Anda di halaman 1dari 17

GEOTHERMAL

ENERGY
Agus Salim
Aulia Ryza Aqilla
Widian Nigrum
Indonesia dihadapkan pada kenyataan
bahwa ketergantungan pada energy fosil
sebagai sumber energi utama akan
bersifat tidak sustainable dalam jangka
panjang bagi penyediaan kebutuhan
energi nasional.

Isu perubahan iklim juga mengubah


paradigma banyak negara, termasuk
indonesia akan perlunya keberpihakan
kebijakan pada energi terbarukan pada
peran fosil.

Energi alternatif yang menyimpan potensi


paling besar bagi keberlangsungan energi
nasional adalah energi panas bumi atau
geothermal.
1.PANAS BUMI (GEOTHERMAL)
Panas bumi (geothermal) adalah sumber
energi panas yang terdapat dan terbentuk
di dalam kerak bumi. panas bumi adalah
sumber energi panas yang terkandung
dalam air panas, uap air dan batuan
bersama mineral dan gas yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem panas bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan.

Ada beberapa jenis reservoir panas bumi :


reservoir hidrotermal
reservoir bertekanan tinggi
reservoir batuan panas kering
reservoir magma
2.TEMPERATUR RESERVOIR
Temperatur reservoir tergantung dari
intensitas panas yang merambat dari batuan
sumber panas, sifat termal batuan, seperti
kemampuan batuan merambatkan panas
dan menyimpan panas.

Berdasarkan pada besarnya temperatur, sistem


panas bumi dibedakan atas :
sistem panas bumi bertemperatur rendah
yaitu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida dengan temperatur < 125°C
sistem panas bumi bertemperatur sedang
yaitu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida bertemperatur antara 125°C dan
225°C
sistem panas bumi bertemperatur tinggi
yaitu sistem yang reservoirnya mengandung
fluida
3.MANIFESTING PANAS BUMI
Manifesting panas bumi di permukaan
diperkirakan terjadi karena adanya
perambatan panas dari bawah
permukaan atau karena adanya rekahan-
rekahan yang memungkinkan fluida
panas bumi (uap dan air panas) mengalir
ke permukaan.

Manifesting permukaan adalah tanda-


tanda alam yang nampak dipermukaan
tanah sebagai petunjuk awal adanya
aktifitas panas bumi di bawah permukaan
tanah.
Bentuk manifestasi permukaan antara lain :
Tanah panas (Warm ground) yaitu adanya sumberdaya panas bumi yang dapat
ditunjukkan antara lain adanya tanah yang memiliki temperatur lebih tinggi dari
temperatur tanah di sekitarnya.
Tanah beruap (Steaming ground) merupakan jenis manisfestasi dimana uap panas
(steam) keluar dari permukaan tanah.
Kolam air panas merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya panas bumi
di bawah permukaan. kolam air panas terbentuk karena adanya aliran air panas
dari bawah permukaan melalui rekahan-rekahan batuan.
Kolam lumpur panas (mud pool), ketampakannya sedikit mengandung uap dan gas
CO2, tidak terkondensasi umumnya fluida berasal dari kondensasi uap.
Air panas (hot springs) merupakan salah satu petunjuk adanya sumber daya panas
bumi dibawah permukaan.
Fumarol adalah lubang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry steam) atau
uap panas yang mengandung butiran air (weat steam).
Geiser merupakan mata air panas yang menyembur ke udara secara intermittent
(pada selang waktu tidak tentu) kurang dari satu meter hingga ratusan meter
Silika sinter merupakan endapan silika di permukaan yang berwarna kuning
keperakan.
4. SISTEM PANAS BUMI DI INDONESIA

Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi,


sistem panas bumi di Indonesia dapat
dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu vulkanik
dan non-vulkanik

sistem panas bumi di indnesia sampai saat


pada umumnya merupakan sistem panas bumi
hidroternal.

ketergantungan indonesia terhadap energi fosil


dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam
negeri masih tinggi. energi fosil memberikan
kontribusi 94,3% dari total kebutuhan energi
nasional yang besar 1.357 juta SBM (setara
barel minyak), sedangkan sisanya sebesar 5,7%
dipenuhi dari energi baru terbarukan.
Kondisi ini menjadikan indonesia rentan terhadap
fluktuasi ketersediaan dan harga energi yang
terjadi di pasar energi internasional (Dewan
Energi Masional, 2014)

Kegiatan eksploitasi terhadap sumber daya alam


selama ini menyebabkan krisis energi pada
sumber daya fosil. Hal ini berbahaya terhadap
keberlanjutan pembangunan dan tidak
terpenuhinya kebutuhan energi dalam negeri
yang memiliki pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya.

Ketergantungan terhadap energi fosil perlu


diakhiri dengan memanfaatkan potensi energi
alternatif yang ada di seluruh wilayah indonesia
seperti tenaga air, angin, panas bumi dan
biomassa.
Potensi energi terbarukan di indonesia cukup besar
namun pemanfaatannya sampai saat ini masih kecil.
Potensi energi geothermal untuk pembangkit listrik di
indonesia diperkirakan sebesar 29 Gigawatt, hampir
setara dengan total pasokan listrik nasional saat ini.

Sebagai salah satu sumber daya terbarukan yang


ramah lingkungan, energi panas bumi sangat
berpotensi sebagai alternatif pengganti sumber energi
fosil yang tidak terbarukan dan menghasilkan dampak
lingkungan berupa emisi gas rumah kaca (CO2)

Panas bumi memiliki banyak keuntungan jika


dibandingkan dengan energi bahan bakar fosil yang
diturunkan secara tradisionel atau bahkan beberapa
jenis energi alternatif lainnya, panas bumi dapat
menyediakan energi pada tingkat yang konstan dan
tidak tergantung pada cuaca atau pertimbangan
musim.
5. KEBIJAKAN ENERGI PANAS
BUMI NASIONAL
Pemerintah sngat berupaya untuk
membebaskan indonesia dari krisis listrik
dan berupaya mencari alternatif
penggunaan energi baru dan terbarukan
(EBT)
Pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang
Panas Bumi yang menjadi acuan pemerintah
dalam pengelolaan panas bumi.

saat ini pengusahaan pemanfaatan energi


panas bumi diatur dalam Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi.
undang undang ini diundangkan dengan
mencabut Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2003 tentang panas bumi.
6. DISTRIBUSI, KLASIFIKASI DAN POTENSI PANAS BUMI
Sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia berasosiasi dengan sistem
vulkanik aktif yaitu :
Sumatra (81 lokasi)
Jawa (71 lokasi)
Bali dan Nusa Tenggara (27 lokasi)
Maluku (15 lokasi)
Sulawesi Utara (7 lokasi)
Sedangkan yang berada di lingkungan non vulkanik aktif yaitu :
Sulawesi (43 lokasi)
Bangka Belitung (3 lokasi)
Kalimantan (3 lokasi)
Papua (2 lokasi).

Dari 252 lokasi panas bumi yang ada, hanya 31% yang telah disurvei secara
rinci dan didapatkan potensi cadangan. Di sebagian besar lokasi terutama
yang berada di daerah terpencil masih dalam status survei pendahuluan
sehingga didapatkan potensi sumber daya. Total potensi panas bumi dari 252
lokasi sebesar 27.357 MWe terdiri dari sumber daya sebesar 14.007 MWe dan
cadangan sebesar 13.350 MWe. Data potensi ini merupakan data dari
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dan institusi lain yang
bergerak di bidang panas bumi
7. PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI DI INDONESIA

Apabila ditinjau dari total potensi yang ada, pemanfaatan


energi panas bumi di Indonesia masih sangat kecil yaitu
sekitar 3%. Pemanfaatan ini juga masih terbatas untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan
menghasilkan energi listrik sebesar 807 MWe yang sebagian
besar masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%).

Energi panas bumi di Indonesia sangat beragam, sehingga


selain pemanfaatan tidak langsung (PLTP), dapat
dimanfaatkan secara langsung (direct uses) seperti untuk
industri pertanian (antara lain untuk pengeringan hasil
pertanian, sterilisasi media tanaman, dan budidaya tanaman
tertentu).
8. WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN (WKP) PANAS BUMI
Mengacu pada UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, bahwa
Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi adalah wilayah
yang ditetapkan dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP). Pembuatan
dan penetapan WKP panas bumi merupakan wewenang pemerintah
pusat dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Sedangkan kewenangan pemberi perizinan tergantung dari letak di
mana WKP tersebut berada.

Tata cara lelang untuk WKP panas bumi akan diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP) yang saat ini masih berupa Rancangan Peraturan
Pemerintah (RPP) tentang panas bumi dan dalam proses
penyelesaian. Untuk memberikan informasi mengenai status WKP
yang ada, maka WKP panas bumi dikelompokkan menjadi:
WKP tahap produksi, yaitu WKP yang telah dieksploitasi dan
menghasilkan energi listrik.
WKP tahap eksplorasi/pengembangan, yaitu WKP yang berada
dalam tahapan eksplorasi atau dalam tahapan pengembangan.
WKP yang ditawarkan (open area), yaitu WKP yang berada
dalam tahapan eksplorasi dan masih menjadi milik pemerintah.
9. PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI YANG BERKELANJUTAN
Aktivitas dalam masyarakat serta sektor industri nasional, sangat
tergantung terhadap tersedianya energi listrik. Hal ini yang menyebabkan
ketergantungan terhadap ketersediaan energi listrik semakin hari semakin
meningkat.

Sejalan dengan UU No.30 tahun 2007 tentang energi, maka keamanan dan
keberlanjutan pasokan energi domestik menjadi sesuatu yang perlu
diupayakan secara sinergis antara pemerintah, pihak swasta dan
masyarakat. Hal ini dikarenakan jika tidak ada antisipasi keamanan dan
keberlanjutan pasokan energi dari awal maka akan membawa konsekuensi
yang lebih mahal di masa yang akan datang

Pemanfaatan dan pengembangan energi terbarukan menjadi semakin


penting mengingat semakin terbatasnya sumber energi fosil atau sumber
energi non-terbarukan. Melalui Perpres No 5 tahun 2006 tentang Kebijakan
Energi strategi pengelolaan energi nasional 2006-2025, di mana dalam
peraturan tersebut disebutkan bahwa dalam pasokan energi nasional harus
dipenuhi 17% energi terbarukan. Hal tersebut menyatakan dengan jelas
bagaimana peranan energi terbarukan di masa yang akan datang.
10. LIMBAH CAIR PANAS BUMI
Panas bumi merupakan salah satu energi terbarukan yang ada di Indonesia
yang telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP).

Operasional PLTP tidak memerlukan energi primer untuk menggerakkan


turbin, hal ini karena uap air diekstraksi dari perut bumi melalui sumur
produksi. Uap yang dihasilkan oleh sumur dipisahkan oleh separator,
sehingga menghasilkan uap dan brine. Brine merupakan fasa cair dari hasil
pemisahan uap panas bumi diseparator. Uap dipergunakan untuk memutar
turbin. Setelah memutar turbin uap tersebut terkondensasi menjadi air.
Ketika air dan brine yang dihasilkan oleh PLTP ini tidak diinjeksikan kembali,
maka air dan brine tersebut menjadi limbah

Untuk melindungi lingkungan dari pencemaran limbah PLTP, pemerintah


telah mengatur baku mutu limbah yang dihasilkan oleh PLTP. Pengaturan
baku mutu limbah ini melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19
Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Minyak dan Gas serta Panas Bumi.
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai