Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN PLTS

PERANCANGAN PLTS TERPUSAT OFF – GRID SYSTEM 25 KILOWATT PEAK


UNTUK PEDESAAN TERPENCIL

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perancangan PLTS)

Disusun oleh : Kelompok 3


Kelas : 3C – TPTL (JTKE)
Semester :6
Anggota Kelompok : 1. Dika Muhammad Rizky (191724004)
2. Dini Nurwahyuni (191724005)
3. Fachri Husaini Armalid (191724006)
4. Meilinda Estevani H (191724017)
5. Muhamad Rahman M (191724019)
6. Rizky Agung M (191724030)
Dosen Pengampu : Ir. Wahyu Budi Mursanto, M.T.
Tanggal ditugaskan : Senin, April 2022
Tanggal mengumpulkan : Sabtu, 16 April 2022

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI 
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 
2022
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada November tahun 2021, Indonesia tercatat memiliki peningkatan kapasitas
total pembangkitan listrik yang besar yaitu menjadi sebesar 73,74 Gigawatt. Namun
kenyataannya hingga kini di Indonesia sebagian besar jaringan energi listrik hanya
tersedia di kota – kota besar atau daerah – daerah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi serta tidak jauh dari akses transportasi publik. Di sisi lain,
penduduk yang tinggal di daerah terpencil atau pelosok yang tersebar di pulau –
pulau kecil dimana jauh dari akses public hanya mampu berharap supaya terjamah
oleh jaringan listrik. Sulitnya akses dan mobilisasi ke lokasi menjadikan biaya
investasi pengembangan jaringan listrik menjadi membengkak, ditambah biaya
operasional dan perbaikan yang tidak sedikit akibat sulitnya akses menuju lokasi
pengembangan.
Berdasarkan laporan dari Direktorat Jendral Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, pada bulan Januari 2021 Indonesia memiliki rasio elektrifikasi sebesar
99.45% dari sebelumnya 99.25%. Sedangkan sisanya masih terdapat 500 ribu rumah
tangga yang belum mendapatkan pasokan energi listrik dari jaringan PLN.
Selain persoalan elektrifikasi di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal),
pemerintah juga memiliki targer bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) sebesar 23% hingga 2025 mendatang. Saat
ini jumlah bauran EBT di Indonesia baru mencapai 11.5% di awal 2022, sedangkan
rasio kontribusi EBT hanya bertambah 2% dalam tiga tahun terakhir. Jumlah ini
masih jauh dari target dan tergolong masih kecil mengingat target ini tinggal tiga
tahun yang akan datang. Pemanfaatan EBT sangat penting untuk menciptakan
ketahaman energi dan pembangunan berkelanjutan di masa depan.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Fotovoltaik terpusat merupakan salah
satu solusi alternatif penyediaan energi listrik di daerah 3T. PLTS ini termasuk
pembangkit EBT dengan memanfaatkan energi surya yang dikonversi menjadi energi
listrik sehingga diharapkan dapat menyuplai listrik untuk penduduk yang sulit
diakses oleh transmisi PLN. Kemampuan sistem ini untuk mengasilkan dan
menyimpan listrik sehingga dapat diandalkan untuk menyuplai kebutuhan listrik di
siang dan malam. Pemanfaatan energi surya untuk pembangkitan di Indonesia
merupakan potensi yang tidak dapat diabaikan, mengingat Indonesia merupakan
negara di dekat khatulistiwa dengan intensitas radiasi matahari rata-rata yang tinggi
sekitar 4.8 kWh/m2/hari.
Pemanfaatan energi listrik dari matahari di Indonesia sendiri tergolong
masih kurang yakni masih dibawah 5% dari total bauran energi baru
terbaharukan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor kekurangan dari sistem
PLTS Fotovoltaik yang salah satunya seperti masih rendahnya effisiensi dari
panel surya, mahalnya alat-alat yang dipakai, serta sangat berpengaruh dengan kondisi
cuaca. Sehingga faktor-faktor tersebut seringkali membuat perbandingan harga listrik
per kWh dari PLTS Fotovoltaik lebih mahal dibandingkan pembangkit listrik
konvensional.
Keterbatasan lainnya pada PLTS yaitu PLTS Fotovoltaik merupakan pembangkit
yang bekerja pada siang hari, sehingga untuk penggunaan malam hari digunakan
baterai yang memiliki keterbatasan penyimpanan. Oleh karena itu mutlak
dilakukan sosialisasi kepada end-user (pengguna) sistem karena penggunaan
yang tidak mengindahkan hal ini akan menyebabkan sistem tidak akan
optimal melayani beban yang ada. Oleh sebab itu pembagunan PLTS
Fotovoltaik Terpusat seringkali menjadi pilihan terakhir untuk elektrifikasi di
daerah-daerah terpencil dan harus benar-benar diperhitungkan secara matang. Maka
dari itu, kami melakukan perancangan PLTS terpusat supaya dapat membangun PLTS
terpusat dengan perencanaan yang matang.

