Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

STUDI PENYEDIAAN DAN PENYALURAN AIR BERSIH LABORATORIUM


TEKNIK KONVERSI ENERGI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida

Dosen Pembimbing : Alvera Melkias, M.T.

Disusun oleh

Nama : Meilinda Estevani Br Hutagalung


NIM : 191724017
Kelas : 2C

Tanggal Praktikum : 7 Desember 2020


Tanggal Mengumpulkan : 7 Januari 2021

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2020
I. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui sistem penyediaan air bersih di laboratorium Teknik energi
2. Mampu menentukan besar gaya hidrostatik pada tandon serta letak titik
tangkapnya dari permukaan fluida, kecepatan rata-rata fluida dan jenis alirannya.
3. Mampu menganalisis kendala penyediaan air bersih di laboratorium Teknik
Energi.
II. Dasar Teori
A. Tekanan Hidrostatik
Tekanan muncul karena adanya gaya pada luasan tertentu. Tekanan hidrostatik
adalah tekanan yang diakibatkan oleh fluida cair yang diam/statis pada suatu
kedalaman tertentu. Tekanan yang diberikan zat cair pada kesetimbangan karena
pengaruh dari gaya gravitasi. Besarnya tekanan hidrostatik dipengaruhi oleh
ketinggian zat cair, masa jenis zat cair, serta percepatan gravitasi bumi. Gaya
gravitasi bumi menyebabkan partikel-partikel zat cair akan menekan partikel lain
di bawahnya dan begitu juga partikel di bawahnya akan saling menekan hingga ke
dasar zat cair. Hal ini membuat tekanan hidrostatik akan semakin besar seiring
bertambah dalamnya posisi suatu titik dari permukaan fluida. Besar tekanan
hidrostatik tidak berpengaruh terhadap bentuk bejana, berat zat cair, luas
permukaan zat cair.

Berikut sifat- sifat tekanan hidrostatik :


1. Semakin dalam posisi titik terhadap datum maka tekanan hidrostatik akan
semakin besar.
2. Tekanan zat cair di suatu titik akan besar ke segala arah.
3. Tekanan hidrostatis bergantung kepada kedalaman, massa jenis zat cair, dan
percepatan gravitasi.
4. Besar tekanan hidrostatik tidak dipegaruhi oleh bentuk wadah/bejana.
Tekanan hidrostatik merupakan besar tekanan yang diekspresikan dalam bentuk
head.

Diketahui bahwa : − =( − )

=( − )

= ℎ
Besar tekanan absolut pada fluida :

= + ℎ
Dimana merupakan total nilai tekanan, diperoleh dari hasil penjumlahan tekanan
atmosfer yang menekan cairan di permukaan dan tekanan hidrostatik akibat
pengaruh kedalaman.

B. Gaya Hidrostatik
Saat permukaan bidang tenggelam dalam fluida yang inkompresibel maka terdapat
gaya-gaya bekerja padanya yang dibuat oleh fluida tersebut. Gaya tersebut
dinamakan Gaya Hidrostatik. Penentuan gaya-gaya sangat penting dalam
perancangan seperti perancangan tangki - tangki penyimpanan, kapal laut,
bendungan dan struktur-struktur hidrolik lainnya. Secara umum, gaya memiliki tiga
atribut, yaitu besar, letak titik tangkap dan arah kerja. Pada fluida diam, gaya-gaya
hidrostatika mempunyai arah tegak lurus permukaan bidang, karena tidak ada
tegangan geser.

Besarnya gaya hidrostatika:

= × ×ℎ ×
Dimana :
F = gaya hidrostatika resultan pada permukaan [N]
= rapat massa fluida [kg/m3]
= × = berat jenis fluida
ℎ = kedalaman/jarak pusat massa/titik berat bidang dihitung dari permukaan fluida [m]
A = luas permukaan bidang [m2]
= percepatan gravitasi [m/s2]

Gaya hidrostatis pada permukaan bidang datar terdiri dari :


1) Bidang horizontal
2) Bidang vertikal
3) Bidang miring (dengan kemiringan θ)
Pada umumnya, besar gaya hidrostatis pada bidang miring memiliki persamaan
yang sama, dimana :

