Anda di halaman 1dari 6

Merancang PLTS Atap pada Asrama TB3 Institut Teknologi

Sumatera sebagai Pewujudan Bangunan Mandiri Energi


Hasbiyalloh
Teknik Sistem Energi, Institut Teknologi Sumatera

Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan yang mengonsumsi energy,


terutama adalah listrik. Sampai saat ini, energy listrik yang dikonsumsi oleh kebanyakan
masyarakat masih bersumber dari PLN dan mereka harus membayar dengan metode prabayar
atau pascabayar. Jika masyarakat dapat memperoleh energy listrik tanpa bantuan dari pihak
Negara, mereka akan memperoleh penghematan-pengmetan yang dapat digunakan untuk
kegiatan lainnya.
Jenis sumber energy yang tersedia disekitar lingkungan masyarakat adalah energy terbarukan,
salah satunya adalah matahari. Di Indonesia, matahari bersinar hamper setiap hari. Maka dari
itu, hal ini menjadi potensi bagi masyarakat untuk memperoleh energinya secara mandiri.
Sebenarnya, pengolahan energy matahari sudah sangat sering dilakukan oleh manuasia,
seperti menjemur pakaian dan mengeringkan hasil panen. Akan tetapi, kegiatan tersebut
hanya menggunakan energy panas.
Cara memanfaatkan energy yang terkandung pada sinar matahari adalah penggunaan
fotovoltaik. Teknologi ini dapat mengubah cahaya matahari menjadi listrik (energy final yang
paling banyak digunakan) dengan proses fotoelektrik. Pada tulisan ini, akan dibahas cara
mendesain dan memperhitungkan biaya investasi dalam menerapkan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Atap dengan menggunakan studi kasus di gedung asrama TB3, kampus
Institut Teknologi Sumatera (ITERA), Lampung Selatan.
Sistem PLTS-Atap memiliki komponen yang bermacam-macam, komponen utama dan
pendukung. Komponen utama dari system PLTS Atap diantaranya adalah modul surya,
inverter, baterai, dan pengkabelan. Jika PLTS dijadikan sumber listrik utama dari suatu
bangunan, system PLTS harus memiliki baterai atau dapat disebut sebagai off-grid.
Jumlah unit inverter dapat ditentukan dengan membagi kapasitas inverter yang harus
dipenuhi (Kapasitas Inverter) dengan daya output satu inverter (Pinverter) [ CITATION
Gum20 \l 1033 ] dan efisiensi alat, seperti persamaan di bawah.
Kapasitas Inverter
N inverter =
Pinverter x Efisi ensi
Penentuan energi yang harus disediakan dari modul surya dapat dicari dengan rumus efisiensi
dari inverter [ CITATION Bud13 \l 1033 ] sebagai berikut.
Output Energi
Input Energi=
ε inverter
Jumlah modul surya sangat berpengaruh dengan radiasi matahari harian sehingga akan
berbeda-beda jumalahnya untuk setiap lokasi dengan jenis dan merk modul yang sama. Data
radiasi yang sering digunakan adalah GHI (Global Horizontal Irradiation) rata-rata harian
yang merupakan energy yang diterima oleh bumi selama satu hari dengan satuan kWh/m 2.
Data GHI yang didapat dibagi dengan daya radiasi matahari pada kondisi standar (STC),
yaitu 1.000 W/m2, menjadi jam puncak matahari atau peak sun hour (PSH) yang merupakan
waktu matahari bersinar terik. Jumlah unit modul surya diperoleh dengan persamaan berikut [
CITATION Isk20 \l 1033 ].
Daily Energy(Wh)
Σmodul=
PSH x Module capacity
Data GHI harian dapat diperoleh dari berbagai sumber, website maupun aplikasi, salah
satunya adalah Global Solar Atlas seperti pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Peta GHI Indonesia


Referensi [ CITATION Isk20 \l 1033 ] digunakan untuk menentukan jumlah unit baterai yang
digunakan. Baterai harus mampu mensuplai daya ketika tidak ada radiasi matahari sehingga
harus menyertakan hari otonom yang merupakan jumlah hari yang hanya menggunakan
energy yang bersumber dari baterai. Jumlah unit baterai ditentukan dengan perhitungan
berikut.
Daily Energy (Wh ) xHari otonom
ΣBaterai=
DOD ( % ) x kapasitas baterai ( Ah ) x tegangan baterai ( Ah)
DOD dalam persentase pada perhitungan tersebut merupakan banyaknya kaasitas baterai yang terpakai. Oleh
karena itu, baterai system PLTS harus didesain dengan kapasitas melebihi energy yang dihasilkan oleh modul
karena setiap komponen pada system akan terjadi losses.