1.2. Perumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana menghitung perencanaan kapasitas PLTS Fotovoltaik Terpusat?
2. Bagaimana menghitung perencanaan kapasitas baterai untuk PLTS terpusat?
3. Bagaimana membuat preliminary engineering design untuk PLTS terpusat?
4. Bagaimana cara menghitung engineering estimate untuk PLTS Fotovoltaik
terpusat?

1.3. Batasan Masalah


Supaya pembahasan lebih terarah maka kami membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Tidak melakukan studi kelayakan pada aspek legal, aspek sosial ekonomi,
dan perancangan terhadap tempat yang dijadikan contoh.
2. Tidak menghitung kebutuhan beban.
3. Tidak melakukan studi pola pembebanan listrik terhadap tempat yang
dijadikan contoh.
4. Tidak melakukan perhitungan untuk kebutuhan sistem proteksi petir.
BAB II
PERANCANGAN PLTS TERPUSAT

2.1. Nama Proyek Perancangan


Nama Proyek : PLTS Terpusat Labengki 25 kW
Provinsi : Sulawesi Tenggara
Kabupaten : Konawe Utara
Desa : Labengki

2.2. Pemilihan Lokasi Desa


Lokasi Protek PLTS : Desa Labengki, Kecamatan Lasolo, Kepulauan Kabupaten Konawe
Utara.

Jarak Tempuh : 34 km dari Pelabuhan Lasolo.

Waktu Tempuh : 1 Jam perjalanan darat menuju Pelabuhan Tanasa dari pusat Kota
Kendari, 3 – 4 jam perjalanan laut dari Tanasa ke dermaga Desa
Labengki.

Kondisi Jalan : Akses jalan hingga Pelabuhan baik, namun harus melalui jalur laut
untuk tiba di lokasi.

Desa Labengki merupakan salah satu desa yang termasuk dalam kategori 3T
(Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal) berdasarkan Perpres dengan mata pencarian
masyarakatnya yaitu nelayan. Desa ini merupakan salah satu dari tiga desa di Kabupaten
Konawe Utara yang belum mendapatkan akses listrik. Penyebab belum teralirinya listrik
yaitu karena kondisi desa yang aksesnya masih sulit dari jaringan PLN (jauh dari jangkauan
PLN). Desa ini dekat dengan laut dengan intensitas radiasi matahari tertinggi sebesar 953,15
W/m2. Melihat potensi energi mataharinya, maka desa ini dipilih untuk pembangunan proyek
PLTS terpusat off-Grid 25 kWp melihat kondisi desa yang jauh dari saluran transmisi PLN.
Gambar 1. Lokasi Desa Labengki dari pencitraan Google Earth

2.3. Pemilihan Panel Surya dan Spesifikasinya


1. Daya Puncak
Daya puncak yang ditetapkan sebesar 25 kWp.
2. Panel Surya yang digunakan
Modul atau Panel Surya yang digunakan merupakan produk dari AEG dengan
daya puncak tiap panel 400 Wp. Berikut spesifikasi panel surya yang digunakan.

