Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MATA KULIAH
KEBIJAKAN PUBLIK
DOSEN PENGASUH : Dr. P. YULIUS YASINTO, S.VD

“KEBIJAKAN KETAHANAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”

OLEH

KELOMPOK 2
MIKHAEL DUMI HAU (NIM.)
OKTOVIANUS RIHI GA (NIM. 8112161032MM)
SELFIANA GOETHA (NIM.)
YOHANES BAPTISTE SEJA (NIM. 8112161048 MM)

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS KATHOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Di zaman yang semakin
berkembang, terutama di Indonesia, hampir sebagian besar aktivitas sehari-hari yang dilakukan
manusia membutuhkan pasokan listrik. Listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, tanpa listrik kehidupan manusia menjadi gelap gulita, lebih sulit dan dapat mengganggu
segala aspek kehidupan. Hadirnya listrik membawa angin segar dalam membantu perkembangan
dunia menjadi lebih pesat. Hal ini akan berjalan beriringan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang erat kaitannya dengan penggunaan energi listrik.
Di Nusa Tenggara Timur, hadirnya listrik telah membawa pengaruh positif bagi peningkatan taraf
hidup masyarakat Nusa Tenggara Timur. Walau demikian, kisah pemadaman listrik dan rendahnya
daya listrik di NTT telah menjadi sebuah lagu yang selalu diputar ulang. Menurut data hasil
pemantauan kualitas listrik PLN oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), melalui project
Electricity Supply Monitoring Initiative (ESMI) di Indonesia, termasuk Provinsi NTT sejak Agustus 2016
hingga Juli 2017, yang merekam tegangan setiap menitnya serta frekuensi dan durasi listrik padam
yang terjadi, dalam analisanya menyatakan bahwa durasi listrik padam di wilayah Jabodetabek adalah
2 jam 9 menit per bulan. Sedangkan di Kupang, rata-rata pemadaman listrik jauh lebih tinggi, yaitu
mencapai 13 jam 9 menit per bulan. Dibandingkan dengan Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) yang
ditetapkan PLN pada 2017, pemadaman di Kupang sudah lebih besar dari TMP. TMP Rayon Kupang
sebesar 10 jam/bulan, jadi angka gangguan lebih lama 3 jam per bulan dibanding TMP. Sedangkan di
Jabodetabek, lama gangguan lebih kecil dibanding TMP yang sebesar 5 jam per bulan. Hasil
pemantauan ESMI ini dapat dilihat selengkapnya di https://pantaulistrikmu.id.
Data lainnya dari hadirnya listrik di NTT adalah dari 35 provinsi yang ada di Indonesia, Provinsi
NTT berada pada urutan kedua terbawah sebagai provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah, di
bawah Provinsi Papua. Sedangkan provinsi yang menduduki peringkat tertinggi rasio elektrifikasi
adalah Provinsi Bangka Belitung dan DKI Jakarta. Rasio elektrifikasi adalah tingkat perbandingan
jumlah penduduk yang telah mendapat listrik dengan jumlah total penduduk di suatu wilayah.
Berdasarkan data Dewan Perwakilan Daerah Nusa Tenggara Timur (DPD NTT), sekitar 1.205 desa di
NTT belum dialiri listrik dari total desa secara keseluruhan sebanyak 3.314 desa di NTT.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (SDM) per maret 2017 rasio
elektifikasi Indonesia sudah mencapai 92 %, tinggal 8% wilayah Indonesia yang belum teraliri listrik. Di
mana provinsi Papua dengan rasioanya sebesar 59,2% dan provinsi NTT sebesar 48,3%. Hanya dua
provinsi ini yang memiliki rasio eletrifikasi dibawah 70%, sedangkan 33 provinsi yang lain sudah di atas
70%. Hal ini nampaknya kontradiktif dengan pemberitaan media publik lima tahun terakhir yang
memaparkan fakta progresifnya pembangunan sumber pembangkit energi listik alternatif di Nusa
Tenggara Timur, mulai dari pembangkit listrik tenaga mikro hidro (air), tenaga panas bumi, tenaga uap,
tenaga surya, tenaga biomassa hingga mendatangkan kapal pembangkit listrik tenaga diesel dari Turki
dan rencana membangun pembangkit listrik tenaga gelombang laut di calon Jembatan Palmerah
Flores – Adonara. Mestinya, kehadiran proyek penyuplai energi listrik yang tersebar di seluruh NTT ini
telah dapat meningkatkan ketahanan energi listrik di Nusa Tenggara Timur, bahkan harusnya sudah
dapat mensuplai energi listrik bagi wilayah provinsi lain. Tetapi faktanya, ketahanan energi listrik di
Nusa Tenggara Timur hingga akhir tahun 2017 ini masih berada di bawah harapan.
Kondisi rendahnya ketahanan enegeri listrik di Provinsi NTT berimbas pula pada kecepatan
pembangunan, secara khusus laju sektor industri manufaktur, perhotelan, dan lainnya. Hal ini menjaidi
sebuah persoalan mendesak untuk ditangani dewasa ini. Padahal de facto, NTT telah memiliki
berbagai alternatif penyuplai energi listrik selain mesin disel yang tersebar di seluruh wilayah NTT.