= × ×ℎ ×

Posisi gaya hidrostatika pada bidang yang terbenam fluida (dengan posisi
kemiringan θ terhadap horizontal) dihitung dari permukaan fluida ( y cp) :

= +
×

Keterangan;
ycg : Posisi pusat massa bidang dari permukaan fluida dihitung sejajar
bidang yang terbenam fluida
Icg : Momen inersia/kelembaman luas bidang terhadap pusat massa
A :Luas permukaan bidang yang terbenam fluida Posisi Gaya Hidrostatika

Bila bidang datar yang terbenam fluida dengan posisi vertikal/tegak lurus
permukaan fluida, maka posisi gaya hidrostatika (h cp) dihitung dengan :
ℎ = +ℎ
ℎ ×
Keterangan;
h cp : posisi gaya hidrostatika dihitung secara vertikal ( ℎ = sin )
h cg : posisi pusat massa bidang yang terbenam fluida ( ℎ = sin )
Gaya Hidrostatis pada Bidang Lengkung
Gaya-gaya statis yang bekerja pada permukaan bidang lengkung yang terbenam
fluida disederhanakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Menurut komponen horizontal
Komponen horizontal (Fh ), sama dengan gaya yang dialami oleh
proyeksi permukaan lengkung tersebut pad sebuah bidang vertikal
(dalam hal besar dan titik kerjanya).

Komponen horizontal gaya hidrostatika: ℎ = ℎ

Titik kerja gaya hidrostatika tersebut: ℎ = ×


+ℎ

2) Menurut komponen vertikal


Komponen vertikal (FV ), sama dengan berat dari volume fluida yang
menempati ruang tepat di atas permukaan bidang lengkung sampai ke
sebuah permukaan bebas bebas fluida dan bekerja pada sentroid volume
tersebut.

( )= ( )

Keterangan;
b = Lebar bidang lengkung yang terbenam fluida [m]
A = Luas bidang lengkung yang terbenam fluida [m2]
= Rapat massa fluida [kg/m3]
g = Percepatan gravitasi [m/s2]

C. Dinamika Fluida Dalam Pipa


1. Bilangan Reynold
Skema perancangan instrumen laboratorium yang digunakan Reynolds disebut
juga skema aparatus Reynolds. Skema Aparatus Reynolds menjelaskan semua
karakteristik dinamika fluida yang mengalir dalam suatu pipa, dimana dalam
pipa linear (180°), pipa belokan (90°), atau pipa angular (0° < θ < 180°).
Gambar 1. Skema apparatus reynold
Zat pewarna sebagai fluida uji yang menunjukkan karakteristik aliran
fluida, dimasukkan ke dalam tabung gelas dengan cara menyuntikkannya dari
sebuah tabung halus ke dalam lubang masukan tabung gelas. Katup yang berada
di bagian hilir tabung gelas digunakan untuk mengontrol debit dalam bentuk
kecepatan fluida uji dengan cara mengubah tinggi fluida dalam bejana kaca.
Berikut profil kecepatan fluida uji dalam tabung gelas. Saat debit diubah,
Reynolds mendapatkan bahwa terdapat jenis aliran fluida, aliran tersebut yaitu:
1. Aliran Laminar
Dimana pada kecepatan rata-rata yang rendah, diperoleh bahwa filamen
zat pewarna terbentuk oleh lapisan-lapisan silindris konstan yang cenderung
saling menyatu karena adanya viskositas/kekentalan fluida serta
membentuk lintasan garis lurus kontinu yang sejajar sumbu tabung gelas.
Kecepatan maksimum fluida uji untuk aliran ini berada pada sumbu tabung
gelas, sedangkan kecepatan minimumnya berada pada dinding tabung gelas.

Gambar 2. Aliran Laminar


2. Aliran Transisi
Pada kecepatan rata-rata yang lebih tinggi (kecepatan kritis), diperoleh
bahwa filamen zat pewarna mulai berosilasi sehingga terjadi guncangan dan
pecah menjadi pola yang menyebar. Aliran transisi adalah kondisi dimana
fluida berada diantara laminar dan turbulen.

Gambar 3. Aliran Transisi


3. Aliran Turbulen
Pada kecepatan rata-rata yang lebih tinggi lagi, diperoleh bahwa
filamen zat pewarna sudah terpencar berhamburan secara tegak lurus arah
aliran utama sehingga menyebabkannya saling bercampur.

