Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 4

ANALISA SKENARIO PELEBARAN SUNGAI YANG BERDAMPAK PADA

PENGGUSURAN ANGGOTA KELUARGA DAN WARGA SEKITAR

TERHADAP KODE ETIKA REKAYASAWAN

PENGANTAR REKAYASA DAN DESAIN KU-1202

Semester 2 Tahun Akademik 2020/2021

Dosen:

Dr. Dyah Wulandari Putri, S.T., M.T.

Ir. Agus Jatnika Effendi, Ph.D

Disusun Oleh:

Ananda Rajendra 16620225

Audrey Patricia J T 16620237

Anggito Tri Agastya 16620261

TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN (FTSL)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia cenderung memiliki iklim tropis, yaitu terdiri dari 2 musim; musim
kemarau dan musim hujan karena letaknya di antara dua samudera, yaitu antara Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia menyebabkan rentanitas akibat berbagai bencana alam,
perubahan iklim, dan urbanisasi yang cepat dalam berbagai skala menyebabkan kerusakan
jiwa dan harta benda.

BMKG menyatakan bahwa curah hujan di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pada
Januari 2020 kemarin, curah hujan di DKI Jakarta lebih dari 150 mm/hari (Arnani, 2020).
Curah hujan pada saat itu tercatat merupakan curah hujan tertinggi sejak 154 tahun yang lalu.
Oleh sebab itu, Jakarta dilanda banjir yang cukup parah di awal tahun 2020.

Banjir tersebut bukan hanya disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi, tetapi
juga disebabkan hal-hal lain, seperti menurunnya kapasitas infiltrasi/peresapan air hujan di
kawasan tersebut. Banyaknya bangunan-bangunan yang dibangun secara illegal oleh
masyarakat setempat menyebabkan berkurangnya daerah resapan air dan mengurangi
kuantitas debit air yang dapat ditampung oleh sungai di daerah tersebut. Kemudian ulah
manusia lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan, seperti perubahan
kondisi Daerah Aliran Sungan (DAS), rusaknya drainase lahan, kerusakan infrastruktur
pengendali banjir, dan perencanaan sistem kontrol banjir yang kurang tepat.

Hal ini akan berdampak pada permasalahan banjir pada area sungai atau badan air
penerima, sebagai dampak pembangunan di hulu. Sehingga terdapat seorang rekayasawan
yang akan melakukan pengendalian banjir dengan penertiban lingkungan sekitar sungai
seperti melakukan normalisasi dan penggusuran. Namun, di wilayah tersebut terdapat
anggota keluarga. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan kajian analisis etika seorang
rekayasawan terhadap kepentingan bersama yaitu dampak positif yang didapatkan dari
pelaksanaan system tersebut dengan kepentingan pribadi.

Dalam mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam suatu proyek yang
berhubungan dengan teknik, diperlukan suatu etika untuk mendukung suatu profesi
khususnya profesi insinyur. Hal ini perlu diterapkan untuk insinyur agar terhindar dari
berbagai macam tindakan yang beresiko dan memiliki konsekuensi yang serius dalam
penerapan keahlian profesi. Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang
tidak benar dan tidak baik bagi professional. Tujuan kode etik yaitu untuk memberikan jasa
yang sebaik-baiknya bagi pengguna jasa. Hal ini dimaksudkan agar dapat melindungi
perbuatan yang tidak professional.

Profesi insinyur sipil adalah suatu pekerjaan keteniksipilan yang dalam pekerjaannya
dituntut keahlian untuk melayani masyarakat di bidang infrastuktur. Untuk melindungi dari
hal-hal yang tidak profesional, diperlukan kode etik insinyur bagi seorang insinyur sipil. Di
Indonesia, kode etik ini terdapat di dalam “Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia”.
Catur Karsa merupakan 4 prinsip dasar bagi seorang insinyur sipil yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Mengutamakan keluhuran budi.
2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan
umat manusia.
3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional
keinsinyuran.

Kemudian, sebagai seorang insinyur sipil memiliki 7 tuntutan sikan yang dinamakan
Sapta Dharma yang terdiri dari:

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan


kesejahteraan masyarakat;
2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kompetensinya.
3. Insinyur Indonesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung
jawabkan.
4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan
dalam tanggung jawab tugasnya.
5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan
kemampuan masingmasing.
6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan
martabat profesi.
7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tulisan ini adalah:

1.2.1 Apa solusi permasalahan banjir di daerah sekitar sungai?

1.2.2 Bagaimana pelaksanaan perencanaan mengatasi banjir dilihat dari regulasi


hukum?

1.2.3 Kode etika rekayasawan yang mana yang dapat diimplementasikan pada
permasalahan ini?

1.2.4 Apa dampak dari dilaksanakannya pelebaran sungai di kota?

1.2.5 Risiko apa yang muncul pada konsep normalisasi sungai?

1.3 Tujuan Pembelajaran

Adapun tujuan dari topik tulisan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui konsep normalisasi sungai serta dampaknya

1.3.2 Memahami kode etika seorang rekayasawan

1.3.3 Memahami alternatif yang dapat dilakukan dengan keterbatasan yang ada
1.3.4 Memahami undang-undang yang berkaitan dan seharusnya dipilih oleh seorang
rekayasawan
BAB II
LANDASAN TEORI
Pengendalian banjir di beberapa daerah di Indonesia memerlukan pengawasan dan
usaha yang sangat keras, mengingat kondisi yang berbeda-beda di setiap daerah dan target
pengendalian jangka Panjang sehingga dimaksudkan untuk mengendalikan debit banjir
dengan periode ulang dan debit tertentu, setelah semua kegiatan pembangunan pengendali
banjir selesai. Untuk itu, sungai-sungai yang mengalir perlu dikaji dan dihitung terlebih
dahulu karakteristik dan hidrologinya seperti daerah hulu terutama di daerah pegunungan
sungai-sungan biasanya mempunyai kemiringan yang terjal (steep slope). Kemudian
komponen dasar penyusunnya terdiri dari batu besar, kerakal, kerikil, dan pasir. Sedangkan
bentuk sungai di daerah hilir adalah selampit/kepang. Di daerah pantai dan berakhir di laut
seperti sungai-sungai di Jakarta memiliki kemiringan dasar sungai mendekati dari 0% karena
kemiringan memanjang dasar sungai lama-lama menjadi landai semakin mendekati daerah
pantai. Proses penumpukan sedimen lebih dominan terjadi, material dasar sungai lebih halus
dibanding dengan daerah transisi dan hulu. Jika terjadi banjir periodenya lebih lama
dibanding daerah hulu dan daerah transisi. Kemudian kita dapat menggunakan metode analisa
frekuensi data banjir dengan hubungan empiris curah hujan limpasan.

Dalam hal ini cara penanggulangan banjir yang cocok yaitu secara struktural, yaitu
mengangkat sedimen yang menumpuk pada dasar sungai sehingga sungai dapat berfungsi
secara optimum kembali dan memperdalamnya agar kapasitas sungai dalam menampung air
dapat meningkat atau disebut juga normalisasi. Normalisasi dilakukan untuk menghasilkan
kondisi sungai dengan lebar dan kedalaman tertentu sehingga sungai tersebut mampu
mengalirkan air sampai pada tingkat tertentu dan luapan dari sungai tersebut dapat
dikendalikan. Sungai tersebut dikeruk pada titik rawan kemacetan aliran air agar tingkat
keberhasilannya lebih tinggi dan meminimalisir kerugian. Proyek normalisasi sungai
mencakup pengerasan dinding sungai, pembangunan sodetan, pembuatan tanggul dan juga
pengerukan. Pengerasan atau penguatan tebing sungai dilakukan dengan pembetonan dinding
atau dengan pemasangan batu kali, sodetan dilakukan dengan membuat sungai baru yang
lurus dengan lintasan terpendek. Pembuatan tanggul dilakukan dengan timbunan tanah atau
dengan dinding beton yang dipasang memanjang di lokasi–lokasi bergeografi rendah yang
rawan banjir. Pengerjaan sejumlah proyek normalisasi kali untuk mencegah banjir di Ibu kota
dipercepat. Upaya perlindungan fungsi sungai dilakukan dengan penataan jalur sempadan
sungai, yaitu dengan cara menetapkan 1-50 meter dari sungai tidak boleh ada aktivitas
apapun.

Ruang terbuka hijau sempadan sungai yang dikembangkan dengan cara


mengoptimalkan pemanfaatan sempadan sungai sebagai pengendali banjir atau resapan
luapan banjir. Pengendalian banjir dengan penataan vegetasi yang memiliki kemampuan
penyerap air serta kuat menahan erosi. Berdasarkan perbandingan 3 standar tentang lebar
sempadan sungai diperoleh lebar sempadan sungai sejauh 50 meter (daerah perkotaan) dan
dapat diperlebar lagi menjadi 100 meter untuk perlindungan banjir diperkotaan. Terdapat 3
zona pada sempadan sungai yaitu zona penyangga, zona konservasi dan zona estetika.
Konsep tersebut dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau.
Vegetasi yang dipakai didasarkan pada kebutuhan zonasi yang telah dirumuskan, yaitu
meliputi fungsi penyangga, konservasi, pengarah, penyerap air, penahan erosi, dan estetika.
Selain dilihat dari aspek infrastuktur, kita perlu memikirkan masyarakat yang tinggal
di sekitar bantaran sungai. Penggusuran selalu menjadi isu menakutkan yang menghantui
warga di sekitar bantaran. Masyarakat yang berpenghasilan rendah mengembangkan berbagai
usaha yang tak dihitung sebagai pekerjaan resmi, seperti menjual sayuran, membuka warung
kopi, warung nasi, jasa cuci baju, dan sebagainya. Usaha-usaha non-formal ini berjalan
dengan dinamis tidak jauh dari tempat tinggal mereka contohnya di Jakarta masyarakat
sekitar bantaran Kali Ciliwung membuka usahanya di Pasar Jatinegara serta terminal
Kampung Melayu. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya melibatkan masyarakat sekitar
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan, terutama merumuskan nasib kehidupan mereka
setelah pindah lokasi.

Sejalan dengan itu, masyarakat juga harus difasilitasi melalui program-program


pemberdayaan, terutama dalam penumbuhan kesadaran, solidaritas dan sikap swadaya
komunitas untuk mewujudkan perubahan kualitas hidup mereka. Semua kegiatan dilakukan
berdasarkan kesepakatan dan keterlibatan aktif warga. Kemudian, rumah-rumah susun pun
disiapkan terlebih dahulu sebelum dilakukan penggusuran agar masyarakat percaya bahwa
mereka pantas untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Istilah penggusuran juga lebih baik
digantikan dengan relokasi karena kesan pertama masyarakat ketika mendengar kata tersebut
terbilang tidak etis. Ditambah juga wilayah tersebut memang diperuntukkan untuk
mengembalikan fungsi sungai dan zona hijau di kota tersebut sehingga solusi tepat untuk
dilakukan demi kebaikan masyarakat tidak hanya sekelompok masyarakat dengan nasib yang
sama.

2.1 KEBIJAKAN PEMERINTAH


Area sekitar sungai yang tergolong kumuh akan menambah ketidaknyamanan
warga sekitar. Hal ini bertentangan dengan hak warga negara dalam UU No.24/1992
yang menyatakan bahwa warga negara memiliki hak untuk menempati dan/atau
menikmati rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Berdasarkan kebijakan pemerintah pada UU No. 26/2007, pemerintah memiliki
wewenang untuk menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan tata ruang di
daerah masing-masing. Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum pasal 2,
penetapan dan pembagian wilayah sungai dimaksudkan untuk menjamin
terselenggaranya usaha-usaha perlindungan, pengembangan air secara menyeluruh,
dan terpadu pada satu daerah pengaliran sungai atau lebih, dengan tujuan untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat di segala
bidang kehidupandan penghidupan. Maka usaha pelebaran sungai dan penertiban
wilayah dapat diberlakukan di daerah tersebut.
Berdasarkan UUPA (Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria), atas dasar
ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang Undang Dasar, bumi, air, dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara sebagai
organisasi keseluruhan rakyat. Dari sini dapat dilihat bahwa pemerintah tidak dapat
dikatakan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) karena Pemprov telah menyiapkan
relokasi hunian ke rumah susun. Justru sebenarnya,, pemprov telah melaksanakan
kewajibannya untuk memfasilitasi HAM bagi setiap orang.
Usaha pelebaran sungai tentunya membutuhkan bantuan dari beberapa pihak.
Pelebaran sungai tidak hanya berkutat pada teknik, desain, ataupun rancangan
konstruksi. Poin penting untuk melakukan pelebaran ini ialah proses pembebasan
lahan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Untuk melakukannya,
pemerintah perlu melakukan sejumlah proses, baik berupa legalitas maupun politik.
Pemerintah perlu mengadakan sosialisasi terhadap masyarakat setempat dan
bertanggung jawab terhadap pemindahan masyarakat. Sedangkan, proses
pembentukan bendungan dan konstruksi secara fisik akan dilakukan oleh pemerintah
pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

2.2 SEGI ETIKA


Sebagai seorang engineer, kita harus memiliki sikap hidup berupa keadilan
untuk memberi pelayan secara profesional. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk
tanggung jawab profesi kepada masyarakat, mencari solusi dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan, mempertahankan konsistensi pengetahuan dan
keterampilan, serta tidak memihak dalam pengabdian pekerjaan. Hal inilah yang
disebut dengan etika profesi. Tanpa etika profesi, apa yang dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan
pencarian nafkah biasa yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme
dan akan berakhir dengan hilangnya respect maupun kepercayaan yang pantas
diberikan kepada para elit profesional ini, sehingga suatu profesi harus dibarengi
dengan sebuah kode etik.
Kode etik profesi memberikan pedoman tentang prinsip profesionalitas, sarana
kontrol soisal bagi masyarakat, dan mencegah campur tangan dengan pihak eksternal
lembaga. Dengan kode etik tersebut, engineer harus tetap melaksanakan upaya yang
telah ditetapkan, yaitu dengan melakukan pelebaran sungai dan menertibkan wilayah
sungai, meskipun salah satu keluarga kita merupakan warga disana. Lagipula,
program pemerintah tidak serta merta menggusur warga sekitar sungai. Pemerintah
menggantinya dengan rumah susun yang dibangun khusus untuk warga di area sana
dan memberikan lapangan pekerjaan untuk mereka.
2.3 DAMPAK

Dampak Positif:
o Mengurangi banjir

Dengan dilakukannya normalisasi pada aliran sungai, sungai dapat


mampu meningkatkan kapasitas daya tampung sungai dan dapat dialirkan
dengan cepat ke laut. Sesuai dengan tujuan awal, hal ini dapat mengurangi
banjir di daerah sekitar sungai.
o Warga diberikan tempat tinggal baru

Untuk meningkatkan fungsi sungai sebagai menampung air supaya lebih


maksimal, warga yang berada di daerah pemukiman kumuh di sekitar sungai
dipindahkan ke tempat lain, seperti rusun. Selain dapat mengurangi banjir di
sekitar sungai, warga di daerah tersebut juga mendapat tempat tinggal yang
lebih baik. Di sekitar sungai juga dapat terlihat lebih bersih dan rapi.
o Warga diberikan lapangan pekerjaan

Selain dipindahkan ke tempat yang lebih layak, warga juga dilakukan


pelatihan-pelatihan mengenai pekerjaan tertentu. Kemudian, pemerintah
memberikan fasilitas lapangan pekerjaan kepada warga supaya warga tidak
kembali menganggur. Hal ini dapat menurunkan tingkat pengangguran di
daerah Jakarta.
o Jadi tempat wisata dan taman 

Untuk menambah estetika di sekitar sungai, pada pinggiran sungai dapat


dibuat taman bagi warga sekitar. Hal ini sudah diterapkan di taman Kalijodo
yang berada di bantaran Banjir Kanal Timur. Taman ini memiliki banyak fasilitas-
fasilitas bagi warga sekitar. Contohnya, taman ini memiliki skate park yang
dapat digunakan untuk bermain skateboard, bmx ataupun sepatu roda.

2.4 Risiko

Resistensi masyarakat di lingkungan tersebut diungkapkan secara tertutup atau diam-


diam di belakang pemerintah seperti ungkapan kurang setuju oleh warga yang disepakati
antara gossip ibu-ibu yang belanja di warung terhadap rencana normalisasi yang mereka
ketahui dari kegiatan inventarisasi awal oleh pihak pemerintah karena rencana tersebut
menyebabkan mereka harus pindah dari tempat tinggalnya ke rusunawa. Padahal dilihat
dari sisi lain masyarakat telah melakukan pelanggaran hukum terhadap batas wilayah yang
diizinkan untuk mendirikan bangunan walaupun telah melaporkan luas tanah dan
bangunan yang telah diukur oleh Badan Pertanahan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai