Anda di halaman 1dari 17

ENERGI BARU TERBARUKAN

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

Dosen pengampu:
Dr. Yushardi, S.Si., M.Si.
Bejo Aprianto, S.Pd., M.Pd.
Fahmi Arif Kurnianto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:
Metha Eldiana (180210301050)
Moh. Aan Himam Anwar Hidayat (180210301062)
Alma Nurita Maulidani (180210301065)
Mohammad Rifki Yusuf (180210301076)

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini berjudul “Energi Baru
Terbarukan”.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca akan memperoleh
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebijakan pemerintah terhadap energi
terbarukan, dan juga potensi energi terbarukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi seluruh
pembaca.Walaupun begitu penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun.

Jember, 13 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan `....................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan................................................................3
2.2 Permasalahan dari Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan..................................7
2.3 Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia...................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada
energi. Berbagai alat pendukung, seperti motor penggerak, alat penerangan, peralatan
rumah tangga, dan mesin-mesin industri dapat difungsikan jika ada energi. Namun,
seperti yang telah diketahui terdapat dua kelompok besar energi yang didasarkan pada
pembaharuan. Dua kelompok tersebut adalah energi yang terbarukan dan energy yang
terbatas di alam. Energi terbarukan ini meliputi energi matahari, Energi biomasa
(biomass energy), Hydropower (sumber daya air), energi dari laut (ocean energy),
energy gheotermal, energi angin, Hidrogen, Biodesel, Biotanol, dan glasifigasi batu
bara (gasified coal)
Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Sumber daya alamnya sangat
melimpah. Beberapa di antaranya bisa dikembangkan menjadi energi alternatif
sebagai pengganti bahan bakar minyak yang terus menurun dan menyusut.Sejumlah
negara masih mengandalkan minyak bumi, batu bara, dan gas alam untuk memenuhi
sebagian besar kebutuhan energinya. Padahal, stok bahan bakar fosil sebagai sumber
energi saat ini terus berkurang. Dalam banyak studi, Indonesia menyimpan ribuan
energi terbarukan (renewable energy) yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.
Diantaranya, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra, Riau, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Bangka, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Gorontalo, Maluku,
Papua, Bali, Jawa, dan Banten.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diangkat meliputi:
• Bagaimana Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan?
• Apa Saja Dampak dari Pemanfaatan Energi Terbarukan?
• Bagaimana Potensi Energi Baru Terbarukan Di Indonesia?
1.3 Tujuan `
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
untuk menjelaskan, yakni:
• Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan.
• Dampak yang dari Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan.
• Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut,
Bagi penulis:
 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berfikir
mengenai energi baru terbarukan materi yang telah didapatkan dan untuk
dikembangkan.
Bagi pembaca:
 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan berfikir
mengenai energi baru terbarukan yang telah dibaca.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan


Definisi Energi Terbarukan
Energi adalah kemampuan melakukan kerja. Disebut demikian karena setiap
kerja yang dilakukan sekecil apapun dan seringan apapun tetap membutuhkan energi.
Menurut KBBI energi didefiniskan sebagai daya atau kekuatan yang diperlukan
untuk melakukan berbagai proses kegiatan. Energi merupakan bagian dari suatu
benda tetapi tidak terikat pada benda tersebut. Energi bersifat fleksibel artinya dapat
berpindah dan berubah. Berikut beberapa pendapat ahli tentang pengertian energi:
 Energi adalah kemampuan membuat sesuatu terjadi (Robert L.Wolke)
 Energi adalah kemampuan benda untuk melakukan usaha (Mikrajuddin)
 Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh suatu
benda (Pardiyono)
 Energi adalah sebuah konsep dasar termodinamika dan merupakan salah satu
aspek penting dalam analisis teknik (Michael J.Moran)
Dari berbagai pengertian dan definisi energi diatas dapat disimpulkan bahwa
energi secara umum energi dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang dimilki oleh
suatu benda sehingga mampu untuk melakukan kerja.
Energi Panas Bumi
Energi panas bumi atau energi geothermal adalah energi yang dihasilkan oleh
fluida, gas dan batuan yang terkandung di dalam perut bumi sehinggamemerlukan
proses pertambangan untuk memperolehnya. Geotermal termasuk energi terbarukan
karena siklus produksinya memanfaatkan fluida untuk mengambill panas dari
dalam bumi ke permukaan dan fluida tersebut akan diinjeksikan kembali
ke dalam tanah untuk proses produksi berkelanjutan.
Pemanfaatam energi panas bumi digunakan sebagai energi listrik. Penggunaan
energi geotermal mengeluarkan emisi rendah, karena setelah energi dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik atau pemanfaatan secara langsung. Dalam sistem
pembangkit geotermal, fluida yang telah mendingin kemudian direinjeksi ke bawah
permukaan bumi menuju ke reservoir sehingga tidak ada fluida yang dibuang yang
mencemari lingkungan. Dengan demikian, terjadi siklus pemanasan, pemanfaatan,
dan reinjeksi kembali fluida di dalam reservoir.
Di Indonesia, pengembangan energi geotermal untuk pembangkit tenaga
listrik dimulai pada 1978 dengan pengembangan Monoblok 250 kW di Lapangan
Kamojang, Garut, Jawa Barat, sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama
di Indonesia. Namun, lapangan/tempat panas bumi pertama yang beroperasi secara
komersial baru dibuka pada 1983 seiring dengan beroperasinya Unit I sebesar 30 MW
di Lapangan Kamojang.
Perkembangan berikutnya adalah pengembangan lapangan panas bumi di
Dieng Jawa Tengah (60 MW), Lahendong Sumatra Utara (60 MW), Salak Sukabumi
(377 MW), Darajat Garut (260 MW), Wayang Windu Bandung (227 MW) diikuti
oleh pengembangan lapangan-lapangan geotermal di Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan
Nusa Tenggara Timur.
Total kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) saat
ini sebesar 1.948 MW. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen
energi geotermal terbesar kedua setelah Amerika Serikat (3.591 MW).
Energi Surya
Salah satu alasan utama pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) kesulitan
untuk mengimbangi pembangkit listrik konvensional adalah karena efisiensinya yang
rendah. Sehingga dalam mendapatkan enegi listrik yang besar dibutuhkan perluasan
modul surya yang besar dan biaya yang besar juga. Mayoritas solar sel komersial saat
ini mempunyai efisiensi sekitar 15%. Sedangkan efisiensi sebesar 30% telah berhasil
diuji di laboratorium tetapi belum dapat diproduksi untuk keperluan komersial.
Solar sel tersebut masih belum bisa untuk mengkonversi radiasi matahari
dengan efisiensi tinggi karena material solar sel hanya mampu mengkonversi
sebagian dari spektrum cahaya matahari yang diterimanya. Menurut Tomas Marvart
dalam bukunya berjudul Solar Electricity, hanya sekitar 2/3 dari spektrum cahaya
matahari yang dapat dikonversi menjadi listrik oleh material solar sel yang ada
sekarang. Namun kini ada harapan baru untuk meng-konversi semua spektrum cahay
a matahari menjadi listrik.
Riset yang dilakukan oleh Wladek Walukiewicz di Lawrence Barkeley
National Laboratory telah berhasil mengkonversi seluruh spektrum. Dan yang juga
menarik adalah bahwa proses produksi solar sel baru ini dapat dilakukan
menggunakan teknik produksi konvensional.
Tenaga Air
Energi ini dapat dimanfaatkan dan diubah menjadi listrik dan pembangkit
listrik Tenaga air tanpa meninggalkan emisi gas rumah kaca seperti yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik yang menggunakan energi fosil. Berbeda dengan sumber
energi terbarukan lainnya air akan terus menghasilkan tenaga non-stop dan
ketersediaannya terus dihasilkan oleh adanya siklus hidrologi. Pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) dihasilkan dari energi potensial air yang diubah menjadi energi
mekanik oleh turbin dan energi tersebut yang selanjutnya diubah untuk menjadi
energi listrik oleh generator dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan air.
Berdasarkan dari daya listrik yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air
dibedakan menjadi: (1) pico hydro yang menghasilkan 5 kW, (2) micro hydro yang
menghasilkan 5-100 kW, (3) mini hydro yang menghasilkan daya di atas 100 kW,
namun tetap di bawah 1MW dan (4) Bendungan/ dam/ large hydro dengan daya yang
dihasilkan sebesar lebih dari 100 MW. Indonesia telah memanfaatkan air sebagai
pembangkit listrik, salah satunya adalah PLTA Cirata, Purwakarta.
Pembangkit listrik yang telah dibangun sejak 1983 ini bukanlah pembangkit
utama dalam jaringan listrik Jawa Bali, melainkan dijadikan pembangkit listrik
cadangan. Apabila keseluruhan turbin yang berjumlah 8 di PLTA tersebut berfungsi,
PLTA Cirata hanya mampu menyuplai sekitar 4 persen atau sekitar 1.008 MW dari
beban listrik Pulau Jawa yang mancapai 23.000 MW. Selain Cirata, terdapat pula
pembangkit listrik tenaga air lainnya yang ada di Indonesia seperti PLTA Saguling,
Jatiluhur dan Lamajan.
Tenaga Angin
Angin merupakan udara bergerak akibat adanya perbedaan tekanan. Selain itu,
angin juga disebabkan perbedaan pemanasan sehingga terjadi perpindahan udara
panas ke dingin. Bumi menerima daya matahari 1,74 x 10^17 watt per jam dan sekitar
1-2%-nya diubah menjadi energi angin. Nilai ini setara 50 -- 100 kali energi matahari
yang dikonversi oleh semua tumbuhan di bumi menjadi biomassa.
Energi angin dapat dikonversi menjadi energi listrik. Salah satu caranya
adalah dengan membangun kincir angin. Besar atau kecilnya listrik yang dihasilkan
sangat bergantung pada kecepatan angin tersebut. Kecepatan angin dipengaruhi oleh
kekerasan permukaan dan penghalang, seperti gedung-gedung dan pohon. Di daerah
perkotaan dengan gedung tinggi, pengaruh ketinggian terhadap kecepatan angin lebih
besar dibandingkan daerah pedesaan. Angin yang dapat dimanfaatkan sebagai energi
angin umumnya merupakan angin permukaan yang tingginya sekitar 50 m, dan
memiliki kecepatan rata-rata sekitar 20 km/jam.
Contohnya tiga turbin angin yang dipasang di Bahrain World Trade Center di
Bahrain. Ketiga turbin tersebut dipasang untuk dapat membangkitkan energi listrik
bagi gedung tersebut. untuk meningkatkan efisiensi, gedung dirancang sedemikian
rupa sehingga memiliki karakter aerodinamik yang dapat memaksimalkan aliran
udara menuu turbin.
Ketiga turbin tersebut mampu menghasilkan 1100 hingga 1300 MWh, atau
10-15% kebutuhan listrik gedung tersebut. walaupun tidak menghasilkan energi
terlalu besar, terobosan ini merupakan langkah besar yang patut untuk mendapatkan
apresiasi.

Biomassa
Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis
atau organik yang telah baru saja mati ataupun masih hidup. Biomassa dapat berupa
tumbuhan, atau hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan.
Biomassa adalah salah satu energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui,
misalnya, pada biomassa yang berasal dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman
secara terus-menerus yang menghasilkan energi, dan pemanfatan biomassa pun dapat
disesuaikan dengan potensi biomassa yang ada disuatu wilayah. Penggunaan
Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan campuran suatu sumber
energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi.
Di Indonesia terdapat wilayah penghasil energi biomassa dengan potensi
besar, yaitu Riau. Riau memiliki potensi biomassa untuk pembangkit listrik dengan
cara memanfaatkan limbah sawit dari perkebunan kelapa sawit. Potensi pembangkit
listrik bersumber energi biomassa di Riau adalah sebesar 146 MW. Energi biomassa
tersebut berasal dari pemanfaatan limbah sawit, tandang kosong, limbah cair, dan
cangkangnya, jumlah potensi tersebut adalah kalkulasi kemampuan masing-masing
pabrik kelapa sawit yang berada di Riau, dengan potensi menghasilkan 1 MW.
2.2 Permasalahan dari Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
Energi terbarukan mulai banyak dikembangkan setelah diadakannya Summit
Rio de Jeneiro pada tahun 1992 yang mana pada saat itu membahas mengenai
dampak pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi manusia yang
menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang mana salah satu pendorong
terbesarnya yaitu emisi karbon yang disebabkan oleh kegiatan transportasi dan energi.
Dari Summit tersebut penggunaan Energi terbarukan (EBT) sebagai pembangkit
listrik alternatif terus dikembangkan dan ditingkatkan walaupun mebutuhkan biaya
yang lebih besar dibandingkan penggunaan energi bersumberdaya fossil. Akan tetapi
demi menekan emisi gas rumah kaca (GRK) maka penggunaan sumberdaya
terbarukan sering diberikan subsidi oleh pemrintah dalam berbagai bentuk. Walaupun
demikian masih banyak masalah yang ada dalam penggunaan energi terbarukan yang
tidak boleh untuk dikesampingkan oleh pihak terkait.
Energi terbarukan (EBC) diklasifikaskan menjadi 2 berdasarkan sifat pasokan
dayanya yaitu intermiten dan Primer. Intrmiten adalah energi yang tidak dapat
memberikan dayanya 24jam/hari contohnya yaitu Angin dan matahari. Primer adalah
energi yang dapat memberikan dayanya 24jam/hari contohnya Air, Panas Bumi,
Biomassa dan Nuklir. Walaupun EBC ini tidak menghasilakan gas rumah kaca akan
tetapi masih ada beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masalah Penyimpanan, Dikarenakan sifatnya yang tidak dapat memasok daya
secara kontinyu atau selama 24 jam nonstop, sebagai contoh tenaga surya,
tentunya pada malam hari tidak dapat menghasilkan daya sehingga biasanya
hanya ada solusi bagi intermiten yaitu : hybrid dengan fossil biasanya Diesel dan
gas turbin atau disimpan seperti baterai dan sistim penyimpanan energi lainnya
yang non-baterai. Karena alasan inilah biaya listrik intermiten menjadi mahal dan
sering mendapatkan subsidi yang di sebut Feed-in-Tariff (FIT) untuk surya
biasanya sekitar 25 sen USD/Kwh sementara harga jual listrik ke masyarakat
rata-rata 9 sen USD/kwh. Di Indonesia biasanya sangat jarang di lakukan
penyimpanan energi, di karenakan sistim penyimpanan baterai bisa mencapai
$200 - $500 per Kwh, sangat mahal tetapi lebih banyak di pakai sistim Hybrid
dengan Genset diesel yang akhirnya membuat emisi karbon padahal awalnya
memakai energi terbarukan adalah untuk menekan emisi karbon tapi justru malah
meningkatkan.
Salah satu cara mengatasi masalah penyimpanan ini yaitu sistem Pump
Hydro yang mana sistem penyimpanan energi mempergunakan air yang sudah
terbukti handal yang berkerja dengan gravitasi. Saat jam puncak air di jatuhkan
dari dam untuk menggerakan turbin. Lalu ketika beban tidak puncak, turbin
memompa air lagi ke atas. Indonesia memiliki hanya satu Pump Hydro yang
sedang di bangun di PLTA Cisokan menghasilkan daya 1040 MW dengan total
biaya USD 800 Juta dimana USD 640 adalah bantuan Bank Dunia. Pump Hydro
sering di pakai untuk melakukan balancing load dari grid listrik karena memiliki
kemampuan untuk menyimpan energi saat beban rendah dan mensuplai pada saat
beban puncak. Biaya penyimpanan energi Pump Hydro saat ini adalah yang
termurah dan paling banyak di gunakan di dunia dengan kapasitas terpasang di
dunia mencapai 127,000 MW dengan biaya investasi sekitar USD100 – USD200
per Kwh energi yang di hasilkan. Pump Hydro juga sering di pergunakan untuk
menyimpan energi dari sistim Pembangkit Tenaga Angin.
2. Masalah Kapasitas salah satu permasalahan Intermiten, faktor kapasitas yaitu
rasio dari output yang sebenarnya dibanding potensi output bilamana beroperasi
selama 24 jam. Faktor Kapasitas intermiten adalah yang terendah dibanding jenis
pembangkitan lainnya. Rata-rata FK Angin 31% dan Surya 23% - 30%
bandingkan dengan Panas Bumi 66% dan PLTU batubara 58%, sementara Nuklir
adalah yang tertinggi 90% - 95%. -- Jadi bila dikatakan bahwa Kapasitas
Terpasang Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) 10 MW maka sesungguhnya daya
yang di hasilkan hanyalah 20% - 25% jadi tidak lebih dari 2,5 MW. Jadi
Kekurangan 75% nya harus di hybrid dengan Genset atau Gas - artinya sama
juga meningkatkan emisi gas rumah kaca. Energi terbarkan Intermiten yang
menggunakan tenaga surya sebagai pembangkitnya (sistem photovoltaic) angat
berpengaruh terhadap panasnya sinar matahari, sehingga sedikit saja awan
menutup matahari maka daya yang di hasilkan akan turun dan hal tersebut dapat
terjadi beberapa kali dalam sehari - Hal yang sama dengan angin yang tidak
dapat meniupkan angin secara konsisten dengan kecepatan yang sama. Hal ini
bukan saja menyebabkan Faktor kapasitas yang rendah tetapi juga membuat
masalah dalam menyeimbangkan beban dalam grid bila daya naik-turun. Faktor
kapasitas adalah konsideran penting dalam mendesain sebuah perencanaan energi
karena bila proporsi sumber pembangkitan lebih benyak dengan faktor kapasitas
rendah maka akan mempengaruhi efisiensi, keseimbangan beban dan pada
akhirnya harga jual listrik menjadi mahal. – Sebaiknya rerata FK dalam sebuah
grid harus di atas 50% untuk menjamin pasokan yang lancar.
Maka apabila pemerintah ingin menggunakan sumberdaya Intermiten
menurut George Johan, Country Leader GE Power perlu adanya kestabilan grid
yang didukung oleh penjamin pasokan listrik sepert sistem reliability baru
kemudian kita mampu menggunakan teknologi gird firming. George
mengungkapkan, GE mempunyai tiga tipe solusi untuk gird firming. Pertama
adalah solusi gas turbin dengan dukungan produk aeroderivative, dan industrial
heavy duty. Kedua yaitu tipe open cycle atau simple cycle, sementara ketiga tipe
hybrid, yaitu kombinasi storage dengan baterai.
3. Masalah Luas Area, Salah satu permasalahan terbesar dalam pembangunan
pembangkit listrik di Indonesia adalah pembahasan lahan seperti di akui oleh
Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)
dalam salah satu jumpa pers. Banyak pembebasan lahan membutuhkan waktu
sampai bertahun-tahun sebagai contoh PLTU Batang 2 X 1000 MW yang
membutuhkan lahan seluas 226 hektare atau sekitar 1.130 meter per MW
membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk membebaskannya atau PLTA
Jatigede 2 X 55 MW yang membutuhkan waktu 30 tahun untuk membebaskan
147 hektar yang di butuhkan untuk waduk. Area yang di butuhkan untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin tentunya lebih luas lagi di banding
PLTU batubara. Sebagai perbandingan untuk memberikan listrik kepada 1000
rumah Tenaga Surya membutuhkan lahan terbesar 3,3 hektar, Angin 2,4 hektar,
batubara 0,29 hektar dan yang terkecil Nuklir 0,10 hektar. Dari diagaram
dibawah dapat di lihat bahwa Surya dan Angin memakai lahan yang luar biasa
besar. Bayangkan pembebasan lahanya.
Sebagai negara kepulauan maka Indonesia mempunyai lahan daratan
yang terbatas dibanding negara lain. Indonesia memiliki kepadatan penduduk
yang sangat padat sekitar 121 Km2 bandingkan dengan China yang berpenduduk
diatas 1 milyar memiliki kepadatan yang lebih tinggi 142 Km2 dan India 368
Km2 bahkan Singapore negara kecil ternyata memiliki kepadatan 7148 km2 yang
jauh lebih tinggi. Artinya Indonesia tidak memiliki lahan yang luas dan harus
berbagi untuk keperluan perumahan, Pertanian dan Infrastruktur (termasuk
energi). Tentunya dalam perencanaan pembangkitan energi perlu di
pertimbangkan pemakaian lahan yang kecil atau energi dengan intensitas yang
tinggi.
2.3 Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia
Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar
diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data potensi EBT
terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam
acara Focus Group Discussiontentang Supply-Demand Energi Baru Terbarukan yang
belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT dalam
bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi
Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan
Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Untuk itu langkah-langkah
yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas terpasang Pembangkit
Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025, kapasitas terpasang
Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin (PLT Bayu) sebesar
0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada
tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai tahun 2025
diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong
pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara
terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi
biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan
pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.
Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi
angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih),
pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW)
dan skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA
skala kecil dan menengah secara massal. Pengembangan energi surya mencakup
pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan, mendorong komersialisasi PLTS
dengan memaksimalkan keterlibatan swasta, mengembangkan industri PLTS dalam
negeri, dan mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan
melibatkan dunia perbankan.
Untuk mengembangkan energi nuklir, langkah-langkah yang dambil
pemerintah adalah melakukan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan masyarakat
dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk meningkatkan penguasaan
teknologi. Sedang langkah-langkah yang dilakukan untuk pengebangan mikrohidro
adalah dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan
ekonomi masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk PLTMH,
mendorong industri mikrohidro dalam negeri, dan mengembangkan berbagai pola
kemitraan dan pendanaan yang efektif.
Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT, pemerintah sudah
menerbitkan serangkaian kebijakan dan regulasi yang mencakup Peraturan Presiden
No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Undang-Undang No. 30/2007 tentang
Energi, Undang-undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1989
sebagaimana yang telah diubah dengan PP No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
dan PP No. 26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen
ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi
Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang
Pembangkit Skala Kecil tersebar. Saat ini sedang disusun RPP Energi Baru
Terbarukan yang berisi pengaturan kewajiban penyediaan dan pemanfaatan energi
baru dan energi terbarukan dan pemberian kemudahan serta insentif.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Energi merupakan suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki suatu
benda. Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena
hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada ketersediaan
energi yang cukup. Untuk menghindari krisis energi yang dikarenakan keterbatasan
energi di alam diperlukan energi terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi
yang berasal dari ‘proses alam yang berkelanjutan’, misalnya tenaga surya, tenaga
angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Dengan adanya energi terbarukan
diharapkan kebutuhan manusia akan sumber energi tidak akan berkurang.
Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar
diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data potensi EBT
terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam
acara Focus Group Discussiontentang Supply-Demand Energi Baru Terbarukan yang
belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.
3.2 Saran
Faktanya, masih banyak sumber daya energi baru terbarukan yang belum
dimanfaatkan dengan baik. Padahal sumber daya yang tersedia sangatlah melimpah
dan apabila dimanfaatkan dengan baik akan menjadi sumber daya yang ramah
lingkungan. Oleh sebab itu, harus ada kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk
memanfaatkan energi baru terbarukan yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

• Dalimunthe, Chaeruddin, 2003. Pengkajian Sumber Energi Listrik


Alternatifdan MesinListrik Alternatif . Bandung. Angkasa.
• Kadir, A., 2010. Energi sumber Daya Inovasi Tenaga Listrik dan .
PotensiEkonomi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
• Purjanasa, dkk, 2008.Mesin Konversi Energi . Yogyakarta: Penerbit Andi.
• Sumardjati, dkk, 2008.Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik . Jakarta:
DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
• Sutarno, 2013.Sumberdaya Energi . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai