Disusun Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
i
SEMARANG
2023
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
3.1 Kesimpulan..................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengembangkan energi geotermal sekitar 7000 MW pada 2025
(Pemerintah RI, 2006)
. Sebuah program yang cukup ambisius. Karena itu dibutuhkan investasi
yang besar, penyiapan teknologi eksplorasi dan produksi, manajemen, penyediaan
sumberdaya manusia yang kompeten dengan jumlah yang cukup, serta dukungan
iklim investasi yang menarik bagi investor (Daud, 2019).
1.3 Tujuan
2
BAB II.
PEMBAHASAN
Energi panas bumi atau geothermal merupakan energi hijau, karena rendah
emisi ddan merupakan energi terbarukan dan dapat digunakan untuk beragam
keperluan, salah satunya untuk menghasilkan listrik. Energi panas bumi dapat
berupa uap air ataupun air panas yang berasal dari pemanasan batuan dan air,
bersama dengan unsur lainnya. Sumber energi panas bumi terbentuk dari kerak
bumi.
3
Sebagai salah satu negara yang dilintasi ring of fire, Indonesia menyimpan
potensi panas bumi dan hal ini ditunjukkan dengan adanya 117 gunung api aktif
dan tersebar di seluruh pelosok tanah air dan tersebar di pulau Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi (Nasruddin et al, 2016). Potensi panas bumi
di Indonesia tersebut diperkirakan sekitar 29.544 MW. Namun, pemanfaatan
panas bumi secara nasional baru 8% atau sekitar 2.130,7 MW. Indonesia memiliki
potensi energi panas bumi terbesar di dunia, yang mencakup sekitar 40% dari
potensi dunia. Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan bauran
pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan target 7,2 GW pada tahun 2025, dan
17,6 GW pada tahun 2050 (RUEN, 2017).
Energi yang terkandung di dalam fluida panas bumi adalah air yang dapat
berbentuk uap, cair dan atau keduanya sebagai campuran (Nasruddin et al, 2016).
Energi panas bumi yang digunakan sebagai pembangkit listrik biasanya disebut
sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik ini
ramah lingkungan, dan sebagai pembangkit terbarukan dan berkelanjutan karena
karakteristik sumber energinya (Alison & Blodgett, 2012).
4
di negara ini umumnya sistem hidrotermal yang bersuhu tinggi yang lebih dari
225°C, dan hanya sedikit sistem hidrotermal yang memilikinya suhu sekitar 150–
225°C. Meski potensi panas bumi besar di Indonesia, hingga Saat ini
pemanfaatannya masih belum optimal, terutama untuk pemanfaatan sebagai
pembangkit listrik (Nasruddin et al, 2016).
Pada tahun 2014 sampai tahun 2019, ada kenaikan penambahan kapasitas
terpasang dari panas bumi dari 1403,3 MW menjadi 2130,7 MW. Peran
5
pemerintah dalam mewujudkan energi ramah lingkungan dengan meningkatkan
aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan listrik dapat dilihat pada gambar 2
dengan meningkatnya besaran total nilai kapasitas terpasang pembangkit listrik
panas bumi dari tahun 2014 sampai dengan 2019. PLT Panas Bumi memiliki
peningkatan dalam hal penyediaan kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar
727 MW sejak tahun 2014. Peningkatan yang signifikan pada sektor panas bumi
tidak lepas dari peran penentu arah kebijakan dalam hal mendukung regulasi yang
dapat menguntungkan seluruh kalangan terutama dalam hal regulasi dan
perizinan.
6
2.2 Potensi Pendukung
7
Gambar 3 Persentase proyeksi kapasitas pembangkit listrik EBT 2019-2028
8
Gambar 4 Kapasitas PLP Terpasang di Indonesia (ESDM, 2020)
WKP Cibeureum Parabakti, dimana area ini sudah di kelola oleh PT Pertamina
Geothermal Energi dan Star Energy Geothermal Salak, kapasitas terpasang 377
MW dalam 6 unit pembangkit, dengan total area luas WKP adalah 102.200 Ha.
