LAPORAN PRAKTIKUM
Penentuan Kecepatan Gelombang Seismik Pada Batuan
Adur
12317045
Kelas 01
Kelompok 2
Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari sebuah mineral-mineral yang sudah
membeku/keras. Batuan memiliki berbagai komposisi,umur dan berbagai mineral. Karena itulah batuan
juga memiliki densitas yang berbeda-beda. Densitas (rapat massa) batuan (ρ) adalah kerapatan yang
terdapat pada tiap pori batuan dan umumnya diketahui sebagai perbandingan antara massa (m) terhadap
volume (v).
ρ=mv
Tabel 1. Nilai rapat massa (densitas) batuan (Telford at all, 1990)
2. Kemudian diberikan dua wadah contoh plastik dan contoh pasir besi dan endapan
piroklastik yang secukupnya untuk membuat sendiri satu sampel contoh pasir besi dan satu sampel
piroklastik dan ditandai dengan nomor kelompok dan kelas.
Gambar 5. Contoh pasir besi (kiri atas) dan contoh endapan piroklastik (kanan bawah) yang digerus untuk
dimasukkan kedalan wadah contoh plastik
3. Dilakukan pengukuran volume dari wadah contoh plastik yang kosong dengan jangka sorong dan
melakukan penimbangan massa wadah dengan neraca teknis. Setiap pengukuran dilakukan sekurang-
kurangnya tiga kali. Setelah dilakukan pengukuran pada wadah baru masing -masing wadah tersebut
diisi dengan pasir besi dan endapan piroklastik.
Gambar 6. Wadah contoh plastik kosong
4. Pada contoh batuan padat, dilakukan pengukuran terhadap diameter dan tinggi batuan dengan
menggunakan jangka sorong. Setiap pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali. Setelah
mendapatkan diameter dan tinggi pada contoh batuan tersebut, dapat ditentukan volume dari masing-
masing contoh batuan.
5. Kemudian contoh batuan padat ditimbang dengan neraca teknis sekurang-kurangnya tiga kali
uintuk mendapatkan massa dari masing- masing contoh batuan.
6. Setelah mendapatkan nilai massa dan volumenya, maka dapat ditentukan rpat massa dari
masing-masing contoh batuan.
7. Pada contoh lumpur, dapat diasumsikan bahwa seluruh wadah contoh plastik memiliki dimensi
yang sama. Contoh lumpur tersebut ditimbang menggunakan neraca teknis sekurang-kurangnya tiga
kali. Massa bersih (net mass) pada contoh lumpur didapatkan dengan mengurangi massa total contoh
lumpur dengan massa wadah contoh plastik. Sementara volume bersih (net volume) didapatkan dari
pengukuran volume wadah contoh plastik kosong.
8. Setelah mendapatkan nilai massa dan volumenya, maka dapat ditentukan rpat massa dari
masing-masing contoh lumpur.
9. Pada contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik, dapat diasumsikan bahwa seluruh
wadah contoh plastik memiliki dimensi yang sama. Contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik
tersebut ditimbang menggunakan neraca teknis sekurang-kurangnya tiga kali. Massa bersih (net mass)
pada contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik didapatkan dengan mengurangi massa total
contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik dengan massa wadah contoh plastik. Sementara
volume bersih (net volume) didapatkan dari pengukuran volume wadah contoh plastik kosong.
10. Setelah mendapatkan nilai massa dan volumenya, maka dapat ditentukan rapat massa dari
masing-masing contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik.
Kode I2 F1 E2 R3 H2
Diameter (cm) 2,542 2,51 2,474 2,572 2,512
2,546 2,51 2,482 2,57 2,524
2,544 2,51 2,48 2,56 2,508
Tinggi (cm) 2,696 2,612 2,61 2,312 2,61
2,69 2,61 2,608 2,313 2,63
2,688 2,614 2,612 2,3,12 2,608
Volume (cm3) 13,68 12,955 12,594 12,063 12,992
Massa (g) 38,2267 25,2646 8,9171 30,5448 28,2248
38,2264 25,2645 8,9171 30,5448 28,2248
38,2265 25,2644 8,9170 30,5447 28,2249
Massa rata-rata (g) 38,2266 25,2645 8,91705 30,54475 28,22473
Rapat masa / Densitas (g/cm3) 2,7944 1,9501 0,70804 2,5321 2,1725
Wadah plasik kosong, contoh lumpur, contoh pasir besi dan contoh endapan piroklastik
VI. ANALISIS
VII. KESIMPULAN
Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari sebuah mineral-mineral yang sudah
membeku/keras. Batuan memiliki berbagai komposisi,umur dan berbagai mineral. Karena itulah batuan
juga memiliki densitas yang berbeda-beda. Densitas (rapat massa) batuan (ρ) adalah kerapatan yang
terdapat pada tiap pori batuan dan umumnya diketahui sebagai perbandingan antara massa (m) terhadap
volume (v). dimana semakin besar massa suatu batuan maka nilai densitasnya semakin besar,begitupun
sebaliknya, semakin besar volume suatu batuan maka nilai densitasnya semakin kecil begitupun
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Pertiwi, P.K,dkk , Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan
Neraca Pegas, diakses pada 15 desember 2019
Nurmalasari, M.D,dkk, Analisa Densitas dan Porositas Batuan dan Serbuk, diakses pada 15 desember
2019.
PENENTUAN SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BATUAN
I. Tujuan
2. Menentukan suseptibilitas magnetik berbasis massa (mass based magnetic susceptibility) untuk lima
contoh batuan padat (consolidated rock sample),piroklastik,dan sampel pasir besi.
1. Magnetic Susceptibility Meter Bartington dengan MS2B magnetic sensor (lihat Gambar 2.1)
2. Contoh batuan padat, conto lumpur, pasir besi dan endapan priroklastik ( contoh-contoh yang sama
seperti pada model penentuan rapat massa batuan)
(Gambar 2.1)
Dengan M adalah intensitas magnet dalam A/m,k adalah nilai suseptibilitas suatu bahan dan tidak
memiliki dimensi serta H adalah kuat medan magnet dalam A/m.
Nilai k adalah parameter dasar yg digunakan dalam metode magnet. Nilai suseptibilitas batuan
semakin besar jika dalam batuan tersebut dijumpai banyak mineral yg bersifat magnet.
Litologi(karakteristik) dan kandungan mineral batuan adalah factor yg mempengaruhi harga
suseptibilitas suatu bahan. (Telford et al,1990)
Magnestisasi yg dimiliki oleh bahan karena disebabkan medan magnet luar yg
mempengaruhinya disebut magnetisasi induksi. Besarnya induksi magnetik didalam material dapat
1. Feromagnetik
Suseptibilitas material feromagnetik memiliki nilai antara 10-4 sampai emu. Nilai k positif dan
tidak bergantung pada temperature curie karena material penyusun atomnya mempunyai
momen magnet dan interaksi antar atom terdekatnya sangat kuat.
2. Paramagnetik
Nilai suseptibilitas dari bahan ini antara 4 x 10-6 sampai 3,6 x 10-4 emu dan berbanding terbalik
pada temperature curie. Medan magnet pada material ini hanya ada jika termagnetisasi oleh
medan magnet dari luar. Jika pengaruh ini hilang maka medan magnet pada material ini pun
akan ikut hilang.
3. Diamagnetik
Nilai suseptibilitas material ini antara -8 x 10-6 sampai 3 x 10-4 emu. Intensitas induksi dari bahan
diamagnetik berlawanan arah dengan gaya magnet atau medan polarisasi karena k bernilai
negatif. Semua material menunjukkan respon sebagai diamagnetik ketika berada didalam
medan magnet.
3. Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali untuk setiap contoh. Mahasiswa harus
menyiapkan data untuk massa, volum dan rapat massa dari masing-masing conto sebelum praktikum
dimulai.
9. Dilakukan cara yg sama untuk semua sampel batuan dimulai dari langkah 5
10. ketika pengukuran sudah selesai jangan lupa mematikan kembali Magnetic Susceptibility Meter
Bartington dengan MS2B magnetic sensor.