Gambar 4. Aliran Turbulen


Persamaan Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan besaran dari rasio antara gaya inersia dan
gaya viskositas sehingga bilangan ini tidak memiliki satuan.
Maka persamaan Reynold yang menghasilkan bilangan adalah sebagai berikut.

ρ×v×d
=
μ

Keterangan :
Re : Bilangan Reynolds
ρ : massa jenis fluida [kg/m3]
v : kecepatan rata-rata fluida [m/s]
d : diameter hidrolik fluida [m]
μ : viskositas dinamik/mutlak fluida [kg/m.s-1]

dimana : μ = ρ.υ (υ = viskositas kinematik)

Besar bilangan Reynold menentukan jenis aliran fluida tersebut, dimana :


Laminar : Re < 2000
Transisi : 2000 < Re < 4000
Turbulen : Re < 4000
Besar bilangan Reynold sebenarnya merupakan perhitungan kasar untuk
menentukan jenis aliran fluida. Dikarenakan masih terdapat beberapa kasus
diluar syarat seperti aliran masih laminar di Reynold 4000, hal itu disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang menyebabkan timbulnya fenomena tersebut.
Walaupun merupakan perhitungan kasar, bilangan ini masih teruji dalam
menentukan aliran di dalam pipa pada fluida.
2. Persamaan Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida
akan menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini
sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang
menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup
sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur aliran yang sama.
Aliran tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak
berubahnya massa jenis fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh fluida tak-
termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak,emulsi, dll. Bentuk Persamaan
Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai berikut:

dengan:
v = kecepatan fluida
g = percepatan gravitasi
h = relatif terhadap suatu acuan
p = tekanan fluida
ρ = massa jenis fluida

Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-


asumsi sebagai berikut:
1. Aliran bersifat tunak (steady state)
2. Tidak terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain yaitu persamaan tekanan, Persamaan Bernoulli dapat
dituliskan sebagai berikut:

Atau bila dibagi dengan massa jenis, maka persamaannya menjadi berikut (h=z)

+ + = + +
2 2

Bila persamaan energi ini dibagi dengan berat, maka akan menghasilkan
persamaan head (penurunan tekanan), atau dengan kata lain disebut juga
persamaan ketinggian
+ + = + +
2 2

Bila pada aliran tunak tersebut tidak mengabaikan rugi-rugi head, serta dengan
mempertimbangkan energi yang ditambahkan maka persamaannya menjadi:

+ + = + + +ℎ + ℎ −ℎ
2 2

3. Rugi-Rugi Head dalam Pipa


Faktor Gesekan di dalam Pipa
a) Faktor Gesekan untuk Aliran Laminar
Faktor gesekan untuk aliran laminar tidak tergantung pada karakteristik di
dalam dinding pipa, namun tergantung pada harga bilangan Reynolds.
f = 64/Re
Perumusan faktor gesekan ini merupakan hasil penurunan yang paling
sederhana dari penyetaraan persamaan Hagen-Poiseuille dan persamaan Darcy-
Weisbach.

b) Rugi Head untuk Aliran Turbulen


Dari penurunan rumus tegangan geser pada dinding pipa dan dihubungkan
dengan hasil percobaan yang dilakukan Reynolds, dapat dinyatakan sebuah
persamaan kerugian head akibat gesekan yang terjadi untuk aliran turbulen dan
laminar yang dikenal sebagai persamaan Darcy-Weisbach.
hf = f.ℓ.v²/(2g.d) = Δp'/γ (Buku Amerika)
hf = 4f.ℓ.v²/(2g.d) (Buku Inggris)
b) Persamaan Blasius
Blasius menemukan persamaan berikut dari percobaan yang telah
dilakukannya pada pipa halus.
f = 0,316/(Re^¼)
Menurut Stanton-Pannell, persamaan ini hanya berlaku untuk pipa halus yang
memiliki Re < 10⁵.
c) percobaan Nikuradse

Terdapat 5 daerah aliran pada diagram tersebut di atas, yaitu:


