Anda di halaman 1dari 8

POTENSI SUMBER DAYA ENERGI TERBARUKAN

Energi merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia saat
ini. Tidak terkecuali negara Indonesia yang memiliki berbagai macam energi melimpah
didalamnya baik energi yang sifatnya dapat diperbaharui seperti energi air, matahari, angin,
biomassa, biofuel, panas bumi, dan energi laut. Maupun energi energi yang tidak dapat
diperbaharui seperti minyak bumi, gas alam, batubara dan kandungan energi nuklir pada
uranium dan thorium.
Energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) ini memiliki keutamaan yang
tidak dimiliki oleh energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable energy), yaitu
energi tersebut tidak akan pernah berhenti atau habis selama siklus alam masih
berlangsung, ramah lingkungan dan dapat meminimalisir polusi lingkungan. Sedangkan
non renewable energy merupakan energi yang akan habis jika dipakai terus menerus dan
menghasilkan polusi jika digunakan. Namun memiliki kelebihan yaitu dapat menghasilkan
energi yang lebih besar dari pada renewable energy dengan konsentrasi yang lebih sedikit.
Semua sepakat bahwa energi yang digunakan haruslah memiliki dua keunggulan yang
dimiliki dua jenis energi tersebut (renewable energy dan non renewable energy) yaitu
ramah lingkungan dan menghasilkan energi yang besar. Maka, satu satunya cara yang dapat
digunakan adalah dengan menggunakan sumber energi terbarukan dengan skala besar dan
memanfaatkan potensi energi terbarukan yang ada dengan semaksimal mungkin. Langkah
itulah yang kini pemerintah sedang perjuangkan demi untuk menjaga kestabilan dan
ketahanan energi di Indonesia ditengah semakin menurunnya pasokan non renewable
energy yang dimiliki dan meningkatnya permintaan terhadap energi itu sendiri khususnya
dibidang komersial, industri, transportasi dan rumah tangga serta ditambah tantangan
global yang dihadapi Indonesia.
Berikut ini merupakan potensi sumberdaya terbarukan di Indonesia, antara lain
sebagai berikut :
A. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi berasal dari peluruhan radioaktif di pusat Bumi, yang membuat
Bumi panas dari dalam, serta dari panas matahari yang membuat panas permukaan bumi.
Panas bumi adalah suatu bentuk energi panas atau energi termal yang dihasilkan dan
disimpan di dalam bumi. Energi panas adalah energi yang menentukan temperatur suatu
benda. Energi panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet (20%) dan
peluruhan radioaktif dari mineral (80%) Gradien panas bumi, yang didefinisikan dengan
perbedaan temperatur antara inti bumi dan permukaannya, mengendalikan konduksi yang
terus menerus terjadi dalam bentuk energi panas dari inti ke permukaan bumi.
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar pengguna energi listrik karena
jumlah populasi melebihi 250 juta orang, untuk itu permintaan dalam negeri cukup tinggi.
Selain itu, Indonesia juga merupakan produsen energi terbarukan terbesar di Asia
Tenggara. Potensi sumber daya alam cukup melimpah ruah di negara ini. Secara geografis,
Indonesia terletak di daerah yang dilewati cincin api pasifik atau biasa disebut “ring of fire”
yang mengelilingi Samudra Pasifik. Meskipun daerah ini rawan akan bencana, sisi baiknya
adalah sungguh kaya akan potensi sumber daya alamnya. Pada daerah yang dilewati
cincing api ini terdapat bebatuan melimpah yang mampu menampung energi panas bumi,
energi tersebut dapat digunakan sebagai energi terbarukan untuk menghasilkan energi
listrik.
Potensi panas bumi di Indonesia sangat berlimpah, menurut data statistik ESDM
tahun 2016 hampir diseluruh daerah provinsi di Indonesia terdapat energi panas bumi
dengan wilayah paling berpotensi di Pulau Jawa, kemudian di Pulau Sumatera, Pulau Bali
– Nusa Tenggara, Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Maluku dan Papua. Tetapi hanya saja
pemanfaatannya belum semua dilakukan untuk menjadi energi panas bumi. Berikut ini
merupakan peta sebaran PLTP yang sudah terpasang per desember 2016, yaitu :

Sumber : Data Statistik Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, 2016


Gambar 1
Peta Sebaran PLTP di Indonesia
B. Energi Surya atau Energi Matahari
Energi surya adalah energi yang dikumpulkan secara langsung dari cahaya
matahari. Tentu saja matahari tidak memberikan energi yang konstan untuk setiap
titik di bumi, sehingga penggunaannya terbatas. Sel surya sering digunakan untuk
mengisi daya baterai, di siang hari dan daya dari baterai tersebut digunakan di
malam hari ketika cahaya matahari tidak tersedia.
Matahari merupakan salah satu sumber energi yang memancarkan energi sangat
besarnya ke permukaan bumi. Secara umum pancaran matahari dengan permeter persegi
permukaan bumi menerima hingga 1000 watt energi matahari. Sekitar 30% energi tersebut
dipantulkan kembali luar angkasa, dan sisanya diserap oleh awan, lautan, dan daratan.
Jumlah energi yang diserap oleh atmosfer, lautan, dan daratan bumi sekitar 3.850.000
eksajoule (EJ) per tahun. Untuk melukiskan besarnya potensi energi surya, energi surya
yang diterima bumi dalam waktu satu jam saja setara dengan jumlah energi yang digunakan
dunia selama satu tahun lebih.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat berpotensi dengan energi
surya. Dengan potensinya yang sangat besar tersebut, energi surya dapat menjadi sumber
energi utama di masa depan. Apalagi dengan beberapa keunggulan energi surya seperti
energi surya merupakan sumber yang hampir tak terbatas dan ramah lingkungan. Yang
hingga kini masih menjadi kendala adalah teknologi sel surya dan media penyimpanan
yang masih sangat mahal dan memiliki kemampuan yang terbatas.
Sebagai negara yang berada di kawasan khatulistiwa, potensi energi surya di
Indonesia sangat besar. Indonesia memiliki sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan
112.000 GWp energi surya. Sayangnya, seperti berbagai energi terbarukan lainnya, energi
surya ini belum dimanfaatkan secara optimal. Dari total potensi energi surya tersebut,
Indonesia baru memanfaatkan sekitar 10 MWp.
Bagi Indonesia, energi surya menjadi salah satu alternatif energi terbaik. Dengan
potensinya yang besar akan mampu melepaskan Indonesia dari ketergantungan terhadap
sumber energi konvensional. Energi surya pun cocok diterapkan pada daerah-daerah
terpencil maupun pulau-pulau kecil di Indonesia. Pemanfaatan energi surya menjadi salah
satu sumber energi alternatif ini bisa dilakukan dengan membangun Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) maupun Solar Home System (SHS), yaitu pemanfaatan skala
rumahan.
Berikut ini beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Indonesia yang
telah beroperasi, antara lain :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Karangasem dan Bangli,
Bali dengan kapasitas masing-masing 1 MW.
2. PLTS di pulau-pulau Nusa Tenggara Barat yang meliputi Pulau Gili Trawangan
berkapasitas 600 kWp, Pulau Gili Air (160 kWp), serta Pulau Gili Meno (60 kWp),
dan di Pulau Medang, Sekotok, Moyo, Bajo Pulo, Maringkik, dan Lantung dengan
total kapasitas 900 kWp.
3. PLTS di Nusa Tenggara Timur yang meliputi PLTS Raijua (Kabupaten Sabu
Raijua) berkapasitas 150 kilo kWp, PLTS Nule (Kab. Alor) berkapasitas 250 kWp,
PLTS Pura (Kab. Alor) berkapasitas 175 kWp, dan PLTS Solor Barat (Kab. Flores
Timur) berkapasitas 275 kWp.

C. Energi Air
Energi air merupakan salah satu energi yang telah dimanfaatkan secara luas di
Indonesia yang dalam skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa
perusahaan di bidang pertanian bahkan juga memiliki pembangkit listrik sendiri yang
bersumber dari energi air. Di masa mendatang untuk pembangunan pedesaan termasuk
industri kecil yang jauh dari jaringan listrik nasional, energi yang dibangkitkan melalui
sistem mikrohidro diperkirakan akan tumbuh secara pesat.
Air merupakan potensi yang dapat menjadi sumber energi yang menghasilkan
tenaga listrik dengan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Energi Air
sangat ramah lingkungan, sehingga dapat mendukung revolusi pemanfaatan energi bersih
dan hijau di Indonesia. Indonesia sebagai negara maritim, sangat kaya akan ketersediaan
air, hal ini juga merupakan salah satu sinyal positif yang menunjukan besarnya potensi
energi air di Indonesia.
Potensi energi air di Indonesia adalah 75,000 MW, namun baru dimanfaatkan
sekitar 10 persen atau sebesar 7,572 MW, Potensi energi air pun tersebar diseluruh wilayah
Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian ESDM potensi energi di Sumatera sebanyak
15,600 MW (20.8%); di Jawa sebesar 4,200 MW (5.6%); di Kalimantan sebesar 21,600
MW (28.8%); di Sulawesi sebesar 10,200 MW (13.6%); di Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur sebesar 620 MW (0.8%); di Maluku sebesar 430 MW (0.6%); dan
di Papua sebesar 22,350 MW (29.8%).
Dengan banyaknya potensi energi air di Indonesia, seperti sumber air tawar,
waduk, sungai, laut, danau, pemafaatan energi air menggunakan energi potensial gravitasi,
air akan memutar turbin generator hingga dapat menkoversikan tenaga mekanik yang
dihasilkan menjadi energi listrik. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk meningkatkan
pemanfaatan energi air dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air. Bahkan
potensi pembuatan Pemabngkit Listrik Tenaga Miko Hidro (PLTMH) akan sangat
potensial karena akan membantu daerah potensi energi air kurang dari 100 kW untuk
memanfaatkan PLTMH untuk memenuhi kebutuhan listrik. Di Indonesia sendiri telah
banyak dibangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik
Tenaga Air yang telah dibangun di Indonesia beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
PLTA Cikalong yang berada di Jawa Barat dengan 3 unit pembangkit (19.2 MW), PLTA
Saguling dengan 4 unit pembangkit (700 MW), PLTA Cirata dengan 8 unit pembangkit
(1,008 MW), PLTA Jatiluhur dengan 7 unit pembangkit (175 MW), dan lain-lain.

D. Energi Angin
Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit Listrik
Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan
turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar
turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin
angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Indonesia, negara kepulauan yang 2/3
wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ±
80.791,42 Km merupakan wilayah potensial untuk pengembangan pembanglit listrik
tenaga angin.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM sejumlah wilayah di Indonesia
memiliki potensi menghasilkan energi listrik dari angin lebih dari 100 megawatt
(MW). Salah satunya di wilayah Sidrap dan Jeneponto di Sulawesi Selatan berpotensi
menghasilkan energi listrik dari angin hingga lebih dari 200 MW. Saat ini, di kedua wilayah
tersebut telah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Di Sidrap berkapasitas
75 MW dan di Jeneponto berkapasitas 72 MW. Selain Sidrap dan Jeneponto, wilayah lain
juga memiliki potensi sumber energi angin cukup besar. Berdasarkan analisis potensi
energi angin dan pemetaan potensi energi angin yang telah dilakukan, wilayah dengan
potensi cukup besar antara lain Sukabumi (170 MW), Garut (150 MW), Lebak, dan
Pandeglang (masing-masing 150 MW), serta Lombok (100 MW).
Berikut ini merupakan beberapa wilayah lain juga tercatat memiliki potensi energi
angin di bawah 100 MW antara lain :
1. Gunung Kidul (10 MW) dan Bantul (50 MW) di DIY Yogyakarta
2. Belitung Timur (10 MW)
3. Tanah Laut (90 MW)
4. Selayar (5 MW)
5. Buton (15 MW)
6. Kupang (20 MW), Timur Tengah Selatan (20 MW),dan Sumba Timur (3 MW) di
Nusa Tenggara Timur
7. Ambon (15 MW) Kei Kecil (5 MW) dan Saumlaki (5 MW) di Ambon.

E. Energi Biofuel
Biofuel atau bahan bakar hayati adalah sumber energi terbarukan berupa bahan
bakar (baik padat, cair, dan gas) yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Sumber biofuel
adalah tanaman yang memiliki kandungan gula tinggi (seperti sorgum dan tebu) dan
tanaman yang memiliki kandungan minyak nabati tinggi (seperti jarak, ganggang, dan
kelapa sawit). Biofuel secara umum adalah bahan bakar dari biomassa (materi yang berasal
dari tumbuhan dan hewan). Setiap produk biofuel diproduksi secara berbeda. Misalnya
ethanol diproduksi dengan cara fermentasi jagung atau tebu, sedangkan biodiesel
diproduksi dengan cara menghancurkan lemak hewani atau tumbuhan dengan adanya
methanol. Minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) melalui proses transesterifikasi, dimana
secara kimia bereaksi dengan alkohol seperti methanol atau ethanol untuk memproduksi
biodiesel.
Salah satu potensi biofuel berada di kabupaten Tulang Bawang Lampung, dalam
jurnal ini peneliti mencoba mencari potensi bahan bakar alternatif di Kabupaten Tulang
Bawang Lampung, hal ini didasari oleh pernyataan Dewan Energi Dunia yang menyatakan
pada tahun 2020 harga minyak bumi akan naik sebesar 50% dari harga sebelumnya.
pernyataan ini didukung oleh Automotif Diesel Oil (ADO) yang memprediksi bahwa
apabila tidak ada lagi sumber baru minyak bumi yang ditemukan maka dalam kurun waktu
10 – 15 tahun kemudian cadangan minyak bumi khususnya di indonesia dipastikan akan
habis.
Dengan beragamnya jenis dan bahan baku dari biofuel, diharapkan pengembangan
dan pemanfaatan produk biofuel dapat dilakukan dengan optimal. Kelebihan biofuel seperti
cenderung lebih ramah lingkungan, meningkatkan kinerja mesin, murah, bahan baku
melimpah, hingga cenderung mengurangi emisi pembakaran karena pembakaran lebih
sempurna. Maka dengan mengoptimalkan penggunaan biofuel dapa menjadi salah satu
pendukung penggunaan energi bersih dan hijau sekaligus menjadikan biofuel sebagai
bahan bakar unggulan dalam menyediakan pemenuhan kebutuhan energi nasional.

F. Energi Biomassa
Energi biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis atau
organik yang telah baru saja mati ataupun masih hidup. Biomassa dapat berupa tumbuhan,
atau hewan, atau residu yang dihasilkan oleh tumbuhan atau hewan. Biomassa adalah salah
satu energi baru terbarukan, karena dapat diperbarui, misalnya, pada biomassa yang berasal
dari tumbuhan, kita dapat menanam tanaman secara terus-menerus yang menghasilkan
energi, dan pemanfatan biomassa pun dapat disesuaikan dengan potensi biomassa yang ada
disuatu wilayah. Penggunaan Biomassa pun bermacam-macam, ada yang menjadi bahan
campuran suatu sumber energi ada pula yang secara murni menjadi sumber energi. Menurut
LIPI Potensi biomassa yang ada di Indonesia sebesar 50 GW, namun yang baru
dimanfaatkan saat ini adalah 5 persen.
Potensi biomassa di indonesia dalam perkebunan dan pertanian merupakan sektor
bisnis yang sangat berkembang di Indonesia, hal tersebut menunjukkan potensi yang cukup
tinggi untuk memenuhi sumber bahan baku pembuat biomassa. Berikut ini merupakan peta
potensi sumber energi biomassa yang tersebar di Indonesia.

Sumber : Data Statistik Energi Baru Terbarukan Kementerian ESDM, 2015


Gambar 2
Peta Sumberdaya Biomassa di Indonesia
Dari peta di atas terlihat hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk
mengembangkan energi biomassa tersebut. Dimana pada daerah Sumatera yang terdapat
banyak perkebunan kelapa sawit dapat menjadi wilayah yang paling berpotensi untuk
menjadikan energi biomassa. Selain itu, daerah di Indonesia terdapat wilayah penghasil
energi biomassa dengan potensi besar, yaitu Riau. Riau memiliki potensi biomassa untuk
pembangkit listrik dengan cara memanfaatkan limbah sawit dari perkebunan kelapa sawit.
Potensi pembangkit listrik bersumber energi biomassa di Riau adalah sebesar 146 MW.
Energi biomassa tersebut berasal dari pemanfaatan limbah sawit, tandang kosong, limbah
cair, dan cangkangnya, jumlah potensi tersebut adalah kalkulasi kemampuan masing-
masing pabrik kelapa sawit yang berada di Riau, dengan potensi menghasilkan 1 MW.

Anda mungkin juga menyukai