1.2. Analisis Masalah


Kebijakan ketahanan energi di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini secara khusus dibatasi hanya
pada energi listrik. Berdasarkan teknik analisa pohon masalah, maka tampilan kasat mata dari masalah
ketahanan energi listrik di NTT adalah masih banyaknya wilayah desa di NTT yang belum teraliri listrik
yakni 1.205 desa di NTT belum dialiri listrik dari total desa secara keseluruhan sebanyak 3.314 desa di
NTT. Kemudian fakta masih sering terjadinya pemadaman listrik yang telah melampaui TMP yang
ditetapkan oleh PLN. Juga minimnya industry manufaktur di Nusa Tenggara Timur berbasis listrik
umum, dan industry perhotelan yang secara penuh bergantung pada supply energi listrik Negara
(hampir setiap industry masih mengandalkan pasokan listrik pribadi/genset).
Faktor penyebab langsung dari fakta masalah energi listrik di NTT jika merujuk pada pendapat
para pelaku energi listrik yang disampaikan pada media massa maupun hasil survey, adalah karena
system jaringan transmisi dan distribusi listrik serta kapasitas listrik yang masih terbatas. Secara kasat
mata, jarang ditemui jaringan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) di NTT, bahkan di
beberapa wilayah tiang listrik masih berupa kayu biasa. Selain factor kualitas dan kuantitas jaringan
transmisi dan distribusi listrik, factor lainnya adalah defisit daya listrik. Sejak Desember 2016 dengan
beroperasinya kapal penyuplai listrik di Pulau Timor, diakui bahwa listrik di Pulau Timor telah
mengalami surplus yakni daya yang disiapkan telah melampaui kebutuhan beban puncak, walau
demikian fakta rasio elektrifikasi yang masih tinggi mengisyaratkan bahwa beban puncak masih akan
bertambah seiring menurunnya rasio elektrifikasi di NTT. Hal ini berarti, masalah defisit daya masih
membayang di depan mata.
Berdasarkan teknik analisa SWOT (Strength, Weakness, Opporunity dan Threats) atau
Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan, maka masalah ketahanan energi listrik di NTT
dideskripsikan sebagai berikut:
Kekuatan (Strength) Peluang (Opportunity)
1. Dukungan pemerintah melalui APBN dan Program 1. Posisi strategis NTT sebagai daerah 3 T
Prioritas Pembangunan 3 T; (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) berdasarkan
2. Dukungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131/2015
Mineral; tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun
3. Sumber daya alam pembangkit tenaga listrik 2015–2019;
alternative seperti Panas Bumi, Uap, Solar, 2. Komitmen PLN untuk terus memperbaiki
Biomassa, Aliran Air, dll; kualitas dan kuantitas layanan kelistrikan sesuai
4. Meningkatnya animo masyarakat dalam Kepmen Energi dan Sumber Daya Mineral
menggunakan energi listrik baik untuk keperluan nomor 5899/2016 tentang Rencana
sehari-hari maupun industry; Pengembangan Sistem Kelistrikan PT PLN di
5. PLN sebagai lembaga negara yang mengelola Provinsi NTT Tahun 2016 sd 2025;
kelistrikan di NTT; 3. Telah tersedianya pembangkit listrik alternatif di
Flores, Sumba, Timor, Rote, Lembata dan Alor;
Beroperasinya Kapal Listrik dari Turki di Timor;
4. Rencana Penyederhanaan Golongan Listrik
dengan menaikkan daya listrik untuk
mendorong produktivitas masyarakat;
Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threats)
1. Kesadaran masyarakat untuk bijaksana 1. Keterbatasan sumber daya alam seperti BBM,
memanfaatkan energi listrik masih rendah; batu bara dan lain-lain di NTT;
2. SDM bidang energi listrik di NTT yang masih 2. Kondisi geografis NTT berupa kepulauan,
rendah; bergunung-gunung dan jarang penduduk;
3. Jaringan Transimisi dan Distribusi Energi listrik 3. Potensi bencana alam gunung meletus, gempa
yang belum menjangkau semua wilayah di NTT; bumi dan banjir;
4. Pasokan energi listrik yang masih rendah karena 4. Perilaku masyarakat yang tidak bijaksana dalam
sumber pasokan energi listrik alternative belum mengkonsumsi energi listrik;
beroperasi optimal; 5. Klaim status tanah dan penolakan warga
5. Koordinasi dan Sinkronisasi berbagai sumber daya terhadap pembangunan SUTET dan
energi alternative dalam mensuplai energi listrik di pembangkit listrik EBT.
NTT rendah;
6. Rendahnya pemanfaatan sumber energi baru
terbarukan (EBT) di NTT;
Berdasarkan latar belakang dan analisa masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam bidang ketahanan energi listrik di Nusa Tenggara Timur adalah belum
optimalnya upaya pemerintah dalam meningkatkan pasokan sumber energi listrik dan distribusi energi
listrik serta pemanfaatan energi listrik untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di Nusa Tenggara
Timur.
BAB II
FORECASTING