Penulis melaksanakan survei untuk mendapatkan data konsumsi energi bangunan gedung
yang dilaksanakan selama dua minggu. Bangunan yang dipilih adalah gedung asrama TB 3
Institut Teknologi Sumatera yang merupakan tempat hunian sebagian mahasiswa ITERA (-
5.35923734309, 105.319002666, GMT 7.0), Provinsi Lampung.
Data konsumsi energi yang didapat digunakan untuk mendesain PLTS Atap sehingga
mendapat kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan penghuni. Penentuan kapasitas komponen
menggunakan perhitungan yang diambil dari literature. Aplikasi Helioscope digunakan untuk
mensimulasikan energi yang diperoleh PLTS selama sebulan dan untuk membuat layout
peletakkan modul fotovoltaik.
Sesuai dengan tujuan dari perancangan ini, yaitu merancang pembangkit untuk bangunan
mandiri energi, PLTS didesain dengan kapasitas sesuai dengan konsumsi harian gedung dan
bersifat off-grid. Energi yang diproduksi oleh fotovoltaik harus dapat digunakan pada waktu
malam sehingga komponen utama yang dibutuhkan adalah modul surya, baterai, dan
inverter.Kapasitas komponen yang pertama ditentukan adalah inverter. Kapasitas komponen
ini mengacu pada daya beban yang ada. Dengan daya beban 33.064,43 W dan kapasitas
satuan invereter yang dipilih sebesar 3.200 W (Kenika MPS-V-3.2K), jumlah inverter yang
didapat adalah
33.064,43W
=11,48 → 12unit inverter
0,9 x 3200 W
Inverter yang dipilih memiliki fitur battery charger dengan kapasitas arus maksimum sebesar
80 A sehingga charge controller tidak diperlukan dan sistem bersifat kopling-AC.
Data konsumsi energi yang telah didapat dari kegiatan audit energi bangunan sebesar
248.058,44 Wh perhari dengan waktu pemakaian tiaap komponen yang berbeda-beda.
Dengan mempertimbangkan efisiensi dari inverter, energi yang harus disuplai oleh modul
fotovoltaik sebesar
248.058,44 Wh
=275.620,49 Wh
0,9
Modul fotovoltaik yang dipilih adalah merk SOLANA MONO dengan kode SOL-M24300W.
Keluaran daya maksimum modul ini sebesar 300 Wp. Untuk menentukan jumlah modul yang
dibutuhkan, diperlukan data Global Horizontal Irradiance (GHI) sebagai penentu PSH (Peak
Sun Hour). Data total GHI yang didapat dari peta sebaran pada Gambar 1 sebesar 4,7
kWh/m2/hari [ CITATION Wor19 \l 1033 ]. Dari data ini, didapat PSH sebesar 5 jam dengan
cara mengalikannya terhadap radiasi standar, yaitu 1.000 W/m2. Jumlah modul PV yang
diperlukan sebanyak
248.058,44 Wh
Σ Modul= =165,37 → 166 unit modul
5 hours x 300 W
Total modul yang diperoleh tersebut memiliki luasan sebesar 270 m 2 yang masih menyisakan
ruang di atap gedung asrama dengan total luas atap sekitar 900 m 2. Pada perancangan ini,
dipilih baterai berjenis deep cycle dengan merk VOZ. Spesifikasi baterai adalah kapasitas 100
Ah, tegangan kerja 12 V, dan jenis VRLA AGM. Jumlah baterai yang dibutuhkan sebanyak
248.058,44 Wh x 0,5
Σ Baterai= =127,9971→ 128unit
0,85 x 0,95 x 100 Ah x 12 V
Mengacu pada spesifikasi inverter, tegangan kerja 24 V, baterai disusun seri sebanyak 2 unit
dan paralel sebanyak 64 baris. Layout didesain dengan menggunakan aplikasi berbasis
website, yaitu Helioscope, seperti pada Gambar 2. Dari perancangan aplikasi ini, didapat juga
spesifikasi kabel, yaitu 10 AWG dengan panjang 202,2 m.
Dari komponen-komponen yang sudah ditentukan, biaya investasi awal dari PLTS-Atap ini
dapat dilihat pada Tabel 1.
Komponen Spesifikasi Jumlah Harga Satuan Sub Total Harga
Inverter 3200 W 12 unit Rp7.250.000 Rp87.000.000
Baterai 100 Ah 12 V 128 unit Rp2.030.000 Rp259.840.000
Modul 300 Wp 166 unit Rp3.420.000 Rp567.720.000
Kabel 10 AWG (copper) 202,2 m Rp35.000 Rp7.077.000
TOTAL Rp921.637.000

Dari Perancangan yang telah dilakukaan, didapat data-data seperti berikut. Energi terbesar
didapat pada bulan Agustus dengan perolehan sebesar 3.660,6 kWh. Jika dilihat pada tabel,
tidak ada perbedaan antara POA dan Shaded karena PLTS Atap yang didesain diasumsikan
bahwa tidak terjadi shading sebab posisinya yang sangat tinggi dari permukaan tanah. Pohon
tidak dapat menghalangi cahaya yang terpapar ke permukaan modul.
Biaya investasi awal yang diperlukan sanngatlah besar, yaitu Rp921.637.000. hal ini
sangatlah wajar karena gedung asrama akan mampu menghasilkan energinya sendiri terlepas
dari suplai jaringan listrik PLN. Perhitungan balik modal menggunakan patokan harga listrik
dengan golongan tarif listrik gedung asrama, yaitu R-3 sebesar Rp1.444,7/kWh. Harga listrik
tersebut dikalikan dengan produksi listrik selama setahun, 40.750 kWh, menjadi
Rp58.871.525 yang merupakan penghematan yang dirasakan selama setahun. Biaya investasi
awal dibagi dengan penghematan pertahun akan didapatkan periode balik modal, yaitu dalam
kurun waktu 16 tahun. Waktu ini terbilang lama. Tapi setelah 16 tahun, pihak kampus akan
mendapatkaan penghematan yang cukup besar karena tidak perlu lagi membayar listrik dari
PLN. Akan tetapi, dalam perancangan ini belum menganalisis biaya untuk perawatan PLTS
kedepannya.
Untuk menjamin keamanan dan keandalan sistem, diperlukan ruang kontrol yang terdiri dari
12 inverter. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengalihan fungsi salah satu ruang kamar
menjadi ruang inverter dan sisstem baterai. Baterai yang digunakan sangat banyak karena
berhubungan dengan topologi sistem PLTS-nya. Sistem PLTS diharapkan mampu mensuplai
energi kepaada beban hingga waktu tidak ada sinar matahari. Maka dari itu, dengan beban
yang besar, baterai didesain mendekati beban pada malam hari dengan pendekatan 1:2. Pada
siang hari, baterai berperan sebagai penyimpan daya berlebih dan pada malam hari, baterai
berperan sebagai sumber listrik utama bangunan.
Diasumsikan bahwa daerah Asrama terkena cahaya matahari hampir setiap hari sehingga hari
autonomnya dipilih hanya setengah hari yang merupakan waktu tidak tercukupinya radiasi
matahari untuk memproduksi listrik atau pada sore hingga malam hari.
Perancangan PLTS Atap yang telah dilakukan menggunakan komponen-komponen utama
seperti modul surya, inverter, kabel, dan baterai. Biaya investasi awal sebesar Rp921.637.000
untuk skala bangunan gedung hunian. Angka ini sangat besar karena energy dikonsumsi oleh
banyak orang yang hamper 24 jam tinggal di tempat itu. Adapun penghematan yang dapat
dirasakan sebesar Rp58.871.525 dan akan balik modal dalam rentang waktu 16 tahun. PLTS
Atap ini diperkirakan akan menghasilkan energy selama setahun sebesar 40.75 MWh.

Referensi
Budischak, C. (2013, Maret 19). Solar Power System Design Calculations. Retrieved
September 13, 2021, from Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=e_thJ5iIfjs
Gumintang, M. A., Sofyan, M. F., & Sulaeman, I. (2020). Design and Control of PV Hybrid
System in Practice. Jakarta: GIZ.
Iskandar, H. R. (2020). Praktis Belajar Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Yogyakarta:
Deepublish.
World Bank Group. (2019). Map and data downloads. Retrieved September 13, 2021, from
Global Solar Atlas: https://worldbank-
atlas.s3.amazonaws.com/download/Indonesia/Indonesia_DNI_mid-size-
map_220x128mm-300dpi_v20191015.png?
AWSAccessKeyId=ASIAS2HACIWTBCEDEFW2&Expires=1631502396&Signatur
e=pYMUvicTKTuoQOOVk%2Bxyqfz2twk%3D&x-amz-security-
token=IQoJb3JpZ2luX2VjEM

Anda mungkin juga menyukai