Disusun Oleh:
Nama : Seprinaldo
NPM : 2110017211027
Matkul : Teknik Energi Alternatif
PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari
sekitar 17.500 pulau. Jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 220 juta jiwa
dimana 60% dari penduduk bertempat tinggal di daerah perdesaan. Oleh
karena itu upaya untuk perlistrikan daerah pedesaan menggunakan jaringan
listrik PLN mengalami kendala yang cukup besar. Salah satu cara untuk
perlistrikan daerah perdesaan terpencil adalah dengan pembangunan
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), karena pembangkit listrik ini
mempunyai banyak keuntungan seperti ramah lingkungan, fleksibel untuk
pengembangan kapasitas daya tidak tergantung dari sumber energi fosil.
Penggunaan energi listrik kini semakin meningkat karena kelebihannya
yaitu praktis, bersih serta lebih mudah digunakan dan di konversi ke energi
lain. Dengan meningkatnya penggunaan energi listrik maka kebutuhan
masyarakat terhadap energi listrik pun meningkat (Jaelani, 2017). Apabila
peningkatan kebutuhan tidak seimbang dengan ketersediaannya energi maka
akan menjadi permasalahan seperti pemadaman listrik bergilir dan juga
menyebabkan degradasi lingkungan (Demir, 2020). Salah satu solusi untuk
menjaga persedian sumber energi listrik adalah dengan memanfaatkan sumber
energi terbarukan (Roos, 2018). Beberapa energi terbarukan yang biasa
digunakan sebagai sumber energi listrik adalah nuklir, gas, surya dan angin.
Empat sumber energi ini dipilih karena telah diakui sebagai energi alternatif
yang paling berkelanjutan (Ren, 2017).
Potensi energi terbarukan sebagai sumber energi listrik di Indonesia
mencapai 443 GW meliputi panas bumi, air dan mikro-mini hidro, bioenergi
surya, angin dan gelombang laut (Rosemary, 2012). Khusus untuk energi
angin, meskipun potensi angin di Indonesia tidak begitu besar, namun ada
beberapa wilayah dimana sumber energi angin layak dikembangkan yaitu di
Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan
dan Tenggara, Pantai Utara dan Selatan Jawa dan Karimun Jawa. Potensi
sumber energi angin di Indonesia ditaksir sebesar 61.972 MW (RPJMN, 2015-
2019). Melalui sistem konversi, energi angin merupakan sumber energi
terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai energy listrik (Hardianto, 2017).
Pemerintah berkomitmen dapat mencapai target energi terbarukan 23% di
tahun 2025 dan 31% di tahun 2050, sehingga dibutuhkan banyak tenaga di
bidang tersebut. Perlu disiapkan generasi dari sekarang agar tokoh energi
terbarukan di Indonesia berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Akan tetapi,
melihat kondisi dari generasi Indonesia sendiri untuk saat ini tidak sedikit
yang tidak mengetahui potensi energi terbarukan di daerahnya masing-masing
(Yunita, 2019). Bahkan, banyak dari mereka yang masih rendah tingkat
kesadarannya mengenai pentingnya energi terbarukan. Seperti di Bangka
Belitung, sebagian besar masyarakatnya menolak Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (Suhaemi, 2014)
Rendahnya tingkat kesadaran mengenai pentingnya energi terbarukan juga
terjadi diKecamatan Cipatujah yang terdapat suatu tempat riset dimana di
dalamnya terdapat beberapa energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (Angin), Sel Surya, dan Biogas. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan masyarakat khususnya peserta didik di salah satu sekolah yang
terdapat di kecamatan Cipatujah belum menyadari bahwa di lingkungan
mereka terdapat energi terbarukan. Tidak sedikit dari mereka yang hanya
sekedar tahu dan beranggapan bahwa itu adalah hanya sebatas tempat wisata.
Perlimpahan sumber energi surya yang belum dimanfaatkan secara
optimal, sedangkan di sisi lain ada sebagian wilayah Indonesia yang belum
terlistriki karena tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN, sehingga
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan sistemnya yang modular dan
mudah dipindahkan merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan
sebagai salah satu pembangkit listrik alternatif. Sayangnya biaya
pembangkitan PLTS masih lebih mahal apabila dibandingkan dengan biaya
pembangkitan pembangkit listrik tenaga konvensional, karena sampai saat ini
piranti utama untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik
(modul fotovoltaik) masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar
negeri.
.
1.2 Identikasi Masalah
Berdasarkan Tabel 1.1 dan tabel 1.2, dapat kita liat bahwa potensi energy
surya di Indonesia yang memiliki potensi terbesar adalah daerah Nus Tenggara
Timur (NTT) dimana masih ada 2623 keluarga yang belum terjangkau listrik .
Kementrian Energi dan Sumber Daya Meneral (ESDM) RI mengatakan bahwa
mulai mendorong produsen panel surya untuk memproduksi sendiri sel surya.
Salah satunya dengan peraturan menteri (Permen) ESDM nomor 17 tahun
2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN dari Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS). Akan tetapi berdasarkan observasi dan wawancara di
lapangan di ketahui bahwa masyarakat di desa masih kesulitan dalam merakit
SHS (Solar Home Sistem).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis
potensi sumber energi alternatif di Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sumber energi potensial seperti energi surya,
angin, dan biomassa, serta mengevaluasi kelayakan teknis, ekonomis, dan
lingkungan dari implementasi teknologi energi alternatif di wilayah ini. Selain
itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang
dapat mendukung pemanfaatan energi alternatif guna mengurangi
ketergantungan pada sumber energi konvensional di NTT.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang potensi energi alternatif di Nusa Tenggara Timur
(NTT) dapat memberikan manfaat sebagai berikut:.
1. Pemberdayaan Lokal : Mendorong pemberdayaan masyarakat lokal
melalui pengembangan proyek energi alternatif, menciptakan peluang
kerja dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
2. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca: Mengurangi emisi gas rumah
kaca dengan memanfaatkan sumber energi yang lebih bersih,
berpotensi mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
3. Kemandirian Energi: Meningkatkan kemandirian energi daerah,
sehingga NTT dapat memenuhi kebutuhan energinya secara lokal
tanpa terlalu bergantung pada pasokan dari luar.
4. Peningkatan Akses Energi : Memperluas akses terhadap sumber energi
di daerah yang mungkin belum terjangkau oleh infrastruktur energi
konvensional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi angin adalah salah satu energi baru dan terbarukan yang sedang
dikembangkan sebagai energi alternatif untuk mengatasi krisis energi yang
akan dihadapi. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah yang memiliki
potensi angin yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit
listrik. Salah satu teknologi yang banyak digunakan untuk pemanfaatan
energi menjadi pembangkit listrik adalah turbin angin. Dalam pembangunan
turbin angin, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi diantaranya
yaitu kecepatan dan arah angin, kemiringan lereng, dan beberapa faktor lain
seperti penggunaan tanah dan wilayah permukiman. Dengan kondisi angin di
Nusa Tenggara Timur yang memiliki kecepatan rata-rata 3 m/s hingga 7 m/s
maka jenis turbin angin skala menengah sangat cocok untuk dikembangkan.
Sehingga hasil dari penelitian ini yaitu berupa gambaran mengenai potensi
angin di Nusa Tenggara Timur serta wilayah yang berpotensi untuk
pembangunan turbin angin untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
kebutuhan akan energi.
Ketersediaan peta potensi energi angin yang akurat di seluruh wilayah
Indonesia sangat diperlukan sebagai langkah awal dalam identifikasi dan
pemilihan lokasi proyek energi angin. Peta tersebut memberikan informasi
mengenai karakteristik angin di berbagai wilayah seperti kecepatan angin
rata-rata, kecepatan maksimum dan minimum yang dapat dikonversi menjadi
peta rapat daya dan peta energi tahunan (dalam kWh/ atau W/m2 ). Informasi
tersebut sangat berguna sebagai dasar penentuan lokasi dan pemilihan
teknologi turbin yang tepat.
PLTS Oelpuah berada di bagian utara Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah,
Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). PLTS ini dibangun oleh PT Len
Industri (Persero) dan saat ini untuk pengelolaannya ditangani oleh PT Surya Energi
Indonesia (SEI). Berdiri di lahan seluas 7,5 hektar, PLTS ini diresmikan langsung
oleh Presiden RI Joko Widodo pada tahun 2015. PLTS Oelpuah berkapasitas hingga
5 megawatt peak (MWp) dan disebut sebagai Independent Power Produce (IPP)
PLTS terbesar di Indonesia.