Anda di halaman 1dari 5

Energi surya merupakan energi yang potensial dikembangkan di Indonesia, mengingat Indonesia

merupakan negara yang terletak di daerah khatulistiwa. Energi surya yang dapat Jurnal Riset dan Teknologi
Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 171 dibangkitkan untuk seluruh daratan
Indonesia yang mempunyai luas 2 juta km2 adalah sebesar 5,10 mW atau 4,8 kWh/m2 /hari atau setara
dengan 112.000 gWp yang didistribusikan. Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap
untuk diterapkan secara massal saat ini adalah Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara umum
dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik).
Untuk pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia, dapat digunakan berbagai strategi berikut:
1. Mendorong pemanfaatan SESF secara terpadu, untuk keperluan penerangan (konsumtif) dan kegiatan
produktif,
2. Mengembangkan pemanfaatan SESF di perdesaan dan perkotaan,
3. Mendorong komersialisasi SESF dengan melibatkan pihak swasta,
4. Mengembangkan industri SESF dalam negeri berorientasi ekspor,
5. Mendorong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan dunia perbankan
Perkiraan kebutuhan listrik warga dapat dilihat dari tabel konsumsi alat-alat rumah tangga yang sering
digunakan:

PLTS yang kami sarankan untuk kasus ini berupa sistem terpusat yang bersifat off grid. Bahan untuk
panel yang digunakan adalah monocrystalline karena efisiensi monocrystalline mampu mencapai 15 –
20 %. Monocrystalline menyerap panas lebih banyak dari polycrystalline, itu artinya suhu permukaan
monocrystalline akan lebih tinggi dibandingkan dengan polycrystalline pada lingkungan yang sama.
Semakin tinggi suhu crystal silicon, semakin menurun kemampuannya. Pada suhu tinggi performa
monocrystalline tidak sebaik polycrystalline, artinya akan terjadi penurunan performa yang lebih banyak
pada modul monocrystalline.
Kemudian dalam menentukan ukuran pabrik adalah menentukan peringkat inverter. Dalam
sistem off grid, beban dipenuhi oleh daya yang tersedia di bank baterai melalui inverter (untuk beban
AC) atau konverter DC-DC jika beban DC. Inverter / konverter yang dipilih didasarkan pada kapasitasnya
untuk menangani arus & tegangan input & output. Karakteristik input umum dari modul surya adalah
12V hingga 72V dan 1A hingga sekitar 20 - 40A. Namun mempertimbangkan ekspansi di masa
mendatang, kami dapat memilih inverter 750Wp. Beberapa energi hilang saat mengubah daya dari DC
ke AC oleh inverter. Efisiensi inverter normal off grid berkisar antara 93 - 98%.

Langkah ketiga adalah menentukan ukuran bank baterai. Meskipun ada dorongan untuk mengadopsi
dan memanfaatkan baterai Li-Ion, baterai asam timbal masih memegang sebagian besar pasar dan
karenanya dipertimbangkan di sini. Baterai yang digunakan saat ini hadir dengan kapasitas 12V, 100/120
Ah dengan Depth of Discharge (DoD) maksimum (DoD berarti berapa kapasitas maksimum baterai yang
dapat digunakan sebelum diisi ulang) sebesar 70%.

Langkah selanjutnya dalam perancangan teknologi PV adalah sebagai berikut:


1. Mencari total beban pemakaian per hari. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 (𝑊ℎ) = 𝐷𝑎𝑦𝑎 × 𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛
2. Menentukan ukuran kapasitas modul surya yang sesuai dengan beban pemakaian.
Rumus yang digunakan adalah:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑠𝑜𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
Insolasi surya harian adalah ketersediaan energi surya rata-rata di Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2
3. Menentukan kapasitas baterai/aki. Rumus yang digunakan adalah:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑖 (𝐴ℎ) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚
Lokasi baterai/aki sebaiknya diletakkan di tempat
yang lembab dan jauh dari jangkauan anak-anak

Posisi ideal pembangkit listrik


dan baterai
ITEM Jumlah Kapasitas per unit Kapasitas Total
Rumah 35 200 W 7 kW
Balai Dusun/desa 2 200 W 0,40 kW
Fasilitas Umum 6 190 W 1,14 kW
Total 22,7 kW

Solar Cells 10 Wp 20 Wp 50 Wp 80 Wp 120 Wp


Jumlah Watt untuk pengisian 50 W 100 W 250 W 400 W 600 W
baterai (5 jam sehari) 4,17 A 8,33 A 20,83 A 33,33 A 50 A
a. Pemakaian daya
-Rumah : 7 x 8 jam sehari = 56 kWh
-Balai Desa: 0,4 x 8 jam sehari = 3,2 kWh
- Fasilitas Umum : 1,14 x 6 jam = 6,84 kWh
Total kebutuhan daya = 66.04 kiloWatt hour = 66.040 Watt hour
b. Jumlah panel surya yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 W.
- Kebutuhan panel surya : (66.040/100 x 5) = 132 panel surya.
c. Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:
- Kebutuhan baterai minimum (baterai hanya digunakan 50% untuk pemenuhan
kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat:
66.040 x 2 = 132.080 Wh = 5.200/12 Volt/100 Amp = 55 batere 100 Ah.
- Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa
sinar matahari):
66.040 x 3 x 2 = 392.240 Wh =392.240/12 Volt/100 Amp = 330 baterai 100 Ah.
Sehari diasumsikan sel surya mendapatkan energi selama 12 jam, dari timur ke barat (180 derajat). Jika
sel surya digerakkan untuk menjaga sudut datang selalu dibawah atau sam 10 derajat, maka sel surya
perlu digerakkan setiap 1 jam 20 menit. Jika sel surya digerakkan untuk menjaga sudut datang selalu
dibawah atau sama 20 derajat, maka sel surya perlu digerakkan setiap 2 jam 40 menit.

No Uraian JUMLAH HARGA (RP)


1. Persiapan lokasi 20.000.000
2. Mobilisasi dan demobilisasi 12.000.000
3. Engineering/design dan jasa 20.000.000
instalasi Pelatihan
4. Sertifikat Laik Operasi 50.000.000
5. Photovoltaic system 392.100.000
6. Battery system VRLA 567.340.000
7. Controller 168.550.000
8. Penangkal petir 58.500.000
9. Panel distribution, power cable, 60.000.000
dan grounding
10. Jaringan distribusi tegangan 317.900.000
rendah
11. Instalasi rumah pelanggan 185.272.000
12. Pondasi PV array 10.200.000
13. Rumah pembangkit, shelter 32
mm2
14. Pondasi Penangkal petir 2.500.000
15. Pondasi tiang jaringan dan 16.100.000
pengecatan
16. Pagar BRC 7 mm 8.837.500
TOTAL 1.889.299.500
PPN 10% 188.929.950
JUMLAH TOTAL 1.891.118.880
PEMBULATAN 1.891.119.000

Biaya pemeliharaan dan operasional PLTS Terpusat di desa tersebut:


M = 1%x Total biaya investasi
= Rp 18.911.900,00/Tahun

Selain itu, pola pengembangan yang dapat dilaksanakan juga bisa berupa :
1. Memenuhi semua kebutuhan listrik untuk pelanggan S1 (Sosial 1) dengan batas daya 220 VA dan 450
VA,
2. Memenuhi 50% kebutuhan listrik untuk pelanggan S2 (Sosial 2) dengan batas daya 900 VA,
3. Memenuhi 50% kebutuhan listrik untuk pelanggan R1 dengan batas daya 450 VA,
4. Melaksanakan kerjasama dengan instansi pendidikan untuk penelitian SESF skala besar.

Anda mungkin juga menyukai