V. Pengolahan Data
Sampel:
I2
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 38.2267 25.42 26.96 -
2 38.2266 25.46 26.90 -
3 38.2265 25.44 26.88 -
Rata-Rata 38.2266 25.44 26.913 13680
Hasil :
R3
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 30.5448 25.72 23.11 -
2 30.5448 25.70 23.13 -
3 30.5447 25.63 23.52 -
Rata-Rata 30.5447 25.68 26.286 12063.58
Hasil :
H2
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 28.2245 25.12 26.10 -
2 28.2248 25.14 26.30 -
3 28.2249 25.08 26.08 -
Rata-Rata 28.2243 25.11 26.16 12992.71
Hasil :
F1
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 25.2646 25.16 26.12 -
2 25.2645 25.103 26.10 -
3 25.2644 25.10 26.14 -
Rata-Rata 25.2645 25.13 26.12 12955.317
Hasil :
E2
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 8.9171 24.74 26.10 -
2 8.9171 24.82 26.08 -
3 8.9170 24.80 26.13 -
Rata-Rata 8.9170 24.787 26.10 12594.424
Hasil :
Piroklastik
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 12.7330 20.8 18.1 -
2 12.7331 20.8 18.1 -
3 12.7331 20.8 18.1 -
Rata-Rata 12.73307 20.8 18.1 2842.31
Hasil :
Pasir Besi
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 17.0744 20.8 18.1 -
2 17.0744 20.8 18.1 -
3 17.0744 20.8 18.1 -
Rata-Rata 17.0744 20.8 18.1 2955.4
Hasil :
Lumpur
Pengukuran Ke- Massa(gram) Diameter(mm) Tinggi(mm) Volume(mm3)
1 10.9968 20.8 18.1 -
2 10.9966 20.8 18.1 -
3 10.9964 20.8 18.1 -
Rata-Rata 10.9966 20.8 18.1 2955.4
Hasil :
VI. Analisis
Nilai suseptibilitas batuan hasil praktikum dapat dibandingkan dengan table 2.1 (table literatur).
VII. Simpulan
Dari data diatas,dapat disimpulkan bahwa nilai suseptibilitas dari terkecil ke terbesar sebagai berikut:
Lumpur < sampel E2 < sampel F1 < sampel H2 < sampel I2 < Piroklastik < sampel R3 < sampel pasir besi.
Oleh karena itu,urutan suseptibilitas diatas merupakan urutan kekuatan dimagnetisasi suatu
batuan dimana lumpur memiliki kekuatan dimagnetisasi yg lemah dan pasir besi memiliki kekuatan
dimagnetisasi yg sangan kuat.
Daftar Pustaka
Bijaksana, S. 2002. Karakterisasi Magnetik. Himpunan Fisika Indonesia.Jurnal Fisika HFI. 5(0527)
Eprints.uny.ac.id/29183/BAB%20II.pdf
PENENTUAN POROSITAS BATUAN
I. TUJUAN
1. Membandingkan hasil penentuan porositas batuan dengan literatur.
2. Menentukan porositas batuan pada tiga contoh batuan padat yang berbeda jenis.
3. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi penentuan porositas
batuan.
Ruang kosong di antara material disebut porositas. Porositas merupakan fraksi dari volume ruang
kosong terhadap total volume, bernilai antara 0 dan 1 atau sebagai persentase antara 0-100%. Porositas
bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik, dan
komposisinya. Porositas bebatuan umumnya berkurang dengan bertambahnya usia dan kedalaman. Namun
hal yang berlawanan dapat terjadi yang biasanya dikarenakan riwayat temperatur bebatuan. Porositas suatu
batuan dapat disebut efektif apabila bagian rongga-rongga di dalam batuan berhubungan. Porositas efektif
biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori total yang biasanya berkisar dari 10% sampai 15%.
Secara garis besar yang dilakukan dalam pengukuran porositas ini adalah mengukur besar volume
air yang diasumsikan mengisi seluruh rongga batuan, sehingga dapat dianggap besar volume air ini dapat
dianggap sebagai volume rongga. Kemudian dengan volume rongga yang telah diperoleh dibandingkan
dengan volume total batuan menggunakan persamaan yang telah disebutkan di atas. Terdapat tiga sampel
batuan yang digunakan, yakni sampel batuan dengan kode PE4, PA2, dan PB1..
Sampel diukur diameter dan tinggi menggunakan jangka sorong. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan volume sampel. Pengukuran dilakukan tiga kali agar nilai yang didapatkan lebih akurat
dengan cara mengambil nilai rerata.
Sampel batuan dimasukkan ke dalam oven selama 2 jam untuk menghilangkan kadar air yang
terkandung. Hal ini dilakukan karena air bisa saja terisi di dalam rongga dan membuat pengukuran tidak
akurat. Pengeringan juga dilakukan agar mendapatkan total volume rongga kosong batuan yang sebenarnya.
Ketiga sampel yang telah dipanaskan, diukur menggunakan neraca Ohaus untuk memperoleh massa
keringnya.
Batuan lalu dimasukkan ke dalam desikator yang telah terisi air. Sampel dibiarkan selama dua jam
dengan batas tekanan tertentu. Setelah itu akan diperoleh sampel batuan yang rongga-nya terisi air. Sampel
batuan yang terisi air ini kemudian ditimbang untuk mendapatkan massa basahnya menggunakan neraca
Ohauss. Pengukuran massa basah ataupun massa kerin dilakukan sebanyak tiga kali untuk tiap sampel, hal
ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
Selisih antara massa basah dan massa kering sampel diasumsikan sebagai massa air yang
terkandung dalam rongga batuan. Dengan asumsi besar densitas air (ρair) sebesar 1 gr/cc, dapat dihitung
besar volume rongga dalam batuan. Besar porositas sampel dihitung dengan menggunakan perbandingan
volume rongga dengan volume batuan yang diperoleh pada awal pengukuran.
VI. ANALISIS
Untuk nilai porositas hasil praktikum dapat dibandingkan dengan tabel 3.1 pada literatur. Nilai-
nilai porositas pada sampel sudah tercantum di tabel data dan pengolahan dimana sampel yg diambil
yakni PE4,PA2,dan PB1. Untuk akurasi penentuan porositas dari sampelnya sendiri itu sangat
berpengaruh terhadap rongga pada sampel,massa pada sampel,volume pada sampel,dan human error.
VII. KESIMPULAN
Porositas (ϕ) adalah perbandingan volume rongga-rongga batuan terhadap volume total
seluruh batuan yang dinyatakan dalam persen. Dimana ketika volume rongga-rongga batuan semakin besar
maka porositasnya semakin besar begitupun sebaliknya, namun ketika nilai volume total seluruh batuan
semakin besar maka nilai porositasnya semakin kecil begitupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
M. Irham Nurwidyanto. 2006, Pegaruh Ukuran Butir Terhadap Porositas Dan Permeabiltas Pada Batu
Pasir. Jurnal diakses pada 14 Desember 2019
Sifat elastisitas suatu bahan dapat ditunjukkan oleh Poisson’s Ratio, Young Modulus, Shear
Modulus, dan Bulk Modulus. Keempat modulus tersebut dapat dihitung berdasarkan kecepatan
gelombang seismik yang merambat pada bahan tersebut. Hubungan keempat modulus tersebut
VI. Kesimpulan
Gelombang seismik adalah getaran/osilasi perpindahan dari posisi diam yang berasar dari
suatu sumber, yang merambat melalui bumi (Franci, 2002). Gelombang seismik terbagi menjadi 2,
body waves dan surface waves. Body waves terbagi menjadi 2 yaitu, gelombang P (gelombang
longitudinal) dan gelombang S (gelombang transversal).
Gelombang seismik dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi karakteristik suatu
struktur batuan karena kecepatan rambat gelombang seismik berubah bergantung pada karakteristik
medium rambatnya. Kecepatan rambat gelombang P dipengaruhi oleh sifat elastisitas dan densitas
dari medium. Kecepatan rambat gelombang S dipengaruhi oleh Shear Modulus dan densitas dari
mediumnya.
Dimana, pada gelombang P bias menembus fluida sedangkan pada gelombang S tidak
dapat menembus fluida. Hal ini dikarenakan pada gelombang P nilai µ nya memiliki nilai yg lebih
besar dari 0 atau merupakan sebuah konstanta yg > 0 sedangkan pada gelombang S µ nya bernilai
0.
1. Menentukan resistivitas listrik pada satu conto batuan padat dan satu conto batuan berbentuk bulir
(dapat berupa pasir besi atau endapan piroklastik).
2. Membandingkan hasil penentuan nilai-nilai di atas dengan literatur.
3. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi penentuan resitivitas listrik pada batuan.
II.Teori Dasar
Resistivitas listrik adalah salah satu metode geofisika yang menyelidiki struktur bawah
permukaan dengan menggunakan sifat - sifat kelistrikan batuan. Resistivitas juga berfungsi untuk
mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas dan air) disepanjang lubang bor dengan
mengukur sifat tahanan kelistrikannya.Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter,
dan biasanya dibuat dalam skala logarithmic dengan nilai antara 0.2 sampai dengan 2000 Ohm Meter.
Metode resistivity dilakukan karena pada hakikatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi
memiliki nilai resistivitas tertentu. Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai
keperluan dalam menduga keterdapatan air tanah, mineral and applikasi resistivitas dalam teknik sipil.
Setiap bahan/material akan mempunyai tahanan/resistance jika dialirkan arus listrik. Nilai resistivitas
ini tergantung pada kekompakan bahan, porositas, dan permeabilitas bahan serta kandungan air.
Contoh untuk resisitivitas suatu medium yaitu Air garam yang memiliki konsentrasi yang tinggi
akan dapat mengalirkan listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu lapisan
batuan, pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air dominan pada suatu
lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih tinggi (resistivitas rendah) dibanding pada
zona hidrokarbon dominan.
Aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat di golongkan menjadi tiga macam, yaitu
konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik. Konduksi ini
terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam
batuan atau mineral oleh elektronelektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga dipengaruhi oleh sifat
atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan
tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk
menghambat arus listrik. Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik, begitu pula sebaliknya.
Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas yang sangat
tinggi. Namun pada kenyataannya batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh
fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, dimana konduksi
arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan poros
bergantung pada volume dan susunan poriporinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan
air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air
dalam batuan berkurang. Persamaan Archie 1 menyangkut tentang hubungan antara resistivitas batuan
dengan porositas batuan yang terisi penuh oleh air pori, dan persamaan Archie 2 yang menyangkut
porositas batuan yang porinya tidak jenuh air terisi air.
Konduksi secara dielektrik Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik
terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit,
bahkan tidak ada sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti
karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada
konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan
IV.Langkah Kerja
- Mengukur dimensi dari masing masing sampel batuan minimal sebanyak 3 kali untuk setiap batuan.
- Memasang alat pengukur resistivitas.
- Menghubungkan batu dengan kutub positif dan negative dari sumber tegangan dan arus.
- Melakukan pengukuran untuk R,V, dan I masing masing batuan sebanyak 4 kali.
- Mematikan alat dan dirapihkan kembali.
V.Data Hasil Percobaan
VI.Analisis
Resistivitas merupakan kecenderungan batuan untuk menghambat aliran listrik, ada beberapa
factor yang dapat mempengaruhi mengukuran ini misalnya seperti kelembaban batuan atau adanya kadar
atau kandungan air dalam batuan tersebut, semakin padat batuan akan semakin besar kecenderungan
untuk menghambat aliran listrik yang berusaha melaluinya karena pori yang lebih sedikit dan kecil
disbanding dengan yang memiliki porositas yang baik karena dapat menyerap air lebih banyak sehingga
nilai resistivitas akan menjadi lebih kecil. Hasil percobaan yang didapatkan sama seperti pada literature
dimana percobaan ini menghasilkan bahwa batuan pasir lebih kecil resistivitasnya dibandingkan dengan
batuan beku yang memiliki pori lebih kecil dan lebih rapat dan kekompakan yang lebih baik.
VII.Kesimpulan
Resistivitas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti misalnya porositas, kekompakan, serta
kadar air dalam batuan tersebut yang dapat membuat resistivitas semakin kecil. Semakin besar porositas
maka resistivitas akan semakin kecil. Sehingga porositas dan kekompakan berbanding terbalik dengan
resistivitas.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Resistivitas_listrik
http://digilib.unila.ac.id/14470/3/3.%20TEORI%20DASAR.pdf
LAMPIRAN FOTO