Gambar 2. Spesifikasi Panel Surya yang digunakan dalam perancangan PLTS


2.4. Kebutuhan Panel Surya
Dalam perancangan PLTS Terpusat, perlu menentukan jumlah modul surya yang
digunakan. Untuk jumlah modul yang digunakan menggunakan perhitungan di
bawah ini :
Daya Puncak ( ℘ )
Jumlah Modul=
Daya Puncak modul ( ℘ )
25 kWp
Jumlah Modul= =62,5 Modul
400℘
Modul yang diperlukan paling sedikit adalah adalah 63 modul, karena nantinya
rangkaian harus menyesuaikan dengan perangkat lain, terutama solar charge
controller, karena menyesuaikan dengan spesifikasi dari SCC maka modul akan
dikelompokan menjadi 3 aray, dengan 22 modul per aray, sehingga total modul yang
diperlukan adalah 66 modul dan akan menghasilkan sekitar 26 kWp.

2.5. Luas Area Efektif PLTS Terpusat


Perhitungan Luas area efektif bis akita cari dengan menggunakan persamaan :
Daya Puncak ( ℘ )
Area efektif =
Efesiensi Modul(%)
26 kWp 2
Area Efektif = =122 , 06 m
21,3 %
Maka, supaya PLTS dapat bekerja efektif diperlukan luas area untuk pembangunan
sebesar 122.06 m2.

2.6. Kebutuhan Energi


Untuk PLTS Terpusat ini rencananya akan memenuhi kebutuhan listrik 50 Kepala
Keluarga di Desa Labengki. Dengan pembatasan daya tiap kepala keluarga sebesar
500 W. Sehingga bila kebutuhan beban maksimum, maka energi yang dibutuhkan
sebesar.

Kebutuhan Energi = 500 WH x 50 = 25.000 WH


2.7. Penentuan Komponen PLTS
1. Pemilihan Solar Charge Controller (SCC)
Dalam perancangan, total daya yang digunakan 25 kWp. Maka dalam pemilihan
SCC, total dayanya harus di atas 25 kW.
Karena SCC yang digunakan menggunakan rated DC voltage 48 V maka didapat
Daya Puncak ( ℘ )
Total Arus SCC=
Rated DC Voltage( V )
25 kW
Total Arus SCC= =520 A
48 V

Digunakan SCC dengan arus maksimalnya 200 A, maka SCC yang diperlukan adalah :
Total Arus SCC ( A )
Jumlah SCC=
Arus Maks SCC ( A)
520 A
Jumlah SCC= =2,6 ≈ 3 buah SCC
200 A

2. Pemilihan Inverter
Untuk Inverter yang digunakan harus dikalikan dengan safety factor sebesar 1,25 dari
daya yang dibangkitkan, sehingga didapat kapasitas inverter yang akan digunakan adalah
8803,59 Wp X 1,25 = 11000 W, karena untuk model inverter PV35 Pro tidak ada model
dengan kapasitas 11 kW, maka digunakan lah inverter dengan model PV35-PRO dengan
kapasitas 12 kW dan spesifikasi sebagai berikut :

Daya maksimum = 10000 Wp

Imax = 200 A

Tegangan kerja = 64 – 145 VDC

Tegangan Kerja Maks = 145 VDC

Rated DC Voltage = 48 V
Gambar 3. Data Spesifikasi Inverter yang digunakan
3. Pemilihan Baterai Sistem

Misal beban daya perhari 100kW dan dianggap hari otonom (N) 2 hari, maka kapasitas
baterai PLTS terpusat adalah

N × Ed
C=
V s × DOD ×η

2 ×100 kW
C= =5482,45 AH
48 V ×80 % × 95 %

Misal baterai yang digunakan adalah baterai 12 V, 1000 AH, dengan daya yang
dibutuhkan 48 V, 5482 AH maka baterai bisa dihubungkan dengan konfigurasi:

Seri = 48V/12V = 4 baterai

Paralel = 5482 AH/1000 AH = 5,4 = 6 baterai.

Jadi baterai yang dibutuhkan adalah 4 x 6 = 24 Baterai


2.8. Penentuan Konfigurasi Rangkaian
Untuk menenentukan konfigurasi rangkaian harus disesuai dengan spesifikasi solar
charge controller (SCC) yang akan digunakan. SCC yang akan digunakan ini merupakan jenis
Maximum Power Point Tracker (MPPT). SCC MPPT ini sudah ada didalam (built-in) inverter
yang akan nanti kita gunakan, SCC yang digunakan memiliki spesifikasi kerja :
 Daya maksimum = 10000 Wp
 Imax = 200 A
 Tegangan kerja = 64 – 145 VDC
 Tegangan Kerja Maks = 145 VDC
 Rated DC Voltage = 48 V

Dari daya peak system, jumlah modul dan spesifikasi SCC diatas maka modul akan
dibagi menjadi beberapa grup (aray)

Daya Puncak ( ℘ )
Jumlah Aray=
Daya Maksimum SCC ( ℘ )
25 kWp
Jumlah Aray= =2,5 ≈3 Aray
10 kWp
Untuk setiap grupnya diperlukan
Jumlah Modul
Jumlah Modul / Aray=
Jumlah Aray
63
Jumlah Modul= =21modul
3
Untuk setiap aray diperlukan 21 modul dan konfigurasi yang memungkinkan jika jumlahnya
21 modul adalah 3 seri dan 7 paralel.

2.9. Perhitungan Tegangan dan Arus Kerja


Dari konfigurasi diatas, maka dalam perancangan ini panel surya disusun menjadi 3
Array yang diparalel. Tiap array disusun oleh 21 modul surya yang dirangkai 3 seri
dan 7 paralel. Maka dari konfigurasi ini didapatkan :
I =9,76 ×7=67,69 A
V =41 ×3=123V
I SC =10,12 ×7=70,84 A
V OC =49,5 ×3=148,5V
Dengan jumlah 21 modul per aray dan konfigurasi 3 seri, 7 paralel ini tegangan open
circuitnya melebihi tegangan open circuit dari SCC, oleh karena itu jumlah modul 21 per aray
dengan konfigurasi 3 seri 7 paralel ini tidak bisa digunakan. Agar sesuai dengan spesifikasi
bisa ditambah menjadi 22 modul per aray dengan konfigurasi 2 seri dan 11 paralel, sehingga
didapat keluaran dari aray ke modul SCC sebagai berikut :
I =9,76 ×11=107,36 A
V =41 ×2=82V
I SC =10,12 ×11=111,32 A
V OC =49,5 ×2=99V
Pmax =107,36 A ×82 V =8803,52 ℘

Bisa dilihat dari perhitungan diatas bahwa dengan 22 modul per aray dengan
konfigurasi 2 seri dan 11 paralel parameter yang didapatkan sesuai dengan parameter
kerja dari SCC yang digunakan. Dengan daya maksimum per aray 8803,52 Wp maka
bisa didapat daya total sebagai berikut :
Pmax =8803,52 ℘× 3 Aray=26410,56℘=26,4 kWp

2.10. Pemilihan Kabel


Pemilihan kabel perlu dilihat dengan kemampuan dalam menghantar arusnya
supaya penyaluran energi listrik tidak mengalami gangguan. Maka dari besar arus yang
diperoleh di perhitungan dijadikan parameter untuk menghitung Kuat Hantar Arus
Kabel (KHA) dengan safety factor yang digunakan sebesar 125%. Kabel yang
digunakan yaitu kabel NYY.
KHA pv – scc = 125 % x 113.32 A = 141,65 A
KHA scc – baterai = 125% x 113.31 A = 141,65 A
KHA scc – grid = 125% x 200 A = 250 A
Spesifikasi Kabel
Arah Arus SC Toleransi D Kabel
Dari Ke Ampere 125% mm2
PV SCC 113,32 141,65 35
SCC Baterai 113,32 141,65 35
SCC Grid 200 250 95
Gambar 4. Tabel penentuan diameter kabel
2.11. One Line Diagram PLTS Terpusat

2.12. Power House


2.13. Layout Perancangan

BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai