Dosen pengampu:
Dr. Yushardi, S.Si., M.Si.
Bejo Aprianto, S.Pd., M.Pd.
Fahmi Arif Kurnianto, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh:
Metha Eldiana (180210301050)
Moh. Aan Himam Anwar Hidayat (180210301062)
Alma Nurita Maulidani (180210301065)
Mohammad Rifki Yusuf (180210301076)
KELAS B
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini berjudul “Energi Baru
Terbarukan”.
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca akan memperoleh
wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebijakan pemerintah terhadap energi
terbarukan, dan juga potensi energi terbarukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi seluruh
pembaca.Walaupun begitu penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan `....................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan................................................................3
2.2 Permasalahan dari Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan..................................7
2.3 Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia...................................................11
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
Biomassa
Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis
atau organik yang telah baru saja mati ataupun masih hidup. Biomassa dapat berupa
tumbuhan, atau hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan.
Biomassa adalah salah satu energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui,
misalnya, pada biomassa yang berasal dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman
secara terus-menerus yang menghasilkan energi, dan pemanfatan biomassa pun dapat
disesuaikan dengan potensi biomassa yang ada disuatu wilayah. Penggunaan
Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan campuran suatu sumber
energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi.
Di Indonesia terdapat wilayah penghasil energi biomassa dengan potensi
besar, yaitu Riau. Riau memiliki potensi biomassa untuk pembangkit listrik dengan
cara memanfaatkan limbah sawit dari perkebunan kelapa sawit. Potensi pembangkit
listrik bersumber energi biomassa di Riau adalah sebesar 146 MW. Energi biomassa
tersebut berasal dari pemanfaatan limbah sawit, tandang kosong, limbah cair, dan
cangkangnya, jumlah potensi tersebut adalah kalkulasi kemampuan masing-masing
pabrik kelapa sawit yang berada di Riau, dengan potensi menghasilkan 1 MW.
2.2 Permasalahan dari Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan
Energi terbarukan mulai banyak dikembangkan setelah diadakannya Summit
Rio de Jeneiro pada tahun 1992 yang mana pada saat itu membahas mengenai
dampak pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan ekonomi manusia yang
menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang mana salah satu pendorong
terbesarnya yaitu emisi karbon yang disebabkan oleh kegiatan transportasi dan energi.
Dari Summit tersebut penggunaan Energi terbarukan (EBT) sebagai pembangkit
listrik alternatif terus dikembangkan dan ditingkatkan walaupun mebutuhkan biaya
yang lebih besar dibandingkan penggunaan energi bersumberdaya fossil. Akan tetapi
demi menekan emisi gas rumah kaca (GRK) maka penggunaan sumberdaya
terbarukan sering diberikan subsidi oleh pemrintah dalam berbagai bentuk. Walaupun
demikian masih banyak masalah yang ada dalam penggunaan energi terbarukan yang
tidak boleh untuk dikesampingkan oleh pihak terkait.
Energi terbarukan (EBC) diklasifikaskan menjadi 2 berdasarkan sifat pasokan
dayanya yaitu intermiten dan Primer. Intrmiten adalah energi yang tidak dapat
memberikan dayanya 24jam/hari contohnya yaitu Angin dan matahari. Primer adalah
energi yang dapat memberikan dayanya 24jam/hari contohnya Air, Panas Bumi,
Biomassa dan Nuklir. Walaupun EBC ini tidak menghasilakan gas rumah kaca akan
tetapi masih ada beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masalah Penyimpanan, Dikarenakan sifatnya yang tidak dapat memasok daya
secara kontinyu atau selama 24 jam nonstop, sebagai contoh tenaga surya,
tentunya pada malam hari tidak dapat menghasilkan daya sehingga biasanya
hanya ada solusi bagi intermiten yaitu : hybrid dengan fossil biasanya Diesel dan
gas turbin atau disimpan seperti baterai dan sistim penyimpanan energi lainnya
yang non-baterai. Karena alasan inilah biaya listrik intermiten menjadi mahal dan
sering mendapatkan subsidi yang di sebut Feed-in-Tariff (FIT) untuk surya
biasanya sekitar 25 sen USD/Kwh sementara harga jual listrik ke masyarakat
rata-rata 9 sen USD/kwh. Di Indonesia biasanya sangat jarang di lakukan
penyimpanan energi, di karenakan sistim penyimpanan baterai bisa mencapai
$200 - $500 per Kwh, sangat mahal tetapi lebih banyak di pakai sistim Hybrid
dengan Genset diesel yang akhirnya membuat emisi karbon padahal awalnya
memakai energi terbarukan adalah untuk menekan emisi karbon tapi justru malah
meningkatkan.
Salah satu cara mengatasi masalah penyimpanan ini yaitu sistem Pump
Hydro yang mana sistem penyimpanan energi mempergunakan air yang sudah
terbukti handal yang berkerja dengan gravitasi. Saat jam puncak air di jatuhkan
dari dam untuk menggerakan turbin. Lalu ketika beban tidak puncak, turbin
memompa air lagi ke atas. Indonesia memiliki hanya satu Pump Hydro yang
sedang di bangun di PLTA Cisokan menghasilkan daya 1040 MW dengan total
biaya USD 800 Juta dimana USD 640 adalah bantuan Bank Dunia. Pump Hydro
sering di pakai untuk melakukan balancing load dari grid listrik karena memiliki
kemampuan untuk menyimpan energi saat beban rendah dan mensuplai pada saat
beban puncak. Biaya penyimpanan energi Pump Hydro saat ini adalah yang
termurah dan paling banyak di gunakan di dunia dengan kapasitas terpasang di
dunia mencapai 127,000 MW dengan biaya investasi sekitar USD100 – USD200
per Kwh energi yang di hasilkan. Pump Hydro juga sering di pergunakan untuk
menyimpan energi dari sistim Pembangkit Tenaga Angin.
2. Masalah Kapasitas salah satu permasalahan Intermiten, faktor kapasitas yaitu
rasio dari output yang sebenarnya dibanding potensi output bilamana beroperasi
selama 24 jam. Faktor Kapasitas intermiten adalah yang terendah dibanding jenis
pembangkitan lainnya. Rata-rata FK Angin 31% dan Surya 23% - 30%
bandingkan dengan Panas Bumi 66% dan PLTU batubara 58%, sementara Nuklir
adalah yang tertinggi 90% - 95%. -- Jadi bila dikatakan bahwa Kapasitas
Terpasang Pembangkit Tenaga Surya (PLTS) 10 MW maka sesungguhnya daya
yang di hasilkan hanyalah 20% - 25% jadi tidak lebih dari 2,5 MW. Jadi
Kekurangan 75% nya harus di hybrid dengan Genset atau Gas - artinya sama
juga meningkatkan emisi gas rumah kaca. Energi terbarkan Intermiten yang
menggunakan tenaga surya sebagai pembangkitnya (sistem photovoltaic) angat
berpengaruh terhadap panasnya sinar matahari, sehingga sedikit saja awan
menutup matahari maka daya yang di hasilkan akan turun dan hal tersebut dapat
terjadi beberapa kali dalam sehari - Hal yang sama dengan angin yang tidak
dapat meniupkan angin secara konsisten dengan kecepatan yang sama. Hal ini
bukan saja menyebabkan Faktor kapasitas yang rendah tetapi juga membuat
masalah dalam menyeimbangkan beban dalam grid bila daya naik-turun. Faktor
kapasitas adalah konsideran penting dalam mendesain sebuah perencanaan energi
karena bila proporsi sumber pembangkitan lebih benyak dengan faktor kapasitas
rendah maka akan mempengaruhi efisiensi, keseimbangan beban dan pada
akhirnya harga jual listrik menjadi mahal. – Sebaiknya rerata FK dalam sebuah
grid harus di atas 50% untuk menjamin pasokan yang lancar.
Maka apabila pemerintah ingin menggunakan sumberdaya Intermiten
menurut George Johan, Country Leader GE Power perlu adanya kestabilan grid
yang didukung oleh penjamin pasokan listrik sepert sistem reliability baru
kemudian kita mampu menggunakan teknologi gird firming. George
mengungkapkan, GE mempunyai tiga tipe solusi untuk gird firming. Pertama
adalah solusi gas turbin dengan dukungan produk aeroderivative, dan industrial
heavy duty. Kedua yaitu tipe open cycle atau simple cycle, sementara ketiga tipe
hybrid, yaitu kombinasi storage dengan baterai.
3. Masalah Luas Area, Salah satu permasalahan terbesar dalam pembangunan
pembangkit listrik di Indonesia adalah pembahasan lahan seperti di akui oleh
Unit Pelaksana Program Pembangunan Ketenagalistrikan Nasional (UP3KN)
dalam salah satu jumpa pers. Banyak pembebasan lahan membutuhkan waktu
sampai bertahun-tahun sebagai contoh PLTU Batang 2 X 1000 MW yang
membutuhkan lahan seluas 226 hektare atau sekitar 1.130 meter per MW
membutuhkan waktu lebih dari 3 tahun untuk membebaskannya atau PLTA
Jatigede 2 X 55 MW yang membutuhkan waktu 30 tahun untuk membebaskan
147 hektar yang di butuhkan untuk waduk. Area yang di butuhkan untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan Angin tentunya lebih luas lagi di banding
PLTU batubara. Sebagai perbandingan untuk memberikan listrik kepada 1000
rumah Tenaga Surya membutuhkan lahan terbesar 3,3 hektar, Angin 2,4 hektar,
batubara 0,29 hektar dan yang terkecil Nuklir 0,10 hektar. Dari diagaram
dibawah dapat di lihat bahwa Surya dan Angin memakai lahan yang luar biasa
besar. Bayangkan pembebasan lahanya.
Sebagai negara kepulauan maka Indonesia mempunyai lahan daratan
yang terbatas dibanding negara lain. Indonesia memiliki kepadatan penduduk
yang sangat padat sekitar 121 Km2 bandingkan dengan China yang berpenduduk
diatas 1 milyar memiliki kepadatan yang lebih tinggi 142 Km2 dan India 368
Km2 bahkan Singapore negara kecil ternyata memiliki kepadatan 7148 km2 yang
jauh lebih tinggi. Artinya Indonesia tidak memiliki lahan yang luas dan harus
berbagi untuk keperluan perumahan, Pertanian dan Infrastruktur (termasuk
energi). Tentunya dalam perencanaan pembangkitan energi perlu di
pertimbangkan pemakaian lahan yang kecil atau energi dengan intensitas yang
tinggi.
2.3 Potensi Energi Baru Terbarukan di Indonesia
Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar
diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data potensi EBT
terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam
acara Focus Group Discussiontentang Supply-Demand Energi Baru Terbarukan yang
belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.
Saat ini pengembangan EBT mengacu kepada Perpres No. 5 tahun 2006
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres disebutkan kontribusi EBT dalam
bauran energi primer nasional pada tahun 2025 adalah sebesar 17% dengan komposisi
Bahan Bakar Nabati sebesar 5%, Panas Bumi 5%, Biomasa, Nuklir, Air, Surya, dan
Angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%. Untuk itu langkah-langkah
yang akan diambil Pemerintah adalah menambah kapasitas terpasang Pembangkit
Listrik Mikro Hidro menjadi 2,846 MW pada tahun 2025, kapasitas terpasang
Biomasa 180 MW pada tahun 2020, kapasitas terpasang angin (PLT Bayu) sebesar
0,97 GW pada tahun 2025, surya 0,87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4,2 GW pada
tahun 2024. Total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai tahun 2025
diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan biomasa adalah mendorong
pemanfaatan limbah industri pertanian dan kehutanan sebagai sumber energi secara
terintegrasi dengan industrinya, mengintegrasikan pengembangan biomassa dengan
kegiatan ekonomi masyarakat, mendorong pabrikasi teknologi konversi energi
biomassa dan usaha penunjang, dan meningkatkan penelitian dan pengembangan
pemanfaatan limbah termasuk sampah kota untuk energi.
Upaya untuk mengembangkan energi angin mencakup pengembangan energi
angin untuk listrik dan non listrik (pemompaan air untuk irigasi dan air bersih),
pengembangkan teknologi energi angin yang sederhana untuk skala kecil (10 kW)
dan skala menengah (50 - 100 kW) dan mendorong pabrikan memproduksi SKEA
skala kecil dan menengah secara massal. Pengembangan energi surya mencakup
pemanfaatan PLTS di perdesaan dan perkotaan, mendorong komersialisasi PLTS
dengan memaksimalkan keterlibatan swasta, mengembangkan industri PLTS dalam
negeri, dan mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan
melibatkan dunia perbankan.
Untuk mengembangkan energi nuklir, langkah-langkah yang dambil
pemerintah adalah melakukan sosialisasi untuk mendapatkan dukungan masyarakat
dan melakukan kerjasama dengan berbagai negara untuk meningkatkan penguasaan
teknologi. Sedang langkah-langkah yang dilakukan untuk pengebangan mikrohidro
adalah dengan mengintegrasikan program pengembangan PLTMH dengan kegiatan
ekonomi masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk PLTMH,
mendorong industri mikrohidro dalam negeri, dan mengembangkan berbagai pola
kemitraan dan pendanaan yang efektif.
Untuk mendukung upaya dan program pengebangan EBT, pemerintah sudah
menerbitkan serangkaian kebijakan dan regulasi yang mencakup Peraturan Presiden
No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, Undang-Undang No. 30/2007 tentang
Energi, Undang-undang No. 15/1985 tentang Ketenagalistrikan, PP No. 10/1989
sebagaimana yang telah diubah dengan PP No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik
dan PP No. 26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen
ESDM No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi
Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang
Pembangkit Skala Kecil tersebar. Saat ini sedang disusun RPP Energi Baru
Terbarukan yang berisi pengaturan kewajiban penyediaan dan pemanfaatan energi
baru dan energi terbarukan dan pemberian kemudahan serta insentif.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Energi merupakan suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki suatu
benda. Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena
hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung pada ketersediaan
energi yang cukup. Untuk menghindari krisis energi yang dikarenakan keterbatasan
energi di alam diperlukan energi terbarukan. Energi terbarukan merupakan energi
yang berasal dari ‘proses alam yang berkelanjutan’, misalnya tenaga surya, tenaga
angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Dengan adanya energi terbarukan
diharapkan kebutuhan manusia akan sumber energi tidak akan berkurang.
Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar
diantaranya, mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW. Data potensi EBT
terbaru disampaikan Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam
acara Focus Group Discussiontentang Supply-Demand Energi Baru Terbarukan yang
belum lama ini diselenggarakan Pusdatin ESDM.
3.2 Saran
Faktanya, masih banyak sumber daya energi baru terbarukan yang belum
dimanfaatkan dengan baik. Padahal sumber daya yang tersedia sangatlah melimpah
dan apabila dimanfaatkan dengan baik akan menjadi sumber daya yang ramah
lingkungan. Oleh sebab itu, harus ada kesadaran pemerintah dan masyarakat untuk
memanfaatkan energi baru terbarukan yang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA