lapisan dangkal)

Seismik Refraksi • penetrasi kedalaman dan lateral • membutuhkan offset yang cukup
yang baik
lebar

• hasil pencitraan memvisualisasikan • penetrasi kedalaman kurang baik


kenampakan struktur bawah (karena bergantung pada kecepatan
permukaan
gelombang)

• mampu mengetahui perubahan • membutuhkan data banyak untuk


lapisan melalui kontras density dan mendapatkan hasil yang lebih baik

konstanta elastisitas lain


• peralatan seismik lebih mahal,
• low cost (jarak titik source dan banyak dan berat

receiver lebih kecil)


• tidak dapat mendeteksi kontaminan

• pengolahan lebih mudah


• akuisisi sulit, memakan waktu, dan
• efektif untuk pengukuran near- cenderung merusak (karena source)
surface (mendeteksi lapisan
dangkal)

GPR • efektif mendeteksi benda kecil pada • penetrasi kedalaman kurang baik

near-surface
• sensitivitas terhadap noise tinggi

• resolusi data hasil pengukuran tinggi

• perangkat akuisisi lebih murah dan


tidak banyak / rumit

• pengoperasian mudah

• bersifat non-destructive

• cakupan lateral luas

• interpretasi data cepat


VLF • pengoperasian mudah
• penetrasi kedalaman kurang baik

• mobilitas tinggi
• sensitivitas terhadap noise tinggi

• bersifat non-destructive

• dapat menentukan akuifer air tanah

• resolusi hasil pengolahan baik

• dapat mendeteksi objek logam dan


non-logam (dapat mendeteksi
kontaminan)

Case Histories
Geolistrik Resistivity
Amblasan tanah serta longsor yang terjadi di Jalan Tol Semarang – Solo km 5+400 – km
5+800 faktor pemicu utamanya adalah air yang di permukaan dan di bawah permukaan. Faktor
lainnya adalah adanya satuan batulempung dari Formasi Kerek yang berfungsi sebagai bidang
gelincir yang berada dibawah jalan tol. Salah satu metode geofisika yang digunakan untuk
mengidentifikasi amblasan tanah serta longsoran adalah Metode Geolistrik. Metode Geolistrik dapat
mendeteksi amblasan tanah dan bidang longsoran berdasarkan citra resistivitas batuan.
Metode geolistrik memanfaatkan sifat penjalaran arus listrik yang diinjeksikan ke dalam
tanah melalui dua buah elektroda arus, kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui dua
buah elektroda potensial yang ditancapkan dipermukaan tanah. Geolistrik mampu membedakan
resistivitas batuan yang jenuh air, resistivitas batuan bidang gelincir, serta resistivitas batuan yang
amblas. Batuan pada bidang gelincir memiliki nilai resistivitas lebih kecil dibandingkan dengan
resistivitas batuan bidang longsor dan resistivitas batuan yang amblas. Adanya kontras nilai
resistivitas ini sangat memungkinkan bahwa lapisan bidang gelincir, amblasan tanah, serta lapisan
batuan yang longsor dapat diketahui.
Metode yang digunakan dalam akuisisi data geolistrik resistivitas, yaitu lateral-mapping 2D.
Dengan menggunakan metode lateral-mapping 2D, resistivitas batuan secara lateral dan vertikal
dapat diketahui. Konfigurasi elektroda yang digunakan dalam akuisisi data geolistrik-2D yaitu
Konfigurasi Wenner. Sistematika pengukuran geolistrik dengan menggunakan konfigurasi Wenner
ditunjukkan pada Gambar 1.

!
Gambar 1. Skema pengukuran geolistrik menggunakan konfigurasi Wenner
Peralatan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai spesifikasi untuk
pengukuran resistivitas 2D, yaitu Resistivity Meter Naniura Multielelectrodes yang dilengkapi
dengan switch box yang dapat mengatur perpindahan elektroda sampai dengan 50 elektroda. Data
mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran geolistrik masih merupakan nilai resistivitas semu.
Untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya, maka dilakukan pengolahan data menggunakan
metode inversi. Perangkat lunak inversi yang digunakan dalam pengolahan data resistivitas yaitu
Res2Dinv.
! !

! !

Gambar Hasil Pengukuran Geolistrik Resistivitas 2D


Berdasarkan hasil penampang di atas, faktor pemicu utama terjadinya amblasan tanah dan
longsoran di Jalan Tol Semarang – Solo Km 5+400 – Km 5+800 adalah air dan batulempung dari
Formasi Kerek. Faktor adanya air bisa dilihat dari penampang resistivitas yang menunjukkan
adanya lapisan jenuh air (saturated zone) dengan nilai resistivitas < 2,5 Ohm.m dan lapisan batuan
yang mengandung air di bawah jalan tol (pasir kerikil kerakal bongkah padat yang mengandung air)
dengan nilai resistivitas (6 – 20) Ohm.m. Faktor adanya batulempung di bawah jalan tol berfungsi
sebagai bidang gelincir, diindikasikan dengan nilai resistivitas rendah < 6 Ohm.m. Sedangkan faktor
lainnya adalah adanya struktur patahan/rekahan dan sesar yang terdeteksi.

Seismik Refraksi
Ruas jalan propinsi Babat-Bojonegoro-Padangan merupakan salah satu ruas jalan yang
memiliki permasalahan pada konstruksi perkerasan. Penyelidikan untuk melihat kondisi tanah
bawah permukaan jalan Bojonegoro-Padangan Km 133+500, jalan Babat-Bojonegoro Km 86+400
dilakukan dengan metode seismik refleksi.
Akuisisi pengambilan data seismik dalam penelitian ini menggunakan cara end-on
(common-shot) yang konfigurasi shot dan geophone-nya dapat dilihat pada Gambar 2. Sebagai
source digunakan palu (hammer) seberat ± 5 kilogram, yang dipukulkan di atas permukaan jalan
aspal dan perekaman dilakukan dengan menggunakan 6 buah geophone, dengan pergeseran shot
masing-masing lintasan secara berurutan. Dari akuisisi data ini akan didapatkan data mentah
seismik dengan format OYO (*.org), yaitu berupa trace-trace seismik dari geophone yang merekam
waktu tempuh gelombang dan event seismik.
!
Gambar Skema akusisi data seismik refleksi
Dari korelasi hasil pengolahan data seismik dengan lokasi 6 (enam) perkerasan jalan terlihat
untuk ruas jalan raya Babat-Bojonegoro (km 86+400), Gambar 3.a, subgrade yang terletak pada
jarak 8.5 meter atau tepatnya berada di bawah bahan perkerasan Agregat Kelas A (ditandai dengan
lingkaran merah nomor 2) mengalami kerusakan paling parah berupa penurunan (settlement) yang
relatif cukup besar. Hal ini ditunjukkan dalam seismik section, garis hitam yang terputus. Sementara
untuk ruas jalan raya Bojonegoro-Padangan (km 133+500), Gambar 3.b, subgrade yang terletak
pada jarak 18.5 meter atau tepatnya berada di bawah bahan perkerasan Concrete Base Course/CBC
(ditandai dengan lingkaran merah nomor 6) juga mengalami penurunan (settlement) yang relatif
cukup besar dibandingkan dengan subgrade yang terletak di bawah bahan perkerasan jalan yang
lain.

! !
Gambar (a). Interpretasi hasil seismik pada lokasi KM 86+400 (b). Interpretasi hasil seismik pada
lokasi KM 133+500

Ground Penetrating Radar (GPR)


Munculnya retakan pada urugan bendungan Batu Tegi Lampung sangat mengganggu
keselamatan di wilayah tersebut. Ground Penetrating Radar (GPR) dilakukan untuk investivigasi
terhadap retakan – retakan yang muncul di permukaan urugan bendungan. Penetrasi kedalaman
metode GPR ini sangat bergantung pada sifat listrik geologi bawah permukaan dengan prinsip kerja
pengirim dan penerima pulsa gelombang, sehingga akan muncul struktur lapisan bawah permukaan
karena terdapatnya anomali bawah permukaan pada radargram.
Kedalaman penetrasi dengan metode georadar sangat bergantung sifat kelistrikan media
yang diselidiki, seperti: konduktivitas listrik dan konstanta dielektrik. Kedua sifat listrik tersebut
berkaitan erat dengan sifat fisik tanah atau batuan yang antara lain kadar air dan sifat
kegaramannya. Khusus dalam pendeteksian material yang kadar besinya relatif tinggi, penetrasi
GPR akan berkurang, sesuai dengan kadar besi yang terdapat pada material tersebut (Budiono,
1999).
Penelitian ini data digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari time Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Pengambilan data georadar dilakukan
di 31 lintasan diarea surveu yang berukuran 30 x 19 m. 33 lintasan ini terdiri dari 15 lintasan
frekuensi 1 GHz, 7 lintasan frekuensi 400 MHz, 7 Lintasan frekuensi 40 MHz dan 4 lintasan yang
panjang 30 meter memakai frekuensi 400 MHz. Pada gambar 1 terlihat lintasan ini dibuat persegi
panjang melingkupi retakan yang muncul dipermukaan bendungan.
Penelitian menggunakan metode ground penetrating radar didapatkan tiga puluh tiga
lintasan pengukuran, diantaranya lima belas lintasan berupa tanda G1 hingga G15 adalah
pengambilan data dari antena 1 GHz, tujuh lintasan berupa tanda L1 hingga L7 adalah pengambilan
data dari antena 40 MHz, tujuh lintasan berupa tanda L1 hingga L7 adalah pengambilan data dari
antena 400 MHz, dan empat lintasan panjang CL1 hingga CL4 adalah pengambilan data antena 40
MHz. Untuk semua lintasan dapat dilihat pada gambar 3. Pada penelitian ini setiap lintasan
memiliki panjang yang berbeda – beda dan pengambilan data dilakukan sepanjang permukaan yang
mengalami retakan. Hal ini dimaksudkan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan data yang
diperlukan.

!
Gambar Lintasan Pengukuran Georadar
!
Gambar Model 3D Lintasan gabungan 400 MHz
Berdasarkan pengukuran dan analisis data yang dilakukan di Bendungan Batu Tegi
Lampung menggunakan Metode Ground Penetrating Radar, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Terlihatnya retakan pada permukaan bendungan Batu Tegi Lampung menunjukan terdapat pola
retakan di area pengukuran pada bendungan memiliki variasi kedalaman mulai dari 0,5 meter
hingga kurang dari 4 meter dengan kemiringan tertentu. Dengan menggunakan tiga frekuensi yang
berbeda yakni 1 GHz, 40 MHz dan 400 MHz sangat membantu mengidentifikasi pola retakan
hingga kedalaman kurang 4 meter pada badan bendungan. Pola retakan yang diinterpretasi
disebabkan oleh penurunan tidak seragam (differential settlement). bisa mengakibatkan seepage
atau erosi buluh yang terjadi pada badan bendungan. Air rembesan dari bendungan sedikit demi
sedikit mengikis badan bendungan yang terdiri dari komponen urugan tanah homogen. Berdasarkan
visualisasi radargram 3D maka kondisi pola retakan cenderung mengarah ke arah timur bendungan.

Very Low Frequency (VLF)


Pada journal Mapping groundwater contamination using do resistivity and VLF geophysical
methods—A case study dilakukan penelitian menggunakan metode VLF yang bertujuan untuk
memetakan daerah air tanah yang terkontaminasi hidrokarbon berlokasi di Utah. Penelitian situs
melaporkan terdapat kebocoran tangki bensin bawah tanah pada Februari 1990. Prinsip dasar
pemetaan ini adalah menggunakan kemampuan metode VLF dalam mendeteksi material non-
logam, dalam hal ini bahan kimiawi (petroleum hydrocarbon, benzene, toluene, ethylbenzene, dan
xylene) serta mengkorelasikan dengan nilai resistivitas air tanah. Di daerah penelitian ini terdapat
sumur pemantauan (monitoring wells) yang memfasilitasi analisis kimia air dan arah aliran air tanah
untuk memungkinkan korelasi antara data geofisika, kondisi hidrologi, dan sifat kimiawi air.
Data VLF dikumpulkan pada tanggal 29 November dan 3 Desember 1993 dengan sistem
Wadi yang diproduksi oleh ABEM. Data dikumpulkan di sepanjang sembilan lintasan VLF di lokasi
penelitian. Data-data ini disaring, menggunakan filter Karous-Hjelt (1983), diproses, dan diplot
pada kedalaman yang dipilih di dekat muka air. Filter Karous-Hjelt menghitung perkiraan kerapatan
arus bawah permukaan menimbulkan profil data tertentu, dan nilainya relatif di seluruh profil.
Output dari filter Karous-Hjelt adalah kerapatan arus relatif terhadap posisi permukaan pada
kedalaman yang dipilih (Karous dan Hjelt, 1983). Nilai kerapatan arus relatif yang lebih rendah
sesuai dengan nilai resistivitas yang lebih tinggi. Interpretasi data sepanjang lintasan-lintasan ini
menunjukkan resistivitas tinggi (nilai-nilai kurang positif) terhadap bulu-bulu kontaminan.
Besarnya resistivitas bahan bawah permukaan berkurang pergi ke selatan dari pompa bensin, atau
menjauh dari daerah yang terkontaminasi. VLF melintasi 1 dan 4 melintasi bulu-bulu kontaminan.
Angka-angka ini menunjukkan bulu kontaminan sebagai resistivitas tinggi dikelilingi di kedua sisi
oleh bahan resisitivitas yang lebih rendah. Di dekat pompa bensin, tinggi resistivitas dimulai sekitar
5 m (16,4 kaki) dari tepi barat area studi dan meluas hingga sekitar 26 m (85,3 kaki) dari tepi barat.

!
Gambar konfigurasi VLF dan sebaran nilai resistivitas

2) Korelasi parameter geoteknik dan geofisika

metode geolistrik
Contoh kasus pada integrasi metode geolistrik dengan geoteknik N-SPT. Pelaksanaan survei
geolistrik pada post-failure landslide yang dilakukan untuk menyelidiki variasi bawah permukaan
dapat memiliki kesalahan dikarenakan tahanan listrik tanah yang berkaitan dengan kadar air dan
material tanah tidak diukur secara langsung. Survei geolistrik yang bersifat kualitatif memerlukan
konfirmasi kuantitatif melalui data geoteknik seperti log bore dan data pengujian laboratorium.
Penyelidikan geolistrik dilakukan untuk mendapatkan data makro termasuk stratifikasi tanah/
batuan, heterogenitasnya dan serta muka air tanah. Sementara itu, penyelidikan geoteknik dilakukan
untuk mendapatkan data mikro mengenai akan properti mekanis tanah/batuan termasuk data kuat
geser, sudut geser, kohesi dan densitas tanah. Pada kasus ini, survei geolistrik mendapatkan data
berupa sebaran resistivitas sedangkan N-SPT mendapatkan stratigrafi bawah permukaan yang mem-
provide informasi kedalaman dan nilai SPT.
Pada geolistrik, korelasi antara parameter geofisika dengan geoteknik yaitu pada kedalaman,
nilai RQD, dan nilai resistansi. Nilai resistansi didapatkan dari survei geolistrik resistivity, nilai
RQD didapatkan dari bore-log dan N-SPT, sedangkan kedalaman didapatkan dari keduanya. Nilai
resistansi, RQD, dan kedalaman dari kedua metode tersebut diintegrasikan untuk mendapatkan data
yang sesuai dan lebih akurat.
metode seismik
Kasus lainnya yaitu integrasi antara uji seismik dengan SPT dalam pembuatan model dan
analisis karakteristik geoteknik. Kasus ini menggunakan kecepatan gelombang geser (Vs) dari uji
seismik sebagai acuan untuk modelisasi dan analisis karakteristik geoteknik. Selain Vs, parameter
lain yang digunakan adalah nilai qc dan N-SPT, dimana Vs dikorelasikan dengan keduanya.

!
Gambar Korelasi Data SPT dan Seismik
metode magnetik
Pada kasus magnetik, parameter geoteknik-geofisika seperti bulk density, berat jenis
partikel, kadar air, porositas, dan distribusi ukuran butir diintegrasi dengan parameter magnetik
yaitu suseptibilitas untuk mendapatkan nilai suseptibilitas pada lereng.

Adapun beberapa parameter yang dimiliki kedua metode (geofisika dan geoteknik) sebagai berikut.
Parameter Simbol

Densitas D

Porositas

Derajat kejenuhan (saturasi) S

Berat jenis partikel Ɣ

Anda mungkin juga menyukai