1) Aliran laminar dimana perhitungan f seperti telah dijelaskan sebelumnya
2) Aliran transisi dimana f belum jelas
3) Aliran turbulen halus (smooth turbulence)dimana terjadi arus
turbulen terbatas ketika Re berkurang untuk setiap perbandingan
ε/d
4) Aliran turbulen transisi dimana harga f bervariasi baik terhadap Re dan
ε/d(kebanyakan aliran didalam pipa termasuk klasifikasi ini)
5) Aliran turbulen (rough turbulence) dimana harga f konstan
terhadap ε/d tertentu dan tidak tergantung kepada Bilangan Re.
d) Hukum Von Karman dan Prandtl
Von Karman dan Prandtl menggunakan hasil percobaan Nikuradse
untuk mendukung hasil percobaannya yang belum akurat. Mereka menemukan
hukum semi-empiris untuk

III. Data Pengamatan


m̊ = [kg/s] h = [kJ/kg]

Patmosfer = … [Pa] Tatm = … [◦C]


------------------------------------ ∆p = [Pa]

p2 = [Pa]

p1 = [Pa]

Diagram instalasi penyediaan air


bersih
P

p2

p1
Tekanan atmosfer

h
Diagram p-h air (H2O)
Tangki Persediaan Air Boiler
Pompa vakum kondensor Turbin uap
Kolam air Menara Pendingin
Kondensor Turbin Uap
Penukar kalor motor bakar
Kondensor separator uap
Kondensor nosel uap
Pemanasan air campur uap
Kondensor Pompa Kalor
Distribusi Air Kamar mandi
Tempat cuci-cuci
Pemanas air tenaga surya

Unit tenaga hidro dan unit pompa uji

SISTEM PENYEDIAAN DAN PENYALURAN AIR BERSIH UNTUK


LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI ENERGI POLBAN

Patm = …….. [m H2O] t

m H2O
Patm
_ __ __ _____________ __ Permukaan air

hcp
h

d = … [m] Fp = Ft

Dinding kasar P=ρgh


L
1 2
Besaran-besaran Pada Luas (Dua Dimensi)
Bangun Luas Posisi titik berat Momen Inersia
terhadap titik berat

h
G a A = a2 [m2] h=½a IG = 1/12 a4 [m4]

h
G d
A = b d [m2] h=½d IG = 1/12 (bd)2 [m4]

1. Tangki penampung persediaan air bersih (Tandon)

a. Tekanan udara di dalam tangki


= 10 [pa]

b. Temperature air T= 25°C


Dengan :
= 997,1
= = 9779[ ], = = = 9,807441581 ≈ 9,81 [ ]
,
= 0,894[Pa. s]
= 0,897[ ]
c. Saluran keluar, dipasang pada kedalaman ℎ = 1,8[ ]
Dengan :
= . . ℎ → terbaca = 1,8 [m. ]
Catatan : saluran keluar di pasang pipa penyalur dengan diameter d=2” bahan
baja komersial. h =jarak antara dari permukaan air dalam tangki ke sumbu
pipa [garis tengah pipa]
d. Penelusuran banyaknya air di dalam tangki :
= . . ℎ = 3 x 2 x 2 = ukuran pembuatan tangki 12 m³
tersedia = 3 x 2 x 1,8 = 10,8 [m³]
tersedia = . = 997,1 . 10,8 = 10768,68 . =
e. Tangki dirancang :
= 3
= 2
ℎ=2
bahan dari baja komersial sama dengan bahan pipa, dengan :
ɛ = kekerasan mutlak = 4,57 10 [m]. Untuk pipa d = 2” = 50,8 [mm]
ɛ
= 4,57. = 0.0008996062992 = 0,0009 (Tebal dinding tangki
, .
dan dinding pipa);
− =ꞃ ḣ → ḣ= , =ℎ → bidang geser
Fgeser =
→ − =Ʈ
1
ℎ = enahan tarik
2
bahan St37 √ = 370 .
²
= , → Ʈ= = 185 .
²

S₁ = V.R.t = P.TR² → S₁ =
VR = Panjang Keliling
t = Tebal Dinding
TR² = Luas Penampang Pipa
P = Tekan Fluida dalam Tabung

Am = 2t. L = Luas bidang material


= ( ℎ )
= .2 .ℎ
Bidang proyeksi lingkup ABCD, luasnya
A = 2R.L → F = P.2R.L
Kestimbangan = .2 .
.
2t.L = P.2R.L → S₂ =
Gambar Nama Satuan Jumlah Catatan
e = 4,57 x 10-5
Saluran (pipa 2”) meter 4 f = 0,01

Katup gerbang buah 11 K = 0.16

Katup searah buah 4 K = 2,2

Katup periksa buah 1 K =2,2


(checkvalve)

Sambungan fleksibel buah 2 K = 0,06


-----------

Belokan / elbow 90◦ buah 18 K=1

--------------

Sambungan T buah 7 K = 1,5

Orificemeter unit 1

Tangki persediaan buah 1


air

Pompa uji unit 2

Tangki peredam
-----

------- tekanan/ pukulan unit 1


balik

∆P Alat ukur selisih unit 2


tekanan ∆P

Alat ukur tekanan unit 2


P
IV. STUDI KASUS

1. Telusuri berapa m3 air yang tersedia didalam tandon tersebut ?


2. Tentukan gaya-gaya horizontal yang bekerja pada dinding-dinding vertikal!
3. Tentukan hcp dari permukaan air (titik tangkap gaya tekan Fp bekerja)
4. Ukur pada kedalaman h (m) pipa penyalur dipasang. Tentukan diameter pipa
(m), luas penampang saluran A (m2), kecepatan rata-rata alir v͞ (m/s),
temperatur air T (◦C). ρ (kg/m2), µ (Pa.s), ѵ (m2/s) dan bilangan Reynolds R =
ρdv/µ
5. Buat gambar pola alir yang terjadi
6. Tentukan rugi-rugi head pada fluida
7. Tentukan daya yang dihasilkan
Perhitungan
1. Volume (m3) yang tersedia didalam tandon
a)
= × ×
= 3 ×2×2
= 12
b)
= × ×
= 3 × 2 × 1,8
= 10,8

2. Gaya-gaya horizontal yang bekerja pada dinding vertikal

= × ℎ ×
Dengan :
depan
γ = 9779 N/m3
,
ho = = = 0,9
A depan = A belakang = (3) (1,8) = 5,4 m2
A kanan = A kiri = (2) (1,8) = 3,6 m 2
Keterangan :
P=d=3
l=b=2
t = h = 1,8
= gaya-gaya horizontal pada dinding vertikal
h = ketinggian air
= berat jenis

=

= × × (ℎ × )
2
= × ℎ ×
2
2
= 9779 × (1,8) ×
2
= 31683,96

=

= × × (ℎ × )
2
= × ℎ ×
2
3
= 9779 × (1,8) ×
2
= 47525,94
3. hcp dari permukaan air (titik tangkap gaya tekan Fh bekerja)

ℎ = ℎ + .
b=2m
h = 1,8 m
ho = 0,9 m
d=3m
A B

D C
d
=
1
ℎ (12 × × ℎ )
ℎ = +
2 ℎ
(2) × (ℎ × )
1
1,8 (12 × 2 × 1,8 )
ℎ = +
2 1,8
( 2 ) × (1,8 × 2)
0,972
ℎ = 0,9 + = 1,2
3,24

=
1
ℎ (12 × × ℎ )
ℎ = +
2 ℎ
( ) × (ℎ × )
2
1
1,8 ( × 3 × 1,8 )
ℎ = + 12
2 1,8
( ) × (1,8 × 3)
2
0,972
ℎ = 0,9 + = 1,2
3,24
1,458
ℎ = 0,9 + = 1,2
3,24

4. Pemasangan Pipa (kedalaman, diameter, luas penampang)


a. Kedalaman
Pada umumnya pipa dipasang pada titik yang memiliki tekanan yang paling besar.
Titik tersebut berada pada titik hcp yaitu 1,2 meter dibawah permukaan air.
Sehingga titik tersebut berada 1,4 meter dibawah permukaan tandon air.
Kedalaman pipa dari permukaan air :
Kedalaman pipa = ℎ = 1,2
Kedalaman pipa dari permukaan tandon :
Kedalaman pipa = ℎ + = 1,2 + 0,2 = 1,4

b. Diameter pipa (m)


= 50,8 = 50,8 × 10

c. Luas penampang saluran (A = [m2])


1
= × ×
4
1
= × × (50,8 × 10 )
4
= 2,028 × 10
d. Kecepatan rata-rata alir
Kecepatan rata-rata didapat setelah mengetahui debit aliran yang
mengalir. Dimana rumus debit adalah Q = volume/t dan Q = A.v.

= = .
. ,
= = =
,
= 0,18 =
, ×
= 88,757 ⁄
e. Temperature air (◦C)
T = 25 ◦C

f. Viskositas Dinamik
µ = 0,894 Pa.s

g. Viskositas Kinematik
ѵ (nu) = 0,897 m2/s

h. Mencari bilangan Reynold


= 25℃
= 997,1
= 0,894 .
2
ν = 0,897

× ×
=
997,1 × 88,757 × 50,8 × 10
=
0,894
= 5028,837 →maka jenis aliran air dalam pipa yaitu turbulen

5. Pola Alir Fluida yang Terjadi

skema aliran dalam pipa

X=L
x=0

y=R D

δ
y=0

A B C

6. Rugi-rugi head
Akibat gesekan (mayor):
L = 60 m (asumsi)
ε/d = 0,0009
f = 0,0195
. . , . . ,
hf = = = 7713,79 ℎ
. . . , . , .
head minor :
Jenis kerugian Jumlah K
Katup gerbang (11 buah) 11 11×0,16
Katup searah (4 buah) 4 4×2,2
Katup Periksa (1buah) 1 2,2
Sambungan fleksibel (2 buah) 2 2×0,06
Belokan 90o (18 buah ) 18 18×1
Sambungan T (7 Buah) 7 7×1,5
∑ = 41,38
Maka besar head minor
,
hm = × = × 41,38 = 16630,96 ℎ
. × ,
Head Loss total = h f+hm = 7713,79 +16630,96 = 24344,75 m air bersih
7. Daya yang diperlukan untuk menjaga air tetap mengalir
Persamaan Bernoulli
Mengasumsikan P1 (tangki) = P2 (Keluar/penyaluran) = Patm , V1 (tangki)
= V2 (keluar/penyaluran) (asumsi kasar), dan z1 (tangki) = z2
(Keluar/penyaluran). Maka persamaan yang diperoleh :
++ = + + +ℎ + ℎ −ℎ
2 2
Dimana hp adalah penambahan head yang terjadi, jika fluida membutuhkan
pompa untuk menambahkan energi supaya fluida dapat disalurkan.
ℎ =ℎ + ℎ

ℎ =ℎ = 24344,75 m
Maka, daya yang dibutuhkan fluida untuk menjaga air tetap mengalir
sebesar

P= ρ . g . hp . Q
P=γ.h.Q
P = 9779 N/m2 . 24344,75 m . 0,18 m3/s
P = 42852122,3 W = 42,8 MW
1 MW = 1341,02209 HP
,
Maka P = = 31954,8
,

V. Analisis dan Pembahasan


Pada tandon yang berisi fluida air, fluida di dalamnya dianggap statis atau tidak
bergerak sehingga pada sistem tersebut terdapat tekanan hidrostatis dan gaya hidrostatis
yang bekerja. Tekanan hidrostatik akan semakin besar pada kedalaman yang semakin
dalam dari permukaan fluida, hal itu disebabkan gaya gravitasi bumi membuat partikel-
partikel zat cair akan menekan partikel lain di bawahnya sehingga tekanannya semakin
besar. Tekanan hidrostatis timbul dari gaya hidrostatis yang bekerja pada suatu luas
permukaan bidang. Pada praktikum ini dilakukan analisis gaya-gaya horizontal yang
menekan permukaan vertikal (dinding tangki).
Analisis gaya-gaya horizontal dilakukan untuk mengetahui besar gaya yang bekerja
(Fh) serta letak titik tangkapnya pada permukaan dinding tangki (hcp). Letak gaya
hidrostatis yang bekerja dihitung dari permukaam fluida dimana gaya hidtostatis yang
bekerja berbanding lurus dengan titik berat bidang dari permukaan fluida (Fh = γ . ho . A
). Pada tandon air di laboratorium Teknik Konversi Energi, diperoleh besar gaya
hidrostatis yang bekerja horizontal pada dinding tandon akan sama pada bagian sisi depan
dan belakang, hal itu dikarenakan luas penampangnya sama pada sisi depan dan belakang
tangki, begitu juga gaya hidrostatis yang bekerja pada dinding sisi kanan dan kiri. Selain
itu juga, letak gaya hidrostatis yang bekerja pada dinding tandon akan sama pada sisi depan
dan belakang tandon karena besar momen inersia pada bidang tersebut sama, begitu juga
halnya dengan sisi kanan dan kiri.
Pada tandon, letak pemasangan pipa sangat baik dilakukan pada titik tangkap gaya
hidrostatis tandon saat volume air normal pada umumnya (tidak terlalu penuh), yaitu
berdasarkan perhitungan diperoleh hcp sebesar 1,2 m dari permukaan fluida atau sedalam
1,4 m dari permukaan tandon. Letak pemasangan ini baik karena bila pemasangan pipa
tepat dengan hcp, aliran fluida yang memasuki pipa akan cepat, karena pada titik tangkap
tersebut gaya hidrostatis akan menimbulkan gaya dorong pada fluida. Di sisi lain gaya
tersebut menimbulkan tekanan pada permukaan melintang pipa, ketika elemen fluida
berada di dekat daerah yang sempit maka tekanan yang lebih tinggi di belakangnya akan
mempercepat elemen tersebut sehingga elemen fluida akan mengalami laju yang lebih
besar pada daerah yang sempit (pipa) dan membuat fluida akan menjadi dinamis saat
memasuki pipa. Pemasangan pipa tidak dilakukan pada bagian yang paling dasar dari
tandon, hal itu dikarenakan selain mempertimbangkan tekanan hidrostatis yang besar
seiring dengan semakin dalamnya letak suatu titik dari permukaan fluida, perlu juga
mempertimbangkan letak gaya hidrostatis saat volume tangki normal dan letak titik
tangkapnya supaya fluida dapat mengalir pada kecepatan optimumnya tanpa alat bantu.
Pada tandon, fluida memiliki head (merupakan pernyataan energi per satuan berat)
diantaranya head potensial yang diperlihatkan pada ketinggian partikel fluida dari dasar
serta head tekan yang mendorong fluida memasuki saluran pipa. Jumlah head tersebut akan
sama dengan jumlah head kecepatan, head potensial, head tekanan dan head mayor
maupun minor saat fluida mengalir di dalam pipa. Hal itu sesuai dengan persamaan
energitika pada fluida inkompresibel yaitu persamaan Head Bernoulli atau persamaan
ketinggian dimana energi pada fluida kekal, dengan menganggap adanya kehilangan head
akibat gesekan (mayor) dan separasi serta fitting (minor) pada pipa.
Melalui analisis perhitungan, diperoleh nilai bilangan Reynold pada fluida yang
mengalir dalam pipa yaitu sebesar Re=5028,837 dimana nilai Re>4000 sehingga aliran
fluida merupakan jenis aliran turbulen. Aliran turbulen memperlihatkan bahwa partikel
fluida tersebut bergerak baik dengan kecepatan sama maupun berbeda di dalam proyeksi
ruang dalam pipa. Aliran turbulen juga menunjukkan fluida memungkinkan dapat
mengalirkan air ke sistem penyaluran karena kecepatannya tinggi (diatas kecepatan
laminar v>30cm/s) dan head yang memungkinkan selama ketinggian pipa sama. Namun
bila dianalisis lebih lanjut, diameter pipa yang digunakan untuk penyaluran fluida terlalu
kecil dengan diameter 50,8 x 10-3m (2 inchi) yang membuat head gesek sangat besar, yaitu
hf = 7713,79 m air bersih yang membuat terjadinya penurunan tinggi tekan pada fluida.
Head gesek yang besar disebabkan oleh diameter fluida yang terlalu kecil karena besar
head gesek berbanding terbalik dengan diameter pipa yang dilalui fluida. Selain itu juga,
banyaknya sambungan atau fitting pada pipa membuat head minor semakin besar, pada
data perhitungan diperoleh head minor sebesar hm=16630,96 m air bersih sehingga
total head losses pada fluida sebesar hlosses= 24344,75 m air fluida. Head minor yang
diperoleh lebih tinggi karena pada instalasi terlalu banyak menggunakan katup,
sambungan dan belokan yang membuat nilai koefisien kerugian minornya besar. Nilai
head minor akan semakin besar jika koefisien kerugiannya semakin besar pula.
Besar kerugian total atau head losses total membuat daya yang dibutuhkan fluida untuk
dapat dialirkan semakin besar. Di sisi lain juga pada instalasi terdapat berbagai
percabangan, yang seharusnya head losses akibat perubahan luas penampang fluida dapat
dipertimbangkan. Banyaknya percabangan secara parallel membuat debit yang dialirkan
pada pipa parallel akan semakin kecil, karena besar debit akan terbagi sesuai dengan
persamaan kontinuitas. Hal ini yang dapat membuat aliran debit pada penyaluran fluida
menjadi kecil. Oleh karena itu, sebagai solusi untuk mengurangi kerugian head, diameter
penampang pipa dapat diperbesar serta pada instalasi dapat dikurangi jumlah pemasangan
katup, sambungan dan belokan supaya daya yang dibutuhkan fluida tidak terlalu besar.
VI. Kesimpulan
1. Sistem penyediaan air bersih di laboratorium Teknik Energi menyalurkan air untuk
kebutuhan tangki boiler, pompa, kolam air, penukar kalor, kondensor turbin uap,
kondensor separator uap, kondensor nosel uap, pemanas air, kamar mandi, pencucian,
pemanas air tenaga surya, unit tenaga hidro dan unit pompa uji. Sistem ini diawali
dengan tandon yang volumenya 12m3 disambungkan dengan sebuah pipa yang
menyalurkan fluida, dan dua buah pompa sebagai penambah head pada fluida untuk
dapat mengalirkan fluida sesuai dengan daya yang dibutuhkan fluida.
2. Besar gaya hidrostatis sebagai gaya horizontal yang menekan dinding fluida yaitu
sebesar = 31683,96 pada sisi depan dan belakang tandon, serta
= 47525,94 pada sisi kanan dan kiri tandon. Besar gaya hidrostatis akan sama
pada bagian depan dan belakang, serta sama halnya dengan bagian sisi kanan dan kiri
mengingat bentuk ruang tandon ialah balok. Gaya hidrostatis diperoleh dari besar
tekanan hidtostatis pada kedalaman titik berat luasan dari permukaan fluida dikali
dengan luas permukaan dimana gaya tersebut bekerja. Semakin besar luasan serta
semakin besar ho maka gaya akan semakin besar. Letak titik tangkap gaya hidrostatis
pada dinding diperoleh sedalam hcp=1,2 m dari permukaan fluida atau 1,4 m dari
permukaan tandon, letak titik tangkap akan sama pada luasan yang sama karena besar
momen inersianya sama. Kecepatan fluida diperoleh dari debit teoritis dibagi dengan
luasan penampang saluran pipa, dan diperoleh v= 88,8 m/s yang menandakan fluida
memiliki kecepatan tinggi, sehingga dapat digolongkan turbulen.
3. Pada instalasi penyaluran fluida, memiliki kendala yaitu daya yang dibutuhkan fluida
untuk dapat mengalir besar serta debit yang kecil akibat percabangan. Hal itu
disebabkan tingginya head losses total, dikarenakan diameter pipa yang terlalu kecil
dan banyaknya sambungan, belokan, dan katup yang dipasang. Oleh karena itu sebagai
solusi untuk meminimalisir head yang dibutuhkan fluida, diameter pipa penyalur bisa
diperbesar ataupun mengurangi sambungan, katup dan belokan. Karena daya yang
dibutuhkan fluida besar, maka dibutuhkan pompa yang mampu menghasilkan daya
sebesar daya yang dibutuhkan.

VII. Daftar Pustaka


Frank M. White. 1994. Mekanika Fluida terj. Ir. Mahana Hariandja. Jakarta: Erlangga.
Adri M. Subardjah. 2010. Buku Ajar Dasar Mekanika Fluida. Bandung: Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bandung.
Kutut S. 2013. Modul Ajar Mekanika Fluida. Yogyakarta: Teknik Fisika Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai