Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Geofisika Dasar

Program Studi Teknik Geofisika


Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN SUSEPTIBILITAS

Oleh :
Lalu Iqbal Tawakkal
NIM : 12316025
Kelompok 3
Kelas-01

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2019
I. TUJUAN
1. Menentukan suseptibilitas magnetik berbasis massa (mass based magnetic susceptibility)
untuk lima sampel batuan padat (consolidated rock sample), satu conto lumpur (mud), satu
conto pasir besi (iron sand), dan satu conto endapan piroklastik (pyroclastic deposit).
2. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi penentuan suseptibilitas
magnetik batuan.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Sampel batuan padat yang sama dengan sampel batuan pada pengukuran densitas yakni
sampel dengan kode A1, C1, E1, F1 dan S2 beserta dengan sampel lumpur (mud), pasir
besi, dan endapan piroklastik,
2. Magnetic Susceptibility Meter Bartington dengan MS2B magnetic sensor.
3. Komputer yang telah disediakan dengan software untuk membaca pengukuran alat.

III. TEORI DASAR


Selain besar densitas, karakteristik lain yang menjadi penciri batuan adalah suseptibilitas.
Suseptibilitas merupakan harga pengaruh benda terhadap medan magnet. Harga suseptibilitas ini
sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat ferromagnetik untuk setiap
jenis mineral dan batuan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Nilai suseptibilitas pada
batuan semakin besar jika dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral
bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas dibagi menjadi kelompok-kelompok jenis
material dan batuan penyusun litologi bumi, yaitu;
1. Diamagnetik
Dalam batuan diamagnetik atom–atom pembentuk batuan mempunyai kulit elektron
berpasangan dan mempunyai putaran yang berlawanan dalam tiap pasangan. Jika mendapat
medan magnet dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang menghasilkan medan
magnet lemah yang melawan medan magnet luar tadi. Mempunyai suseptibilitas negatif
dan kecil dan suseptibilitas tidak tergantung dari pada medan magnet luar. Contoh:
bismuth, grafit, gipsum, marmer, kuarsa, garam.
2. Paramagnetik
Di dalam paramagnetik terdapat kulit elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron
yang putarannya tidak berpasangan dan mengarah pada arah putaran yang sama. Jika
terdapat medan magnetik luar, putaran tersebut berpresesi menghasilkan medan magnet
yang mengarah searah dengan medan tersebut sehingga memperkuatnya. Akan tetapi
momen magnetik yang terbentuk terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu bahan
tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:
• Suseptibilitas positif dan sedikit lebih besar dari satu.
• Suseptibilitas bergantung pada temperatur.
Contoh: piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit, dll
3. Ferromagnetik
Terdapat banyak kulit electron yang hanya diisi oleh suatu elektron sehingga mudah
terinduksi oleh medan luar. Keadaan ini diperkuat lagi oleh adanya kelompok-kelompok
bahan berputaran searah yang membentuk dipole-dipole magnet (domain) mempunyai arah
sama, apalagi jika didalam medan magnet luar. Mempunyai sifat:
• Suseptibilitas positif dan jauh lebih besar dari satu.
• Suseptibilitas bergantung dari temperatur.
Contoh: besi, nikel, kobal, terbium, dysprosium, dan neodymium.
Besar suseptibilitas batuan akan dapat memberi informasi (karakter) terkait jenis batuan tersebut.
Artinya densitas setiap batuan akan berbeda dengan batuan lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
mineral yang ada pada batuan tersebut. Batuan yang mengandung banyak mineral feromagnetik
akan memiliki nilai suseptibilitas magnetik yang lebih besar. Sebaliknya saat batuan mengandung
banyak mineral diamegnetik yang terkandung, maka batuan akan memiliki suseptibilitas lebih
rendah. Berikut adalah tabel besar suseptibilitas setiap jenis batuan (Telford at al, 1990).
Tabel 1. Suseptibilitas batuan
Besar suseptibilitas ini diberikan dalam range, karena terdapat hal yang dapat mempengaruhi besar
densitas ini. Seperti yang telah disebutkan, jenis mineral yang ada apakah bersifat feromagnetik,
paramagnetik ataupun diamagnetik. Serta banyak mineral tersebut juga mempengaruhi besar
suseptibilitas batuan.

IV. LANGKAH PENGERJAAN


Dalam pengukuran suseptibilitas, perlu disiapkan terlebih dahulu data hasil pengukuran densitas
yang telah dilakukan sebelumnya. Data massa sampel perlu diinput dalam software untuk masukan
perhitungan alat terhadap sampel. Sampel yang digunakan dalam pengukuran suseptibilitas sama
dengan sampel yang digunakan pada modul densitas. Terdapat lima sampel batuan padat yang
digunakan, yakni sampel batuan dengan kode A1, C1, E1, F1 dan S2. Adapun sampel batuan padat
yang digunakan tersebut dapat dilihat pada gambar 1. Sedangkan untuk sampel lumpur, pasir besi
dan endapan piroklastik dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Sampel Batuan Padat

Gambar 2. Sampel lumpur, Pasir besi, dan Endapan piroklastik dalam wadah plastik

Pengukuran dilakukan dimulai memilih satuan yang ingin dimasukkan dan juga pembulatan yang
diinginkan. Pada pengukuran ini dipilih menggunakan satuan SI dengan tanpa pembulatan (satu
angka dibelakang koma). Massa sampel diinput pada software setelahnya. Untuk massa wadah
plastik juga dapat diinputkan pada pilihan yang telah tersedia. Selanjutnya dilakukan kalibrasi atau
free air. Pada free air kita membatasi nilainya dalam rentang 5 hingga -5. Kemudian dimasukkan
sampel pada alat (lihat gambar 3).
Gambar 3. Alat suseptibility meter Barington dengan MS2B magnetik sensor

Saat sampel telah masuk, kemudian tekan sample untuk mulai mengukur suseptibilitas sampel
batuan. Harap perhatikan panah yang ada pada batuan. Panah ini berguna agar posisi sampel yang
dimasukkan kembali dalam alat tidak berubah. Perubahan posisi pada sampel akan mengubah
perhitungan suseptibilitas sehingga dihasilkan deviasi yang besar, sehingga alat akan berbunyi.
Setelah pengukuran pertama selesai dilakukan, sampel dikeluarkan dari alat dan dilakukan kembali
free air. Kemudain sampel dimasukkan kembali dan diukur kembali dengan rincian yang telah
dijelaskan. Pengukuran untuk setiap sampel dilakukan tiga kali (lihat gambar 4) untuk
mendapatkan besar suseptibilitas yang representatif.

Gambar 4. Pengukuran Suseptibilitas


V. DATA DAN PENGOLAHAN
Data yang diperoleh dalam pengukuran diinput dalam excel. Berikut adalah data hasil pengukuran
suseptibilitas yang dilakukan (lihat tabel 2).
Tabel 2. Data hasil pengukuran
Kode Pasir
A1 F1 E1 S2 C1 Piroklastik Lumpur
Batu Besi
1057,8 69,1 38,7 1370,3 2 2009,2 1408,4 30,2
1059,2 69,1 38 1372,8 1,9 2006,8 1408,3 30,2
1058,8 69,4 38,4 1370,5 2,1 2008,9 1411,6 28,5
1058,6 69,2 38,4 1371,2 2 2008,3 1409,4 29,6
Keterangan : Rata-rata

Tampak dari pengukuran di atas bahwa pasir besi memiliki suseptibilitas paling tinggi.
Sedangkan batuan sedimen yang ada relatif memiliki suseptibilitas yang rendah. Bahkan sampel
C1 hanya memiliki suseptibilitas yaitu 2. Selanjutnya data ini akan dibahas lebih lanjut pada bab
berikutnya.

VI. ANALISIS
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diketahui besar suseptibilitas yang dimiliki tiap
sampel cukup variatif. Tampak bahwa sampel pasir besi memiliki suseptibilitas yang besar
dibanding dengan sampel batuan lainnya. Sampel batuan S1 dan A1 merupakan batuan beku yang
tampak dengan jelas keterdapatan mineral. Dimungkinkan mineral ini bersifat feromagnetik
dengan jumlah yang kecil sehingga memiliki suseptibilitas yang sedang. Piroklastik juga memiliki
suseptibilitas yang cukup besar. Hal ini diduga sampel mengandung juga mineral feromagnetik
yang berasal dari letusan magma. Sedangkan sampel sedimen, F1, E1, dan lumpur memiliki
densitas yang sedang dibandingkan dengan densitas sampel E1 yang terendah.
Seluruh sampel batuan yang masuk dalam range yang telah disebutkan (lihat kembali tabel 1). Hal
ini disebabkan besarnya rentang yang ada. Karena memang komposisi mineral pada batuan yang
sangat variatif, sehingga menghasilkan range yang cukup besar. Untuk pasir besi yang memiliki
suseptibilitas paling besar dikarenakan seluruh sampel terisi dengan butir besi yang bersifat
feromagnetik. Sedangkan pada sampel yang lain mineral feromagnetik ataupun paramagnetik
berasosiasi dengan mineral yang diamagnetik.
Keakuratan nilai suseptibilitas yang terhitung salah satunya dipengaruhi oleh konstannya
peletakkan sampel pada alat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, adanya perubahan posisi
akan dapat menyebabkan timbulnya deviasi yang cukup besar. Selain itu besar free air yang tidak
sama untuk setiap pengukuran juga dapat mempengaruhi pengukuran. Selain itu pengabaian
wadah yang sebenarnya juga dapat mengubah hasil suseptibilitas yang dihasilkan.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, besar suseptibilitas serta studi pustaka terhadap beberapa
literatur, dapat disimpulkan:
1. Adapun besar suseptibilitas yang dihasilkan masing-masing sampel sesuai dengan
perhitungan yang ditunjukkan pada tabel 2. Data hasil pengolahan, sebagai berikut :
• sampel batuan padat dengan kode A1 memiliki suseptibilitas 1058.6,
• sampel batuan padat dengan kode C1memiliki suseptibilitas 2,
• sampel batuan padat dengan kode E1 memiliki suseptibilitas 38.4,
• sampel batuan padat dengan kode F1 memiliki suseptibilitas 69.2,
• sampel batuan padat dengan kode S2 memiliki suseptibilitas 1371.2,
• sampel lumpur (mud) memiliki suseptibilitas 29.6,
• sampel pasir besi memiliki suseptibilitas 2008.3,
• sampel endapan piroklastik memiliki suseptibilitas 1409.4.

2. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akurasi penentuan densitas adalah posisi
panah yang tidak tetap, nilai free air yang tidak konstan, dan pengabaian wadah plastik
dalam memberikan pengaruh nilai suseptibilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Carmichael, Robert S., 1984. Handbook of Physical Properties of Rocks. vol. III, CRC Press, Inc.
Telford, Wiliam Murray, dkk, 1990. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University
Press.

Anda mungkin juga menyukai