Sistem panas bumi Awibengkok (Salak) berasosiasi dengan beberapa pusat erufsi
volkanik di sekitar gunung Salak. SK WKP 2067 - K/30/MEM/2012. WKP ini
berada di dalam hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi dan sebagian
besar di wilayah umum atau lainnya. Sistem panas bumi salak berlokasi di daerah
pegunungan dengan kisaran ketinggian antara 950 sampai 1500 m diatas
permukaan laut. Dibagian barat dari geothermal Salak terdapat Cianten Caldera
yang merupakan gunung api yang lebih tua.
2. WKP Cibuni
9
Ijin pengusahaan dipegang oleh PT Kopjasa Keahlian Teknosa. Kawah cibuni ini
memiliki cadangan terduga sebesar 140 MW, dimana rencana pengembangan
adalah 10 MW. Total luas WKP adalah 9541 Ha. SK izin pengusahaan
2821K/30/MEM/2015 dimana pemegang ijin adalah PT Kopjasa Keahlian
Teknosa.
Dimana WKP ini memiliki cadangan terduga sebesar 150 MW dengan rencana
pengembangan 110 MW. Total luas WKP adalah 38.560 Ha. SK WKP
7633K/30/MEM/2016. WKP gunung ciremai berasosiasi dengan sistem panas
bumi yang berasal dari reservoir gunung ciremai, hal ini dicirikan dengan
manifest permukaan berupa mata air panas dengan temperature 42°C hingga
56,3°C yang muncul di daerah Sangkanhurip dan Pejambon. Reservoir Gunung
ciremai diperkirakan merupakan reservoir sistem dominasi air panas yang
ditunjukan dengan ditemukannya sinter silica di air panas Pejambon.
Dimana WKP ini memiliki cadangan terduga sebesar 264 MW, dengan rencana
pengembangan 110 MW. Total luas WKP adalah 57.330 Ha. SK WKP
4284K/30/MEM/2014. Berdasarkan hasil penghitungan geothermometer
temperature panas bumi ini adalah 225°C dimana sistem panas bumi ini
berasosiasi dengan kawah gunung galungung dan perbukitan Sepuluh Ribu.
10
6. WKP Gunung Gede Pangrango
11
beroperasi di tahun 1983, dengan total 8 unit pembangkit dan unit 8 beroperasi
pada tahun 2015 dengan kapasitas 35MW.
Dimana WKP ini memiliki cadangan terduga sebesar 190 MW dan kapasitas
terpasang 30 MW. Pemegang ijin pengusahaan adalah PT Pertamina Geothermal
Energy. SK WKP 2067K/30/MEM/2012 dengan total 64.510 Ha. Area WKP ini
berada di Kabupaten Garut. Pada tahap 1 unit 1 PT PGE sudah melakukan
commissioning 30 MW di tahun 2018.
12
Tabel 3 20 WKP Panas Bumi yang akan dilelang 2022 - 2024 (ESDM, 2020)
13
5) Potensi Ciheuras. Potensi spekulatif 25 MW. Areanya berada di daerah
Ciheuras-Cipatujah.
11) Potensi Jampang. Potensi spekulatif 225 MW. Areanya berada di daerah
Jampang Sukabumi.
14
Tabel 4 Total Kapasitas Panas Bumi di Dunia dan Pemanfaatannya
Tabel 5 Pengguna Energi Panas Bumi untuk Tenaga Listrik dan Non-Listrik
Potensi dan cadangan sumber daya panas bumi Indonesia tahun 2015 diperkirakan
sebesar 29.543,5, namun kapasitas terpasang baru sebesar 1.513 MW (sekitar
4,35%), dengan perincian sebagaimana yang tercantum pada gambar dan tabel 6.
Gambar 5 Peta potensi dan cadangan sumberd aya panas bumi di Indonesia
15
Tabel 6 Potensi Cadangan Sumberdaya Panas Bumi di Indonesia tahun 2015
Potensi panas bumi di Indonesia yang ada pada tahun 2015 sebesar
29.543,5 MW (sekitar 40% dari cadangan dunia), sehingga berpotensi besar
menggantikan energi berbasis fosil sebagai sumber energi. Direktur Utama PT.
Pertamina Geothermal Energi Abadi Poernomo menjelaskan bahwa energi listrik
dari panas bumi mampu menghemat penggunaan sumber energi tidak terbarukan
seperti minyak bumi atau batu bara. Bila dikonversikan, setiap 100 MW kapasitas
terpasang panas bumi setara dengan menggunakan 4.250 barel minyak per hari,
atau setara dengan memanfaatkan 864 ton batu bara per hari. Kepala Badan
Geologi Kementerian ESDM Suchyar mengatakan bahwa potensi tersebut dengan
menghitung masa operasi selama 30 tahun, maka setara dengan pemakaian
minyak bumi sebesar 12 milyar barel, sementara cadangan minyak bumi
Indonesia saat ini sekitar 6,4 milyar barel.
16
reinjeksi, studi kelayakan, pembuatan FEED dan konstruksi EPC, fase ini
memakan sekitar tiga hingga lima tahun. Selanjutnya merupakan fase eksploitasi
dan operasi yang dapat berlangsung hingga leih dari 30 tahun, yakni merupakan
produksi, pemeliharaan lapangan uap dan pengembangan pembangkit listrik
tenaga geothermal. Lebih lanjut seperti pada gambar berikut,
Menurut Asplund (2008) keuntungan energi panas bumi antara lain adalah
biaya pembangkitan listrik yang rendah, kompetitif dibandingkan dengan
pembangkit listrik berbahan bakar fosil, biaya pembangkit listrik tenaga panas
bumi adalah konstan selama masa pakai fasilitas karena tidak ada bahan bakar
yang dibeli dan biaya fasilitas sebagian besar tetap, sumber energi konstan
sepanjang waktu (tidak intermittent/berselang seperti tenaga angin atau surya),
sumber energi terbarukan karena berasal dari inti bumi dan fluidanya
17
disirkulasikan kembali ke bumi, pembangkit listrik panas bumi binary-cycle tidak
menghasilkan polusi dan emisi GRK, energi panas bumi dihasilkan secara
domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak bumi.
Keunggulan lain dari energi panas bumi adalah dalam faktor kapasitas
(capacity factor), yaitu perbandingan antara beban rata‐rata yang dibangkitkan
oleh pembangkit dalam suatu periode (average load generated in period) dengan
beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load).
Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi rata ‐rata 95%, jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang
menggunakan batu bara, yang besarnya hanya 60‐70%. Beberapa kekuatan
(strength) energi panas bumi di Indonesia antara lain adalah: 16 potensi sumber
daya panas bumi Indonesia diperkirakan setara 28 GW, sumber daya panas bumi
merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa
berkelanjutan; energi panas bumi berpeluang untuk mendapatkan dana karbon
kredit; dukungan UU No. 27/2003, kegiatan pemanfaatan panas bumi sejalan
dengan upaya pelestarian lingkungan.
Lain dari pada itu, emisi CO 2 yang dihasilkan oleh geothermal juga
memiliki nilai yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan batu bara atupun
natural gas. Berdasarkan gambar berikut, teihat bahwa untuk setiap 2.349 lb
CO2/MWh emisi yang berasal dari batu bara, geothermal hanya menghasilkan 180
lb/CO2/MWh.
18
Gambar 7 Perbandingan Emisi CO2 yang berasal dari Batu Bara, natural gas, dan
geothermal
Kelemahan energi panas bumi antara lain adalah pembangkit listrik panas
bumi hanya ekonomis di daerah panas bumi aktif, pembangkit listrik panas bumi
membutuhkan investasi yang sangat mahal untuk eksplorasi, pengeboran, dan
pembangunan pembangkit, pembangunan pembangkit listrik panas bumi dapat
mempengaruhi stabilitas tanah di daerah sekitarnya dan aktivitas seismik dapat
timbul karena pengeboran; sumber panas bumi dapat habis jika tidak dikelola
dengan baik.
Kelemahan (weakness) energi panas bumi di Indonesia antara lain saat ini
harga listrik panas bumi relatif belum kompetitif dibandingkan dengan harga
listrik dari energi lainnya karena harga listrik dari energi lainnya belum
memperhitungkan tambahan biaya eksternal (biaya lingkungan, dan lainnya), pada
umumnya potensi panas bumi di daerah yang mempunyai keterbatasan
infrastruktur di daerah, belum adanya peraturan pelaksanaan dari UU No. 27/2003
tentang Panas Bumi, sehingga belum ada kesamaan pandangan antara pemerintah
pusat dan daerah mengenai pengelolaan panas bumi serta menimbulkan
kekhawatiran masih terjadinya monopoli, panas bumi bersifat site specific
sehingga pemanfaatannya bersifat setempat, tidak dapat diperjualbelikan sebagai
19
komoditas sebelum dikonversikan menjadi energi listrik, pengusahaan panas bumi
untuk pembangkit tenaga listrik harus memperhatikan risiko tinggi dari eksplorasi
dan eksploitasi
20
sesuai dengan Kyoto Protocol untuk mengurangi emisi CO2 dapat dimanfaatkan
pembangkit listrik tenaga panas bumi untuk mengurangi emisi yang signifikan
hingga tahun 2020, kompetensi SDM dan kemampuan teknologi nasional selama
lebih dari 25 tahun pengembangan panas bumi dapat menjadi modal dalam
pemanfaatan panas bumi Indonesia, potensi panas bumi Indonesia sebesar 28.000
MW (sekitar 40% dari cadangan dunia) yang merupakan salah satu yang terbesar
di dunia dapat dijadikan sebagai peluang menjadikan Indonesia sebagai center of
excellent di bidang panas bumi yang dapat menjadi pusat perhatian bagi investasi,
SDM, dan teknologi, penerapan otonomi daerah melalui UU No. 22 Tahun 1999
memberikan kewenangan kepada daerah untuk menyusun perencanaan dan
kebijakan energi daerah amanat UU No. 30/2009 tentang ketenagalistrikan untuk
memprioritaskan pemanfaatan energi setempat dan terbarukan, tekanan global
mengenai lingkungan hidup mendorong pengembangan pemakaian energi baru
dan terbarukan termasuk panas bumi melalui rangsangan insentif, dengan adanya
kepastian hukum dapat mengembalikan kepercayaan investor.
Risiko terbesar dalam panas bumi adalah pembuktian akan ada atau
tidaknya suatu reservoir aktif, dan langkah ini membutuhkan kegiatan pengeboran
dan pengetesan sumur yang ekstensif untuk mengidentifikasi area yang produktif
dari lapangan tersebut; risiko lain adalah kepastian pemanfaatan panas bumi
setelah cadangannya ditemukan; risiko besar dari proyek panas bumi yang lain
21
adalah faktor risiko suatu Negara, yang menyangkut keadaan institusional, legal,
kebijakan, politik dan masalah perekonomian; tax incentive dimungkinkan tetapi
akan mendapat tantangan yang luas dari sektor perpajakan dan ini memerlukan
upaya yang khusus dari departemen teknis; teknologi dan kemampuan memelihara
existing geothermal projects yang ada agar dapat berkelanjutan; banyaknya
infrastruktur yang tidak tersedia di daerah terpencil di sekitar prospek panas bumi
yang memungkinkan dikembangkan; keinginan nasional untuk memanfaatkan
SDM dan kemampuan teknologi nasional yang membutuhkan upaya peningkatan
kompetensi yang berkesinambungan; tidak adanya kebijakan harga energi untuk
menempatkan persaingan harga secara proporsional diantara sumber energi primer
Indonesia
22
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
penggunaan energi panas bumi. Meskipun demikian, pasokan listrik hasil panas
bumi di Indonesia baru mencapai 1.189 MW.
Hingga saat ini, minat investor di sektor panas bumi masih sangat kurang.
Minimnya minat investor ini terkait dengan risiko usaha panas bumi yang tinggi.
Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi memerlukan teknologi dan biaya
investasi yang cukup tinggi. Hanya segelintir perusahaan besar dan multinasional
yang mampu melakukan investasi dalam skala besar. Saat ini tidak ada investasi
baru (green field) di sektor ini, kebanyakan investasi yang terjadi adalah investasi
untuk perbaikan dan perawatan infrastruktur tur/peralatan yang sudah dibangun
sebelumnya. Saat ini kegiatan eksplorasi harus dilakukan sendiri oleh
investor/pengembang, dan mereka tidak mendapatkan jaminan kerugian apabila
kegiatan eksplorasi ini mengalami kegagalan.
