Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

LANGKAH LANGKAH PERENCANAAN PLTS

Disusun Oleh :

FERDY RAHMAT HIDAYAT


2021310003

Dosen Pengampu :

SEPANNUR BANDRI, MT,MPd


NIDN : 1012097402

PROGRAM STUDI TEKNIK ELKTRO SARJANA

FAKULTAS TEKNIK

ISNTITUT TEKNOLOGI PADANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin bartambahnya tahun semakin bertambahnya pula konsumsi listrik,


dikarenakan populasi manusia yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini
menyebabkan eksploitasi batubara secara terus menerus yang membuat cadangan batubara
akan terus menipis. Salah satu sektor yang mengkonsumsi listrik adalah sektor industri
dimana industri di Indonesia mengalami pertumbuhan 5,75% di tahun 2018, konsumsi listrik
industri mengambil porsi 30% dari target konsumsi listrik yang mencapai 221,07 TWh
sepanjang tahun 2019

Energi listrik merupakan kebutuhan dasar dalam mendorong segala jenis aktivitas
roda kehidupan manusia, yaitu dapat digunakan sebagai penerangan, fasilitas umum,
keperluan rumah tangga, keperluan industri dan juga membantu peningkatan perekonomian
negara. Rasio elektrifikasi Indonesia saat ini 87%, hal tersebut menunjukkan 8,5 juta
penduduk Indonesia atau setara dengan 2500 desa yang belum dialiri listrik (Eko, 2015). Hal
ini disebabkan karena letak geografis Indonesia yang tidak semua daerah dapat dijangkau
oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) misalnya pulau Selaru di ujung selatan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku (ESDM,2016), daerah pegunungan dan daerah
perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Faktor lainnya juga akibat dari ketergantungan
akan sumber pembangkit listrik yang berasal dari bahan bakar fosil.

Penggunaan sumber energi terbarukan merupakan solusi dalam menjawab tantangan


krisis energi yang terjadi. Salah satu energi terbarukan yaitu dengan pemanfaatan energi
matahari. Mengapa Indonesia perlu memanfaatkan energi surya? Karena Indonesia
merupakan negara tropis yang mempunyai potensi energi surya dengan insolasi harian rata –
rata 4,5 – 4,8 kWh/m2 / hari (Ari Rahayuningtyas, 2014). Sehingga sumber daya matahari
yang melimpah ini dapat digunakan untuk daerah yang belum terjangkau oleh PLN, untuk
menghadapi tantangan krisis energi, ramah lingkungan, mengurangi pemanasan global dan
menciptakan kemandirian energi. Dengan demikian pemanfaatan tenaga surya dapat dimulai
dari penggunaanya untuk memenuhi kebutuhan listrik skala rumah tangga didaerah terpencil
yang belum terjangkau oleh PLN.
Penelitian sejenis yang lain dilakukan oleh Jaka Windarta dan tim dengan judul
proceeding “Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berbasis Homer Di SMA
Negeri 6 Surakarta Sebagai Sekolah Hemat Energi Dan Ramah Lingkungan”. Dari penelitian
didapatkan energi listrik yang dapat dihasilkan 4 unit panel surya 100 Wp di SMA Negeri 6
Surakarta adalah sebesar 819 kWh/tahun, 15 biaya investasi sebesar Rp 20.868.600,
penghematan biaya listrik sebesar Rp 1.422.042/tahun dan akan mengalami balik modal pada
tahun ke-18.

Maka dalam thesis ini akan dilakukan penelitian untuk merancang dan menganalisis
potensi PLTS rooftop dengan sistem on grid skala rumah tangga ditinjau dari sisi teknis dan
analisis ekonomi. Perancangan PLTS akan diterapkan di atap rumah untuk mengurangi beban
PLN dengan sistem yang terhubung ke jala-jala PLN menggunakan perangkat lunak PVSyst
6.43 dan RetScreen Expert.

B. Identifikasi Masalah

1) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat atau pemilik proyek tentang


teknologi PLTS dan manfaatnya.
2) Pemilihan lokasi yang tidak optimal dengan kurangnya paparan matahari yang cukup.
3) Biaya Awal yang Tinggi Biaya awal untuk pembelian dan instalasi sistem PLTS dapat
menjadi hambatan..
4) Kapasitas Baterai dan Penyimpanan Energi ketersediaan dan biaya baterai untuk
penyimpanan energi dapat menjadi kendala.
5) Pemeliharaan dan Perawatan yang Tidak Teratur kurangnya pemeliharaan dan
perawatan rutin dapat mempengaruhi kinerja sistem PLTS.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil perumusan masalah dalam penelitian ini,
yaitu :

1. Apakah sistim PLTS Roof Top kapasitas 1300 VA dan 2200 VA secara teknis dan
ekonomis dapat digunakan untuk skala rumah tangga di Kota Semarang?
2. Seberapa besar nilai penghematan apabila pada rumah tangga tersebut
menggunakan PLTS Rooftop On Grid?
3. Bagaimana cara implementassi PLTS Rooftop dengan sistim PLN On Grid terkait
dengan regulasi yang berlaku pada skala rumah tangga?
D. Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendukung kemandirian energi nasional dengan
penemuan dan pemanfaatan sumber energi baru yang sumber nya berlimpah namun belum
dimanfaatkan secara maksimal. Tujuan khusus dari penelitian ini ialah diselenggarakan
untuk:

1. Menganalisis kemampuan teknis rancang model PLTS pada rumah tangga daya 1300
VA dan 2200 VA

2. Melakukan analisa nilai keekonomian pemasangan PLTS pada pelanggan PLN


dengan menggunakan Aplikasi Retscreen.

3. Memberikan gambaran pengetahuan kepada masyarakat tentang proses pengajuan


pemasangan PLTS system on-grid dengan PLN.
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS

1. Menghitung beban total (WH)

Menghitung beban total (Wh atau watt-jam) melibatkan penjumlahan daya yang
dikonsumsi oleh perangkat listrik selama periode waktu tertentu. Rumus dasar untuk
menghitung energi listrik (Wh) adalah:

Energi (Wh) = Daya (W) × Waktu (jam)

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menghitung beban total:

1. Identifikasi Perangkat dan Daya:


 Tentukan perangkat-perangkat listrik yang akan dihitung.
 Catat daya listrik masing-masing perangkat dalam watt (W).
2. Tentukan berapa lama setiap perangkat digunakan dalam satu hari atau periode waktu
tertentu. Waktu ini diukur dalam jam.
3. Gunakan Rumus:
 Hitung energi yang dikonsumsi oleh setiap perangkat menggunakan rumus di atas.
 Energi = Daya × Waktu Energi = Daya × Waktu untuk setiap perangkat.
4. Jumlahkan Energi Perangkat:
 Jumlahkan semua energi yang dihitung untuk setiap perangkat untuk mendapatkan
beban total dalam Wh.

Contoh:

Misalkan Anda memiliki dua perangkat:

 Lampu dengan daya 80 W yang digunakan selama 4 jam per hari.


 Kipas dengan daya 50 W yang digunakan selama 6 jam per hari.

Energi Lampu = 80 W × 4 jam = 320 Wh

Energi Kipas = 50 W × 6 jam = 300 Wh

Beban Total = Energi Lampu + Energi Kipas = 320 Wh + 300 Wh = 620 Wh


Jadi, beban total untuk kedua perangkat tersebut adalah 620 Wh per hari. Pastikan
untuk mengadaptasi rumus dan langkah-langkah ini sesuai dengan perangkat dan waktu
penggunaan yang spesifik pada situasi Anda.

2. Menghitung kapasitas panel surya

Menghitung kapasitas panel surya melibatkan penentuan berapa banyak daya


matahari yang dapat diubah menjadi listrik oleh panel surya selama periode waktu tertentu.
Kapasitas panel surya diukur dalam kilowatt peak (kWp) dan dapat dihitung menggunakan
rumus berikut:

Kapasitas Panel Surya (kWp) =

Langkah-langkah umum untuk menghitung kapasitas panel surya:

 Tentukan Total Energi yang Diinginkan (kWh):


Hitung total energi yang Anda inginkan untuk diproduksi oleh panel surya
dalam satu hari. Ini dapat didasarkan pada total konsumsi listrik harian atau
kebutuhan energi yang ditargetkan.
 Rata-rata Jam Matahari per Hari:
Tentukan rata-rata jam matahari per hari di lokasi Anda. Angka ini dapat
bervariasi tergantung pada lokasi geografis dan musim.
 Efisiensi Sistem:
Tentukan efisiensi sistem PLTS yang akan Anda pasang. Efisiensi sistem
mengacu pada sejauh mana panel surya dapat mengubah energi matahari menjadi
listrik. Efisiensi ini dapat bervariasi, dan Anda dapat menggunakannya sebagai
persentase (misalnya, 15%, 18%, dst.).
 Gunakan Rumus:
Terapkan rumus di atas untuk menghitung kapasitas panel surya.

Contoh:

Misalkan Anda menginginkan panel surya yang dapat menghasilkan 20 kWh energi
listrik per hari, berada di lokasi dengan rata-rata 5 jam matahari per hari, dan menggunakan
sistem dengan efisiensi 15%.
Kapasitas Panel Surya =

Kapasitas Panel Surya

Jadi, Anda akan memerlukan panel surya dengan kapasitas sekitar 26.67 kWp untuk
memenuhi kebutuhan energi harian sebesar 20 kWh di lokasi dan kondisi tertentu. Pastikan
untuk memperhatikan variasi dan faktor lain yang dapat memengaruhi produksi energi
matahari.

3. Menghitung Kapasitas Baterai

Menghitung kapasitas baterai untuk sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
melibatkan penentuan berapa banyak energi yang dapat disimpan oleh baterai untuk memenuhi
kebutuhan energi saat matahari tidak bersinar. Kapasitas baterai diukur dalam ampere-hour (Ah) atau
kilowatt-hour (kWh) dan dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Kapasitas Baterai (Ah) =

Langkah-langkah umum untuk menghitung kapasitas baterai:

 Tentukan Total Energi yang Diperlukan (kWh):


Hitung total energi yang diperlukan oleh beban listrik Anda selama periode waktu tanpa sinar
matahari, seperti malam hari atau hari mendung.
 Tegangan Sistem:
Tentukan tegangan sistem PLTS Anda. Tegangan sistem biasanya 12V, 24V, atau 48V,
tergantung pada desain sistem.
 Efisiensi Baterai:
Tentukan efisiensi baterai yang akan Anda gunakan. Efisiensi ini mencerminkan sejauh mana
baterai dapat menyimpan dan melepaskan energi tanpa kehilangan terlalu banyak daya.
Efisiensi biasanya dinyatakan dalam persentase (misalnya, 90%, 95%, dst.).
 Gunakan Rumus:
Terapkan rumus di atas untuk menghitung kapasitas baterai.
Contoh:

Misalkan Anda memerlukan baterai untuk menyimpan energi selama satu malam yang
membutuhkan 10 kWh energi dan menggunakan sistem PLTS dengan tegangan 24V dan efisiensi
baterai sekitar 90%.

Kapasitas Baterai (Ah) =

Kapasitas Baterai (Ah)

Jadi, Anda akan memerlukan baterai dengan kapasitas sekitar 0.46 kWh atau 460 Wh untuk
menyimpan energi yang diperlukan selama satu malam dengan kebutuhan energi sebesar 10 kWh.
Pastikan untuk memilih kapasitas baterai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik selama
periode tanpa sinar matahari.

4. Pemilihan Tegangan Sistem

Pemilihan tegangan sistem dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
adalah keputusan penting yang mempengaruhi desain dan kinerja keseluruhan sistem. Berikut
adalah beberapa pertimbangan untuk memilih tegangan sistem PLTS:

 Ketersediaan dan Biaya Komponen:


Tegangan sistem yang lebih rendah seringkali dapat mengurangi biaya komponen
seperti inverter dan kabel. Namun, tegangan yang lebih tinggi dapat mengurangi
kerugian energi dalam perjalanan listrik dari panel surya ke inverter.
 Jarak Pemindahan Listrik:
Jika jarak antara panel surya dan baterai atau inverter cukup jauh, tegangan yang lebih
tinggi dapat mengurangi kerugian daya dalam kabel.
 Kapasitas Inverter:
Beberapa jenis inverter lebih cocok untuk tegangan tertentu. Pilih tegangan sistem
yang sesuai dengan kapasitas inverter yang akan Anda gunakan.
 Efisiensi Konversi Energi:
Pada umumnya, sistem dengan tegangan lebih tinggi dapat memiliki efisiensi
konversi energi yang lebih baik, terutama jika digunakan inverter tipe tertentu.
 Keselamatan dan Kode Listrik:
Beberapa lokasi atau negara mungkin memiliki kode listrik yang mengatur tegangan
sistem tertentu untuk keselamatan. Pastikan untuk memahami dan mematuhi
peraturan setempat.
 Keamanan dan Kebutuhan Perlindungan Terhadap Kecelakaan Listrik:
Tegangan yang lebih tinggi dapat menyebabkan risiko keamanan yang lebih tinggi.
Pertimbangkan apakah Anda memerlukan sistem yang lebih aman, terutama jika
panel surya atau baterai terletak di dekat area yang diakses oleh orang lain.
 Ketersediaan Perangkat Elektronik:
Pilih tegangan yang umum digunakan untuk memastikan ketersediaan perangkat
elektronik dan komponen sistem PLTS.
 Fleksibilitas dan Perluasan:
Pertimbangkan fleksibilitas dan potensi perluasan sistem di masa depan. Tegangan
yang dipilih sekarang dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk menambahkan
kapasitas atau komponen di kemudian hari.

Umumnya, tegangan sistem PLTS dapat berkisar antara 12V, 24V, hingga 48V.
Keputusan ini harus dibuat berdasarkan kebutuhan spesifik proyek PLTS Anda dan faktor-
faktor di atas. Jika Anda tidak yakin, konsultasikan dengan seorang ahli atau insinyur listrik
yang berpengalaman dalam PLTS.

5. Menentukan kapasitas charge controller

Charge controller atau pengontrol pengisian baterai sangat penting dalam sistem
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk melindungi baterai dari pengisian berlebihan
atau pengosongan berlebihan. Kapasitas charge controller harus sesuai dengan kebutuhan
daya dan tegangan sistem Anda. Berikut adalah langkah-langkah umum untuk menentukan
kapasitas charge controller:

 Tentukan Kebutuhan Daya:


Hitung total daya dari semua perangkat listrik yang akan dihubungkan ke sistem.
Pastikan untuk menghitung daya puncak atau daya maksimum yang diperlukan.
 Pertimbangkan Faktor Keamanan dan Pertumbuhan Masa Depan:
Tambahkan beberapa persen (misalnya, 10-25%) sebagai faktor keamanan atau
cadangan. Ini membantu mengakomodasi fluktuasi daya atau penambahan perangkat
di masa depan.
 Hitung Arus Pengisian (Charge Current):
Arus pengisian adalah total arus yang diperlukan untuk mengisi baterai selama
periode waktu tertentu. Ini dapat dihitung dengan rumus:

Arus Pengisian =

 Pilih Charge Controller:


Pilih charge controller yang mampu menangani arus pengisian yang dihitung di atas.
Pastikan charge controller memiliki kelebihan kapasitas untuk memastikan kinerja
yang optimal.
 Perhatikan Tegangan Sistem:
Pastikan charge controller sesuai dengan tegangan sistem PLTS Anda (12V, 24V,
48V, dll.).
 Tentukan Mode Pengisian Baterai:
Pilih charge controller dengan mode pengisian yang sesuai untuk tipe baterai yang
Anda gunakan (misalnya, gel, AGM, atau baterai timbal-asam).
 Perhatikan Fungsi Perlindungan Tambahan:
Pertimbangkan fitur perlindungan tambahan pada charge controller, seperti
perlindungan tegangan berlebih, penghentian otomatis saat baterai terisi penuh, dan
perlindungan dari beban berlebih.
 Konsultasikan dengan Ahli atau Spesialis PLTS:
Jika Anda tidak yakin tentang perhitungan atau pilihan charge controller yang tepat,
konsultasikan dengan ahli atau spesialis PLTS untuk mendapatkan saran yang lebih
terinci dan sesuai dengan kebutuhan spesifik proyek Anda.

Pastikan untuk memahami spesifikasi charge controller dan memilih model yang
sesuai dengan kebutuhan sistem PLTS Anda agar dapat mengoptimalkan kinerja dan umur
baterai.

6. Menentukan kapasitas inverter

Menentukan kapasitas inverter untuk sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
melibatkan pertimbangan beberapa faktor seperti daya maksimum yang akan dihubungkan,
jenis beban listrik, dan kebutuhan sistem lainnya. Berikut adalah langkah-langkah umum
untuk menentukan kapasitas inverter:
1) Identifikasi Daya Maksimum Beban:
 Tentukan total daya maksimum dari semua perangkat listrik yang akan
dihubungkan ke inverter. Pastikan untuk mencatat daya puncak atau daya
maksimum yang dibutuhkan oleh beban tersebut.
2) Tentukan Tegangan Sistem:
 Pilih tegangan sistem yang sesuai dengan sistem PLTS Anda (misalnya, 12V,
24V, 48V). Tegangan ini akan mempengaruhi pilihan inverter yang tersedia.
3) Pertimbangkan Faktor Keamanan dan Pertumbuhan Masa Depan:
 Tambahkan beberapa persen (misalnya, 10-20%) sebagai faktor keamanan atau
cadangan. Ini membantu mengakomodasi fluktuasi daya atau penambahan
perangkat di masa depan.
4) Pilih Jenis Inverter:
 Pilih jenis inverter yang sesuai dengan kebutuhan sistem Anda. Misalnya, inverter
murni sinus seringkali lebih mahal tetapi lebih cocok untuk perangkat elektronik
sensitif, sementara inverter modifikasi sinus dapat digunakan untuk beban yang
lebih umum.
5) Hitung Kapasitas Inverter:
 Kapasitas inverter diukur dalam watt (W) atau kilowatt (kW). Pastikan kapasitas
inverter yang dipilih cukup untuk menangani total daya maksimum beban Anda.
Rumusnya adalah:
Kapasitas Inverter = Total Daya Maksimum Beban × (1 + Faktor Cadangan)
6) Pilih Inverter dengan Fitur Tambahan:
 Pertimbangkan fitur tambahan yang mungkin diperlukan, seperti pemantauan,
perlindungan terhadap lonjakan daya, dan kemampuan beban berlebih.
7) Perhatikan Efisiensi Inverter:
 Perhatikan tingkat efisiensi inverter. Efisiensi inverter mengacu pada sejauh mana
inverter dapat mengubah energi dari panel surya menjadi listrik tanpa kehilangan
daya yang signifikan.
8) Konsultasikan dengan Ahli atau Spesialis PLTS:
 Jika Anda memiliki kebutuhan khusus atau tidak yakin dengan perhitungan,
konsultasikan dengan ahli atau spesialis PLTS untuk mendapatkan saran yang
lebih terinci dan sesuai dengan kebutuhan spesifik proyek Anda.
Pastikan untuk memilih inverter yang cocok dengan kebutuhan daya sistem PLTS
Anda, dan pastikan inverter memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani semua beban
listrik yang akan dihubungkan.

7. Sistem Pengaman / Proteksi

Proteksi dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sangat penting untuk
menjaga keandalan dan kinerja sistem serta untuk melindungi perangkat dan peralatan yang
terlibat. Berikut adalah beberapa aspek sistem pengaman atau proteksi yang perlu
dipertimbangkan dalam PLTS:

1) Proteksi Tegangan Berlebih (Overvoltage Protection):


 Instal proteksi tegangan berlebih untuk melindungi sistem dari lonjakan tegangan
yang dapat merusak inverter, peralatan, dan perangkat lainnya. Ini dapat
mencakup penggunaan supresor tegangan (surge suppressor) atau pelindung
tegangan berlebih.
2) Proteksi Tegangan Rendah (Undervoltage Protection):
 Sertakan proteksi tegangan rendah untuk mencegah kerusakan pada perangkat dan
inverter karena tegangan baterai yang terlalu rendah.
3) Proteksi Arus Lebih (Overcurrent Protection):
 Pasang pelindung arus berlebih (overcurrent protection) untuk melindungi
peralatan dan kabel dari arus yang melebihi kapasitas yang diizinkan.
4) Perlindungan Terhadap Kebocoran Arus (Ground Fault Protection):
 Sertakan sistem perlindungan terhadap kebocoran arus untuk mendeteksi
kebocoran arus yang dapat menunjukkan masalah kelistrikan dan menyebabkan
bahaya kebakaran.
5) Proteksi Terhadap Kelebihan Daya (Overpower Protection):
 Gunakan proteksi terhadap kelebihan daya untuk melindungi inverter dan
peralatan lainnya dari kelebihan daya yang dapat terjadi karena fluktuasi sistem
atau kegagalan perangkat.
6) Perlindungan Petir dan Gangguan Listrik:
 Pasang sistem proteksi petir dan gangguan listrik untuk melindungi panel surya,
inverter, dan peralatan lainnya dari kerusakan akibat petir atau gangguan listrik.
7) Proteksi Terhadap Suhu Berlebih (Overtemperature Protection):
 Sertakan sensor suhu dan proteksi terhadap suhu berlebih untuk mencegah
kerusakan pada perangkat elektronik akibat suhu yang terlalu tinggi.
8) Sistem Pemantauan dan Peringatan (Monitoring and Warning Systems):
 Integrasi sistem pemantauan dan peringatan yang dapat memberikan notifikasi
atau peringatan jika terdeteksi masalah dalam sistem.
9) Proteksi Terhadap Inverter Off-Grid:
 Jika Anda menggunakan inverter off-grid, pastikan ada sistem proteksi untuk
mencegah masalah saat baterai hampir habis atau saat beban melebihi kapasitas
inverter.
10) Perlindungan Terhadap Pencurian:
 Pertimbangkan perlindungan terhadap pencurian untuk mencegah kerugian materi
akibat pencurian panel surya atau perangkat lainnya.
11) Pelatihan dan Prosedur Keamanan:
 Berikan pelatihan kepada pengguna dan teknisi tentang prosedur keamanan dan
langkah-langkah darurat yang harus diambil dalam situasi yang tidak biasa.

Penting untuk merancang sistem proteksi yang komprehensif dan sesuai dengan
kebutuhan khusus proyek PLTS Anda. Jika memungkinkan, konsultasikan dengan ahli atau
insinyur listrik untuk memastikan sistem proteksi yang efektif dan handal.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembuatan makalah ini, saya menarik kesimpulan bahwa Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) memiliki berbagai keuntungan. PLTS ini juga sangat cocok
dikembangkan di Indonesia yang sangat berpotensi, karena beriklim tropis, dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini bisa digunakan sebagai pengganti pembangkit listrik
berbahan bakar fosil yang tidak terbarukan. Pemanfaatan energi tenaga surya terbarukan
secara efisien, akan menimbulkan keuntungan secara materi dan kesehatan lingkungan
alam.

B. Saran

Setelah melihat prospektif dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang ramah
lingkungan dan juga sumber energinya terbarukan, sebaiknya kita sebagai warga
masyarakat Indonesia mulai peduli dan juga berpartisipasi untuk memakai serta
mengembangkan teknologi PLTS ini. Jika, teknologi ini berhasil berjalan dan
berkembang pesat, dapat di bayangkan berapa jumlah polusi yang berkurang. Serta juga
dapat mengurangi Global Warming serta dampak yang di timbulknya. Dan kemungkinan
dari segi perekonomian daerah akan meningkat, sarana dan prasarana dapat berjalan
lancar. Sehingga nantinya akan menghasilkan SDM yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ir.Massing.MT pembangkit tenaga listrik . Course Note Jurusan Teknik Elektro. Samarinda.
2002.
Ir. E. jasjfi MSc, “Instalasi Pembangkit Tenaga Surya” , Penerbit Erlangga , Jakarta.
Obert, E.F..’’ Concepts of Thermodynamics” , McGraw-Hill Book Company, New York ,
1960.
Shared by: Google PLTS.Photovoltaic-Power-System, e-book

Suriadi et al, "Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpadu dengan
Menggunakan Software PVSYST pada Komplek Perumahan di Banda Aceh",
dipresentasikan pada Jurnal Rekayasa Elektrika vol. 9, No. 2, Banda Aceh, 2010.

Wisna Dwi Ariani et al, "Analisis Kapitalis dan Biaya Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS) Komunal Desa Kaliwungu Kabupaten Banjarnegara", 2013. Jais Wan Agung
et al, "Perencanaan PLTS untuk Wilayah Kabupaten Gowa Dusun PAKKULOMPO
Provinsi Sul-Sel", Makassar, 2012

Anda mungkin juga menyukai