Anda di halaman 1dari 8

Aviation Electronics, Information Technology, Telecommunications, Electricals, Controls (AVITEC) 1

Vol. 5, No. 1, February 2023, pp. 1~12, p-ISSN 2685-2381, e-ISSN 2715-2626
http://dx.doi.org/10.28989/avitec.v4i2

Analisis Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Di


Desa Wajok Hulu, Kalimantan Barat
Mochammad Vicky Ardiansyah1, Moch Fuyut Rokhmat tulloh
1,2
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah
Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim 150, Kota Surabaya Jawa Timur 60111
e-mail: vickyardiansyah022@gmail.com dan mochfuyut@gmail.com

Article Info ABSTRACT


Article history: Di desa Wjok Hulu Kalimantan Barat memiliki sumber energi terbarukan
di daerah terpencil dan kepulauan yang sulit diselesaikan PT.PLN,
sebagian besar terbentur masalah infrastruktur untuk menuju lokasi yang
tidak memadai Disamping itu jarak lokasi yang jauh dari gardu induk, dan
pertambahan jumblah penduduk yang sedikit dan tersebar serta kebutuhan
listrik aktual yang umumnya rendah membuat investasi menjadi tidak
menarik. Maka dari itu prioritas untuk menjangkau wilayah-wilayah
terpencil sering terabaikan diupayakan oleh pemerintah melalui sistem
distribusi generation seperti halnya PLTD. Namun aplikasi PLTD dinilai
belum tepat karena teknologi ini dapat menimbulkan masalah ketika
membutuhkan bahan bakar, maintenance dan repair. Minimnya
ketersediaan solar dan minyak tanah di daerah terpencil dan kepulauan
menjadi masalah terbesar yang sulit diatasi,
Keywords:
Pembangkit Listrik,
Biomassa, Termodinamika,
Power plant, Biomass, West Kalimantan has renewable energy sources in remote areas and islands that
Thermodynamic are difficult for PT. PLN to solve, most of them have infrastructure problems to get
to an inadequate location. Besides that, the location is far from substations, and the
increase in the number of population is small and scattered and electricity needs
which is generally low, makes the investment unattractive. Therefore, the priority to
reach remote areas is often neglected by the government through a generation
distribution system such as PLTD. However, the PLTD application is considered
not right because this technology can cause problems when it requires fuel,
maintenance and repair. The lack of availability of diesel and kerosene in remote
areas and islands is the biggest problem that is difficult to overcome.

Corresponding Author:
Name of Corresponding Author,
1,2
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Universitas Hang Tuah Surabaya
Jl. Arief Rahman Hakim 150, Kota Surabaya Jawa Timur 60111
e-mail: vickyardiansyah022@gmail.com dan mochfuyut@gmail.com

1. PENDAHULUAN
Masalah pengadaan listrik di daerah terpencil dan kepulauan yang sulit diselesaikan PT.PLN,
sebagian besar terbentur masalah infrastruktur untuk menuju lokasi yang tidak memadai Disamping itu jarak
lokasi yang jauh dari gardu induk, dan pertambahan jumblah penduduk yang sedikit dan tersebar serta
kebutuhan listrik aktual yang umumnya rendah membuat investasi menjadi tidak menarik. Maka dari itu
prioritas untuk menjangkau wilayah-wilayah terpencil sering terabaikan.
Masalah ini dapat diupayakan oleh pemerintah melalui sistem distribusi generation seperti halnya
PLTD. Namun aplikasi PLTD dinilai belum tepat karena teknologi ini dapat menimbulkan masalah ketika
membutuhkan bahan bakar, maintenance dan repair. Minimnya ketersediaan solar dan minyak tanah di daerah
terpencil dan kepulauan menjadi masalah terbesar yang sulit diatasi, dan untuk ketersediaan debit air yang
besar dan tidak semua desa terpencil mempunyai sumber air maka tidak memungkinkan juga untuk
menerapkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)
2 Penulis 1, et. al.: Tiga sampai lima kata Judul Artikel

Teknologi yang dinilai tepat untuk pembangkitan listrik di desa terpencil dan kepulauan adalah
pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm). pembangkitan energi Biomassa memanfaatkan limbah biomassa
terutama limbah dari kelapa sawit yang ada disekitar desa Wajok Hulu, Kecamatan Siantan, Kabupaten
Mempawah, Provinsi Kalimantan Barat, Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) Siantan berkapasitas
2 Megawatt (MW (Commercial Operating Date/ COD) sejak 23 April 2018 menggunakan teknologi gasifikasi
yaitu boiler dengan tipe water tube dengan bahan bakar yang berasal dari cangkang kelapa sawit dan kayu,
Listrik yang dihasilkan PLTBM Siantan tersebut nantinya akan disalurkan melalui jaringan 20 kilo Volt (kV)
milik PLN dan interkoneksi melalui Gardu Induk (GI).
2. METODE PENELITIAN
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa merupakan bahan organik yang diproduksi melalui proses
fotosintesis. Biomassa termasuk limbah semua tanaman yang ada di darat maupun laut, limbah padat kota,
biosolid kota, limbah hewan, residu kehutanan, serta pertanian, dan beberapa jenis limbah industri. Biomassa
merupakan sumber energi yang paling menjanjikan untuk menggantikan posisi dari pada energi fosil, Daya
listrik yang dihasilkan dari susunan biomassa bergantung pada aksesibilitas dan waktu produksi biomassa per
hari. Limbah Biomassa merupakan bahan organik yang diproduksi melalui proses fotosintesis. Biomassa
termasuk limbah semua tanaman yang ada di darat maupun laut, limbah padat kota, biosolid kota, limbah
hewan, residu kehutanan, serta pertanian, dan beberapa jenis limbah industri. Biomassa merupakan sumber
energi yang paling menjanjikan untuk menggantikan posisi dari pada energi fosil, Daya listrik yang dihasilkan
dari susunan biomassa bergantung pada aksesibilitas dan waktu produksi biomassa per hari.

Gambar 1. Siklus Pembangkit PLTBm(1)


2.1 Potensi sumber energi biomassa
Biomassa merupakan salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang potensinya sangat melimpah di
Indonesia. Berdasarkan Rencana Energi Umum Nasional (RUEN) 2020, biomassa diproyeksikan memiliki
kapasitas hingga 32.650 megawatt. Tidak jauh berbeda, biomassa dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2020, biomassa memiliki
kapasitas potensi sebesar 32.654 megawatt. Potensi besar biomassa tersebut umumnya berasal dari limbah hasil
perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, dan tebu, serta limbah hasil hutan seperti limbah gergajian dan limbah
produksi kayu. Terkait dengan bahan baku sendiri, setidaknya terdapat 4 jenis limbah yaitu kulit coklat (0,02
gigawatt), kulit kopi (0,03 gigawatt), sekam padi (3,08 gigawatt), cangkang sawit (20,3 gigawatt), dan kayu
akasia (7,30 gigawatt). Sementara terkait daerah penghasil, setidaknya terdapat 3 provinsi yaitu Sumatera
Selatan (5,03 gigawatt), Riau (4,67 gigawatt), dan Kalimantan Barat (3,76 gigawatt).
2.2 Boiler (Turbin Uap)
Boiler adalah mesin yang berperan banyak dalam proses pengolahan kelapa sawit menjadi berbagai
macam bentuk yang memiliki value lebih. Pengubahan energi potensial uap menjadi energi mekanis dalam
bentuk putaran poros di lakukan dengan berbagai cara. Turbin uap secara umum di klasifikasikan ke dalam tiga
jenis: impuls, reaksi, dan gabungan (impuls reaksi), yang tergantung pada cara perolehan pengubahan energi
potensial menjadi energi kinetik semburan uap.
2.3 Cangkang kelapa sawit
Cangkang kelapa sawit kaya akan kandungan kalori, kalori yang dimilikinya kurang lebih sekitar 3500
kkl/kg. Sementara bagian serabut dari kelapa sawit mempunyai kalori sebesar 2637-3998 kkl/kg. Dalam
pengolahan 1 ton kelapa sawitpada umumnya hanya akan menghasilkan 120 kg serabut dan 60 kg cangkang
sawit.
2.4 Pengertian Metode
Metode penelitian ini merupakan metode kuantitatif yaitu dengan melakukan pengumpulan data-data
menggunakan model-model matematis atau teori-teori yang diambil dari data lapangan secara langsung.
Aviation Electronics, Information Technology, Telecommunications, Electricals, Controls (AVITEC) 3
Vol. 5, No. 1, Ferbuary 2023