Kendala lain adalah lokasi sumber energi yang berada di daerah terpencil
dengan akses infrastruktur yang sangat minim bahkan nihil. Upaya pengembangan
akan terkendala pada ketersediaan sarana infra- struktur. Keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam mengadakan sarana infrastruktur merupakan
tantangan bagi pengembangan sektor panas bumi.
23
Di samping itu, keterbatasan kebijakan dan regulasi untuk mendukung
undang-undang panas bumi juga merupakan tantangan serius. UU panas bumi saat
ini belum didukung oleh peraturan pelaksanaan di lapangan yang mendetail dan
jelas. Akibatnya, sering kali terjadi konflik terkait pengusahaan panas bumi
karena perbedaan interpretasi terhadap UU panas bumi. Hal ini diperparah dengan
panjangnya proses perizinan di pusat dan daerah.
24
Rencana aksi ini perlu didukung adanya koordinasi lapangan yang baik,
melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengembang, asosiasi dan para
pemangku kepentingan lainnya. Iklim investasi yang kondusif harus diciptakan,
regulasi yang panjang dan tidak jelas mengurangi daya tarik investasi di sektor
ini. Oleh karena itu, izin pengusahaan panas bumi yang berbelit-belit perlu
disederhanakan sehingga tidak mempersulit investor untuk mulai melakukan
usahanya.
25
ini, pemerintah bersama-sama dengan perguruan tinggi dan industri perlu berkoor-
dinasi untuk memajukan program studi keteknisan dan program akreditasi bagi
para lulusan program geologi, geokimia, geofisika, dan sebagainya.
26
Untuk pemanfaatan energi panas bumi sendiri ditargetkan 7,2 GW per tahun
2025, namun baru tercapai sekitar 1,95 GW pada tahun 2018.
27
keekonomian yang ditetapkan pemerintah tidak selalu dapat menjamin
keekonomian proyek listrik panas bumi yang ada. Untuk dapat mencapai tingkat
keekonomian yang layak perlu ada penyesuaian tarif listrik panas bumi yang ada
(Rakhmanto, 2016).
28
pengembang setidaknya mampu mencapai 13 persen hingga 14 persen
(Wiratmini, 2019).
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
31
DAFTAR PUSTAKA
Darma, S., Harsoprayitno, S., Setiawan, B., WSoedibjo, A., Ganefianto, N., & Stimac,
J. (2010). Geothermal Energy Update: Geothermal Energy Development and
Utilization in Indonesia. In Proceedings World Geothermal Congress (Issue 12).
MW.
Databoks. (2017, September 28). Berapa Kapasitas Pembangkit Listrik Nasional?
Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/09/28/berapa-
kapasitas-pembangkit-listrik-nasional
Daud, Y. (2019, April 4). Energi geotermal di Indonesia: potensi, pemanfaatan, dan
rencana ke depan. The Conversation. https://theconversation.com/energi-
geotermal-di-indonesia-potensi-pemanfaatan-dan-rencana-ke-depan-112921
Dewan energi Nasional. (2014). Outlook Energi Indonesia 2014. Kementerian Energi
Dan Sumber Daya Mineral. Jakarta.
Ermawati, T., Dwiastuti, I., Purwanto, & Negara, S. D. (2014). Pengembangan Industri
Energi Alternatif: Studi Kasus Energi Panas Bumi Indonesia. Jakarta: LIPI Press
Nurwahyudin, D. S., & Harmoko, U. (2020). Pemanfaatan dan Arah Kebijakan
Perencanaan Energi Panas Bumi di Indonesia Sebagai Keberlanjutan
Maksimalisasi Energi Baru Terbarukan. Jurnal Energi Baru dan Terbarukan, 1(3),
111-123. https://doi.org/10.14710/jebt.2020.10032
Pemerintah RI. (2006). Blueprint Pengelolaan energi Nasional 2006 - 205.
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Blueprint_PEN_tgl_10_Nop_2007.
pdf
Yurika. (2020, January 15). Penentuan Harga, Instrumen Krusial Pengembangan
Energi Terbarukan. Dunia Energi. https://www.dunia-energi.com/penentuan-
harga-instrumen-krusial-pengembangan-energi-terbarukan/
32