Anda di halaman 1dari 2

Panas Bumi di Indonesia

“Sejarah, Potensi, Pemanfaatan serta Bauran Nasional”

Energi panas bumi merupakan energi panas yang tersimpan di bawah permukaan bumi serta
fluida yang ada di dalamnya. Energi ini telah dimanfaatkan sejak tahun 1913 di Italia sebagai
pembangkit listrik. Penggunaan energi ini terus meningkat seiring dengan kenaikan harga energi
fosil, khususnya sejak tahun 1973 dan 1979. Untuk mengurangi kecenderungan penggunaan energi
fosil yang semakin meningkat, maka dilakukan peningkatan energi panas bumi secara perlahan.
Penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik sendiri telah dimanfaatkan lebih dari 20
negara, salah satunya Indonesia.

Di Indonesia, eksplorasi panas bumi pertama kali dilakukan di sekitar Kawah Kamojang
pada tahun 1918. Pada tahung 1926 hingga tahun 1929 telah dilakukan lima kali pengeboran sumu
di mana salah satu dari sumur tersebut, KMJ-3, masih mengeluarkan uap panas ata dry steam.
Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia sempat dihentikan akibat pecahnya perang dunia
pertama dan dilanjutkan kembali pada tahun 1972. Pemerintah Indonesia, dibantu oleh Pemerintah
Perancis dan Selandia Baru kembali melakukan eksplorasi panas bumi di seluruh Indonesia yang
menghasilkan 217 titik prospek bumi yang tersebar memanjang pada busus volkanik mulai dari
ujung barat Pulau Sumatera menerus ke Jawa hingga Bali. Survey yang dilakukan selanjutnya
menghasilkan peningkatan titik prospek panas bumi dari 217 titik menjadi 254 titik yaitu 84 titik di
Sumatera, 76 titik di Jawa, 51 titik di Sulawesi, 21 titik di Nusa Tenggara, 3 titik di Irian, 15 titik di
Maluku dan 5 titik di Kalimantan.

Seiring dengan tingginya potensi panas bumi di Indonesia, maka dibangun Pembangkit
Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) untuk memaksimakan pencapaian ketahanan energi nasional.
Berikut adalah beberapa contoh PLTP yang ada di Indonesia:
• PLTP Kamojang yang dibangun pada tahun 1982. merupakan PLTP tertua di Indonesia yang
mampu memproduksi listrik hingga 235 MW dan terdiri atas lima unit.
• PLTP Lahendong yang dibangun pada tahun 2004. PLTP ini mampu memproduksi listrik
hingga 80 MW dan terdiri atas empat unit.
• PLTP Sibayak yang terletah d Gunung Sibayak – Gunung Sinabung, Provinsi Sumater
Utara. PLTP ini mampu memproduksi listrik hingga 12 MW dan terdiri atas tiga unit.
• PLTP Ulubelu yang dibangun pada tahun 2012 di Ulubelu, Tanggamus, Lampung. PLTP ini
mampu memproduksi listrik hingga 110 MW dan terdiri atas dua unit.
• PLTP Gunung Salak yang di bangun pada tahun 1994 di Taman Nasional Gunung Salak.
PLTP ini mampu menghasilkan listrik sebesar 375 MW.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, yaitu
mencapai 27 GW. Hal ini berkaitan dengan kondisi geologi Indonesia yang memiliki busur
volkanik. Sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia berasosasi dengan sistem vulkanik aktif
seperti Sumatra (81 lokasi), Jawa (71 lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (27 lokasi), Maluku (15
lokasi), dan terutama Sulawesi Utara (7 lokasi). Sedangkan yang berada di lingkungan non vulkanik

Marianus Triananto Pamungkas


(15/380138/TK/43322)
aktif yaitu di Sulawesi (43 lokasi), Bangka Belitung (3 lokasi), Kalimantan (3 lokasi), dan Papua (2
lokasi).

Apabila ditinjau dari total potensi yang ada, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia
masih sangat kecil yaitu sekitar 3%. Pemanfaatan ini juga masih terbatas untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan menghasilkan energi listrik sebesar 807 MWe yang sebagian
besar masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%). Tujuh lapangan panas bumi yang telah
dimanfaatkan sebagai PLTP terletak di Jawa Barat (Gunung Salak 330 MWe, Wayang Windu 110
MWe, Kamojang 140 Mwe, dan Darajat 145 MWe), Jawa Tengah (Dieng 60 MWe), Sumatra Utara
(Sibayak 2 MWe) dan Sulawesi Utara (Lahendong 20 MWe). Energi panas bumi di Indonesia
sangat beragam , sehingga selain pemanfaatan tidak langsung (PLTP), dapat dimanfaatkan secara
langsung (direct uses) seperti untuk industri pertanian (antara lain untuk pengeringan hasil
pertanian, sterilisasi media tanaman, dan budi daya tanaman tertentu). Dibandingkan dengan negara
lain (China, Korea, New Zealand) pemanfaatan langsung di Indonesia masih sangat terbatas
terutama hanya untuk pariwisata yang umumnya dikelola oleh daerah setempat. Untuk
mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi secara langsung di Indonesia masih diperlukan
riset dan kajian lebih lanjut.
Kebijakan energi nasional Indonesia yang menargetkan 17% pangsa energi terbarukan pada
2025 masih jauh dari realisasi. Pangsa panas bumi baru sekitar 1% dalam bauran energi nasional,
dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 1.341 MW yang tersebar di Sumatera (122 MW), Jawa
(1.334 MW), Nusa Tenggara (5 MW) dan Sulawesi (80 MW). Potensi panas bumi di Indonesia
merupakan yang terbesar di dunia, mencapai 28,617 MW. Dengan potensi ini, pemanfaatan panas
bumi di Indonesia masih dapat dioptimalkan.

Sumber:
Wardhani, Indah Sari. 2013. Pengembangan Panas Bumi: Filipina vs Indonesia
(https://www.wwf.or.id/?30102/Pengembangan-Panas-Bumi-Filipina-vs-Indonesia diakses
pada 10 Februari 2018).
Saptadji, Nenny. Energi Panas Bumi (Geothermal Energy)
(http://geothermal.itb.ac.id/sites/default/files/public/Sekilas_tentang_Panas_Bumi.pdf diakses
pada 10 Februari 2018).
Wahyuningsih, Rina. 2005. POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI
INDONESIA (http://psdg.bgl.esdm.go.id/kolokium/Makalah%20Umum/1.%20Makalah
%20PB%20Potensi%20dan%20WKP%20Panas%20Bumi.pdf diakses pada 10 Februari
2018).

Marianus Triananto Pamungkas


(15/380138/TK/43322)

Anda mungkin juga menyukai