2.4.1. Metode pengumpulan data


Untuk menggambil data dari PKS Lubuk Dalam dan PKS Sei Buatan, yang terdiri dari data Cangkang
kelapa sawit terolah,
Data neraca bahan diambil untuk melihat jumlah limbah yang dihasilkan oleh PKS Lubuk Dalam dan
PKS Sei Buatan, khususnya data limbah padat biomassa yaitu tandan kosong, cangkang kelapa sawit dan kayu.
Untuk mengetahui kandungan energi dari limbah biomassa, maka dilakukan pengujian laboratorium untuk
mendapatkan nilai kalor dari tandan kosong, dari cangkang kelapa sawit dan kayu tersebut. Sampel limbah
biomassa diambil secara acak, selama penelitian dan kemudian diuji untuk menentukan rerata harga nilai kalor
yang terkandung dalam limbah biomassa.

2.4.2. Metode Analisis Data


Dari data kuantitatif yang dihasilkan baik data primer dari hasil pengujian maupun data sekunder
selanjutnya dianalisisi secara kuantitatif untuk mendapatkan nilai potensi energi listrik yang dapat
dibangkitkan dari limbah biomassa yang dihasilkan oleh PKS Lubuk Dalam dan PKS Sei Buatan.
Analisis pertama melihat ketersediaan bahan bakar untuk pembangkit listrik biomassa dan yang cocok
untuk bahan bakar pltbm di adidesa wajok hulu adalah cangkang kelapa sawit karena banyak ditemui dan
kalori yang dihasilakan untuk sumber bahan bakar juga sangat baik.
Analisis kedua melihat potensi energi yang dikandung dalam limbah biomassa. Rangkaian analisis
meliputi pengujian laboratorium untuk mendapatkan nilai kalor masing-masing limbah biomassa, Pengujian
nilai kalor dilakukan berdasarkan Hukum I Termodinamika
Analisis ketiga perancangan sistem peralatan pendukung pembangkit listrik tenaga biomassa sawit.
Dalam tahap ini dilakukan perancangan peralatan-peralatan utama sesuai dengan siklus pembangkit uap
Rankine, terutama untuk peralatan Boiler, Turbine, Condenser dan Pompa

2.4.3. Analisis Proyeksi Produksi Biomassa


Analisis proyeksi produksi biomassa didapatkan berdasarkan produksi cangkang kelapa sawit terolah
dan neraca massa pabrik. PKS Lubuk Dalam dan PKS Sei Buatan berada di Kabupaten Mempawai, Propinsi
Kalimantan Barat, dengan bahan baku Cangkang kelapa Sawit yang berasal dari kebun sendiri dan dari kebun
petani rakyat, baik dalam bentuk petani plasma maupun pembelian langsung. PKS Lubuk Dalam memiliki
kapasitas terpasang 30 ton/jam. Cangkang diolah selama lima tahun terakhir relatif stabil dengan kapasitas
tertinggi didapatkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 15.766 ton cangkang/tahun. Sumber cangkang terolah
selama 5 tahun terdiri dari kebun inti, plasma dan pembelian secara total relatif tetap. cangkang dari kebun inti
menurun sebesar 3%, plasma menurun sebesar 2% dan pembelian meningkat sebesar 8%. Berdasarkan data
pengolahan di PKS Lubuk Dalam, didapatkan rerata neraca massa dengan prosentase limbah biomassa tandan
kosong 22%, Cangkang 6% dan serabut 14%.

Cangkang diolah ( Ton )


Jenis
bahan 2011 2012 2013 2014 2015

TBS 220.313 244.688 262.926 246.523 223.88


Tangkos 48.469 53.831 57.844 54.235 49.254

Cangkang 13.219 14.681 15.776 14.791 13.433

Serabut 30.844 34.256 36.81 34.513 31.343

Tabel 1. Cangkang diolah dan limbah biomassa di PKS Lubuk Dalam.

PKS Sei Buatan memiliki kapasitas terpasang 60 ton/jam, akan tetapi realisasi TBS diolah mendekati realisasi
Cangkang diolah di PKS Lubuk Dalam yang memiliki kapasitas 30 ton/jam. Kapasitas olah tertinggi PKS Sei
Buatan memiliki kapasitas terpasang 60 ton/jam, akan tetapi realisasi TBS diolah mendekati realisasi
Cangkang diolah di PKS Lubuk Dalam yang memiliki kapasitas 30 ton/jam. Kapasitas olah tertinggi diperoleh
pada tahun 2015, yatu sebesar 15.44 ton/tahun. Dari data tersebut, PKS Sei Buatan belum dapat memenuhi
kapasitas olahnya, dimana untuk PKS 60 ton/jam seharusnya dapat mengolah Cangkang sebesar 360.000
ton/tahun. Sumber Cangkang terolah selama 5 tahun terdiri dari kebun inti, plasma dan pembelian secara total
meningkat sebesar 3%. Sama dengan PKS Lubuk Dalam, pembelian Cangkang dari pihak ketiga masih
dominan sebagai pemasok bahan baku, sehingga kehandalan pabrik menjadi faktor penting memenangkan
4 Penulis 1, et. al.: Tiga sampai lima kata Judul Artikel

persaingan untuk mendapatkan bahan baku. Neraca massa dari data pengolahan di PKS Sei Buatan
menunjukkan nila rerata yang sama dengan neraca massa di PKS Lubuk Dalam, yaitu dengan prosentase
limbah biomassa tandan kosong 22%, Cangkang 6% dan serabut 14%. Tabel 2 menunjukkan data Cangkang
olah dan produksi limbah biomassa di PKS Sei Buatan.

Cangkang diolah ( Ton )


Jenis
bahan 2011 2012 2013 2014 2015

TBS 224.55 215.41 270.7 276.67 253.4


Tangkos 49.4 47.391 59.554 60.867 56.63

Cangkang 13.473 12.925 16.242 16.6 15.44

Serabut 31.436 30.158 37.898 38.734 36.03

Tabel 2. Cangkang diolah dan limbah biomassa di PKS Sei Buatan


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Potensi Energi Biomassa
Tahap awal dalam analisis ini adalah dilakukan pengujian kandungan energi yang dimiliki oleh
masingmasing limbah biomassa dari PKS. Sampel yang digunakan adalah tandan kosong, cangkang dan
serabut yang diambil secara acak dari PKS Lubuk Dalam dan PKS Sei Buatan.
“Energi adalah Kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”. Pada kasus ini energi kimia
setelah terjadi proses pembakaran akan berubah menjadi energi panas. Energi ini selanjutnya diterima oleh
media lain dengan indikasi kenaikan suhu media penyerap energi tersebut. Dalam Calorymeter Bomb mendia
penyerap energi kimia bahan bakar adalah air, material bejana sebelah dalam (bomb) dan material sebelah luar
(pail).

Nilai kalor (kj/kg)


Jenis Biomassa
Lubuk dalam Sei Buatan
Tangkos (MC60%) 6.675 6.779
Tangkos (MC30%) 10.325 10.425
Cangkang 16.563 16.263
Serabut 8.792 8.833

Tabel 3. Hasil pengujian nilai kalor

Persamaan untuk hukum 1 Termodinamika dengan system tertutup adalah:

∑ 𝐸𝑑i𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = ∑ 𝐸𝑑i𝑡𝑒𝑟i𝑚𝑎

Berdasarkan analisa maka didapat:

𝑚𝐵𝐵. 𝐻𝐻𝑉𝐵𝐵 = 𝐶𝑣. ∆𝑇 − 𝑚𝑆𝑡i𝑚𝑢𝑙𝑎 . 𝐻𝐻𝑉𝑆𝑡i𝑚𝑢𝑙𝑎

Dimana :

𝐶𝑣 = (𝑚 . 𝐶𝑝 ) + ( 𝑚 . 𝐶𝑝 )
𝑎 𝑎 𝑡𝑏 𝑡𝑏

Sehingga

𝐶𝑣 . ∆𝑇 – 𝑚 . 𝐻𝐻𝑉
𝐻𝐻𝑉𝐵𝐵 = 𝑆𝑡i𝑚u𝑙𝑎𝑛 𝑆𝑡i𝑚u𝑙𝑎𝑛
𝑚𝐵𝐵
Aviation Electronics, Information Technology, Telecommunications, Electricals, Controls (AVITEC) 5
Vol. 5, No. 1, Ferbuary 2023

Dengan mBB = m0 – m1

Dimana :

MBB : Massa bahan bakar (kg)


HHV : Nilai kalor pembakaran bahan bakar (kJ/kg)
Ma : Massa air (kg)
CPa : Kalor jenis rata-rata air (= 4,18 kJ/kg.K)
CPtb : Kalor spesifik tabung (= 0,46 kJ/kg.K)
To : Suhu awal air (oC)
T1 : Suhu maksimum air (oC)
Mo :Massa bahan bakar sebelum pembakaran (kg)
M1 : Massa bahan bakar setelah pembakaran (kg)

analisis potensi energi limbah biomassa dengan mengambil data kapasitas olah pada (Tabel 1 dan
Tabel 2) dan nilai kalor bahan bakar biomassa. Kapasitas dihitung pada total Cangkang diolah terendah dalam
jangka waktu lima tahun terakhir dengan asumsi potensi daya minimal didapatkan pada kapasitas terendah.
Hari olah dalam setahun adalah 320 hari dan satu hari olah dianggap selama 24 jam mengikuti kinerja
pembangkit listrik Hari pengolahan dianggap setahun 320 hari, presentase limbah biomassa pada cangkang
sebesar 6%.
Menghitung kapasitas olah perjam dimasukan :
 Daerah lubuk dalam
cangkang terolah
Kapasitas (ton/jam) =
( Harian olah x 24 jam)
13433
=
(320 x 24 jam)
= 1,749 ton/jam

Cangkang : 6% x 1,749 = 0,10494 ton/jam

 Daerah sei buatan


cangkang terolah
Kapasitas (ton/jam) =
(harian olah x 24 jam)
15433
=
(320 x 24 jam)
= 2,1 ton/jam

Cangkang : 6% x 2,1 = 0,126 ton/jam

Potensi energi potensi energi yang terkandung merupakan perkalian antara kapasitas dan nilai kalor untuk
masing-masing bahan. Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungan potensi energi limbah biomassa di PKS Lubuk
Dalam dan PKS Sei Buatan.

Nilai kalor (kj/kg)


Jenis Biomassa
Lubuk dalam Sei Buatan
Tangkos (MC60%) 42.126.000 43.606.000
Tangkos (MC30%) 65.162.000 67.057
Cangkang 28.507.000 28.529.000
Serabut 35.308.000 36.157.000

Table 4. Potensi Energi Limbah Biomassa Sawit


6 Penulis 1, et. al.: Tiga sampai lima kata Judul Artikel

3.2 Perancangan system pembangkit


Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit menerapkan prinsisp-prinsip termodinamika dalam bentuk
siklus pembangkit uap atau yang biasa disebut siklus Rankine. Dalam sistem pembangkit ini terdapat empat
peralatan utama, yaitu boiler, turbin-generator, condenser dan pompa.
a. Boiler
Merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap (penguapan) melalui proses pembakaran
bahan bakar di ruang bakar boiler. Uap yang terbentuk dari boiler memiliki tekanan dan temperatur yang
tinggi, sehingga memiliki energi yang tinggi. Energi tersebut kemudian diekstrak oleh turbine dan dikonversi
menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran dan torsi. Putaran dari turbin tersebut digunakan untuk memutar
generator yang menghasilkan energi listrik. Uap yang telah diekstrak energinya oleh turbin menjadi memiliki
tekanan yang rendah, yang kemudian didinginkan oleh condenser sehingga kembali kedalam fasa cair (air). Air
tersebut selanjutnya dipompakan kembali ke boiler dengan tekanan yang lebih tinggi.

Etan kosong = Etan kosong lubuk dalam + Etan kosong sei buatan
= 28.507.000 + 28.529.000
= 57.036.000 kj/jam

Spesifikasi yang pertama ditentukan adalah tekanan dan temperatur uap boiler, yaitu ditentukan tekanan 32
barg dan temperatur 400oC dengan jenis uap superheated steam. Sedangkan air masuk boiler ditentukan
memiliki temperatur 105oC.
dimana: :
μ :Efisiensi boiler (%)
Q : Kapasitas boiler (kg/jam)
H1 : Enthalpy Uap (kJ/kg)
H0 : Enthalpy Air (kJ/kg)
EBB : Energi bahan bakar (kJ/jam)

Enthalpy uap diambil dari data tabel uap (steam table) untuk uap superheated 400oC, 32 barg, didapat h1
sebesar 3226,3 kJ/kg. Enthalpy air masuk dihitung pada kondisi cair, temperatur 105oC, 32 barg, didapat h0
sebesar 442,28 kJ/kg. Dengan mengambil asumsi efisiensi boiler biomassa sebesar 75%.
s . EBB
Q =
(h 1−h 0) EBB
0,75 X 57.036.000
=
( 3226,3−442,28)
= 15,365 kg uap/jam
Potensi uap yang dapat dibangkitkan dari bahan bakar tersedia adalah 15.000 kg/jam, sehingga kapasitas
boiler ditentukan sebesar 35 ton uap/jam.

KETERANGAN SPESIFIKASI
Jenis Boiler Pioa Air
Tekanan Uap 32 barg
Temperatur Uap 400 oC
Jenis uap Superheated
Temperatur air 105℃
Effisiensi 75%
Kapasitas Uap 35.000 kg/jam
Bahan Bakar 15000 kg/jam
Konsumsi Bahan Bakar cangkang
Reciprocating-water
Jenis Grato
cooled
Tabel 5. Spesifikasi Boiler hasil rancangan
Aviation Electronics, Information Technology, Telecommunications, Electricals, Controls (AVITEC) 7
Vol. 5, No. 1, Ferbuary 2023

b. Turbin Generator
Turbin merupakan peralatan yang mengkonversi energi dari uap dari boiler menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran, yang kemudian digunakan untuk menggerakkan generator listrik.
Dengan asumsi bahwa semua aliran masa dan energi yang steady, sehingga berlaku hukum konservasi
energi, pertama Thermodinamika :

dQ = dU – dW
dimana :
dQ : kalor yang diterima sistem,
dU . : U2 — U1 = perubahan energi
dW : usaha yang dilakukan system

• Menghitung Daya Turbin :


Daya TURBIN :
Wt = WT = Q ( h1 – h2 )
= 15.000 x0,7 x (3226,3 – 2395,1)
= 8.727.000 kj/jam
Wt = 8.727.000 x 0,000278
= 2,426 W
Asumsi isentropik sebesar 70% = 0,7
Keterangan Spesifikasi
Jenis Turbine Condensing turbine
Jenis Valve Multistage
Tekanan Uap Masuk 32 barg
Jenis Uap Superheated
Tekanan Uap Exhaust -0,5 barg
Effisiensi isentropik 70%
SSC 6,87
Daya Generator 2MW
Tabel 6. Spesifikasi Turbin-Generator hasil rancangan

Daya turbin digunakan untuk Generator, dengan asumsi efesiensi generator dan gear box sebesar 90%
maka potensi daya listrik ialah : 

• Menghitung daya generator sebesar :


P = Wt x 90%
= 2426 x 90%
= 2183,4 W
Dengan SSC didapat 6,87 kg/kWh, maka hanya akan didapatkan pada turbin jenis condensing multistage.
Dari potensi daya yang didapatkan, maka kapasitas turbin-generator dipasang pada daya 2.000 W atau 2 MW.
menghitung menilai efisiensi sistem pembangkit, yaitu:

SSC = Q/P
= 35.000/5090,4
= 6,87 kg uap/W
Dengan SSC didapat 6,87 kg/W, maka hanya akan didapatkan pada turbin jenis condensing multistage.
Dari potensi daya yang didapatkan, maka kapasitas turbingenerator dipasang pada daya 5.000 W atau 5 MW.
Tabel 6 menunjukkan spesifikasi turbin-generator hasil rancangan.
c. Condenser
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menurunkan suhu uap keluar turbin (exhaust steam) sehingga
uap berubah fasa menjadi cair berbentuk kondensat pada tekanan vacuum. Dengan proses tersebut akan
diperoleh selisih enthalphy yang tinggi antara uap masuk turbin dan uap keluar turbin sehingga dapat
8 Penulis 1, et. al.: Tiga sampai lima kata Judul Artikel

menghasilkan daya yang lebih besar untuk menggerakkan generator. Tipe condenser yang biasa digunakan di
pembangkit adalah surface condenser yaitu jenis shell and tube yang terintegrasi dengan cooling tower.
Peralatan lain yang diperlukan adalah steam ejector yang berfungsi untuk melepaskan gas – gas yang tidak
terkondensasi dalam sistem sekaligus membuat tekanan vacuum pada condenser.
d. Pompa
Salam sistem siklus pembangkit uap Rankine, pompa memiliki peran melakukan sirkulai air di dalam
siklus. Selain itu, pompa berfungsi meningkatkan tekanan air yang masuk ke dalam drum atas boiler.
Spesifikasi pompa pengisi ketel (Feed Water Pump/FWP) memiliki karakteristik khusus, yaitu dengan beda
tekanan yang tinggi antara sisi hisap dan sisi buang. Pada kasus rancangan ini, pada sisi buang memiliki
tekanan hingga 32 barg. Dengan kondisi tersebut, maka diperlukan pompa dengan jenis multistage untuk dapat
menghasilkan tekanan yang tinggi. Air yang masuk dan harus dipompakan oleh FWP juga memiliki temperatur
yang tinggi, hingga 105oC, dengan demikian diperlukan pemilihan spesifikai pompa yang sangat ketat agar
tidak terjadi kavitasi. Pemilihan jenis pompa harus memperhitungkan NPSH tersedia dan NPSH diperlukan,
berdasarkan instalasi perpipaan pompa. Salah satu solusi adalah dengan memberikan gaya tekanan grafitasi
(lift force) dengan cara meninggikan sisi hisap hingga berada di atas posisi pompa.
Kapasitas pompa terpasang dihitung 1,5 kali dari kapasitas uap dibangkitkan, yaitu:
Qpompa = 1,5 . Quap
= 1,5 . 35.000 kg/jam
= 52.500 kg/jam
= 52,5 m3/jam

4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari peneilitan ini adalah sebagai berikut:
Pabrik Kelapa Sawit memiliki potensi sebagai penghasil energi listrik terbarukan, khususnya dalam
bentuk limbah biomassa dari tandan kosong, cangkang dan serabut.
Kinerja PKS Lubuk dalam dan PKS Sei Buatan cukup bagus, dengan didapatkan kesetabilan
Cangkang diolah selama lima tahun terakhir, dengan rata-rata mengolah diatas 200.000 ton Cangkang/tahun.
Sumber bahan baku Cangkan sebagian besar didapatkan dari pihak ketiga, sehingga parik harus memiliki
kehandalan yang tinggi
Dari hasil analisis perancangan pembangkit, jika didukung oleh dua PKS Lubuk Dalam dan PKS Sei
Buatan, maka akan diperoleh daya terbangkit dari PLTBS sebesar 2 MW. Perhitungan ini menggunakan
asumsi pada produksi terendah pada tahun 2015. Jika kemudian jumlah Cangkang diolah lebih besar, maka
potensi daya yang dihasilkan jiga akan lebih besar, sehingga analisis daya terpasang 2 MW masih feasible
untuk dilaksanakan
REFERENSI

[1] Arieta, F., Teixeira, F., Yanez, E., Lora, E., and Castillo, E. (2007) Cogeneration potential in the
Columbian palm oil industry: Three case studies, Biomass Bioenergy, 31, pp. 503-511
[2] Affendi, M. Dkk, 2010, Uji Variasi Beban Listrik Dan Rasio Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi Pada Mesin
Diesel Dual Fuel, seminar rekayasa kimia dan proses 2010 issn : 1411-4216.
[3] S, Dimas., 2011, Karakterisasi Proses Gasifikasi Downdraft Berbahan Baku Sekam Padi Dengan Desain
Sistem Pemasukan Biomassa Secara Kontinyu Dengan Variasi Air Fuel Ratio, Tugas Akhir Mahasiswa, ITS,
Surabaya.
[4] H, Seriawan. (2016) Analisis Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Biomasa Sawit (PLTBS) Pabatu PT
Perkebunan Nusantara IV, Jurnal Mekanika dan Sistem Termal, Vol. 1(1), pp. 14-20..

Anda mungkin juga menyukai