2.1. Visi
“Terwujudnya tata kelola sumber energi listrik baru dan terbarukan yang mendorong
meningkatnya daya saing ekonomi melalui pemanfaatan energi listrik menuju kesejahteraan
masyarakat Nusa Tenggara Timur.”

2.2. Misi
Untuk mencapai visi terwujudnya tata kelola sumber energi listrik baru dan terbarukan yang
mampu mendorong meningkatknya daya saing ekonomi melalui pemanfaatan energi listrik menuju
kesejahteraan masyarakat Nusa Tenggara Timur tersebut ditetapkan 6 misi yang akan
memberikan arah dan alur tata kelola sumber energi listrik di Nusa Tenggara Timur yaitu:
1. Memantapkan koordinasi dan supervisi pengelolaan sumber daya energi.
2. Meningkatkan kualitas SDM yang mengelola sumber energi listrik
3. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam penelitian dan pengembangan untuk
mengoptimalkan peluang-peluang strategis dalam pengelolaan dan pendayagunaan
energy listrik.
4. Mempercepat penyediaan dan pemanfaatan energi listrik serta pembaruan energi baru
terbarukan dan konservasi energi sumber daya lokal
5. Menyediakan pelayanan yang berkualitas melalui pengaturan, pembinaan pelaksanaan,
pengendalian pengawasan dalam pengusaan energi listrik.
6. Meningkatkan pemanfaatan energy listrik untuk kesejahteraan masyarakat.

2.3. Tujuan
1. Meningkatkan penyediaan dan pengelolaan energi listrik
2. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan untuk mengoptimalkan peluang-peluang yang
strategis dalam pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya energi
3. Meningkatkan upaya penurunan ketergantungan pemanfaatan energi fosil
4. Meningkatkan jumlah pasokan energi listrik di NTT baik untuk skala rumah tangga maupun
industri
5. Mempermudah akses masyarakat terhadap energi listrik yang berkualitas dan memadai
6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memberdayakan energi listrik untuk industri
rumah tangga dan industri besar
2.4. Sasaran
1. Meningkatnya ketersediaan pasokan energy listrik;
2. Meningkatnya kualitas pengelolaan energi listrik;
3. Meningkatnya peran dan fungsi lembaga dalam mengoptimalkan peluang strategis dalam
pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya energi baru dan terbarukan;
4. Meningkatnya kualitas SDM yang berkompeten dalam pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian pemanfaatan sumber daya energi
5. Meningkatnya kualitas sarana prasarana pendukung dalam pengembangan pengelolaan dan
pendayagunaan sumber daya energi;
6. Menurunnya ketergantungan pada pemanfaatan energi fosil dalam menyediakan sumber
energi listrik;
7. Meningkatnya jumlah pasokan energi listrik di NTT baik untuk skala rumah tangga maupun
industri
8. Terwujudnya kemudahan akses masyarakat terhadap energi listrik yang berkualitas dan
memadai;
9. Meningkatnya penggunaan energi listrik pada sektor industri rumah tangga, industry
manufaktur dan industri perhotelan;
10. Menurunnya angka rasio elektrifikasi di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN

3.1. Strategi
Rencana induk yang komprehensif untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi
adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan regulasi yang mengatur jalur komunikasi, koordinasi dan supervisi
pengelolaan sumber daya energi listrik;
2. Peningkatan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, sinergitas, dalam pengelolaan
kelembagaan dan pendayagunaan sumber daya energi;
3. Program Pendidikan dan Pelatihan bagi SDM yang mengelola sumber energi listrik;
4. Optimalisasi peran lembaga dalam penelitian dan pengembangan peluang strategis
pengelolaan dan pendayagunaan energi listrik.
5. Konversi sumber energi listrik dari sumber energy fosil ke sumber energi baru dan
terbarukan;
6. Peningkatan kualitas sarana prasarana pendukung pengelolaan dan pemanfaatan energy
listrik baru dan terbarukan;
7. Promosi pemasangan dan pemanfaatan energi listrik hingga ke pelosok wilayah NTT;
8. Edukasi listrik pintar untuk masa depan yang lebih baik;
3.2. Kebijakan
1. Penggunaan sumber energi yang terbarukan serta pengurangan penggunaan energi fosil
dikhususkan pada pengembangan listrik tenaga surya, panas bumi dan air;
2. Pelatihan dan bimtek dalam pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian pemanfaatan
sumber daya energi;
3. Optimalisasi Peran penelitan dan pengembangan (Litbang) terkait pendayagunaan
sumber daya energi baru dan terbarukan;
4. Pengadaan sarana prasarana pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya energi;
5. Kemitraan dalam penyediaan sarana prasarana pengelolaan dan pendayagunaan sumber
daya energi;
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik;
7. Perluasan jangkauan distribusi energy listrik ke seluruh pelosok wilayah Nusa Tenggara
Timur.
8. Penyederhanaan golongan listrik untuk meningkatkan kapasitas penggunaan energy
listrik;
BAB IV
IMPLEMENTASI

4.1. Penetapan Kebijakan


Sesuai dengan masalah pokok yang telah ditemukan dalam analisa masalah yakni belum
optimalnya upaya pemerintah dalam meningkatkan pasokan sumber energi listrik dan distribusi
energi listrik serta pemanfaatan energi listrik untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di
Nusa Tenggara Timur, maka solusi yang sesuai untuk mengatasi masalah pokok dalam
penyediaan sumber energi listrik dan optimalisasi pemanfaatannya untuk meningkatkan
produktivitas masyarakat adalah dengan meningkatkan peran pemerintah dalam tiga hal tersebut
yakni:
1. Meningkatkan pasokan sumber energi listrik dengan mengoptimalkan sumber daya
energi listrik baru dan terbarukan (sumber non fosil)
2. Meningkatkan jangkauan distribusi energi listrik hingga ke pelosok (rasio elektrifikasi
mencapai angka 0 %)
3. Meningkatkan pemanfaatan pasokan energi listrik untuk memajukan produktivitas
masyarakat.
Dari sekian banyak strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan visi, misi, tujuan
dan sasaran, maka kebijakan yang ditetapkan untuk dilakukan adalah menyangkut tiga hal pokok
tersebut di atas.

4.2. Program Operasional

Berdasarkan tiga kebijakan yang dipilih sebagai solusi mengatasi masalah belum optimalnya
upaya pemerintah dalam meningkatkan pasokan sumber energi listrik dan distribusi energi listrik
serta pemanfaatan energi listrik untuk meningkatkan produktivitas masyarakat di Nusa Tenggara
Timur, maka program operasional yang diimpelementasikan adalah :
1. Meningkatkan pasokan sumber energi listrik dengan mengoptimalkan sumber daya energi
listrik baru dan terbarukan (sumber non fosil):
Pelaksanaan Operasional:
 Penyediaan konsep/draft regulasi yang mengatur tata kelola sumber energy listrik
di NTT untuk disahkan oleh legislatif;
 Pengalokasian anggaran untuk melakukan peningkatan kapasitas pasokan energy
listrik dari sumber-sumber pembangkit tenaga listrik panas bumi, tenaga surya, dan
tenaga air yang telah ada tersebar di seluruh NTT;
 Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas tenaga fungsional bidang sumber
energy baru dan terbarukan pada organisasi;
 Promosi peran PLN selaku BUMN dalam mengitegrasikan dan meningkatkan
pemanfaatan sumber energy listrik baru dan terbarukan bersama dengan sektor
swasta lainnya;
 Pengendalian dan evaluasi kesiapan setiap sumber pembangkit tenaga listrik baru
dan terbarukan di NTT agar berfungsi optimal;
2. Meningkatkan jangkauan distribusi energi listrik hingga ke pelosok (rasio elektrifikasi
mencapai angka 0 %):
Pelaksanaan Operasional:
 Sosialisasi dan Edukasi pemasangan listrik di seluruh pelosok wilayah NTT;
 Penyediaan jaringan distribusi dan transmisi energy listrik di seluruh wilayah NTT;
 Penyediaan jaringan SUTET yang menghubungkan setiap sumber energy listrik ke
pemakai;
 Kerja sama lintas sektoral dengan pemerintahan kecamatan dan desa se NTT
untuk memastikan setiap rumah telah didata untuk mendapatkan layanan
pemasangan listrik;
3. Meningkatkan pemanfaatan pasokan energi listrik untuk memajukan produktivitas
masyarakat.
Pelaksanaan Operasional:
 Mendukung program penyederhanaan golongan listrik non subsidi dari pemerintah
pusat;
 Menyiapkan tenaga penyuluhan pemanfaatan Listrik Pintar hingga ke desa-desa;
 Menyiapkan layanan konsultasi dan pengaduan tentang pemanfaatan energy listrik
bekerja sama dengan para piha terkait yang membidangi pertumbuhan ekonomi
dan produksi masyarakat;
 Memfasilitasi dan mempromosikan pemanfaatan pasokan listrik Negara pada
bidang industri manufaktur dan industri perhotelan di NTT;
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi bertujuan untuk menilai kembali pencapaian tujuan melalui
pelaksanaan program operasional.
Adapun beberapa indikator yang digunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan program operasional
antara lain:
INDIKATOR MONITORING EVALUASI
WAKTU  Setiap Triwulan  Hasil pelaksanaan program
 Setiap Semester operasional
 Setiap Tahun
YANG DIUKUR  Sarana dan Prasarana  Keterssediaan sarana dan
Pembangkit Energi Listrik prasara yang memadai
 Jaringan Transmisi dan Distribusi  Terdistribusinya jaringan
Energi Listrik transmisi sampai ke pelosok
 Jumlah pasokan energy listrik  Kecukupan pasokan
cadangan energy listrik
 Jumlah pengguna energy listrik  Persentase jumlah pengguna
mencapai 100%

 Jumlah pemakaian energy listrik  Efisiensi dan Efektifitas


pemakaian energy listrik
 Dampak serta keberlanjutan
program
 Kesejahteraan Masyarakat
YANG TERLIBAT  PLN Terciptanya hubungan yang
 Masyarakat harmonis dan kondusif para
 LSM Stakeholder
 Pengusaha
SUMBER INFORMASI  PLN Koordinasi serta informasi yang
 Masyarakat terupdate demi pengembangan
 LSM kualitas dan kuantitas Program
 Pengusaha Operasional
PENGGUNA  Masyarakat Kepuasan pelanggan (Konsumen)
 Pemerintah dan para Stakeholder merupakan
 LSM prioritas pencapaian keberhasilan
dalam Implementasi Kebijakan.

Disadari bahwa dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi seringkali diperhadapkan dengan
berbagai kendala antara lain:
1. Keterlambatan pelaksanaan proyek
2. Keterbatasan pendanaan
3. Kurangnya tenaga ahli dibidang kelistrikan
4. Pertambahan pengguna/pelanggan baru yang cukup drastic
5. Kondisi geografis daerah yang sangat sulit dijangkau.
6. Dan lain sebagainya.
Untuk itu perhatian pemerintah secara total masih sangat diperlukan dalam pencapaian visi
“Terwujudnya tata kelola sumber energi listrik baru dan terbarukan yang mendorong meningkatnya
daya saing ekonomi melalui pemanfaatan energi listrik menuju kesejahteraan masyarakat Nusa
Tenggara Timur.”

BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dalam mewujudkan tata kelola energy listrik baru dan terbarukan (LBT) perlu adanya suatu
kebijakan public yang strategis dalam menjawab permasalahan “ belum terpenuhi pasokan
sumber energi listrik dan distribusi energi listrik serta pemanfaatan energi listrik untuk
meningkatkan produktivitas masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
Energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru, yaitu sumber energi yang
dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun
sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir, hidrogen, gas metana batubara (coal bed
methane), batu bara tercairkan (liquified coal), dan batubara tergaskan (gasified coal).
Sementara itu energy terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan,
yaitu sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola
dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air,
serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.
Penggunaan energi baru dan terbarukan dapat menjadi solusi di tengah beban impor minyak
dan gas bumi yang semakin meningkat dan membebani neraca perdagangan Indonesia. Untuk
mencapai keberhasilan pengembangan energi ini, perlu adanya peran pemerintah daerah
untuk dapat membantu pengembangannya. Sebab, banyak potensi energi baru dan terbarukan
berada di daerah-daerah yang tersebar di Indonesia.
Wilayah NTT sangat berpotensi dalam pengembangan sumber energy terbarukan baik itu
sumber panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan
perbedaan suhu lapisan laut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan tenaga listrik Indonesia
khususnya di NTT memerlukan upaya bersama yang terarah antara Pemerintah Pusat sampai
Pemerintah Daerah dan terkoordinasi dengan baik dari berbagai pemangku kepentingan di
sektor ketenagalistrikan.
2. Saran
1) Perlu adanya komitmen pemerintah Pusat dalam Pengembangan Daerah-daerah
perbatasan seperti NTT sebagai etalase bangsa bagi Negara-negara yang berbatasan
dengan Indonesia.
2) Pemerintah perlu terus mengembangkan sumber energy baru dan terbarukan karena
dianggap sangat efisien sehingga dapat mengurangi terjadinya krisis energy
3) Dalam Pengembangan energy baru dan terbarukan pemerintah perlu memperhatikan
dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya implementasi kebijakan tersebut.
4) Perlu adanya peningkatan dalam upaya pengembangan SDM melalui pendidikan dan
pelatihan secara berkesinambungan yang dapat menciptakan ahli-ahli kelistrikan
5) Perlu adanya peningkatan pengawasan dan evaluasi baik dalam penyusunan regulasi atau
kebijakan maupun dalam mengimplementasi kebijakan terkait permasalahan kelistrikan.
6) Semua Stakeholder perlu terus melakukan koordinasi secara baik dan terarah dalam
pencapaian tujuan bangsa untuk menyediakan dan mendistribusikan energy listrik sampai
ke pelosok-pelosok desa demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarkat.
DAFTAR PUSTAKA
 Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2016, BPS, 2016
 Rencana Strategis 2014 – 2018, Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Nusa
Tenggara Timur
 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Nomor 5899 Tahun 2016
tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan
Linstrik Negara (Persero) Tahun 2016 – 2025
 …..
 (https://finance.detik.com/energi/3134391/ini-4-provinsi-yang-paling-kekurangan-listrik-
di-ri pukul 17.58 minggu 10 des 2017)
 (http://www.plnntt.co.id/2012/10/sejarah-singkat-pln-ntt.html)

Anda mungkin juga menyukai